W.W. Rostow merupakan seorang ekonom Amerika Serikat yang menjadi Bapak Teori
Pembangunan dan Pertumbuhan. Teorinya mempengaruhi model pembangunan di
hampir semua Dunia Ketiga. Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam
konteks perang dingin serta membendung pengaruh sosialisme. Itulah makanya, pikiran
Rostow pertama dituangkan dalam makalah yang secara jelas sebagai manifesto non-
komunis. Dalam tulisan yang berjudul The Stages of Economic Growth: A Non-
Communist Manifesto, Rostow membentangkan pandangannya tentang modernisasi
yang dianggapnya sebagai cara untuk membendung semangat sosialisme. Menurut
Rostow proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap. Lima tahap
tersebut adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, social dan politik yang terjadi.
1. Masyarakat Tradisional
Sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian,
dengan cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih
rendah bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya.
Masyarakat ini dicirikan oleh struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan
vertikal rendah. Pada masyarakat tradisional ilmu pengetahuan belum begitu
banyak dikuasai, karena masyarakat pada saat itu, masih mempercayai
kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan diluar kekuasaan menusia atau hal
gaib. Ciri-ciri tahap masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:
Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif, dan tingkat
produktifitas masyarakat rendah.
Struktur sosial bersifat hierarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak
berbeda dengan nenek moyang mereka.
Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan
tuan tanah.
Contohnya; Suku Baduy di Jawa Barat. Orang Kanekes atau orang Baduy
adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak,
Banten. Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal budaya tulis. Menurut
kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara
Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul
tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang
pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk
warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk
menjaga harmoni dunia.
2. Pra-kondisi tinggal landas.
Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu
masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai
pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self-sustainable growth). Menurut Rostow,
pada tahap ini dan sesudhnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara
otomatis. Rostow sangat menekankan perlunya perubahan-perubahan yang
multidimensional, karena ia tak yakin akan kebenaran pandangan yang
menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan mudah dicipkatan hanya
jika jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut pendapat tersebut tingkat
tabungan yang tinggi akan mengakibatkan tingkat investasi tinggi pula
sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh
kenaikan pendapatan nasional. tahap prakondisi untuk lepas landas memiliki
ciri-ciri:
masyarakat sedang mengalami perubahan di segala bidang,
termasuk ekonomi, sosial dan politik.
masyarakat mulai mengenal teknologi untuk meningkatkan
produktivitas.
ada kecenderungan untuk mulai menabung di lembaga keuangan.
kegiatan ekonomi masyarakat mulai bergeser ke arah kemajuan.
Contohnya; Seperti yang terjadi di jepang ,dengan di bukanya masyarakat ini
pada saat itu terjadi nya peningkatan tabungan masyarakat ,kemudian
tabungan itu dipakai untuk melakukan investasi pada sector-sektor produktif
yang menguntungkan,misalnya pendidikan ,investasi yang dilakukan baik
perorangan maupun oleh Negara , maka terbentuklah Negara tradisional yang
sentralistis . Singkatnya, usaha dalam meningkatkan produksi mulai bergerak
pada saat itu.
3. Tinggal landas (Lepas Landas/Take Off)
Pada tahap tinggal landas, pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada
awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti seperti
revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa
terbukanya pasar baru. Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut
secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan peningkatan investasi.
Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat laju pertumbuhan
pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Denga
demikian tingjat pendapatan perkapita semakin besar. Untuk mengetahui
apakah sesuatu negara sudah mencapai tahap tinggal landas atau belum,
Rostow mengemukakan tiga ciri dari masa tinggal landas yaitu:
Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5
persen atau kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Netto
atau NNP.
Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan
tingkat laju perkembangan yang tinggi.
Adanya atau segera terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial, dan
kelembagaan yang bisa menciptakan perkembangan sektor modern
dan eksternalitas ekonomi yang bisa menyebabkan pertumbuhan
ekonomi terus terjadi.
Contohnya: Budidaya jamur tiram putih yaitu, proses pengomposan, proses
pembungkusan, proses sterilisasi, teknik penanama bibit (inokulasi),
pemeliharaan dan inkubasi,pembukaan polibek, pemanenan jamur. Budidaya
jamur yang dapat dimakan (edible mushroom) merupakan salah satu cara
mengatasi kekurangan pangan dan gizi serta menganekaragamkan pola
komsumsi pangan rakyat. Dari analisa menunjukkan bahwa kandungan
mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi dan domba, bahkan hampir
dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya dua
kali lipat protein asparagus, kol, kentang dan empat kali lipat daripada tomat
dan wortel serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur juga mengandung
zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D, sejumlah enzim
tripsin yang berperan sangat penting pada proses pencernaan, kalor dan
kolesterolnya rendah.
4. Menuju Kedewasaan.
Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak
ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut. Pendapatan asional
selalu di investasikan kembali sebesar 10% sampai 20%, untuk mengatasi
persoalan pertambahan penduduk. Kedewasaan pembangunan ditandai oleh
investasi yang terus-menerus antara 40 hingga 60 persen. Dalam tahap ini
mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya industri kimia
atau industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari kemakmuran ekonomi
dan sosial. Pada umumnya, tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun setelah tinggal
landas. Di Eropa, tahapan ini berlangsung sejak tahun 1900. Kedewasaan
dimulai ketika perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi teknik-tiknik
produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi. Yang diproduksikan
bukan saja terbatas pada barang konsumsi, tetapi juga barang modal. Rostow
menyinggung ciri-ciri yang bersifat non-ekonomi dari masyarakat yang telah
mencapai tahap gerakan ke arah kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap
berikutnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
o Dualisme Sosial, arti ekonomi masyarakat memiliki tiga ciri yaitu: semangat
sosial, bentuk organisasi, dan teknologi yang mendominasinya. Saling
ketergantungan dan saling keterkaitan antara ketiga ciri tersebut disebut sistem
sosial atau gaya sosial. Suatu masyarakat disebut masyarakat yang homogen
jika didalamnya hanya terdapat satu sistem sosial. Tetapi, dalam suatu
masyarakat bisa juga terdapat dua sistem soaial atau lebih. Masyarakat seperti
itu disebut masyarakat duatistik atau majemuk. Di dalam masyarakat yang
dualistik, ada dua sistem sosial yang wujud secara berdampingan di mana
yang satu tidak dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya, demikian
sebaliknya. Keadaan dualistik tersebut disebabkan oleh adanya sistem sosial
yang lebih moderen terutama berasal dad negara-negara Barat yang kemudian
berkembang di negara lain sebagai akibat dari adanya penjajahan dan
perdagangan internasional sejak abad yang lalu.
o Dualisme Teknologi, yaitu suatu keadaan di mana di dalam suatu kegiatan
ekonomi tertentu digunakan teknik produksi dan organisasi produksi yang
modern yang sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya dan pada
akhirnya akan mengakibatkan perbedaan tingkat produktivitas yang sangat
besar. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor moderen
antara lain: industri minyak, industri pertambangan lainnya, perkebunan yang
diusahakan secara besar-besaran, industri-industri pengolahan, transportasi,
dan sebagainya. Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang teknologinya
rendah antara lain: pertanian pangan, industri rumah tangga, pertanian barang
ekspor yang menggunakan metoda dan organisasi produksi yang tradisional,
dan lain-lain.
o Dualisme Finansial, Pasar uang yang terorganisir dengan baik terdiri dari
bank-bank komersial dan lembaga-lembaga keuangan non-bank. Lembaga ini
terdapat di pusat-pusat bisnis dan kota-kota besar, serta memiliki tujuan untuk
menyediakan pinjaman kepada perusahaan yang bergerak dalam bidang
perkebunan tanaman ekspor dan pertambangan. Namun setelah NSB mencapai
kemerdekaan, pemerintah mengadakan usaha yang sifatnya mendorong
lembaga-lembaga keuangan modern untuk memberikan pinjaman kepada
sektor ekonomi lainnya, terutama sektor industri dan pertanian rakyat.
o Dualisme Regional, ketidakseimbangan tingkat pembangunan antar berbagai
daerah dalam satu negara. Konsep dualisme regional ini tidak hanya terjadi di
NSB saja. Perbedaannya, ketidakseimbangan yang terjadi pada negara maju
tidaklah separah yang terjadi di NSB. Dualisme regional ini memusatkan
perhatiannya pada masalah kesenjangan yang terjadi pada kesejahteraan antar
daerah.
Lingkaran kemisikinan yang tak berujung pangkal, Para ahli ekonomi pembangunan
dengan konsep lingkaran setan kemiskinan yang tidak berujung pangkal mengatakan
bahwa penduduk di pedesaan terperangkap dalam lingkaran tersebut. Lingkaran tersebut
mencakup pendapatan yang rendah, tabungan rendah, serta produktifitas yang rendah.
Oleh karena itu lingkaran kemiskinan tersebut harus ditinjau dari perspektif yang lebih
luas yaitu dalam bentuk sistem sosial secara keseluruhan dalam masyarakat yang
bersangkutan. Sistem sosial yang dimaksud adalah hubungan interdepensasi/keterkaitan
antara faktor-faktor ekonomis dengan faktor-faktor non ekonomis. Faktor ekonomis adalah
sikap dan perilaku masyarakat dalam menghadapi kehidupan, dalam menghadapi
pekerjaan (misal cara bertani), birokrasi pemerintahan, pola-pola pertalian keuarga dan
agama serta adat istiadat dilingkungan mereka.
Misalkan: Apabila setelah panen raya, masyarakat desa biasanya menghabiskan
/menghambur-hamburkan uang dengan membeli barang-barang konsumtif, bukan
produktif. Dan sikap masyarakat cenderung sulit menerima perubahan dari luar, contonya
tidak mau dinasihati untul menabung.
Tugas
PEREKONOMIAN INDONESIA
( Titik Berat Repelita I-VII, Trilogi Pembangunan Nasional
Triprogram Pembangunan Sulawesi Selatan dan Teori
Pembangunan Tahap-Tahap Pembangunan
Ekonomi Menurut W. W Rostow)
OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014