Anda di halaman 1dari 10

Makalah

GEOGRAFI PERTANIAN

Pembangunan Pertanian Di Indonesia

Disusun Oleh:

Muh. Rafli Amruni

Nim: 451419020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta
keluarganya

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa
mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................

2.1 Realita Keadaan Pertanian di Indonesia.............................................

2.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Pertanian..............................................

BAB III PENUTUP..................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau menambah produksi

prtanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi
pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk
memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Oleh A. T. Mosher di dalam bukunya Getting Agriculture Moving, bahwa pembangunan pertanian
adalah suatu bagian integral daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara
luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian
melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga,
sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani
dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan
dan bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat
dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian merupakan bagian dari
pembangunan ekonomi.

Pertanian merupakan salah kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pertanian Indonesia
memeliki banyak potensi, sejarah pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan
manusia. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai
kebudayaan agraris.

Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal masa orde baru
pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968
merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan
inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Realita Keadaan Pertanian di Indonesia?

2. Apa kebijakan pemerintah dalam membangun sector pertanian?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Realita Keadaan pertanian Indonesia.

2. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam membangun perkembangan sector pertanian.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Realita Keadaan Pertanian di Indonesia

Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal masa orde baru
pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968
merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan
inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak
tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berikut penjelasan singkat tentang beberapa REPELITA.

1. REPELITA I (1969-1974)

Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974. Repelita I ini
merupakan landasan awal pembangunan pertanian di orde baru. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup
sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh
adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Titik berat Repelita I ini
adalah pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan
ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih
hidup dari hasil pertanian. Pada repelita I ini muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas
Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke
Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang
agar tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak
beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.

2. REPELITA II (1974-1979)

Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Target pertumbuhan
ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan
dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu sasaran Repelita II ini juga perluasan
lapangan kerja. Repelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7%
setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak
jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.

3. REPELITA III (1979-1984)

Repelita III mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 – 31 Maret 1984. Repelita III lebih
menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah
pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan
dan Delapan Jalur Pemerataan.

4. REPELITA IV (1984-1989)

Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 – 31 Maret 1989. Repelita IV Adalah
peningkatan dari Repelita III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat,
mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja.
Prioritasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri
yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri. Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara
lain swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton.
Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO
(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi
Indonesia. Selain swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk
keluarga.

5. REPELITA V (1989-1994)

Repelita V mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1989 – 31 Maret 1994. Pada Repelita V
ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk memantapakan swasembada
pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V
adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan pembangunan
jangka panjang ke dua, yaitu dengan mengadakan Repelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki
proses tinggal landas Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi menuju
terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

6. REPELITA VI (1989-1994)

Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 – 31 Maret 1999. Pada Repelita VI
titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis
moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan
peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru
runtuh.

Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang
sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui pengurangan subsidi,
dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang
efisien merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci keberhasilan
pembangunan pertanian.

Pemerintahan pada Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan program pembangunannya


dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai manifestasi dari strategi
pembangunan yang lebih pro-growth, pro-employment dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi
tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal sebagai berikut:
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6.5 persen per tahun melalui percepatan investasi dan
ekspor.

Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan
kerja baru. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.

Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor
pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui 26 peningkatan kinerja sektor pertanian dalam
pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi pertanian dimaksudkan
untuk menggalang komitmen dan kerjasama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola piker
masyarakat dalam melihat pertanian tidak hanya sekedar penghasil komoditas untuk dikonsumsi.
Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang multi-fungsi dan sumber kehidupan sebagian besar
masyarakat Indonesia.

2.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Pertanian

Pemerintah Indonesia dinilai belum serius menjalankan kebijakan agribisnis nasional. Pembiayaan
terhadap sektor ini dinilai masih terbatas yang membuat petani tetap kesulitan mendapatkan
pendanaan.

Terdapat beberapa kebijakan pemerintah dalam usaha membangun sektor pertanian dan agribisnis :

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang gencar dijalankan pemerintah, mayoritas dinikmati oleh
sektor perdagangan dan jasa. Tetapi kebijakan agribisnis belum dirasakan langsung oleh petani. Salah
satu poin yang disorotnya menyangkut pembiayaan. KUR, dianggapnya, tak bisa dijadikan andalan
lantaran 67 persennya digunakan oleh sektor perdagangan dan jasa. Sementara, fakta di lapangan,
produksi agribisnis masih terkendala.

2. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Indonesia merupakan produsen produk pertanian kelas dunia. Contohnya, produksi beras
berada di nomor empat di pasar global. Hal ini tak terlepas dari besarnya jumlah penduduk Indonesia
sekitar 230 juta orang. Selain itu, UMKM sektor agribisnis pun mampu menyerap tenaga kerja dengan
jumlah besar yakni 38 juta orang.

3. Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pedesaan dibentuk untuk membantu modal petani dalam
menggarap lahannya. petani melalui kelompoknya bisa membentuk lembaga keuangan mikro untuk
menyalurkan pinjaman lunak secara bergulir pada anggotanya. Di Indonesia tercatat sekitar 10 ribu
desa. Untuk itu, Deptan akan membantu atau mengucurkan dana bantuan masing-masing sebesar Rp
100 juta per desa. Dana itu nantinya dapat digunakan petani melalui pinjaman lunak tanpa agunan dan
syarat yang mudah untuk modal membeli bibit, pupuk dan lainnya. Selanjutnya pinjaman itu dibayar
bila sudah panen, lalu digulirkan pada anggota lainnya, dan petani juga bisa mengembangkan lembaga
keuangan mikro itu menjadi koperasi simpan pinjam. Pemerintah akan fokus mengembangkan
ekonomi kerakyatan di pedesaan, terutama pada petani lewat bantuan pinjaman dana dari berbagai
instansi terkait. Khusus Deptan dana sebesar Rp 100 juta per desa itu diberi nama program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), dan instansi lain juga memiliki tujuan yang sama
namun programnya berbeda.

4. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)

Departemen Pertanian membantu para petani dengan cara mengucurkan dana bantuan masing-masing
sebesar Rp 100 juta per desa. Peningkatan usaha ekonomi kerakyatan itu bertujuan untuk membangun
ketahanan pangan di Indonesia. Ini bertujuan agar Indonesia tidak lagi bergantung pada luar negeri,
bila perlu sebagai negara pengekspor kebutuhan pangan dunia.

5. Pembangunan STA (Sub Terminal Agribisnis)

Dalam pengembangan agribisnis hortikultura, permasalahan klasik yang masih saja muncul
adalah pemasaran. Masalah ini timbul karena banyaknya pihak yang terlibat dalam rantai pemasaran
serta struktur pasar yang tidak sempurna. Pemerintah telah berupaya keras untuk menangani
permasalahan tersebut, antara lain dengan menumbuhkan lembaga-lembaga pemasaran seperti
Subterminal Agribisnis (STA). STA merupakan kelembagaan agribisnis modern karena dirancang
dengan kualifikasi harus dilengkapi dengan fasilitas dan sarana yang memadai. Fungsi STA, selain
sebagai lembaga pemasaran juga berperan sebagai lembaga yang menyediakan sarana produksi
pertanian seperti benih/bibit, pupuk, dan obat-obatan (insektisida/pestisida).

6. Program revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK).

Secara nasional, fokus pengembangan produk dan bisnis PPK mencakup lingkup kategori produk
yang berfungsi dalam hal :

1) Membangun ketahanan pangan, yang terkait dengan aspek pasokan produk, aspek
pendapatan dan keterjangkauan, dan aspek kemandirian.

2) Sumber perolehan devisa, terutama yang terkait dengan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif di pasar internasional.

3) Penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru, terutama yang terkait dengan peluang
pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik.

4) Pengembangan produk-produk baru yang terkait dengan berbagai isu global dan
kecenderungan pasar global.

7. Penerapan GAP (Good Agricultural Practices)

Maksud dari GAP adalah untuk menjadi panduan umum dalam melaksanakan budidaya
tanaman buah, sayur, biofarmaka, dan tanaman hias secara benar dan tepat, sehingga diperoleh
produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, ramah lingkungan dan
memperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang
berkelanjutan.

Tujuan dari penerapan GAP diantaranya; (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas, (2)
Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi, (3) Meningkatkan efisiensi produksi dan
daya saing, (4) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam, (5) Mempertahankan kesuburan
lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan, (6) Mendorong petani dan
kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan
keamanan diri dan lingkungan, (7) Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, dan
(8) Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah
terwujudnya keamanan pangan, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan
peningkatan daya saing.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian
melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga,
sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani
dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan
dan bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat
dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian merupakan bagian dari
pembangunan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai