Anda di halaman 1dari 8

Paradigma Agribisnis,Februari 2023 Volume 5(1)1-10

PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN DI INDONESIA


Oleh:
Ahmad Faizal Pratama
122120014
Email:Ahmadfaizalpratama10@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau menambah


produksi pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang
sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan
menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam
perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oleh A. T. Mosher di dalam bukunya Getting
Agriculture Moving, bahwa pembangunan pertanian adalah suatu bagian integral
daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara luas pembangunan
pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian melainkan sebuah
proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan
sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani
dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan
makanan dan bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan
papan yang dapat dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian
merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

Kata kunci :Pembangunan,Pertanian,Ekonomi


PENDAHULUAN

Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau menambah


produksi pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang
sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan
menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam
perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oleh A. T. Mosher di dalam bukunya Getting
Agriculture Moving, bahwa pembangunan pertanian adalah suatu bagian integral
daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara luas pembangunan
pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian melainkan sebuah
proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan
sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani
dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan
makanan dan bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan
papan yang dapat dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian
merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

METODE PENELITIAN
1.4 Metode penelitian dan sistematik
A.Metode penelitian
a) Pengumpulan Data dan Informasi Data dan informasi yang mendukung penulisan
dikumpulkan dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang
relevan dan pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu
data dari skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang
menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup
kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan 2. Untuk melakukan
pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, diperlukan data referensi
yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat
mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.
b) Pengolahan Data dan Informasi Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada
tahap pengumpulan data, kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode
analisis deskriptif berdasarkan data sekunder.
c) Analisis dan Sintesis Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu perkebunan kelapa
sawit sebagai komoditi strategis nasional dengan permasalahan lingkungan akibat dari
pengembangan perkebunan kelapa sawit. Sintesis yang dijelaskan yaitu alternatif
solusi untuk mengatasi permasalah yang dianalisis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Realita Keadaan Pertanian di Indonesia

Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal masa orde
baru pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun
1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha
keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi,
stabilitas politik tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin
dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk
rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
Berikut penjelasan singkat tentang beberapa REPELITA.

1. REPELITA I (1969-1974)
   Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974.
Repelita I ini merupakan landasan awal pembangunan pertanian di orde baru.  Tujuan yang
ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan
adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang
pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Titik berat Repelita I ini adalah pembangunan bidang pertanian
sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan
bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Pada repelita I ini muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada
tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia.
Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar
tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak
beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.

2. REPELITA II (1974-1979)
Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah
sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan
merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
Selain itu sasaran Repelita II ini juga perluasan lapangan kerja. Repelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal
irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan
yang di rehabilitasi dan di bangun.
3. REPELITA III (1979-1984)
Repelita III mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 – 31 Maret 1984. Repelita
III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya
adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.

4. REPELITA IV (1984-1989)
Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 – 31 Maret 1989. Repelita
IV Adalah peningkatan dari Repelita III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki
kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata,
memperluas kesempatan kerja. Prioritasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri sendiri. Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara lain swasembada pangan. Pada
tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasilnya Indonesia
berhasil swasembada beras. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi
Indonesia. Selain swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan
Rumah untuk keluarga.

5. REPELITA V (1989-1994)
Repelita V mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1989 – 31 Maret 1994. Pada
Repelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang
tahap pertama. Lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang ke dua, yaitu dengan
mengadakan Repelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki proses tinggal landas
Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi menuju terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

6. REPELITA VI (1989-1994)
            Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 – 31 Maret 1999. Pada
Repelita VI titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan
dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama
pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang
mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
            Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional
yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui
pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing
melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup
usahatani. Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha
petani merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.
            Pemerintahan pada Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan program
pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai
manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih pro-growth, pro-employment dan pro-
poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal sebagai
berikut:
1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6.5 persen per tahun melalui
percepatan investasi dan ekspor.
2. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan
menciptakan lapangan kerja baru.
3. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan
kemiskinan.
      Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti
penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui 26 peningkatan kinerja
sektor pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain.
Revitalisasi pertanian dimaksudkan untuk menggalang komitmen dan kerjasama
seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola piker masyarakat dalam melihat pertanian
tidak hanya sekedar penghasil komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian harus dilihat sebagai
sektor yang multi-fungsi dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Kebijakan Pemerintah Dalam Pertanian


Pemerintah Indonesia dinilai belum serius menjalankan kebijakan agribisnis nasional.
Pembiayaan terhadap sektor ini dinilai masih terbatas yang membuat petani tetap kesulitan
mendapatkan pendanaan.
Terdapat beberapa kebijakan pemerintah dalam usaha membangun sektor pertanian dan
agribisnis :
1.      Kredit Usaha Rakyat (KUR)
            Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang gencar dijalankan pemerintah, mayoritas dinikmati
oleh sektor perdagangan dan jasa. Tetapi kebijakan agribisnis belum dirasakan langsung oleh
petani. Salah satu poin yang disorotnya menyangkut pembiayaan. KUR, dianggapnya, tak
bisa dijadikan andalan lantaran 67 persennya digunakan oleh sektor perdagangan dan jasa.
Sementara, fakta di lapangan, produksi agribisnis masih terkendala.

2.      Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)


            Indonesia merupakan produsen produk pertanian kelas dunia. Contohnya, produksi
beras berada di nomor empat di pasar global. Hal ini tak terlepas dari besarnya jumlah
penduduk Indonesia sekitar 230 juta orang. Selain itu, UMKM sektor agribisnis pun mampu
menyerap tenaga kerja dengan jumlah besar yakni 38 juta orang.

3.      Lembaga Keuangan Mikro (LKM)


            Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pedesaan dibentuk untuk membantu modal petani
dalam menggarap lahannya. petani melalui kelompoknya bisa membentuk lembaga keuangan
mikro untuk menyalurkan pinjaman lunak secara bergulir pada anggotanya. Di Indonesia
tercatat sekitar 10 ribu desa. Untuk itu, Deptan akan membantu atau mengucurkan dana
bantuan masing-masing sebesar Rp 100 juta per desa. Dana itu nantinya dapat digunakan
petani melalui pinjaman lunak tanpa agunan dan syarat yang mudah untuk modal membeli
bibit, pupuk dan lainnya. Selanjutnya pinjaman itu dibayar bila sudah panen, lalu digulirkan
pada anggota lainnya, dan petani juga bisa mengembangkan lembaga keuangan mikro itu
menjadi koperasi simpan pinjam. Pemerintah akan fokus mengembangkan ekonomi
kerakyatan di pedesaan, terutama pada petani lewat bantuan pinjaman dana dari berbagai
instansi terkait. Khusus Deptan dana sebesar Rp 100 juta per desa itu diberi nama program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), dan instansi lain juga memiliki tujuan
yang sama namun programnya berbeda.

4.      Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)


Departemen Pertanian membantu para petani dengan cara mengucurkan dana bantuan
masing-masing sebesar Rp 100 juta per desa. Peningkatan usaha ekonomi kerakyatan itu
bertujuan untuk membangun ketahanan pangan di Indonesia. Ini bertujuan agar Indonesia
tidak lagi bergantung pada luar negeri, bila perlu sebagai negara pengekspor kebutuhan
pangan dunia.

5.      Pembangunan STA (Sub Terminal Agribisnis)


            Dalam pengembangan agribisnis hortikultura, permasalahan klasik yang masih saja
muncul adalah pemasaran. Masalah ini timbul karena banyaknya pihak yang terlibat dalam
rantai pemasaran serta struktur pasar yang tidak sempurna. Pemerintah telah berupaya keras
untuk menangani permasalahan tersebut, antara lain dengan menumbuhkan lembaga-lembaga
pemasaran seperti Subterminal Agribisnis (STA). STA merupakan kelembagaan agribisnis
modern karena dirancang dengan kualifikasi harus dilengkapi dengan fasilitas dan sarana
yang memadai. Fungsi STA, selain sebagai lembaga pemasaran juga berperan sebagai
lembaga yang menyediakan sarana produksi pertanian seperti benih/bibit, pupuk, dan obat-
obatan (insektisida/pestisida).

6.      Program revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK).


Secara nasional, fokus pengembangan produk dan bisnis PPK mencakup lingkup
kategori produk yang berfungsi dalam hal :
1. Membangun ketahanan pangan, yang terkait dengan aspek pasokan produk, aspek
pendapatan dan keterjangkauan, dan aspek kemandirian.
2.   Sumber perolehan devisa, terutama yang terkait dengan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif di pasar internasional.
3.  Penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru, terutama yang terkait dengan
peluang pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik.
4. Pengembangan produk-produk baru yang terkait dengan berbagai isu global dan
kecenderungan pasar global.

7.      Penerapan GAP (Good Agricultural Practices)


            Maksud dari GAP adalah untuk menjadi panduan umum dalam melaksanakan
budidaya tanaman buah, sayur, biofarmaka, dan tanaman hias secara benar dan tepat,
sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, ramah
lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kesejahteraan petani, serta
usaha produksi yang berkelanjutan.
            Tujuan dari penerapan GAP diantaranya;
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas
2) Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi
3) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing
4) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam
5) Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang
berkelanjutan
6) Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang
bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan
7) Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional dan
8) Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen. Sedangkan sasaran yang akan
dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan, jaminan mutu, usaha agribisnis
hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya saing.

KESIMPULAN

Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah
produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai,
norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian merupakan
sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan bahan-bahan industri yang dapat diolah
menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat dikonsumsi maupun diperdagangkan,
maka dari itu pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

4.2 Rekomendasi

1.  Didalam pembangunan sektor pertanian peran pemerintah daerah perlu


ditingkatkan terutama didalam menganalisa dan meningkatkan komoditi sumber
pangan unggulan dari tiap daerah masing-masing, sehingga masing-masing daerah
memiliki ketersediaan pangan unggulan yang dapat saling memenuhi dengan
daerah lainnya.
2.   Perlu adanya undang-undang peningkatan produksi pertanian serta perlindungan

petani sebagai subjek utama produksi pangan di daerah/ pedesaan.


3. Pemerataan program agar semua petani dapat merasakan ,daerah tertinggal dan
petani kecil biasanya sulit untuk terkena efek program dari lembaga terbatasnya
informasi dan jarak yang jauh menjadi faktor utama.
DAFTAR PUSTAKA

Anggi Kurniasih 2012 sejarah perkembangan pertanian Indonesia


(www.Anggikurniasih.blogspot.co.id )di akses 12 Oktober 2022
Anggi FIktiriani honaris 2016 sistem agribisnis peran pemerintah
(https.anggifikrianihonaris.wordpress.com) di akses 13 Oktober
Arifin, 2015, pengantar Ekonomi Pertanian, Bandung: CV. Mujahid Press

Anda mungkin juga menyukai