Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Saat ini Profesi akuntan mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan
perkembangan dunia bisnis dan manajemen sektor publik. Berbagai jasa yang
ditawarkan oleh profesi akuntan antara lain mencakup jasa pembukuan, penyusunan
laporan keuangan, jasa manajemen, akuntansi manajemen, konsultasi manajemen,
jasa perpajakan, jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan, jasa sistem
teknologi informasi, pendidikan akuntansi, dan jasa di bidang audit.
Pemerintah Indonesia bersama dengan seluruh anggota Negara-negara Asia
Tenggara yang tergabung dalam ASEAN sudah menyepakati pemberlakukan MEA
pada tahun 2015 yang lalu.Secara sederhana MEA dapat diartikan pasar bebas untuk
wilayah ASEAN.Salah satu bidang jasa yang diberlakukan secara bebas adalah jasa
profesi akuntansi.Untuk itu pemerintah telah menyiapkan berbagai perangkat peraturan
untuk menjamin adanya persiangan yang sehat dalam penyediaan jasa profesi
akuntansi.Pemberlakuan MEA juga memberikan konsekuensi positif maupun negatif
bagi profesi akuntan di Indonesia.Untuk itu, pemerintah melalui kementerian riset,
teknologi, dan pendidikan tinggi dan kementerian terkait perlu menyiapkan kurikulum
bagi mahasiswa jurusan akuntansi untuk menghasilkan lulusan sarjana akuntansi yang
siap dalam menghadapi persaingan lingkup ASEAN dan juga persaingan global.
Oleh karena itu, saya menulis sebuah ringkasan materi yang berjudul
“Tantangan Profesi Akuntan dalam Menyongsong MEA dan Integrasinya dalam
Pendidikan Akuntansi.” agar pembaca tahu apa saja yang memang harus dilakukan
oleh seorang akuntan pada saat MEA sudah diberlakukan di ASEAN. Dengan
mengetahui informasi yang berkaitan ini diharapkan lulusan mahasiswa jurusan
akuntansi harus membekali diri dengan kompetensi bidang akuntansi berdasarkan
kurikulum yang ditetapkan ditambah dengan kemampuan bahasa asing yang baik,
semangat kewirausahaan, kemandirian, kreativitas, dan optimisme untuk menyambut
masa depan yang lebih menjanjikan.
PEMBAHASAN
Salah satu bentuk nyata persiapan yang dimungkinkan untuk dilakukan adalah
dengan program sertifikasi profesi yang diterima secara global. Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) sebagai satu-satunya organisasi profesi akuntan publik yang diakui di
Indonesia, yang berhak memberikan gelar akuntan publik (certified public accountant/
CPA) memiliki peran strategis untuk dapat mendukung keberhasilan profesi akuntan
publik Indonesia di kancah internasional, melalui peningkatan jumlah testing center
pelaksanaan ujian sertifikasi CPA. Dengan demikian semakin mempermudah dan
memperluas akses bagi pihak-pihak yang hendak mengambilnya.
Untuk dapat bersaing dalam MEA, para akuntan Indonesia juga memerlukan
sertifikasi tambahan yang diakui secara universal dalam ASEAN. Sesuai dengan
ketentuan MRA dalam jasa akuntansi, Sekretariat ASEAN mengeluarkan ASEAN
Chartered Professional Accountant (ASEAN CPA) sebagai sertifikasi yang diakui oleh
negara-negara anggota ASEAN. ASEAN CPA sendiri merupakan perwujudan dari
semakin terintegrasinya sistem sertifikasi bagi para akuntan di negara-negara ASEAN
sebagai salah satu upaya untuk memuluskan arus lalu-lintas jasa akuntansi di ASEAN.
Dengan mendapat sertifikasi ASEAN CPA, maka para akuntan Indonesia dapat
memperoleh banyak peluang karena ASEAN CPA dapat bertindak sebagai free pass
dalam memperluas pasar ke negara-negara ASEAN. Hal ini tentu saja dengan catatan
bahwa mereka wajib tetap tunduk dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku pada
negara tempat akuntan bekerja. Dalam kaitannya dengan PMK Akuntan, PMK Akuntan
telah mengadopsi persyaratan yang serupa dengan persyaratan untuk memperoleh
ASEAN CPA yang tertera dalam MRA. Hal ini akan membawa keuntungan bagi para
akuntan Indonesia yang telah terdaftar, karena dengan memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai akuntan terdaftar di Register Akuntan Negara, maka hal ini akan
membawa mereka dalam selangkah lebih dekat untuk memperoleh sertifikasi ASEAN
CPA.
Dengan diluncurkanya peraturan-peraturan dari pemerintah untuk para akuntan
maupun calon akuntan dalam menghadapi MEA, memengaruhi prosedur pendidikan
untuk menjadi akuntan, seperti yang dijelaskan diatas mengenai PMK 25/PMK.01/2014
tentang kualifikasi dan kompetensi kelulusan sarjana akuntansi yang harus dimiliki
oleh akuntan yang akan dan telah terdaftar dalam Register Akuntan Negara.
B. Komitmen
Komitmen pribadi lulusan sarjana akuntansi menghadapi MEA adalah sebagai berikut:
1) Menjelang kelulusan kuliah, pastikan untuk mencari tahu dengan pasti ingin
dibawa ke mana gelar S.E. yang akan disandingkan di belakang nama lulusan.
Lulusan jurusan akuntansi saja akan mendapat gelar S.E. saja jika tidak
mengambil pendidikan profesi akuntan.
2) Pemahaman bahasa Inggris pasif dan aktif menjadi keunggulan tersendiri
pasalnya bahasa Inggris sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
dokumen-dokumen bisnis termasuk pencatatan dan pelaporan keuangan.
3) Ikuti program pelatihan kerja di kampus. Program ini biasanya dilakukan oleh
perguruan tinggi sebagai pemantapan pemahaman kerja setelah
diselenggarakannya wisuda sarjana. Di sini, akan dilatih bagaimana cara
membuat lamaran kerja, kiat menghadapi tes psikologi dan wawancara, sikap
wibawa di hadapan Human Resources Department (HRD) atau user, dan
jenjang karier.
4) Pahami pekerjaan yang cocok dengan lulusan tersebut namun jangan sekali-
kali menutup peluang untuk bekerja dengan bidang yang bertentangan dengan
gelar yang dimaksud. Tentunya ini adalah langkah akhir jika sebelumnya
lamaran di bidang akuntansi tidak diterima. Tidak jarang seorang lulusan
akuntansi berprofesi sebagai staf marketing, manajer customer service, dan
lain-lain. Sebaliknya, lulusan teknik informatika bisa bekerja sebagai teller atau
manajemen risiko di sebuah bank. Jadi, perlu ilmu-ilmu terapan sebagai nilai
tambah keunikan yang dimiliki.
KESIMPULAN
Profesi Akuntan dalam menyongsong MEA memiliki dua tantangan.Tantangan
pertama yang dihadapi akuntan Indonesia adalah belum mengenal pasar, akuntan
Indonesia tidak berekspansi ke luar negara Indonesia, akuntan Indonesia lebih suka
untuk berkarir di dalam negeri sehingga belum terlalu mengerti mekanisme kinerja
akuntan di negara lain terutama ASEAN. Berbeda dengan akuntan Indonesia, akuntan
di negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand sudah banyak melakukan
kerja sama dengan negara lain di asia maupun eropa, karena negaranya melakukan
kerja sama dengan negara lain di luar ekspor & impor, sehingga akuntan di negara lain
jauh lebih berpengalaman dan memiliki kecakapan dalam melakukan tugasnya.
Tantangan kedua Dikutip dari blog IAI bahwa ‘’kebanyakan akuntan kita lemah
dalam penguasaan bahasa Inggris’’, padahal untuk menjadi akuntan profesional
akuntan harus menguasai bahasa inggris sebagai bisnis global. Ini membuktikan
bahwa akuntan Indonesia sudah memenuhi persyaratan administrasi tapi belum
memiliki kapabilitas dalam pekerjaannya.
Dengan demikian semakin mempermudah dan memperluas akses bagi pihak-
pihak yang hendak mengambilnya. PMK 25/PMK.01/2014 ini juga mengatur megenai
kualifikasi dan kompetensi kelulusan sarjana akuntansi yang harus dimiliki oleh
akuntan yang akan dan telah terdaftar dalam Register Akuntan Negara. Terdapat
beberapa ketentuan baru dalam PMK Akuntan ini yang patut diperhatikan, seperti
kewajiban akuntan untuk mengikuti Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL) yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Akuntan (dalam hal ini IAI) dan PPAJP. Akuntan
juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi PPL kepada Asosiasi Profesi
Akuntan. Dalam PMK Akuntan ini, pemerintah menetapkan batas minimal bagi seorang
akuntan untuk mengikuti PPL yaitu sebesar tiga puluh satuan kredit PPL. Ini
membuktikan bahwa usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi MEA,
memiliki pengaruh terhadap prosedur pendidikan untuk menjadi akuntan
REFERENSI
(http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/asset/files/post/1076_a/KTI%20WAKHYUDI%20-
Kesiapan%20Sarjana%20Akuntansi%20Indonesia.pdf diakses pada 26/02/2017)
(http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/Presentasi%20DSAP%20-%20CA
%20Juni%202016%20-%20Pak%20Dewo-edit.pdf diakses pada 26/02/2017)
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6121/J.5.pdf?sequence=1
diakses pada 26/02/2017)