Anda di halaman 1dari 13

ANALISA FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP PROFESI

KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) DI INDUSTRI


KEUANGAN DI INDONESIA

Jurnal Analisa Makro Bisnis

Oleh :
Romi Hendra
NRP - 22016047

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


STIE CIREBON
2017
ANALISA FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP PROFESI KANTOR JASA
AKUNTANSI (KJA) DI INDUSTRI KEUANGAN DI INDONESIA

A. Latar belakang masalah

Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economy Community (AEC)
dengan sistem liberalisasi perdagangan barang dan jasa di kawasan Asean sangat
mempengaruhi kondisi ekonomi khususnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sehingga
diperlukan suatu keahlian atau softskill dan pengalaman bekerja di profesi Akuntansi agar
bisa bersaing dengan tenaga-tenaga asing khususnya dari Asean. Dengan adanya kesepakatan
bersama antar negara Asean atau Asean Free Trade Area (AFTA) tahun 1992 di Singapura
dan akan diterapkan di tahun 2020. Khususnya kawasan perdagangan bebas atas Jasa Profesi
Keuangan khususnya Akuntan, yang perlu diperhatikan, antara lain:

a. Movement of natural persons, yakni kehadiran tenaga asing yang menyediakan


keahlianya di bidang jasa.
b. Adanya Mutual Recognition Agreements (MRA), yaitu kesepakatan bersama untuk
saling mengaukui dan menerima beberapa atau semua aspek dari hasil tes atau berupa
sertifikat.
c. MRA merupakan pengakuan kesetaraan/kesamaan atas ketrampilan/profesionalisme.
d. Ada 8 bidang MRA: jasa teknik, pariwisata, profesional, jasa arsitek, jasa akuntansi,
kualifikasi survey, jasa perawatan, praktisi medis dan praktisi/dokter gigi.
e. Warga negara-negara ASEAN bebas keluar masuk ke negara lain tanpa adanya
hambatan
f. Hanya berlaku untuk tenaga trampil (skilled labour).

Oleh karena itu diperlukan strategi khusus dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM)
agar bisa bersaing di pasar bebas ini. Salah satu strateginya adalah aspek Pemasaran.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha
dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan
untuk mendapatkan laba. Pada dasarnya tujuan pokok mendirikan perusahaan adalah:

g. Mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan


h. Mendapatkan Laba
i. Meningkatkan volume penjualan
j. Meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham

Sebelum membahas pemasaran di dalam bisnis profesi Akuntan, sebaiknya kita mengetahui
tentang Etika, Profesi & Profesionalisme Akuntan. Karena seorang Akuntan dalam
pelaksanaan profesi sudah diatur dalam kode etik dari organisasi profesi asosiasi Akuntan.
Sedangkan di Indonesia yang diakui oleh kementerian keuangan ada banyak, antara lain:

a. IAI atau Ikatan Akuntan Indonesia


b. IAPI atau Ikatan Akuntan Publik Indonesia
c. IAMI atau Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia
d. IKPI atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia

Sejarah tonggak menuju MEA:


B. Perumusan Masalah

Bagaimana strategi menghadapi pasar MEA terhadap profesi Kantor Jasa Akuntansi (KJA) di
industri keuangan di Indonesia?

C. Pembahasan dan Analisa

Faktor Pertimbangan Penentuan Strategi bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan


bebas adalah:
1. Faktor Internal;
Dalam analisis faktor internal, perusahaan akan berfokus kepada strength dan weakness
yang dimilikinya. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat melakukan identifikasi atas
resources dan capabilities yang dimilikinya. Dengan kata lain, perusahaan dapat
memanfaatkan resources dan capabilities (resources-based inputs) yang dimilikinya untuk
membuat suatu produk atau jasa yang berbeda.
Resources secara definisi digambarkan sebagai input yang digunakan oleh perusahaan
untuk memproduksi barang atau jasa (Carpenter dan Sanders, 2007). Resources dapat
berbentuk tangible, seperti tanah, bangunan, tenaga kerja, dan dapat pula berbentuk unik
(firm specific) dan intangible, seperti knowledge, reputation, brand equity. Resource yang
bersifat tangible sangat mudah untuk diidentifikasi dan dinilai oleh pesaing, sehingga nilai
competitive advantage-nya lebih kecil dari intangible resource.
Capabilities (competence) secara definisi digambarkan sebagai kemampuan perusahaan
dalam menggunakan sumber dayanya untuk memproduksi barang dan jasa (Carpenter dan
Sanders, 2007). Kompetensi ini merupakan perpaduan antara kemampuan perusahaan
dengan individu yang dimiliki perusahaan. Secara garis besar, kompetensi terdiri dari dua
bagian yakni Distinctive Competence yang merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh
perusahaan tersebut dan Core Competence yang merupakan kemampuan dasar yang dimiliki
suatu perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk melakukan analisis apakah resources dan
capabilities yang dimiliki dapat membantu perusahaan untuk bersaing dan akhirnya dapat
meningkatkan kinerja adalah model VRINE, yang merupakan singkatan dari Value, Rarity,
Inimitability, Non-substitutability dan Exploitability (Carpenter dan Sanders, 2007). Value
dalam model ini menganalisis apakah resource dan capability yang ada dapat menciptakan
peluang bagi perusahaan. Rarity menganalisis apakah perusahaan mempunyai kontrol atas
valuable resources yang sifatnya langka. Inimitability dan Non-substitutability menganalisis
apakah pesaing juga bisa mendapatkan resources dan capability yang langka tersebut dengan
cepat dan apakah pesaing juga bisa mendapatkan keuntungan yang sama jika menggunakan
kombinasi yang sama antara resource dan capability tersebut. Exploitability menganalisis
kemampuan perusahaan mengeksploitasi resource dan capability yang ada tersebut.
Dengan analisis atas faktor internal, perusahaan dapat melakukan identifikasi mengenai
resources dan capabilities yang dimiliki. Selain itu, juga dapat diidentifikasi mengenai
kebutuhan tambahan resources dan capabilities untuk menunjang strategi perusahaan yang
akan dijalankan.
2. Faktor Eksternal atau Makro;
Analisa PESTEL (Politic, Economy, SocialCulture, Technology, Environmental & Law)
pada profesi Kantor Jasa Akuntansi (KJA) di Industri Keuangan di Indonesia, sebagai
berikut:
A. Politik (Politic)
Antara lain KPPU atau Peraturan Antitrust, Peraturan Perpajakan, Stabilitas
Pemerintahan, Peraturan tentang Outsourcing, Peraturan Perdagangan Luar Negeri,
Peraturan Imigrasi, dan Ketentuan Global Warming. Serta kekuatan-kekuatan politik
kerjasama antar negara-negara Asean yang menuntut agar dibangun kerjasama ekonomi
yang tanpa batas atau liberalisasi perdagangan produk dan jasa. Seperti kesepakatan bersama
antar negara Asean berupa AFTA (Asean Free of Trade Area). Khususnya Jasa Profesi
Akuntan berupa penyusunan laporan keuangan atau akuntansi. Peraturan mengenai ketanaga
kerjaan asing dari negara Asean dan terdaftar dalam Organisasi Profesi Akuntan yang diakui
oleh Pemerintah melalui kementrian keuangan maka diperbolehkan atau mendapatkan ijin
kerja di seluruh negara Asean.
B. Ekonomi (Economy)
Antara lain adalah Trend Gross Domestic Bruto (GDB), tingkat bunga, tingkat inflasi,
tingkat pengangguran, pasar mata uang, disposable income, serta pengendalian harga dan
upah. Indonesia merupakan negara Asean yang tertinggi jumlah penduduknya sehingga ini
merupakan potensi pasar yang bagus dan signifikan. Tetapi tidak sebanding dengan jumlah
Akuntan yang terdaftar. Apalagi dibandingkan dengan negara Thailand, Malaysia &
Singapore yang mempunyai Akuntan lebih banyak.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus akan menigkatkan GDB dan mata uang
Rupah serta menurunkan tingkat bunga dan inflasi. Sehingga memberikan dampak positif
yaitu menurunkan tingkat pengangguran dan harga-harga produk dan jasa yang competitive
advantage yang mempunyai nilai jual dan daya saing yang tinggi pula.
C. Sosial & Budaya (SocialCulture)
Antara lain adalah Perubahan Gaya Hidup, Ekspektasi Karir, Life expectancies,
Pension Plans, Health Care, Tingkat Kelahiran, Distribusi Umur dari Populasi, Tingkat
Pendidikan, Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Perpindahan Penduduk dalam Regional.
Kurangnya atas kesadaran kewajiban penyusunan laporan keuangan untuk baik usaha
perseorangan, kecil & menengah yang baik dan benar masih banyak karena kurangnya
pemahaman atas manfaat informasi yang diperoleh dari laporan keuangan. Tetapi di kota-
kota besar terutama masyarakat yang mempunyai sosial dan budaya serta tingkat pendidikan
yang tinggi, rata-rata banyak yang memahami pentingnya dan manfaatnya suatu pencatatan
semua transaksi di dalam laporan keuangan.
D. Teknologi (Technology)
Antara lain adalah Teori Disruptive Innovation atau menggambarkan suatu proses
evolusi produk atau jasa selama beberapa waktu. Jasa Penyusunan Laporan Keuangan atau
Akuntansi yang selama ini dilakukan oleh profesi Akuntan dengan menggunakan sumber
daya manusia yang kompeten dan bersertifikat, mulai ada pergeseran ke software yang bisa
mengganti pekerjaan klerikal pencatatan Akuntansi oleh teknologi inovasi baik sistem online
atau disebut dengan cloud database maupun konvensional di Computer database. Dengan
berjalannya waktu dan percepatan atas penyajian laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan baik oleh manajemen, investor atau perbankan serta keakuratan data maka akan
timbul evolusi dari manual klerikal oleh Software aplikasi Akuntansi yang akurat, cepat dan
dipercaya. Tetapi teori ini belum seluruhnya berhasil menggantikan posisi profesi Akuntan
dalam penyusunan laporan keuangan atau akuntansi, terutama dalam men-Supervisi atas
Kebijakan dan metode pencatatan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku.
E. Lingkungan (Environmental)
Secara geografis Indonesia diuntungkan dengan letaknya yang berada diantara 2 benua
dan samudra. Hal ini akan menguntungkan Indonesia dalam perdagangan dalam skala
nasional dan internasional. Serta memiliki pulau yang cukup banyak sehingga Kantor-kantor
Jasa Akuntansi tidak terkonsentrasi di pulau Jawa saja dan perlu pemerataan sampai ke
tingkat desa. Mengingat program Pemerintah Pusat dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan memberikan bantuan Dana Desa, program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk
Koperasi, UKM sampai ke tingkat individu usaha. Namun potensi bencana yang ada
Indonesia cukup besar seperti Gempa bumi, gunung meletus, Tsunami dan lain sebagainya.
Kondisi tersebut akan mempengaruhi kegiatan operasi dan keamanan KJA-KJA lainya. Hal
ini dikarenakan cukup banyak KJA-KJA berada di daerah yang rawan bencana.
F. Hukum (Law)
Pemerintah menerbitkan ketentuan mengenai Akuntan Beregister Negara melalui
penetapan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014. Penetapan
peraturan tersebut sekaligus menggantikan ketentuan mengenai Akuntan Beregister
Negara sebelumnya, yakni Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor
331/KMK.017/1999. PMK tersebut antara lain mengatur mengenai Register Negara
Akuntan, mekanisme registrasi ulang, pembinaan akuntan profesional Indonesia, pendidikan
profesi akuntansi, ujian sertifikasi akuntan profesional, dan mekanisme pendirian Kantor
Jasa Akuntansi (KJA) serta Asosiasi Profesi Akuntan. Penerbitan PMK ini bertujuan untuk
mewujudkan terciptanya akuntan yang profesional dan memiliki daya saing di tingkat global.
Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) Kementerian Keuangan, Langgeng Subur
dalam keterangan resminya menyampaikan, untuk terdaftar dalam Register Negara Akuntan,
ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, lulus pendidikan profesi akuntansi
atau lulus ujian sertifikasi akuntan profesional. Kedua, berpengalaman di bidang akuntansi.
Ketiga, merupakan anggota Asosiasi Profesi Akuntan, jelasnya. Langgeng menambahkan,
IAI adalah satu-satunya organisasi profesi yang dimaksud dalam PMK ini. Karena itu,
seluruh akuntan profesional Indonesia wajib menjadi anggota IAI. Lebih lanjut ia
memaparkan, PMK ini mewajibkan seluruh akuntan yang telah terdaftar dalam Register
Negara Akuntan di Kementerian Keuangan untuk melakukan registrasi ulang dalam jangka
waktu tiga tahun. Jika tidak melakukan registrasi ulang melalui Asosiasi Profesi Akuntan,
maka yang bersangkutan dinyatakan tidak terdaftar lagi pada Register Negara Akuntan,
katanya.

Data jumlah Akuntan yang terdaftar di IAI (Ikatan Akuntan Indonesia per Juni 2017:

3. Faktor Lingkungan Industri atau Mikro;


Dalam analisis industri, perusahaan perlu melakukan analisis atas tingkat konsentrasi
perusahaan dalam industri. Jika industri sudah terkonsentrasi, menandakan bahwa industri
tersebut akan sulit dimasuki lagi oleh perusahaan lain. Sedangkan jika industri masih
terfragmentasi, maka tingkat persaingan usaha di dalam industri tersebut relatif tinggi.
Analisis tersebut akan memberikan gambaran mengenai kondisi pasar yang akan menjadi
target berkaitan dengan jenis produk yang akan ditawarkan.
Setelah memahami batasan industri, analisis berikutnya adalah karakteristik dan
struktur fundamental. Untuk melakukan analisis tersebut umumnya digunakan five forces
model dari Michael Porter (Rivalry, Threat of Entry, Supplier Power, Buyer Power, dan
Threat of Substitutes) dengan satu tambahan faktor yakni Complementors (Carpenter dan
Sanders, 2007). Keuntungan cenderung akan menurun apabila terdapat su
supplier dan buyer
power yang tinggi, serta ancaman dari new entrants serta terdapat barang substitusi. Jika
terdapat rivalry akan menimbulkan persaingan harga yang tinggi. Sehingga jika kelima
faktor dari Michael Porter mempunyai pengaruh yang kuat, akan me
mengakibatkan
ngakibatkan keuntungan
cenderung menurun. Namun dengan adanya faktor keenam (Complementors) akan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan.
Gambar: Struktur Analisis Lingkungan Industri

Dalam melakukan analisis industri seperti ter


tersebut
sebut di atas, harus diperhatikan bahwa
analisis tersebut bukanlah suatu snapshot, melainkan harus dianggap sebagai suatu
storybook. Maksudnya adalah faktor eksternal tersebut bersifat dinamis, sehingga terdapat
kemungkinan struktur industri tersebut aka
akann berubah. Misalnya dalam industri tertentu
seperti telepon selular, banyak produk baru yang dikeluarkan dalam periode yang relatif
cepat. Dalam industri yang dinamis, faktor barang substitusi dan complementors menjadi
penting, dan dalam industri yang suda
sudahh maju, pembeli akan semakin memahami features dan
biaya dari suatu produk. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan drivers yang
dapat menimbulkan terjadinya perubahan, antara lain adalah stage and pace of transition
dalam industry life cycle serta technological discontinuities.
Selain itu, perusahaan juga harus melakukan analisis atas evolusi industri, sehingga
dapat mengetahui apakah pada saat ini terdapat dalam emerging industries, growth
industries, atau mature and declining industries. Dengan melakukan analisis atas evolusi
industri akan membantu perusahaan untuk menetapkan strategi perusahaan. Misalnya, jika
dari analisis evolusi industri diperoleh gambaran bahwa pasar masih dalam kondisi
emerging, maka perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap tingkat persaingan usaha.
Atau sebaliknya, jika dari analisis evolusi industri diperoleh gambaran bahwa pasar sudah
berada dalam kondisi mature and declining, maka pemilihan strategi differentiation product
atau lower cost menjadi faktor yang penting dalam jenis industri seperti ini.
Dengan melakukan analisis atas industri, sebelum ditentukan strategi perusahaan yang
akan dijalankan, akan diperoleh gambaran mengenai pola pasar, tingkat persaingan usaha,
karakterisitik dan struktur fundamental, serta tingkatan evolusi industri dari pasar yang
menjadi target. Informasi-informasi ini akan sangat membantu perusahaan dalam
mengembangkan strategi usahanya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenter, Mason. A. & Sanders, Wm. Gerard., 2007, Strategic Management: A Dynamic
Perspective, 2nd Edition, Pearson Prentice Hall, USA

IAI, 2015, Peluang dan Tantangan Akuntan di Era MEA, Prof Dr. Ilya Avianti, SE., M.Si.,
Ak., CPA., CA Ketua Dewan Audit merangkap Anggota Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan

Anda mungkin juga menyukai