Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rahajeng Sekar Kinanthi

Kelas : XI TGG
Absen : 24
Mapel : Sejarah Indonesia

UPAYA PEMERINTAH ORDE BARU DALAM MENINGKATKAN


EKONOMI INDONESIA
Orde Baru merupakan sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia, yang
berlangsung dari tahun 1966-1998. Dimana pada awal pemerintahannya, Presiden Soeharto
bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Begitu juga
dengan membuat berbagai kebijakan maka merujuk kepada cita-cita tersebut. Dalam
pemerintahannya masa Orde Baru kebijakan merupakan upaya untuk menata kehidupan politik dan
perbaikan kehidupan ekonomi. Kehidupan ekonomi masa awal pemerintahan ini mewarisi
kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. Dalam programnya
pemerintahan Orde Baru menetapkan dua kebijakan ekonomi, yakni jangka panjang dan jangka
pendek.

1. Program Jangka Pendek

Program jangka pendek dalam rangka penyelamatan ekonomi nasional diwujudkan dengan
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Pada awal tahun 1966, tingkat inflasi mencapai 650 persen.
Maka, pemerintah tidak dapat melakukan pembangunan dengan segera, tetapi harus melakukan
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi terlebih dahulu.

Stabilisasi yang dimaksud adalah pengendalian inflasi supaya harga-harga tidak melonjak terus
secara cepat. Rehabilitasi yang dimaksud adalah rehabilitasi fisik terhadap prasarana- prasarana dan
alat-alat produksi yang banyak mengalami kerusakan. Stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi yang
dilakukan membuahkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi yang semula mencapai 650% berhasil
ditekan menjadi 120% pada tahun 1967 dan 80% pada 1968. Keadaan ekonomi Indonesia terus
membaik, hingga pada tahun 1969, pemerintah siap melaksanakan program jangka panjang.

2. Program Jangka Panjang

Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah satuan perencanaan yang dibuat oleh


pemerintah Orde Baru di Indonesia yang dilaksanakan secara periodik lima tahunan selama 30 tahun
masa jabatan Soeharto. Program ini menerapkan pembangunan terpusat untuk ekonomi
makro yang ada di Indonesia. Perancangan program Repelita berada di bawah arahan Widjojo
Nitisastro pada tahun 1967 saat ia menjabat sebagai kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) yang disempurnakan selama kurun waktu lebih kurang setahun. Repelita
dimulai pada tanggal 1 April 1969 setelan pengesahan Rancangan Undang Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia tahun anggaran 1969/1970 pada tanggal 31 Maret 1969.
Berikut merupakan pelaksanaan Repelita beserta periodenya :

a. Repelita I (1969-1974)
Dalam program Repelita I, pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan kesejahteraan melalui
bidang pertanian dan pembangunan infrastruktur dengan cara membentuk Kabinet Ampera untuk
menjalankan program Caturkarya, yang berfokus untuk memperbaiki kehidupan rakyat di bidang
sandang dan pangan. Oleh karena itu, dilakukanlah perbaikan jalan dan rehabilitasi sawah, sehingga
harga pangan lebih stabil dan mampu mengurangi angka pengangguran.

Setelah Kabinet Ampera dibubarkan, dibentuklah Kabinet Pembangunan yang mulai mengerjakan
program Repelita I untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, sekaligus menerapkan dasar-dasar
pembangunan.

Pelaksanaan Pelita I telah membuahkan hasil yang cukup memuaskan, diantaranya :


- Produksi beras telah meningkat dari 11,32 juta ton menjadi 14 juta ton
- Pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun
- Pendapatan rata-rata penduduk (pendapatan per kapita) dari 80 USD dapat ditingkatkan menjadi
170 USD
- Tingkat inflasi dapat ditekan menjadi 47,8 persen pada akhir Pelita I (1973/1974)

b. Repelita II (1974-1979)

Dalam program Repelita II, pemerintah selesai menjalankan Repelita I dan melanjutkan rencana
pembangunan lainnya. Berikut beberapa hal yang ingin dicapai dalam Repelita II, yaitu: 

- Meningkatkan ketersediaan pangan dan sandang yang cukup untuk masyarakat dengan kualitas
terbaik dan dapat dijangkau oleh masyarakat umum. 
- Meningkatkan fasilitas umum dan perumahan rakyat yang terjangkau oleh masyarakat Indonesia. 
- Meningkatkan pembangunan dan pemerataan prasarana. 
- Meningkatkan lapangan pekerjaan agar kesejahteraan rakyat makin meningkat. 

Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah terus mendorong hasil ekonomi dari sektor
pertanian, sektor industri, sektor pertambangan, sektor perhubungan, sektor bangunan, dan sektor-
sektor lainnya. Akibat peningkatan ekonomi dalam setiap sektor, tercapailah struktur ekonomi
Indonesia yang kuat untuk melanjutkan pembangunan nasional. Namun ada juga kendala dalam
program Repelita II, yakni terjadinya inflasi atau kenaikan harga-harga barang produksi. Tapi
setidaknya, program Repelita berhasil meningkatkan bidang pendidikan melalui, perbaikan sekolah,
pengangkatan guru, penyediaan buku belajar, dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. 

c. Repelita III (1979-1984)

Pelita III lebih ditekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah
pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan yaitu :

- stabilitas nasional yang dinamis 


- Pertumbuhan ekonomi tinggi 
- Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya 

Agar Trilogi Pembangunan tercapai, maka dilaksanakanlah asas pemerataan dalam delapan jalur,
yaitu: 
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan, sandang, dan
perumahan  
2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan  
3) Pemerataan pembagian pendapatan 
4) Pemerataan kesempatan kerja 
5) Pemerataan kesempatan berusaha 
6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan kaum perempuan 
7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air 
8) Pemerataan memperoleh keadilan  

Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam
suasana politik dan ekonomi yang stabil. Pelita III ini menitikberatkan pada sektor pertanian menuju
swasembada pangan, serta meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
Dari pelaksanaan ini juga, Indonesia berhasil meningkatkan pemasaran hasil produksi dalam negeri
ke luar negeri, mulai dari Eropa hingga Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia juga mengekspor
beberapa hasil produksi ke Kawasan Asia Pasifik. 

d. Repelita IV (1984-1989)

Pelita IV diutamakan pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menuju swasembada pangan,
serta meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri
berat maupun industri ringan. Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan pembangunan industri dan
Standar Industri Indonesia (SII), agar perlindungan konsumen terjamin dan proses produksi makin
cepat. Selain itu, Repelita IV juga meningkatkan pembangunan pertambangan berskala besar untuk
memenuhi kebutuhan bahan mentah bagi sektor industri. 

Hasil yang dicapai pada Pelita IV di antaranya adalah swasembada pangan dengan produksi beras
mencapai 25,8 juta ton pada tahun 1984. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO
(Organisasi Pangan dan Pertanian) pada tahun 1985.

e. Repelita V (1989-1994)

Pelita V ditujukan pada sektor pertanian dan industri untuk menetapkan swasembada pangan dan
meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya dan sektor industri. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan sektor pertanian yaitu :

- Memantapkan swasembada pangan 


- Meningkatkan produksi pertanian 
- Menyerap tenaga kerja yang ada 
- Mampu menghasilkan mesin-mesin sendiri  

Program Repelita V melanjutkan hasil produksi dari sektor pertanian, sehingga perekonomian
Indonesia makin membaik. Pelita V adalah periode terakhir dari pembangunan jangka panjang tahap
pertama. Lalu, dilanjutkan pembangunan jangka panjang tahap kedua.

f. Repelita VI (1994-tidak selesai)

Pelita VI merupakan awal pembangunan jangka panjang tahap kedua. Pelita VI lebih memfokuskan
pada sektor ekonomi, industri, pertanian, serta pembangunan, dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia sebagai pendukungnya. Direncanakan, Pelita VI dilaksanakan mulai tanggal 1 April
1994 dan berakhir pada tanggal 31 Maret 1999. Namun, pada tahun 1997 Indonesia dilanda krisis
keuangan yang berlanjut menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap
pemerintah. Akibatnya, Pelita VI tidak dapat dilanjutkan sesuai dengan yang direncanakan.

Kesimpulan :

Dalam melaksanakan program ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan ekonomi jangka pendek
dan jangka panjang. Pembangunan jangka panjang dilakukan secara periodik lima tahunan yang
disebut Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Repelita dilaksanakan untuk membangun
ekonomi makro (kesejahteraan masyarakat) di Indonesia dan dilaksanakan di bawah arahan Badan
Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), bersama ahli ekonomi Indonesia. 

 Repelita I (1969–1974) bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan


penekanan pada bidang pertanian.
 Repelita II (1974–1979) bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau
selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.
 Repelita III (1979–1984) menekankan bidang industri padat karya untuk meningkatkan ekspor.
 Repelita IV (1984–1989) bertujuan menciptakan lapangan kerja baru dan industri.
 Repelita V (1989–1994) menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.
 Repelita VI (1994–tidak selesai) bertujuan meningkatkan pembangunan iklim investasi asing
dalam rangka meningkatkan perekonomian dan industri nasional.

Program tersebut dapat terlaksana dan berhasil menjadikan ekonomi Indonesia berkembang pesat.

Sumber :
- Roboguru
- Kompas
- Wikipedia
- Bobo Grid

Anda mungkin juga menyukai