Anda di halaman 1dari 4

TRILOGI PEMBANGUNAN DAN DELAPAN

JALUR PEMERATAAN

Kebijakan pembangunan nasional tetap pada trilogi pembangunan dengan penekanan


terhadap unsur pemerataannya. Artinya, bahwa setiap pelaksanaan pembangungan itu harus
tetap memperhatikan tuntutan yang terdapat di dalam trilogi pembangunan secara selaras,
terpadu, dan saling memperkuat. Ketipa unsur dalam trilogi pembangunan itu adalah :
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya kemakmuran yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya tidak mungkin tercapai / terwujud
tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sedangkan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi tidak mungkin dapat dicapai apabila tanpa adanya stabilitas nasional yang
sehat dan dinamis. Hal ini tercermin bahwa unsur-unsur dalam trilogi pembangunan harus
dikembangkan secara selaras, serasi, terpadu, dan saling mengait. Mari kita pelajari lebih
jelas tentang unsur-unsur dalam trilogi pembangunan :
a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
Pemerataan pemcngunan dan hasil-hasilnya berarti bahwa pembangunan itu harus
dilaksanaan secara merata di seluruh wilayah tanah air, serta hasil-hasilnya harus dapat
dirasakan oleh seluruh rakyat secara adil dan merata. Apa yang dimaksud adil dan merata
? Adil dan merata mengandung arti bahwa setiap warga negara harus menerima hasil-
hasil pembangunan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan bagi yang mampu
berperan lebih, harus mendrima hasilnya sesuai dengan darma bhaktinya kepada bangsa
dan negara.
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
Pertumbuhan ekonomi yang bukup tinggi dalam trilogi pembangunan mengandung
makna bahwa :
1. Pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi dari angka laju pertumbuhan penduduk.
2. Upaya mengejar pertumbuhan ekonomi harus tetap memperhatikan keadikan dan
pemerataan.
3. Harus tetap dijaga keselarasan, kererasian, dan keseimbangan dengan bidang-bidang
dengan bidang-bidang pembangunan lainnya.
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
pembangunan itu :
1. Terdapat kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang aman,
tentram dan tertib yang tercipta karena berlakunya aturan yang disepakati bersama.
2. Dalam kondisi stabilitas nasional terdapat iklim yang mendorong berkembangnya
kreativitas masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

Di dalam pelaksanaan pemcngunan selalu diperhatikan asas pemerataan xang menuju


terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dengan melanjutkan, memperluas,
dan memberikan kedalaman pada pelaksanaan delapan jalur pemerataan yang selama ini telah
ditempuh pemerintah .
Adapun yang dimaksud dengan flapan jalur pemerataan itu adalah :
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan, sandang dan
papan ( perumahan ).
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan keselamatan.
c. Pemerataan pembagian pendapatan.
d. Pemerataan kesempatan kerja.
e. Pemerataan kesempatan berusaha.
f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembagunan khurusnya bagi generasi muda
dan jaum wanita.
g. Pemerataan penyebaran pembangunan di wilayah tanah air.
h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Kebijakan Pembangunan (Pelita I - Pelita VI)

REPELITA atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah satuan perencanaan yang dibuat
oleh pemerintah orde baru di Indonesia.

Pelita berlangsung dari Pelita I-Pelita VI.

Pelita I (1 April 1969 31 Maret 1974)


Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal
pembangunan Orde Baru.
Titik Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas
penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian. Muncul peristiwa Marali (Malapetaka
Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan
PM Jepang Tanaka ke Indonesia.
Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar
tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak
beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.

Pelita II (1 April 1974 31 Maret 1979)


Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan
prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal
irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan
yang di rehabilitasi dan di bangun.

Pelita III (1 April 1979 31 Maret 1984)


Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan
kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan
nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.Inti dari kedua
pedoman tersebut
Pelita IV (1 April 1984 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil yang
dicapai pada Pelita IV antara lain swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil
memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil- nya Indonesia berhasil swasembada beras.
kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia)
pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain swasembada
pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk keluarga.

Pelita V (1 April 1989 31 Maret 1994)


Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang
tahap pertama. Lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang ke dua, yaitu dengan
mengadakan Pelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki proses tinggal landas
Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi menuju terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Pelita VI (1 April 1994 31 Maret 1999)


Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri
dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada
periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu
perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.

Anda mungkin juga menyukai