Anda di halaman 1dari 7

JUDUL

1. Pengaruh Persepsi, Motivasi, Pengetahuan Akuntansi, Jangka Waktu Studi Terhadap


Minat Melanjutkan Studi Pada Program Pendidikan Profesi Akuntansi
2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti
Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak) (Vol. 16 No.1 Januari 2015)
3. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (Ppak) Di Provinsi Lampung (Volume 6, No. 1, Maret 2015
4. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi (Ppak) Dian Fahriani Dianfahriani@Ymail.Com Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(Stiesia) Surabaya (Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
5. Minat Mahasiswa Akuntansi dalam Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppa) ditinjau dari
Gender dan Status Akreditasi Program Studi (Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 6 No. 1, hal:
114-128, Juli 2005 ISSN: 1411-6227 114)

FENOMENA

1. Indonesia Kekurangan Akuntan Profesional

Anton C

Jum'at 27 Juni 2014 - 18:50 WIB

Indonesia Kekurangan Akuntan Profesional

Hingga awal tahun ini setidaknya ada 226.000 organisasi di Indonesia yang memerlukan jasa akuntan.
Foto: Istimewa

JAKARTA - Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) dan Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) menandatangani kerja sama untuk menjembatani kesenjangan permintaan dan kebutuhan tenaga
kerja akuntan profesional sektor publik di Indonesia.

Penandatanganan dilakukan Global Chief Executive of ACCA Helen Brand dan Executive Director of IAPI
Ahmadi Hadisubroto didasari oleh desakan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi dan jumlah
akuntan profesional di Indonesia.

ACCA merupakan asosiasi global untuk akuntan profesional dengan 162.000 anggota dan 428.000 murid.
Saat ini, sertifikasi ACCA telah diakui di 173 negara. ACCA bertujuan menawarkan bisnis yang relevan,
kualifikasi pilihan pertama untuk para pendaftar, kemampuan dan ambisi di seluruh dunia bagi para
profesional yang mencari karier di bidang akuntansi, keuangan, dan manajemen.
Kebutuhan dunia kerja akan akuntan profesional sangat tinggi. Hingga awal tahun ini setidaknya ada
226.000 organisasi di Indonesia yang memerlukan jasa akuntan. Sementara, Pusat Pembinaan Akuntan
dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan mencatat angkatan kerja yang tersedia kurang dari
16.000. Artinya, Indonesia masih kekurangan tenaga akuntan profesional.

Permintaan datang dari perusahaan berskala besar dan menengah. Sementara, kebutuhan yang tinggi
dan serapan pasar ternyata berbanding terbalik dengan ketersediaan angkatan kerja akuntan profesional
di Indonesia, yang masih jauh dari cukup. Karier di bidang akuntan profesional dinilai belum menjadi
sebuah aspiring career, seperti pengacara, dokter, atau profesi lainnya.

Diperlukan kolaborasi antara lembaga pendidikan profesi, pemerintah, asosiasi industri profesi, dan
swasta yang terkoordinasi dengan baik untuk meningkatkan minat angkatan kerja muda, menjadikan
akuntan sebagai profesi yang dilirik dan aspiratif.

Di sisi lain, Indonesia segera masuki masa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, di mana pada
masa tersebut pasar tenaga kerja di seluruh negara ASEAN terbuka lebar dan semakin mudah untuk
dapat bekerja di negara yang termasuk wilayah tersebut. Terlebih bagi mereka yang mempunyai
sertifikasi profesi internasional. Hal ini berlaku juga untuk profesi akuntan. Untuk memenuhi potensi dan
permintaan pasar tenaga kerja, sektor profesional jasa keuangan perlu berbenah diri agar tidak menjadi
tamu di negeri sendiri.

Ekonomi yang terus bertumbuh, membuat Indonesia masuk kelompok negara berkembang dengan
potensi ekonomi tinggi bersama Meksiko, Nigeria, dan Turki (MINT). Akuntan profesional miliki peran
penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam hal memberi keyakinan untuk berinvestasi di
Indonesia.

“Indonesia akan membutuhkan para profesional berkualitas di bidang finansial yang memiliki
kemampuan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Sebagai bagian dari kekuatan ekonomi baru kelompok
MINT, Indonesia harus meningkatkan keyakinan dunia bisnis internasional untuk menjadikan Indonesia
sebagai tujuan investasi, capacity building dan nation building adalah dua kata kuncinya,” ujar Helen
Brand, chief executive ACCA dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/6/2014).

ACCA aktif melakukan riset pasar, kondisi ekonomi, tren profesi akuntan, serta mengadakan konferensi
berskala internasional membahas isu-isu seputar keuangan sektor publik.

Ke depan, ACCA berharap bisa berkolaborasi penuh dengan IAPI dalam mengatasi tantangan
pengembangan kuantitas dan kualitas akuntan di Indonesia, sekaligus mendukung upaya capacity
building dan nation building di Indonesia.

ACCA memiliki lebih dari 15.000 anggota akuntan profesional, dan dengan banyak cara telah berhasil
membantu serta mendukung mereka untuk mencapai puncak potensi yang dimiliki dalam menjalani
karier sebagai akuntan.

(dmd)
https://ekbis.sindonews.com/read/877716/34/indonesia-kekurangan-akuntan-profesional-1403869825

2. Profesi Akuntan Hadapi Tantangan Berat

Andik Sismanto

Selasa 12 Desember 2017 - 20:08 WIB

Profesi Akuntan Hadapi Tantangan Berat

Profesi akuntan memiliki tantangan yang berat, dalam kiprahnya sebagai penjaga integritas
pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Foto/Ilustrasi

SEMARANG - Profesi akuntan memiliki tantangan yang berat, dalam kiprahnya sebagai penjaga integritas
pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Jawa
Tengah Tarmizi Ahmad mengatakan, akuntan menghadapi tantangan seiring kemajuan zaman.

Jika semula hanya berkutat dengan pemikiran mikro dan mengurusi laporan keuangan saja, maka
menurut Tarmizi harus lebih maju dari hal itu. Lantaran dunia sudah berubah sekarang. Dengan
perubahan zaman yang berkembang pesat, seorang profesi akuntan harus menjadi profesi terdepan
dalam menghadapi dunia bisnis.

Pemikiran akutan yang dulunya mikro, terang dia sekarang harus makro. "Masa depan dunia yang
didukung perkembangan teknologi secara dinamis, telah memperbarui fungsi bisnis dan model
operasional ke level yang tidak pernah diduga akan terjadi seperti sekarang," katanya di Semarang,
Selasa (12/12/2017).

Dia menambahkan oleh karena itu dalam rangka memperingati HUT IAI ke 60 pihaknya mengajak para
akuntan untuk mampu menciptakan produk informasi secara kompeten, relevan, reliabel, dan akuntabel.
Dicontohkan, bagaimana sebuah perusahaan kecil yang belum Go-publik di dorong berkembang
kemudian membantu perusahaan yang sudah 'go public' menciptakan standar-standar sesuai
internasional.

Sementara itu Wakil Ketua Panitia Peringatan 60 Tahun IAI Hendri Santosa mengutarakan, dalam rangka
memperingati HUT ke 60 IAI pihaknya akan menggelar serangkain kegiatan untuk meningkatkan
kompetensi para akuntan. Salah satunya adalah dengan menggelar seminar internasional bertema
"Toward 2030: Transforming Role of Professional Accountants in The New Economic Order".

Wakil Presiden RI M Jusuf Kalla dijadwalkan menghadiri rangkaian peringatan 60 tahun IAI di Kota
Semarang yang akan digelar 14-15 Desember 2017 itu. Hadir pula Presiden International Federation of
Accountants (IFAC) Rachel Grimmes.

"Selain itu diselenggarakan pula workshop pengembangan kurikulum akuntansi, simposium nasional
akuntansi (SAN), akuntan mengajar di SMK, dan akuntan sahabat UMKM," tambahnya.
(akr)

https://ekbis.sindonews.com/read/1265132/34/profesi-akuntan-hadapi-tantangan-berat-1513081422

3. Akuntan Perlu Sertifikasi Akuntansi

Puguh Hariyanto

Sabtu 9 Desember 2017 - 12:08 WIB

Akuntan Perlu Sertifikasi Akuntansi

Keberadaan sertifikasi profesional akuntan, lahir karena adanya ketidakpuasan dari pengguna jasa
profesi akuntan terhadap lulusan institusi resmi. Foto/Ist

JAKARTA - Perubahan bisnis yang cepat menuntut para akuntan manajemen untuk meng-update
berbagai konsep mutakhir tentang perkembangan bisnis. Keberadaan sertifikasi profesional akuntan,
lahir karena adanya ketidakpuasan dari pengguna jasa profesi akuntan terhadap lulusan institusi resmi.

Hal tersebut seperti dikatakan Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Kerjasama International Universitas
Mercu Buana (UMB) Dana Santoso pada Certified Management Accounting (CMA) Training bekerja sama
dengan Institute of Certified Management Accountant (ICMA) Australia, didukung Inspire Consulting
pada 3-9 Desember 2017.

Menurutnya, ada beberapa pekerjaan di bidang akuntansi yang tidak terakomodir di dalam kurikulum
institusi pendidikan. "Karena itu, untuk mengukur kemampuan seorang profesional akuntan dalam
menjalani pekerjaan tertentu di bidang akuntansi diperlukan sertifikasi akuntansi," katanya di Jakarta,
Sabtu (9/12/2017).

Dana Santoso mengatakan, ada banyak jenis sertifikasi profesional yang dikeluarkan beberapa lembaga
penyedia, baik lokal ataupun internasional. Untuk lembaga lokal, sertifikasi tersebut hanya akan berlaku
di tingkat lokal saja.

Sementara, sertifikasi yang dikeluarkan lembaga internasional, akan dapat diterima dimana saja. "Seperti
halnya training saat ini yang merupakan training international, maka peserta setelah setelah dinyatakan
lulus, maka peserta akan tersertifikasi dan menjadi anggota ICMA Australia, sebuah organisasi
profesional yang diakui dunia," terang dia.

Rektorat UMB menyambut baik event international yang bergensi ini. Dana Santoso berharap dengan
semakin banyaknya event international yang diselenggarakan di UMB, semakin menunjukkan bahwa
Mercu Buana adalah World Class University.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMB Harnovinsah menilai, kegiatan CMA Training sangat bagus
sebagai wujud interaksi akademik dengan dunia praktik.

"Setelah mengikuti event ini, saya berharap para akuntan manajemen aktif sebagai penyedia informasi
dan menjadi agen perubahan yang memberi nilai tambah bagi organisasi," ujarnya.

Pelatihan ini diikuti 26 peserta yang terdiri dari 13 praktisi dan 13 akademisi yang berasal dari berbagai
daerah diantaranya Ambon, Banjarmasin, Makassar, Medan, dan berbagai kota lainnya.

(izz)

https://ekbis.sindonews.com/read/1264218/34/akuntan-perlu-sertifikasi-akuntansi-1512795399

4. Akuntan Indonesia Belum Sadari Pentingnya Sertifikasi

I Fauzan

Kamis 8 Desember 2016 - 12:59 WIB

Akuntan Indonesia Belum Sadari Pentingnya Sertifikasi

Akuntan Indonesia dinilai belum menyadari pentingnya menempuh sertifikasi profesi, sehingga
dikhawatirkan kalah bersaing di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Foto/Ilustrasi

BANDUNG - Akuntan Indonesia dinilai belum menyadari pentingnya menempuh sertifikasi profesi,
padahal di era globalisasi seperti sekarang kepemilikan sertifikat profesi merupakan suatu keniscayaan.
Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Jawa Barat Edi Jaenudin menerangkan dunia internasional tidak
akan mengakui keprofesionalan seseorang jika tidak memilikinya.

Dia menambahkan setiap tahun perguruan tinggi meluluskan sekitar 35.000 orang akuntan, namun yang
diakui dunia internasional masih minim. "Yang sudah memiliki sertifikat Carter Accountant (CA) baru
22.000 orang se-Indonesia. Dari sebanyak 55.000 akuntan yang terdaftar di negara melalui Kementerian
Keuangan," ungkapnya kepada wartawan di Bandung, Kamis (8/12/2016).

Kondisi ini menurutnya menempatkan Indonesia di belakang tiga negara ASEAN yaitu Singapura,
Malaysia dan Thailand, sehingga perlu dorongan agar akuntan Indonesia tidak kalah bersaing di era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). "Di level ASEAN kita masih kalah jauh dari Thailand yang sudah
mensertifikasi lebih dari 60.000 akuntan. Kita nomor empat dengan jumlah akuntan yang tersertifikasi,"
lanjut dia.
Menurutnya, belum banyaknya akuntan Indonesia yang tersertifikasi lebih disebabkan kesadaran dari
masing-masing. Pasalnya selepas lulus mayoritas langsung diserap perusahaan. "Masih banyak yang
terlalu nyaman dengan kondisinya sekarang. Padahal di era globalisasi hal itu akan jadi kelemahan.
Perusahaan asing akan memilih akuntan profesional lain yang punya sertifikat," papar Edi.

IAI sendiri, sebutnya, terus berupaya mengajak para akuntan untuk menempuh jalur pemerolehan
sertifikat CA. Bulan November lalu ada 2.016 orang yang ikut dalam gebyar CA di Bandung. Yakni
pelatihan sertifikasi secara gratis. "Mereka mahasiswa akuntan yang ada di Jabar. Dengan begitu, mereka
akan jadi akuntan yang tidak hanya menonton di rumah sendiri," tegasnya.

(akr)

https://ekbis.sindonews.com/read/1161424/34/akuntan-indonesia-belum-sadari-pentingnya-sertifikasi-
1481176764. Tanggal akses 14 Maret 2018. Jam akses 22.00 WIB

5. Bank Dunia Nilai Akuntan Profesional Dapat Perangi Kemiskinan

Puguh Hariyanto

Rabu 22 Juni 2016 - 20:02 WIB

Bank Dunia Nilai Akuntan Profesional Dapat Perangi Kemiskinan

Akuntan profesional yang memiliki kualifikasi sesuai standar internasional mutlak diperlukan guna
mendukung pembangunan ekonomi. Foto: Ilustrasi/Istimewa

JAKARTA - Akuntan profesional yang memiliki kualifikasi sesuai standar internasional mutlak diperlukan
guna mendukung pembangunan ekonomi untuk memberantas kemiskinan dan mendistribusikan
kemakmuran di seluruh dunia.

Secara individu, kualifikasi juga akan mendukung pengembangan karier seorang akuntan profesional di
dunia bisnis. Berdasarkan Report on the Observance of Standards and Codes (ROSC) Bank Dunia,
menyebutkan, Indonesia memerlukan banyak akuntan profesional untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi.

"Keberadaan akuntan profesional dalam bisnis menjadi krusial karena Bank Dunia berkepentingan
membangun masyarakat berlandaskan kepercayaan di mana tujuan akhirnya, memberantas kemiskinan,"
kata Senior Financial Management Specialist Bank Dunia Jakarta Christina Donna dalam rilisnya, Jakarta,
Rabu (22/06/2016).

Menurutnya, prioritas Bank Dunia adalah menghapuskan kemiskinan di dunia dengan target optimistis
menurunkan kemiskinan hingga level terendah pada 2030.
Berkurangnya angka kemiskinan akan berimplikasi pada kemajuan perekonomian. Kondisi itu akan
membuat akuntan profesional dan laporan keuangan yang berkualitas makin dibutuhkan.

Untuk membangun profesi akuntan berkualitas, perguruan tinggi berperan dalam menyiapkan calon
akuntan yang memiliki basic requirement seperti telah ditetapkan International Accounting Education
Standards Board (IAESB) IFAC.

Christina menuturkan, beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia telah menyesuaikan


kurikulumnya dengan standar tersebut. Namun, banyak perguruan tinggi lain belum menggunakan
standar itu.

Padahal, profesi dalam menetapkan standar ujian sertifikasi untuk menuju akuntan profesional telah
menggunakan standar ini. "Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antar lulusan
perguruan tinggi," ujarnya.

Dia mengemukakan, Indonesia memiliki banyak akuntan profesional yang memenuhi kualitas setara
dengan akuntan global. Namun secara kuantitas, jumlahnya masih jauh dari cukup, dan kondisi ini juga
terjadi di negara-negara ASEAN lainnya.

Data Bank Dunia dan ASEAN Federation of Accountants (AFA) Report 2014 menyebutkan, di sebagian
besar negara ASEAN terjadi kekurangan akuntan profesional dengan kualifikasi setara standar
internasional.

Anggota Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN IAI) yang juga Anggota IAESB,
Sidharta Utama menyatakan, Indonesia memiliki 265.498 mahasiswa akuntansi pada 2014, dan lebih dari
30 ribu lulusan S-1 Akuntansi setiap tahun.

Namun, dari jumlah itu hanya sedikit yang akhirnya menjadi akuntan profesional dan menjadi anggota
organisasi profesi. Padahal, dengan bergabung di profesi, seorang akuntan profesional dapat terus
mengembangkan kompetensi dan dijaga kode etiknya.

"Kita harus mengejar kuantitas akuntan agar memadai dalam mendukung perekonomian nasional.
Namun, jangan sampai mengorbankan kualitas dalam upaya mengejar kuantitas. Adanya Sertifikasi
Chartered Accountant (CA) Indonesia dibangun untuk memenuhi kualifikasi itu," kata Sidharta.

Untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing Indonesia di ranah global,
diperlukan SDM akuntan profesional yang memadai secara kualitas dan kuantitas. Ini juga sejalan dengan
upaya yang dilakukan negara-negara G-20 dan prioritas Bank Dunia terkait pengembangan SDM.

(izz)

https://ekbis.sindonews.com/read/1118885/34/bank-dunia-nilai-akuntan-profesional-dapat-perangi-
kemiskinan-1466591003

Anda mungkin juga menyukai