Anda di halaman 1dari 15

BERITA ACARA KELOMPOK 3

DESENTRALISA fISKAL
Dosen Pengampu : Putri Kemala Dewi Lubis,S.E,.M.Si.,Ak.,CA

Oleh :

Kelompok 3

1. Ade Wengki G Turnip (7192540003)


2. Sonya Natasya Samosir (7192540008)
3. Wiwik A Simbolon (7193240028)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KELOMPOK 3

ADE WENGKI G TURNIP (7192540003)


SONYA NATASYA SAMOSIR (7192540008)
WIWIK A SIMBOLON (7193240028)

Kelas : Ilmu Ekonomi 2019


Mata Kuliah : Keuangan Daerah
Dosen Pengampu : Putri Kemala Dewi Lubis, S.E., M.Si., AK

BERITA ACARA

Tempat dan Waktu


Hari dan Tanggal : Selasa, 30-Agustus-2022
Waktu : 13.50 s/d 16.20 WIB
Tempat : 178.1.20
Judul Makalah : Desentralisasi Fiskal

1
Proses Jalannya Diskusi
Pembukaan
Moderator menyapa Dosen dan audiens, serta mengirimkan materi perkuliahan dan
mempersilakan kepada audiens untuk membaca materi yang telah dikirim terlebih dahulu.
Pertanyaan
Dalam presentasi ini terdapat 13 pertanyaan yang diajukan oleh 13 mahasiswa, yaitu :
KELOMPOK 1

Pertanyaan dari: Gabriel Adi Putra Tampubolon

Saya Gabriel Adi Putra Tampubolon Perwakilan dari kelompok 1,izin bertanya. Desentralisasi
fiskal diberlakukan tahun 2000 yang dimana kewenangan pemerintahan pusat diberikan
kepada tiap daerah dalam mengatur rumah tangga daerah itu sendiri. Pertanyaan saya Coba
saudara kaitkan contoh kasus pada daerah yang menjalani desentralisasi fiskal yang baik dan
daerah yang menjalani desentralisasi fiskal yang kurang baik,jelaskan dimana letak
perbandingan nya dan apa solusi yang kelompok penyaji bisa tawarkan dari perbandingan
tersebut.

Dijawab Oleh:

KELOMPOK 2

Pertanyaan dari: Sadariah Banurea

Saya Sadariah Banurea perwakilan kelompok 2 izin bertanya Apa yang menjadi tantangan
desentralisasi fiskal di Indonesia hingga masa pandemi covid yang banyak mengubah
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)?
Dijawab Oleh: Sonya Natasya Samosir

Tantangan terbesar desentralisasi fiskal hingga saat ini adalah masih kuatnya peran
pemerintah pusat dalam pengelolaan APBD. Instrumen dana transfer menjadi alat pemerintah
pusat untuk masuk lebih dalam pengelolaan anggaran daerah. Terlebih sebagian besar sumber
APBD di banyak daerah masih tergantung dari aliran dana transfer pusat, Fenomena ini harus
menjadi catatan penting bagi banyak pihak untuk menjamin desentralisasi fiskal dapat
dijalankan dengan secara optimal oleh pemerintah daerah

2
KELOMPOK 3

Pertanyaan dari: Rim Gomos Sitanggang

Nama saya Rim Gomos Sitanggang, perwakilan dari kelompok 4 , izin bertanya Semenjak
diterapkannya desentralisasi fiskal ,jumlah pegawai pemerintahan kabupaten/kota meningkat
dengan tajam terutama pegawai honor atau p3k di daerah , peningkatan jumlah pegawai
tergambar dari alokasi belanja pegawai yang cukup besar Bahkan sebagian daerah belanja
pegawainya berkisar 50 % bahkan di atas 50 % . Pertanyaan saya ,bagaimana pengalokasian
anggaran belanja pegawai yang baik menurut kelompok penyaji ? Dan apakah pengurangan
pegawai merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi belanja pegawai
pemerintah daerah ?
Dijawab Oleh: Ade Wengki Turnip

Ibarat perusahaan, alokasi anggaran yang terlalu besar untuk membayar gaji pegawai bisa bikin
runyam. Alih-alih berekspansi, perusahaan malah bisa bangkrut lantaran terbebani biaya
pegawai. Demikian pula anggaran pemerintah kita bisa tekor jika bujet gaji pegawai terus
membengkak. Menata Belanja Birokrasi pada Pemerintah Daerah

Penyempurnaan undang-undang terkait hubungan keuangan antara pusat dan daerah


memberikan nuansa baru pada pengelolaan belanja di daerah. Termasuk di antaranya pengaturan
mengenai proporsi belanja yang ada di APBD. UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pusat dan Daerah (HKPD) memberikan penekanan mengenai batas maksimal
belanja pegawai serta batas minimal belanja modal yang harus dialokasikan. Pada undang-
undang tersebut diatur mengenai batas maksimal belanja pegawai sebesar 30% dari APBD
sedangkan batas minimal belanja modal minimal sebesar 40% dari APBD. Dalam hal terdapat
pemda yang belum memenuhi besaran persentase di atas, terdapat waktu selama lima tahun sejak
penetapan UU HKPD untuk melakukan penyesuaian besaran persentase belanja terhadap APBD.

Hanya ada dua cara yang dapat ditempuh untuk menyesuaikan persentase belanja pegawai pada
APBD khususnya bagi pemda yang selama ini di atas batas maksimal. Langkah pertama adalah
peningkatan pendapatan daerah terutama dari unsur Pendapatan Asli Daerah (PAD) sedangkan
langkah kedua adalah penataan pegawai yang ada di pemerintah daerah.

3
Langkah pertama merupakan cara yang diharapkan oleh pemerintah pusat, di mana pemda
diharapkan dapat mandiri menggali potensi ekonomi yang dimilikinya sehingga akan
mengurangi ketergantungan fiskal yang bersumber dari pemerintah pusat. Meningkatkan PAD
akan secara optimal dilakukan apabila tersedia waktu yang cukup untuk menyusun road map
pada masing-masing pemda.

Langkah kedua yang dapat dilakukan adalah penataan pegawai yang ada di daerah. Pembatasan
besaran maksimal belanja pegawai pada APBD akan memaksa pemda untuk mengubah cara
pandang mengenai pegawai. Mungkin sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa pertumbuhan
pegawai akan mencapai titik minus growth. Penggunaan teknologi informasi tak ayal akan
menjadi pilihan utama di tengah keterbatasan jumlah pegawai baru yang direkrut. Mencoba
menambah pegawai melalu jalur non ASN juga bukan merupakan hal yang tepat mengingat ada
pembatas lain berupa belanja modal yang akan mengurangi porsi belanja barang dan jasa. Salah
satu cara yang mungkin ditempuh adalah melakukan pergeseran pegawai baik intern unit hingga
antar unit yang ada di pemda.

KELOMPOK 5

Pertanyaan dari: Muhammad riski afandi ritonga

Nama saya Muhammad riski afandi ritonga perwakilan kelompok 5 izin bertanya,
Desentralisasi fiskal, merupakan komponen utama dari desentralisasi. Apabila Pemerintah
Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan
keputusan pengeluaran di sektor publik, maka mereka harus mendapat dukungan sumber-
sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagi
Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Pinjaman, maupun Subsidi/Bantuan dari Pemerintah Pusat,
Desentralisasi bertujuan menciptakan pemerataan kesejahteraan di seluruh pelosok Indonesia.
Namun dalam kenyataannya, pelaksanaan otonomi dan desentralisasi fiskal selama ini masih
belum optimal dalam menciptakan pemerataan pelayanan dasar. pertanyaan saya bagaimana
menurut pandangan kelompok penyaji tentang poin poin yang saya sampaikan diatas,karena
belum optimalnya dalam pemerataan yg dilakukan pemerintah saat ini,ditambah lagi dengan
masalah covid langkah langkah apa yg harus dilakukan demi untuk mengoptimalkan
fungsinya secara efektif.

4
Dijawab Oleh: Wiwik A Simbolon

Harmonisasi belanja pusat dan daerah telah diawali dengan pembagian urusan pemerintahan
antara pusat dan daerah yang semakin jelas dengan disertai sistem perencanaan dan
penganggaran yang terus diperkuat. Namun demikian terdapat potensi tumpang tindih dan
ketidakselarasan belanja antara pusat dan daerah bila tidak disertai pemahaman yang utuh
mengenai pembagian urusan antar tingkat pemerintahan. Potensi ketidakselarasan juga dapat
terjadi pada proses perencanaan dan penganggaran antar tingkat pemerintahan. Potensi tidak
selaras terutama pada tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang disebabkan
berbeda periode pemilihan presiden dan kepala daerah. Selain itu, periode tahapan
penganggaran APBN dan APBD yang hampir bersamaan juga dapat menyebabkan kebijakan
APBN dan APBD tidak sejalan. yang mengakibatkan fungsinya tidak optimal.

Meski prinsip yang digunakan dalam alokasi anggaran adalah desentralisasi yang berorientasi
pada pengelolaan mandiri setiap daerah, ternyata secara praktis daerah justru mengalami
kekurangan pemasukan dari sektor penting seperti pajak. Hal ini disebabkan karena banyak jenis
pajak yang cenderung bernilai besar ditarik oleh pemerintah pusat. Di sektor pajak, yang
kemudian bisa diharapkan jadi pemasukan pemerintah daerah mungkin hanya Pajak hotel dan
Pajak Restoran. Sedangkan pajak dari perusahaan yang berada di daerah tersebut justru masuk ke
pemerintah pusat. Meski secara regulasi hal ini tepat, namun ternyata di lapangan yang terjadi
adalah sebaliknya. Untuk itu akan lebih baik jika pemerintah melakukan kajian pada kebijakan
pengelolaan pajak di level daerah

Praktik kerja sama fiskal telah dilaksanakan dalam berbagai bentuk yang membuka peluang
bagi daerah untuk mempercepat pemenuhan layanan dasar publik. Namun demikian, masih
banyak daerah yang belum menempuh skema kerja sama fiskal ini dengan berbagai latar
belakang. Masih rendahnya pemahaman mekanisme kerja sama fiskal, kurangnya komunikasi
yang dilakukan, serta pemilihan program/proyek yang cocok untuk dikerjasamakan menjadi
bagian tantangan yang harus dihadapi pelaksanaan kerja sama fiskal daerah.

langkah yg harus dilakukan demi untuk mengoptimalkan fungsinya secara efektif yaitu
semakin ditekan kannya peran desentralisasi fiskal sebagai instrumen fiskal untuk

5
meningkatkan kualitas layanan publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terus
diperkuat melalui peningkatan kualitas hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang lebih transparan dan akuntabel agar pengelolaan sumber daya fiskal
antara pusat dan daerah lebih efektif dan efisien.

KELOMPOK 6

Pertanyaan dari: M. Arif Munthe

Saya M. Arif Munthe Perwakilan kelompok 6 Desentralisasi fiskal secara teoritis akan
berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan serta efisiensi.
Desentralisasi fiskal kemudian menjadi strategi yang harus dijalankan oleh pemerintah pusat
dalam membangun keselarasan hubungan antar unit pemerintahan baik secara vertikal
maupun horizontal. Namun bagi daerah-daerah pasca pemekaran, pemekaran, implikasi
tersebut belum seluruhnya teruji. Bagaimana implikasi atau kemampuan dari desentralisasi
fiskal dalam mewujudkan kemandirian daerah sebagai tujuan utama otonomi daerah di
kabupaten- kabupaten pasca pemekaran?

Dijawab Oleh: Wiwik A Simbolon

Desentralisasi fiskal secara teori akan berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pembangunan, serta peningkatan akuntabilitas dan efisiensi. Dalam perspektif
pemerintahan, desentralisasi fiskal kemudian menjadi strategi yang wajib dijalankan oleh
pemerintah pusat untuk membangun hubungan yang selaras antar unit pemerintahan baik secara
vertikal maupun horizontal. Adapun secara praktis, menurut Abimanyu dan Megantara (dalam
Sasana, 2015:p.4) desentralisasi fiskal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Pengaruh positif desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi
telah dijelaskan oleh beberapa riset. Penelitian Wibowo (dalam Badrudin, 2012:p.109)
menegaskan bahwa desentralisasi fiskal di Indonesia selama periode 1999-2004 secara umum
memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan daerah. Hasil penelitiannya
memperlihatkan bahwa era baru desentralisasi fiskal yang diluncurkan sejak tahun 2001 telah
memberikan dampak yang relatif lebih baik terhadap pembangunan daerah dibandingkan dengan

6
rezim sebelumnya. Hal di atas juga diperkuat oleh temuan Simanjuntak (2010) yang menegaskan
bahwa potret perekonomian nasional dan tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung meningkat
dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan sumber-sumber pendanaan daerah sebagai salah
satu implikasi dari kebijakan desentralisasi fiskal.

Popularitas desentralisasi fiskal dan implikasinya dalam pencapaian berbagai tujuan di atas
menjadi argumen yang kemudian banyak melatarbelakangi hasrat atau keinginan untuk
melakukan pemekaran wilayah. Menurut Nurman (2013) adanya adagium “semakin banyak unit
pemerintahan otonom di suatu daerah maka akan semakin besar dampaknya pada jumlah transfer
dana ke daerah” menjadi salah satu motif utama dari keinginan untuk melakukan pemekaran
wilayah

KELOMPOK 7

Pertanyaan dari: Ananda Febriyanti

Saya Ananda Febriyanti perwakilan kelompok 7 izin bertanya. Dalam implementasinya,


desentralisasi fiskal selama ini dianggap sebagai kebebasan untuk membelanjakan dana sesuai
dengan prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah. Ada beberapa isu desentralisasi fiskal
salah satunya besarnya ketergantungan pemerintah daerah kepada dana transfer karena belum
optimalnya pendapatan asli daerah. Pertanyaanya bagaimana cara menanggulangi hal tersebut
agar pemerintah tidak terlalu bergantung pada dana transfer ?

Dijawab Oleh: Wiwik A Simbolon

Menurut pendapat kelompok kami Strategi dalam upaya mangatasi tingkat ketergantungan
terhadap dana transfer dalam menunjang APBD yaitu dilakukan dengan 2 (dua) pola: 1)
Intensifikasi yaitu Pemerintah Daerah melakukan pengoptimalisasian Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dengan cara mengoptimalkan sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah yang
sudah ada; 2)Ekstensifikasi yaitu mangatasi tingkat ketergantungan terhadap dana transfer
dengan peningkatan pendapatan Daerah dengan lebih menekankan pada perluasaan sumber-
sumber pendapatan baru, yakni dengan melakukan pengembangkan retribusi pada retribusi
dari pengembangan pelayanan pasar, retribusi parkir dan retribusi lainnya.

7
KELOMPOK 8

Pertanyaan dari: Asri Putra Nardi Sitohang

Nama saya Asri Putra Nardi Sitohang perwakilan kelompok 8, izin bertanya. Sinergi antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tentu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
penerimaan pajak pusat dan daerah. Salah satu jenis sinergi yang dimaksud adalah dalam
mengoptimalkan pertukaran dan pemanfaatan data atau informasi perpajakan. Coba jelaskan
skema pertukaran dan pemanfaatan data informasi pajak yang dimaksud. Dan bagaimana
bentuk data yang ditukar.
Dijawab Oleh: Sonya Natasya Samosir

AEoI adalah pertukaran informasi yang melibatkan transmisi sistematis dan periodik atas
informasi wajib pajak yang dilakukan secara 'massal' oleh negara asal ke negara tempat wajib
pajak terdaftar sebagai residen pajak. Informasi wajib pajak itu mengenai berbagai jenis
penghasilan seperti dividen, bunga, royalti, gaji, dan pensiun. Informasi yang dipertukarkan
otomatis biasanya dihimpun di negara asal secara rutin melalui pelaporan transaksi oleh payer
yakni lembaga keuangan, pemberi kerja, dan lain lain. AEoI juga dapat digunakan untuk
mengirim jenis informasi penting lain seperti perubahan tempat tinggal, pembelian atau
keberadaan harta tak bergerak, pengembalian pajak pertambahan nilai, dan lain lain. Dengan
demikian, AEoI membuat otoritas pajak negara tempat wajib pajak terdaftar sebagai residen
dapat memeriksa laporan pajak (SPT) wajib pajak guna memverifikasi keakuratan atas
penghasilan dari luar negeri yang telah dilaporkan

KELOMPOK 9

Pertanyaan dari: Jhoni Laris Simbolon


Saya Jhoni Laris Simbolon perwakilan dari kelompok 9 izin bertanya. Kekurangan dari sistem
desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan, di mana
wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok, coba berikan
contoh kasus kekurangan dari sistem desentralisasi pada sisi kewenangan fiskal!
Dijawab Oleh:

8
KELOMPOK 10

Pertanyaan dari: Debby Siregar

Saya Debby Siregar perwakilan dari kelompok 10. Secara teori, desentralisasi fiskal dipercaya
dapat memperbaiki tata kelola dan mendorong pemerintah daerah untuk lebih bertanggung
jawab dan responsif. Walaupun kebijakan yang semakin populer negara tersebut pernah akan
mengalami kegagalan dalam mencapai sistem desentralisasi fiskal yang efektif. Yang ingin
saya tanyakan, coba kelompok penyaji jelaskan faktor apa saja yang menjadi penyebab sistem
Desentralisasi Fiskal kurang efektif dijalankan ? Dan menurut kelompok penyaji, bagaimana
pandangan atau tanggapan saudara desentralisasi fiskal di sumatera utara saat ini, Terima
kasih.
Dijawab Oleh: Wiwik A Simbolon

factor yang menjadi penyebab sistem Desentralisasi Fiskal kurang efektif dijalankan

 Sentralisasi Perpajakan
Meski prinsip yang digunakan dalam alokasi anggaran adalah desentralisasi yang berorientasi
pada pengelolaan mandiri setiap daerah, ternyata secara praktis daerah justru mengalami
kekurangan pemasukan dari sektor penting seperti pajak. Hal ini disebabkan karena banyak jenis
pajak yang cenderung bernilai besar ditarik oleh pemerintah pusat. Di sektor pajak, yang
kemudian bisa diharapkan jadi pemasukan pemerintah daerah mungkin hanya Pajak hotel dan
Pajak Restoran. Sedangkan pajak dari perusahaan yang berada di daerah tersebut justru masuk ke
pemerintah pusat. Meski secara regulasi hal ini tepat, namun ternyata di lapangan yang terjadi
adalah sebaliknya. Untuk itu akan lebih baik jika pemerintah melakukan kajian pada kebijakan
pengelolaan pajak di level daerah.

 Penyebab Kedua, Partisipasi BUMD


Ketidakseimbangan desentralisasi fiskal yang terjadi di daerah juga terjadi akibat kurang
berperannya BUMD sebagai sumber pemasukan daerah. Setiap daerah memiliki unit usaha yang
sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Idealnya, jika BUMD ini
dikembangkan maka dapat menjadi sumber pemasukan dari daerah tersebut dan membantu
menambah pemasukan daerah.

9
Seharusnya, BUMD dikelola secara profesional dan dikembangkan menjadi unit usaha
berstandar internasional. Analisis pada kinerja BUMD perlu dilakukan secara mendalam untuk
mendapatkan formula pengelolaan yang efektif. Tentu pemerintah daerah tidak dapat bekerja
sendirian dalam hal ini, mungkin hasilnya akan optimal jika pemerintah daerah bekerja sama
dengan pihak swasta.
 Penyebab Ketiga, Persaingan Pajak
Tarif pajak yang dikenakan untuk industri di setiap daerah tentu saja berbeda tergantung
kebijakan pemerintah daerah setempat. Yang menjadi masalah adalah ketika antar pemerintah
daerah kemudian berkompetisi untuk menurunkan pajak agar investor bersedia masuk. Hal yang
dimaksudkan sebagai penarik investor ini justru menjadi ‘senjata makan tuan’ untuk pemerintah
daerah.

Rendahnya tarif pajak yang ditetapkan, mungkin akan menarik investor. Namun jika
diperhitungkan, hal ini akan mengurangi pendapatan daerah dari sektor pajak yang sudah sangat
terbatas. Solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah penetapan batas bawah pajak daerah oleh
pemerintah pusat, sehingga berapapun pajak yang ditetapkan untuk bersaing tidak malah
merugikan pemerintah daerah.

 Penyebab Keempat, Alokasi Belanja Daerah


Dana yang dimiliki pemerintah daerah nyatanya tidak semua diorientasikan untuk pembangunan
daerah. Banyak daerah yang justru mengalokasikan dana ini untuk ‘sekedar’ membayar pegawai.
Pembangunan yang dilakukan kemudian digantungkan pada kucuran dana pemerintah pusat,
sehingga tidak dapat berjalan dengan optimal.

Solusi ideal untuk permasalahan ini sebenarnya cukup sederhana, pemerintah pusat dapat
menetapkan batasan presentasi alokasi yang digunakan untuk belanja pegawai dan belanja
modal. Ketika terdapat angka pasti yang diwajibkan pemerintah, maka mau tidak mau
pemerintah daerah akan mengolah dana yang dimiliki sesuai dengan peraturan yang ditetapkan,
sehingga diharapkan dapat melakukan pembangunan dengan lebih maksimal.

Menurut pandangan kami desentralisasi fiskal di sumatera utara saat ini, berjalan engan baik
melihat dari PDRB Sumatera Utara pada triwulan I sebesar Rp. 177,62 triliun menunjukkan
sinyal positif atas menggeliatnya aktivitas perekonomian. Peningkatan PDRB menggambarkan

10
pertumbuhan ekonomi sebesar -4,01 % (q-to-q) atau 4,71% (y-on-y). Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi perekonomian Sumatera Utara termasuk baik jika dibandingkan dengan provinsi
lainnya. Perlambatan pertumbuhan ini desebabkan karena aktivitas perekonomian masih lambat
di awal tahun, baik di sektor pemerintah maupun sektor swasta. Pengeluaran pemerintah yang
menurun tajam sangat mempengaruhi pencapaian PDRB .

Proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah Sumatera Utara
sudah cukup optimal dan memuaskan, dikatakan sudah cukup optimal dan memuaskan
dikarenakan Kontribusi Pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan dan aktifitas
perekonomian daerah sudah dapat dibiayai secara langsung oleh Pendapatan Asli Daerah-nya
ditunjukkan dengan besaran persentase PAD terhadap Total Penerimaan Daerah sudah lebih
besar dari 50%, sehingga ketergantungan terhadap pemerintah pusat tidak lagi bersifat dominan
(telah sbersifat otonom atau terdesentralisasi fiskal).

KELOMPOK 11

Pertanyaan dari: Vera Dwifany

Saya Vera Dwifany perwakilan dari kelompok 11 izin bertanya Desentralisasi fiskal dilakukan
untuk mendorong pemerintah daerah dalam melakukan optimalisasi penerimaan dan
peningkatan kualitas belanja daerah. Pertanyaan nya ialah bagaimana prosedur atau skema
pengelolaan desentralisasi fiskal serta apa saja komponen-komponen yang mendukung
suksesnya desentralisasi fiskal?
Dijawab Oleh:

KELOMPOK 12

Pertanyaan dari: Fitri Sani

Saya ingin bertanya seperti yg kita ketahui Desentralisasi fiskal merupakan salah satu
instrumen yang digunakan pemerintah dalam mengelola pembangunan guna mendorong
perekonomian daerah maupun nasional. Yg mau saya tanyakan disini adalah apakah ada
hambatan dari desentralisasi fiskal ini yg membuat kuranya efektifitas pengimplementasian
desentralisasi fiskal dan berikan cth penyebab hambatan nya , terimakasih.
Dijawab Oleh: Wiwik A Simbolon

11
Terdapat bebrapa faktor utama yang menjadi penyebab sistem desentralisasi fiskal tidak
berjalan dengan maksimal.
Pertama, rancangan sistem desentralisasi tidak memiliki konsep yang kuat. Salah satunya
disebabkan oleh tidak adanya expenditure assignment yang jelas dan terkendala oleh system
harmonisasi kebijakan antara pusat dengan daerah.Selain itu, rancangan sistem desentralisasi
fiscal yang tidak mempertimbangkan ketergantungan transfer dari anggaran pusat yang
berlebihan juga menjadi hambatan yang serius.
Kedua hambatan yang berasala dari pusat, pemerintah pusat yang tidak kuat secara
kelembagaaan seringkali menyebabkan desentralisasi menjadi tidak efektif. Contoh kasus
lemahnya sistem di pusat tersebut ialah ketidakstabilan politik. Lebih lanjut, ketidaksiapan
pemerintah pusat juga dapat terlihat dalam pengawasan dan pengoptimalan sistem pajak dan
pungutan lainnya yang dikelola di tingkat pusat.
Ketiga, perlawanan dari suku-suku tradisional di daerah. Pada kasus di beberapa negara,
hambatan desentralisasi juga dapat disebabkan oleh adanya konflik antara pemerintah daerah
dengan suku tradisional. Selain itu, terdapat juga perlawanan dari pihak yang berkuasa secara
‘tidak formal,' seperti misalnya kelompok kepentingan yang memiliki basis politik yang kuat di
daerah.
Keempat, dampak sejarah dan pengaruh colonial terhadap tradisi pola kekuasaan di daerah.
Latar belakang historis tersebut berdampak pada potensi bahwa unit entitas di daerah kemudian
tidak menjalankan fungsi desentralisasinya dikarenakan sumber daya manusianya tidak memiliki
tujuan karir yang sejalan dengan tujuan desentralisasi.
Kelima, keengganan otoritas pusat dikarenakan ketakutan akan hilangnya kontrol politik.
Walaupun desentralisasi secara konsep dapat meningkatkan efektivitas belanja publik, pihak
pemerintah pusat seringkali beranggapan bahwa legitimasi mereka akan menurun. Terlebih, pada
beberapa Negara yang dianalisis, terdapat pula kekhawatiran akan terjadinya kompetisi politik
dan melemahkan kekuatan politik partai yang berkuasa di pusat.

12
KELOMPOK 13

Pertanyaan dari: Yuni Sartika Manalu

Saya Yuni Sartika Manalu perwakilan kelompok 13, izin bertanya. Bagaimana pengaruh
desentralisasi fiskal terhadap kesejahteraan masyarakat? Apa yang harus diperhatikan agar
kiranya desentralisasi fiskal dapat berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat?

Dijawab Oleh: Ade Wengki Turnip

Lindahman dan Thurmaier (2002) meneliti tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap
kesejahteraan masyarakat yang diukur dari pencapaian masyarakat atas kebutuhan dasar (basic
needs), yaitu pendidikan yang lebih baik dan penduduk yang sehat. Mereka menggunakan
variabel desentralisasi penerimaan dan pengeluaran untuk melihat variabel desentralisasi dan
human development index untuk melihat basic needs. Hasil kajian empirik menemukan bahwa
desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap pencapaian kebutuhan dasar bagi
masyarakat. Hal ini sesuai dengan argumentasi di mana desentralisasi fiskal akan membuat
pemerintah daerah lebih mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan
masyarakatnya. Namun, walaupun desentralisasi fiskal dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, di sisi lain juga dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, misalnya
ketimpangan antar daerah, ketidakstabilan makroekonomi, dan sebagainya.
Di Indonesia, penelitian yang menjelaskan pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
kesejahteraan masyarakat diantaranya Hirawan (2007) menyatakan bahwa Indonesia
mengalami perbaikan cukup signifikan dalam berbagai aspek di era otonomi daerah. Di
bidang pendidikan, misalnya, dorongan pemerintah pusat untuk membangun sekolahsekolah
di setiap daerah telah meningkatkan
tingkat pendaftaran (enrollment rate) cukup tinggi. Berbagai indikator di bidang kesehatan
masyarakat juga menunjukkan adanya perbaikan/peningkatan selama beberapa tahun terakhir;
belanja publik secara riil untuk kesehatan dari tahun 2001-2006 naik hampir 100%. Juga
Simanjuntak (2010) menegaskan bahwa potret perekonomian nasional dan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun memang sejalan
dengan peningkatan sumber-sumber pendanaan daerah, karena desentralisasi fiskal.

13
Pemberian otonomi daerah melalui desentralisasi fiskal dan kewenangan daerah memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dengan desentralisasi Pemerintah Daerah lebih mengetahui apa
yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat lokal (local needs and local demand)
sehingga sevice delivery semakin responsif dan mampu mengantarkan masyarakat menjadi
lebih sejahtera.

KELOMPOK 14

Pertanyaan dari: Syaiful Abdi Ritonga,

Nama saya Syaiful Abdi Ritonga, perwakilan dari kelompok 14 izin bertanya. Kita tau bahwa
desentralisasi fiskal telah di laksanakan sejak 2001 diawali dengan pengesahan UU No 25
tahun 1999, artinya program ini telah berjalan sudah 21 tahun. Adapun salah satu tujuan dari
kebijakan fiskal adalah mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam hal pengelolaan
keuangan. Namun faktanya masih banyak kasus dalam pengeloaan keuangan daerah. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) pada semester II tahun 2021 mengungkap 6011 permasalahan
pengelolaan keuangan dan hampir setiap tahun selalu ada kasus atau masalah dalam hal
pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Jadi pertanyaan nya, apa yang menjadi penyebab
dibalik kasus pengelolaan keuangan yang terjadi hampir setiap tahun, apakah ada regulasi atau
aturan yang harus di ubah, dan kira kira apa solusi yang dapat kelompok penyaji tawarkan
kepada pemangku kebijakan agar pelaksanaan desentralisasi fiskal dapat berjalan
sebagaimana tujuan nya?
Dijawab Oleh:

14

Anda mungkin juga menyukai