Disusun Oleh:
Kelompok 1 (RM-5/M)
Mhd Erison 2010526051
Dosen Pengampu:
Rebi Fara Handika, SE. M.Sc
Pada tahun 1964, nama 7-Eleven pertama kali digunakan sesuai dengan jam
bukanya yaitu pukul 7-11 malam namun tepat pada tahun 1962, toko ini buka selama
24 jam setiap harinya dan dimulai pada gerai yang berlokasi di Austin, Texas. Setiap
gerai 7-Eleven menjual berbagai macam produk makanan, minuman dan layanan
lainnya. Di beberapa negara tersedia juga layanan pembayarak tagihan serta penjualan
makanan khas dari negara itu sendiri.
Produk khas dari 7-Eleven yang sangat mendunia ialah “Slurpee” sebuah
minuman es dan “Big Gulp” sebuah minuman soft drink berukuran besar. Di Indonesia
sendiri, 7-Eleven sangat viral pada saat itu dan menjadi sebuah gerai yang digemari
oleh seluruh kalangan dikarenakan makanan serta minumannya yang unik ditambah
gerai toko ini buka 24 jam di Indonesia.
7-Eleven menawarkan berbagai macam produk contohnya ialah café select yang
menyediakan beraneka minuman panas seperti the dan kopi dengan berbagai macam
ukuran. Selain itu konsumen sendiri dapar meracik minuman sesuai dengan selera
karena 7-Eleven meenyediakan berbagai bahan tambahan minuman yang dikonsumsi
sesuai dengan keinginan dari konsumen sendiri. Selain kopi dan teh, setiap gerai juga
menyediakan menu minuman lainnya seperti coklat panas dan teh tarik. Untuk
mendampingi produk minuman yang dijual maka 7-Eleven juga menyediakan beberapa
produk makanan berupa roti, ayam goreng, ayam katsu, sandwich dengan berbagai
variasi isian seperti daging sapi, ayam, tuna dan lainnya. Selanjutnya setiap gerai jyga
menyediakan berbagai menu yang diolah dan fresh untuk dapat menambah variasi
konsumen ketika melakukan pembelian pada setiap gerai.
Pada awal tahun 2009-an, 7-Eleven memasuki pasar indonesia dan menjalankan
kegiatan bisnisnya dengan menjual berbagai macam produk pada setiap gerainya
namun terjadi perselisihan internal antara pemegang franchise yang mana hal tersebut
mengakibatkan tidak berjalan lancarnya kegiatan operasional 7-Eleven di Indonesia, 7-
Eleven mengumumkan bahwa akan berencana untuk mengembangkan kembali
usahanya di Indonesia dengan melakukan perjanjian berbentuk Master Franchise di
Indonesia yang akan dikelola oleh PT. Modern Putra Indonesia yang merupakan anak
perusahaan dari PT Modern International dan dikenal sebagai sebagai distributor
Fujifilm di Indonesia.
Gerai 7-Eleven pada tahun 2012 terkhusus daerah Jakarta sudah mencapai 73
gerai yang mana hal tersebut merupakan gerai yang terhitung banyak dalam usaha
convenience store dan melayani sekitar 75.000 konsmen per hari. Namun terkait dengan
adanya regulasi yang ditetapkan oleh Pemernintah Indonesia untuk mengawasi gerai
convenience store maka terbitlah Undang-Undang yang menyatakan bahwa
kepemilikan waralaba harus dari pihak lokal sehingga pada tanggal 30 Juni 2017 7-
Eleven harus menutup seluruh gerainya yang sejalan dengan batalnya akuisisi oleh PT.
Charoen Pokphand Restu Indonesia dengan beberapa kendala lain yang dialami 7-
Eleven dalam menjalankan kegiatan bisnisnya di Indonesia.
b. Overview Kasus
7-Eleven pada pertengahan Juni 2017 resmi menutup seluruh gerainya di
Indonesia dan tidak beroperasi lagi di Indonesia. Terbilang 7-Eleven hanya mampu
bertahan menjalankan kegiatan bisnisnya selama 8 tahun di Indonesia yang mana
hingga akhir tahun 2014, 7-Eleven dikatakan baik mengembangkan ritel bisnisnya
hingga mampu memiliki 190 gerai yang mana itupun hanya di DKI Jakarta belum pada
daerah lainnya.
Penutupan gerai 7-Eleven ini dikarenakan perusahaan mengalami kerugian dan
persaingan ketat yang membuat kegiatan bisnisnya mengalami kerugian yang cukup
besar. Persaingan bisnis yang ketat dengan beberapa ritel dengan konsep bisnis yang
sama seperti Lawson, Family Mart, Indomaret Point membuat mereka tidak dapat
bersaing secara penuh dan mereka harus mengakui keunggulan dari ritel-ritel itu
sendiri.
Dikarenakan hal itu, penjualan toko tidak mencapai target dan akhirnya
menjadikan sebuah beban biaya bagi gerai dan kewajiban membayar pajak yang tinggi.
Hal yang lain membuat gerai tutup ialah salah target sasaran serta market penjualan
yang salah yang berujung gerai 7-eleven di Indonesia mengalami kerugian terus-
menerus. Cost operasional yang dibilang tinggi tanpa pemasukan yang tidak sebanding
dengan pendapatan ditambah dengan adanya regulasi pemerintah terkait larangan
penjualan minuman beralkohol juga menjadi salah satu 7-Eleven ditinggalkan oleh
masyarakat. Sempat ada isu bahwa mereka akan diakuisisi oleh PT Charoen Pokphand
Indonesia (CPI) melalui PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) dengan nilai 1
Triliun Rupiah dan tertuang dalam Conditional Sales Purchase Agreement (CSPA).
Namun hal ini tidak terjadi dan membuat 7-Eleven harus tutup selamanya ini dipastikan
oleh PT Moden Internasional Tbk (MDRN) melalui keterbukaan informasi di bursa
saham. Informasi akuisisi yang batal dilakukan itu disebabkan oleh adanya
ketidaksepakatan sehingga berujung pada penutupan gerai-gerai yang dimiliki 7-Eleven
di Indonesia. Hal tersebut tentu sangat disayangkan oleh konsumen penggemar produk
7-Eleven yang mana banyak produk yang ditawari oleh 7-Eleven tidak dimiliki oleh
kompetitornya.
BAB II
STUDI LITERATUR
Faktor Internal
Faktor Variabel Pengertian
Manajemen rantai pasokan
telah menjadi cara untuk
meningkatkan daya saing,
Supply Chain Management dengan mengurangi
ketidakpastian dan
meningkatkan layanan
pelanggan.
Gerry mendefinisikan
kepemimpinan sebagai
proses mempengaruhi suatu
Integration organisasi atau kelompok
dalam suatu
organisasi dalam upayanya
untuk mencapai tujuan.
Managing Stakeholder
Sarah menjelaskan
kepemimpinan sebagai
tindakan memimpin
sekelompok orang atau
organisasi atau
memiliki kemampuan untuk
memimpin . Fielder
mendefinisikan
kepemimpinan sebagai
proses dari
mengarahkan,
mengkoordinasikan
pekerjaan anggota
kelompok.
Faktor Eksternal
Faktor Pengertian
Regional or industry policies Kebijakan industri yang berfokus pada
penciptaan aglomerasi keterampilan khusus,
pengetahuan, institusi, dan bisnis yang saling
terkait dapat menyebabkan pengaruh positif
daya saing perusahaan, yang menguntungkan
lingkungan lokal dan konsentrasi regional.
(Falck, Heblich & Kipar (2010)
Quality of infrastructure Infrastruktur merupakan faktor penting bagi
pembangunan ekonomi daerah; Kualitas
faktor ini mempengaruhi daya saing
perusahaan berdasarkan aksesibilitas sumber
daya sebagai layanan publik, dampak pada
biaya operasional dan produktivitas
perusahaan Iimi (2011); NaAllah (2012).
Industry conditions Kondisi industri mempengaruhi daya saing
suatu perusahaan, menjadi satu-satunya cara
untuk bertahan dalam lingkungan yang
berubah dengan persaingan yang tinggi. Porter
(1979); Bai & Sarkis, (2012)
Institutionality of the industry Kelembagaan suatu industri dapat
mempengaruhi dan mempengaruhi daya saing
perusahaan peserta pasar tertentu, mengingat
pengaruh infrastruktur, pendidikan, pasar
tenaga kerja, antara lain, yang penting.
karakteristik untuk mendorong pengembangan
daya saing organisasi. Camison & Fores
(2015); Eriksson & Lindgren (2009);
Rodríguez-Pose & Hardi (2016).
Link between academia-government-firms Intensitas hubungan dan dukungan antara
akademisi, pemerintah dan perusahaan
meningkatkan peningkatan daya saing
organisasi yang merupakan dasar untuk
jaringan, penelitian dan pengembangan,
inovasi dan aksesibilitas ke sumber-sumber
swasta dan publik, undangundang dan
kebijakan seputar pengembangan kegiatan
ekonomi dan dukungan dari pemerintah
kepada perusahaanperusahaan dalam suatu
industri. Marek & Blazek (2016); Kveton &
Horak (2018); Roxas, Chadee & Pacoy (2013)
Networking and cooperation between Kemitraan dan kerjasama antara perusahaan
companies menawarkan koneksi strategis, aliansi dan
hubungan, menjadi signifikan untuk
mengembangkan daya saing organisasi.
Jaringan di antara perusahaan perusahaan
dalam suatu industri dapat mengarah pada
peningkatan daya saing organisasi yang
berfokus pada kegiatan inti dan peluang yang
mungkin ada di pasar Cao, Li, Wang, Luo &
Tan, (2018); Buciuni, G., Coro, G., & Micelli,
S (2013); Hinkkanenn& Vaatanen (2011);
Mazola, Brukoleri & Perrone (2009)
Strength Weakness
1. Lokasi gerai strategis 1. Harga produk yang ditawarkan
2. Memiliki banyak produk untuk cenderung lebih tinggi dibanding
ditawarkan kepada konsumen kompetitornya
3. Tersedianya jaringan internet gratis 2. Lahan parkir yang ada pada setiap
4. Memiliki pelayanan yang lebih gerai tidak luas
ramah dibanding kompetitor 3. Biaya Operasional yang besar
4. Tidak tersedianya minuman
beralkohol sejak 2015
5. Ekspansinya tidak secepat
kompetitor pesaing
Oppurtunity Threat
1. Mempunyai peralatan yang lebih 1. Banyak lokasi usaha yang sama
canggih dibanding kompetitor 2. Banyak usaha dalam industry
2. Membuat usahanya disekitar sekolah 3. Persaingan yang sangat ketat
maupun universitas
Menurut analisis dari kelompok kami, dapat dilihat dari beberapa Weakness tabel diatas
mengapa 7-Eleven gagal di Indonesia. Diantaranya :
1. Harga produk yang ditawarkan cukup tinggi.
Dibanding dengan para kompetitornya seperti Alfamart dan Indomaret, harga produk
yang ditawarkan 7-Eleven cukup tinggi. Hal ini dilakukan 7-Eleven untuk menutupi
baiaya operasionalnya Akan tetapi hal ini membuat konsumen beralih kepada
kompetitor lainnya. Sebaiknya 7-Eleven perlu menurunkan harga produknya agar dapat
bersaing dengan kompetitornya.
2. Lahan parkir yang kecil
Rata-rata pengunjung 7-Eleven ialah remaja yang mana selalu membawa kendaraan.
Hal ini membuat konsumen agak kesulitan dalam memarkirkan kendarannya. Untuk ini
7-Eleven perlu mencari lokasi yang mana tersedianya lahan yang agak besar untuk
dijadikan tempat parkir.
3. Biaya operasional yang besar
Target dari konsumen 7-Eleven ialah remaja, akan tetapi harga produk yang agak tinggi
dibanding kompetitor membuat remaja enggan berbelanja terlalu banyak yang
membuat biaya operasional menjadi tidak tertutupi
4. Tidak tersedianya minuman beralkohol
Pada tahun 2015, Menteri Perdagangan mengeluarkan Peraturan nomor 06 tahun 2015
melarang penjualan minuman beralkohol di Convenience Store dan Minimarket. Hal
ini membuat 7-Eleven kehilangan sekitar 24% pendapatannya ditahun berikutnya. Hal
ini sebenarnya bisa disiasati dengan mengandalkan produk minuman yang hanya
terdapat 7-Eleven, akan tetapi pihak 7-Eleven tidak sadar akan hal ini.
5. Ekspansinya tidak secepat kompetitor lainnya.
Dilihat dari kompetitor seperti Alfamart dan Indomaret yang sangat cepat melakukan
ekspansi, sebaiknya pihak 7-Eleven juga melakukan ekspansi yang masif. Akan tetapi,
karena izin yang dikeluarkan oleh pemerintah berbentuk restoran dan bukan izin
swalayan maka pihak 7-Eleven tidak bisa melakukan ekpansi secara masif. Ekspansi
besar-besaran sebenarnya dapat dilakukan oleh 7-Eleven jika surat izin usahanya ialah
swalayan dan bukan restoran.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
7-Eleven adalah sebuah jaringan convenience store (toko kelontong) yang mulai
membuka bisnisnya di Indonesia pada tahun 2009. 7-Eleven memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan kompetitor sejenis, seperti mempunyai produk
sendiri dengan ciri khasnya yang membuat orang-orang akan kenal bahwa produk
tersebut dari 7-Eleven, dan menyediakan tempat nongkrong dengan fasilitas
internet. Namun masa kejayaan untuk 7-Eleven tidak berlangsung lama. Tepatnya
di tahun 2017, 7-Eleven mengumumkan penutupan semua gerai mereka yang ada
di Indonesia. Penutupan gerai ini terjadi dikarenakan banyaknya faktor baik itu
internal maupun eksternal sehingga membuat 7-Eleven mengambil tindakan untuk
menutup gerai mereka. Faktor-faktor yang dimaksud adalah harga produk yang
ditawarkan cukup tinggi, lahan parkir yang kecil, biaya operasional yang besar,
tidak tersedianya minuman beralkohol, dan ekspansinya tidak secepat kompetitor
lainnya.
b. Rekomendasi
Saran atau rekomendasi dari penulis pada masalah ini yaitu diharapkan 7-
Eleven dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan pada manajemen mereka
khususnya dibidang perencanaan keuangan, dan menawarkan produk kepada
masyarakat sesuai dengan kondisi negara tersebut. Misalnya jika 7-Eleven yang ada
dinegara lain dengan produknya minuman keras dapat menyumbang hampir
setengah pendapatannya, seharusnya 7-Eleven yang ada di Indonesia juga menjual
produk khasnya yang memang diperuntukkan untuk konsumen Indonesia saja,
karena mengingat minuman keras tidak boleh diperjual belikan di negara ini. Untuk
pada akhirnya 7-Eleven dapat kembali buka di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah. 2016. Strategi Adaptasi Convience Store (Studi Kasus 7-Eleven di Indonesia), ADLN
Perpustakaan Universitas Airlangga.
Barney, J. B. 1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of
Management, Vol. 17, pp.99–120.
Dani Rahadian M. 2017. Penerapan Konsep Resources-Based View (Rbv) Dalam Upaya
Mempertahankan Keunggulan Bersaing Perusahaan. Jurnal Ilmu Administrasi Media
Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Detik Finance. Detik Finance. 2017. Perjalanan 7-Eleven di RI, dari Booming Hingga Tutup.
Diakses pada 23 Desember 2022. Tersedia di https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-3545042/perjalanan-7-eleven-di-ri-dari-booming-hingga-tutup
IDN Times. 2017. Beberapa Alasan Kenapa Gerai 7-Eleven Tutup di Indonesia. Beberapa
Alasan Kenapa Gerai 7-Eleven Tutup di Indonesia. Diakses pada 23 Desember 2022.
Tersedia di https://www.idntimes.com/news/indonesia/sarah-apriliana-rosyadi/gerai-
7-eleven-tutup-di-indonesia-c1c2?page=all
Jurnal.id. 2017. “4 Penyebab Tutupnya Bisnis 7-Eleven di Indonesia”, Diakses pada 24
Desember 2022. Tersedia di https://www.jurnal.id/id/blog/2017-4-penyebab-tutupnya-
bisnis-7-eleven-di-indonesia/
Kompas. 2017. “Menurut Fitch Ratings, Ini Penyebab Tutupnya 7-Eleven di Indonesia”,
Diakses pada 24 Desember 2022. Tersedia di
https://money.kompas.com/read/2017/07/04/091000926/menurut.fitch.ratings.ini.peny
ebab.tutupnya.7-eleven.di.indonesia?page=all,
Kontan. 2014. Mau Tahu Strategi Bisnis 7-Eleven di Indonesia?. Diakses pada 24 Desember
2022. Tersedia di https://amp.kontan.co.id/news/mau-tahu-strategi-bisnis-7-eleven-di-
indonesia.
M. Xue, Jennie. 2018. Kejayaan 7-Eleven di Dunia dan Kegagalan di Indonesia. Diakses pada
24 Desember 2022. Tersedia di https://www.jenniexue.com/kejayaan-7-eleven-di-
dunia-dan-kegagalan-di-indonesia/
Pankaj M Madhani. 2010 .Resource Based View (RBV) of Competitive Advantage An
Overview. Diakses pada 25 Desember 2022. Tersedia di
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1578704
Pressreader. 2017. Belajar dari Strategi Diferensiasi 7-Eleven. Diakses pada 25 Desember
2022. Tersedia pada https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-
pos/20170630/281625305318522
Roman, Darlan., Janaina Piana., Marie Anne Stival Pereira e Leal Lozano., & Nelson De Mello.
2012. "Organizational Competitiveness Factors", Brazilian Business Review, Vol. 9,
No. 1, pp 25-42. DOI:10.15728/bbr.2012.9.1.2