Anda di halaman 1dari 22

BOLA-BOLA UBI

PROPOSAL

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Ir. Effendy, MSi,
Dr. Christoporus, SP.,
MM

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
Puspita Sari E32119121
Almauf E32119122
Dike Priana E32119124

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan ridho-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini
dengan judul “Bola-Bola Ubi”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kewirausahaan Agribisnis di Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako.
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Effendy, MSi,
dan bapak Dr. Christoporus, SP., MM selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan
Agribisnis. Penulis mengucapkan terima kasih atas ilmu yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengarapkan
saran serta masukkan para pembaca. Dan semoga proposal ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Palu, 25 April 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori......................................................................................3
2.2 Bagan Pelaksanaan................................................................................4
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Produk...................................................................................................5
3.2 Proses Pembuatan..................................................................................5
3.3 Estimasi Biaya.......................................................................................6
3.4 Analisis Kelayakan................................................................................9
BAB IV DOKUMENTASI
4.1 Stiker...................................................................................................12
4.2 Dokumentasi Kegiatan........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua
Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi
jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai
Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer
asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.Ubi jalar mulai menyebar ke
seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-
orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang,
dan Indonesia.
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat
merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija, dapat
berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena merupakan
sumber karbohidrat. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah sentra dan penghasil
komoditas ubi jalar terbesar di Indonesia (Handawi, 2010).
Di Indonesia, ubi jalar umumnya sebagai bahan pangan sampingan.
Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan. Di beberapa
daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok,
Seperti di irian jaya. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia
dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi.
Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan
demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun.
Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) Merupakan sumber karbohidrat yang
dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan. Selain karbohidrat, ubi jalar juga
mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan Kemajuan agribisnis komoditas unggulan sangat tergantung dari
kekuatan dan kemauan seluruh masyarakat (pelaku utama, pelaku usaha,
stakeholder dan pemerintah) untuk mengembangkan komoditas unggulan
khususnya ubi jalar dalam rangka meningkatkan pendapatan para petani (Said dan
Intan, 2001).

1
Peran masyarakat agribisnis dalam persaingan baik pasar lokal, regional
maupun dunia masih sangat kurang. Oleh karena itu, upaya dan kemauan
masyarakat pertanian dalam mengembangkan komoditas unggulan agribisnis
sangat diperlukan. Sehubungan dengan pentingnya Pengembangan Komoditas
Ubi Jalar Berbasis Agribisnis, maka perlu dilakukan serangkaian penelitian untuk
menyusun Strategi Pengembangan Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Berbasis Agribisnis sehingga diperoleh hasil yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam proposal ini dapat dirumuskan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa Itu Produk Bola-Bola Ubi?
2. Bagaimana Estimasi Biaya Usaha Bola-Bola Ubi?
3. Bagaimana Analisis Kelayakan Usaha Bola-Bola Ubi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan proposal ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Produk Bola-Bola Ubi.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Estimasi Biaya Usaha Bola-Bola Ubi.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis Kelayakan Usaha Bola-Bola
Ubi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Usaha Mikro, Kecil, & Menengah (UMKM) merupakan kegiatan bisnis


yang bisa memperluas dan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat,
memberikan pelayanan dan penigkatan ekonomi secara luas pada masyarakat,
berperan pada proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional. Usaha Mikro Kecil & menengah merupakan bisnis ekonomi produktif
yg berdiri sendiri, dilakukan oleh orang perorangan atau badan bisnis, bukan
termasuk anak atau bagian dari perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan, dikuasai, atau menjadi bagian baik eksklusif
juga nir eksklusif menurut bisnis menengah atau bisnis besar, serta memenuhi
kondisi bisnis kecil sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil & Menengah.
Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat
pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam
menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku
usaha sesuai dengan skala usahanya. Menurut Bank Dunia, UMKM dapat
dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 1. Usaha Mikro (jumlah karyawan 10
orang); 2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang); dan 3. Usaha Menengah
(jumlah karyawan hingga 300 orang).
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan jenis umbi-umbian yang
memiliki banyak kelebihan dibanding umbi-umbi lainnyadan merupakan sumber
karbohidrat ke empat terbesar di Indonesia, setelah beras, jagung, dan ubi kayu
(Noeret al., 2017).
Kandungan karbohidrat ubi jalar yang tinggi membuat ubi jalar dapat
dijadikan sumber kalori. Kandungan karbohidrat ubi jalar tergolong indek
glikemik rendah, yaitu tipe karbohidrat yang jika dikonsumsi tidak akan
menaikkan kadar gula darah secara drastis
(Murtniningsih dan Suryanti, 2011).

3
Selain dapat diolah menjadi berbagai macam olahan makanan, ubi jalar
juga merupakan salah satu sumber devisa negara dan Indonesia merupakan salah
satu eksportir utama ubi jalar di pasar internasional. Tanaman ubijalar
bisadibudidayakanbaik di daerahdataran rendah maupundataran tinggi
(Kusumayanti dkk, 2016).
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan local yang
mudah untuk dibudidayakan, khususnya di Papua Barat ada beberapa varietas
local ubi jalar yang dihasilkan. Varietas tersebut adalah Manokwari, Nabire,
Minyambouw, Aerani, Siepwauw, Ciceh, Numfor Putih, Warmare dan
Simpengguei. Akan tetapi selama ini ubi jalar hanya dikonsumsi oleh masyarakat
dalam bentuk utuh seperti di rebus, digoreng, dibakar dan dikukus. Sedangkan
pemanfaatan ubi jalar sebagai sumber pangan dapat juga dijadikan sebagai bahan
baku industry. Ubi jalar dapat di olah menjadi aneka olahan modern seperti Bola –
Bola Ubi.
Bola – Bola Ubi merupakan olahan berbahan dasar ubi jalar dengan
campuran tepung terigu dan tepuang maizena. Bola ubi dahulu terkenal sebagai
jajanan khas Bandung, Jawa Barat. Seiring waktu, bola ubi banyak dijual di luar
bandung. Tetapi, salah satu ciri bola ubi khas Bandung adalah isisnya yang
kopong. Sedangkan bola – bola ubi yang kami buat berisikan varian rasa coklat
dan keju.
2.2 Bagan Pelaksanaan

Proses Perancangan

Proses Pembuatan Produk

Proses Pemasaran Produk

Proses Pembuatan Proposal Produk

Selesai

4
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Produk

Produk yang kami tawarkan dalam usaha ini kepada masyarakat adalah
"Bola Bola Ubi" dengan rasa yaitu cokelat dan keju. Dengan berbagai macam rasa
tersebut maka kami memberikan pilihan kepada masyarakat sesuai dengan
seleranya. Produk yang kami berikan tidak menggunakan campuran bahan kimia
berbahaya seperti formalin, sianida, dan zat beracun lainnya. Sehingga sehat
untuk dikonsumsi oleh konsumen.

3.2 Proses Pembuatan


Adapun bahan-bahan yang digunakan dan proses pembuatannya adalah
sebagai berikut:
A. Bahan:
500 gr ubi jalar, kupas, potong-potong, kukus, lalu lumatkan saat masih
panas.
 20 sdm tepung terigu
 5 sdm tepung maizena
 5 sdm gula pasir
 1/2 sdm garam
 1 saset susu bubuk
 Tepung panir
 Minyak goreng
B. Cara Membuat:
1. Lumatkan ubi selagi panas sampai lembut.
2. Campur tepung terigu, tepung tapioka, gula pasir, garam, baking powder,
dan susu bubuk menjadi satu.
3. Masukkan campuran tepung tadi ke adonan ubi. Uleni sampai kalis dan
bisa dibentuk bulat-bulat.
4. Bentuk adonan ubi menjadi bola-bola. Lalu tambahkan keju cheddar
yang dipotong kotak-kotak, coklat atau gula jawa untuk dimasukkan ke
dalam bola ubi.

5
5. Balur bola ubi dengan tepung terigu cair, kemudian balur lagi dengan
tepung panir.
6. Goreng dalam minyak panas dengan api sedang hingga kuning keemasan.
3.3 Estimasi Biaya
Alat Jumlah Harga Satuan Jumlah Harga
Kompor Gas 1 450.000 250
Gas LPG (3 kg) 1 30.000 16,6
Panci 1 70.000 38,8
Wajan 1 55.000 30,5
Spatula 1 30.000 16,6
Saringan 1 30.000 16,6
Pisau 2 30.000 33,3
Loyang 3 20.000 33,3
Jumlah 435,7
Tabel 1. Estimasi Biaya Alat

Bahan Jumlah Harga Satuan Jumlah Harga


Ubi Jalar 1 Kg 10.000 10.000
Minyak Goreng 1L 26.000 26.000
Tepung Terigu 500 gr 6.000 6.000
Tepung Maizena 1 5.000 5.000
Susu Bubuk 1 4.000 4.000
Gula 6 sdm 8.000 2.000
Garam ½ sdt 4.000 250
Tepung Panir 500 gr 5.000 2.500
Cokelat 1 15.000 7.500
Keju 1 23.000 11.500
Jumlah 106.000 74.750
Tabel 2. Estimasi Biaya Bahan

6
A. Penyusutan
Penyusutan dalam usaha bola-bola ubi ini dapat dilihat dari penyusutan alat-
alat yang digunakan dalam proses produksi. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Umur ekonomis = 5 tahun
Banyaknya produksi dalam satu bulan = 30 kali (tiap hari)
Jumlah bulan dalam satu tahun = 12
Jumlah bulan dalam satu tahun x Umur ekonomis = 12 x 5 = 60
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡60 𝑥 30 450.000
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑟 𝐺𝑎𝑠 = = = 𝑅𝑝. 250
1.800
Formula ini dapat digunakan untuk menghitung penyusutan alat-alat yang
digunakan dalam proses produksi bola-bola ubi ini. yang dimana dapat dilihat
pada tabel 1.
B. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus dikeluarkan
untuk memproduksi suatu barang. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Berikut rumus untuk menghitung biaya produksi (Soekartawi, 2006).
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
Keterangan:
TC = Total Biaya (Rp)
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)
 Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat dan biaya variabel meliputi
biaya bahan baku. Biaya tetap pada usaha bola-bola ubi ini adalah biaya
penyusutan peralatan. Biaya penyusutan peralatan terdiri dari biaya penyusutan
kompor gas sebesar Rp. 250, gas LPG (3 Kg) sebesar Rp. 16,6, panci sebesar Rp.
38,8, wajan sebesar Rp. 30,5, spatula sebesar Rp. 16,6, saringan sebesar Rp.16,6,
pisau sebesar Rp. 33,3, Loyang sebesar Rp. 33,3 pertahun. Yang dimana jumlah
biaya penyusutan tersebut sama dengan Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
yaitu sebesar Rp. 435,7 pertahun.

7
 Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku
meliputi biaya ubi jalar sebesar Rp. 10.000, minyak goreng sebesar Rp. 26.000,
tepung terigu sebesar Rp. 6.000, tepung maizena sebesar Rp. 5.000, susu bubuk
sebesar Rp. 4.000, gula sebesar Rp. 2.000, garam sebesar Rp.250, tepung panir
sebesar Rp. 2.500, cokelat sebesar Rp. 7.500, keju sebesar Rp. 11.500 dalam satu
kali produksi. Yang dimana Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) adalah
sebesar Rp. 74.750 dalam satu kali produksi.
 Total Biaya (Total Cost)
Total biaya dari suatu usaha merupakan jumlah keseluruhan biaya, yang
terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Setiap usaha memiliki total biaya yang
berbeda-beda, dimana besarnya total biaya suatu usaha ditentukan oleh besarnya
biaya tetap dan biaya variabel (Asnidar & Asrida, 2017). Jadi total biaya yang
digunakan dalam produksi bola-bola ubi adalah sebagai berikut:
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝. 435,7 + 𝑅𝑝. 74.750
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝. 75.186
C. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh usaha bola-bola ubi.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Soekartawi, 2006).
Total biaya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝. 75.186
Jika Kami ingin memperoleh keuntungan 20% maka perhitungannya adalah:
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 + 𝐿𝑎𝑏𝑎
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 + (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑥 𝑇𝐶)
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 = 𝑅𝑝. 106.000 + (20% 𝑥 𝑅𝑝. 75.186)
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 = 𝑅𝑝. 106.000 + 15.037
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 = 𝑅𝑝. 121.037

8
Dalam satu kali produksi bola-bola ubi membutuhkan ubi jalar sebanyak 1
Kg dan menghasilkan 125 biji bola-bola ubi. Bola-bola ubi dijual perbungkus
dalam satu bungkus berisi 5 biji bola-bola ubi dan akan menghasilkan 25 bungkus
bola- bola ubidengan harga jual per bungkus yaitu Rp. 121.037 : 25 = Rp. 4.841
(Rp.5000). Sedangkan kebutuhan ubi jalar pertahun yaitu sebanyak 360 Kg dan
menghasilkan 45.000 biji bola-bola ubi pertahun. sehingga dari produksi bola-bola
ubi sebanyak 45.000 biji akan menghasilkan 9.000 bungkus bola-bola ubi
pertahun. Sehingga penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑇𝑅 = 𝑃 𝑥 𝑄
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝. 5.000 𝑥 25
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝. 125.000
Formulasi untuk menghitung pendapatan adalah sebagai berikut:
𝑌 = 𝑇𝑅 – 𝑇𝐶
𝑌 = 𝑅𝑝. 125.000 – 𝑅𝑝. 75.186
𝑌 = 𝑅𝑝. 49.814
Keterangan:
Y = Pendapatan (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp/Unit)
Q = Jumlah Produksi (Unit)
3.4 Analisis Kelayakan
Analisis kelayakan yang digunakan dalam usaha bola-bola ubi adalah sebagai
berikut:
A. Break Even Point (BEP)
Break Even Point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan
atau profit. BEP adalah suatu kondisi dimana perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian. Berikut rumus untuk menghitung
BEP ( Soekartawi, 2006).

9
 Break Even Point (BEP) Produksi (Kg)
𝑇𝐶 (𝑅𝑝) 𝑅𝑝. 75.186
𝐵𝐸𝑃 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝐾𝑔) = =
𝑃 (𝑅𝑝) = 15,04 = 15 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑘𝑢𝑠
𝑅𝑝. 5.000
Kriteria BEP Produksi adalah sebagai berikut :
 Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi
menguntungkan.
 Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi titik
impas atau tidak laba/tidak rugi.
 Jika BEP Produksi >Jumlah Produksi maka usaha berada pada posisi yang
tidak menguntungkan.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui Break Even Point (BEP) Produksi
(Kg) yaitu 15 bungkus. Yang dimana BEP Produksi < Jumlah Produksi, yaitu 15
bungkus < 25 bungkus, maka usaha berada pada posisi menguntungkan dan
dikatakan layak.
 Break Even Point (BEP) Harga (Rp)
𝑇𝐶 (𝑅𝑝) 𝑅𝑝. 75.186
𝐵𝐸𝑃 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝) = =
𝑄 (𝑅𝑝) = 𝑅𝑝. 3.007
25
Sementara untuk BEP Harga kriterianya adalah sebagai berikut :
 Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang
menguntungkan.
 Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik impas
atau tidak laba/tidak rugi.
 Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang tidak
menguntungkan.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui Break Even Point (BEP) Harga (Rp)
yaitu Rp.3.007. Yang dimana BEP Harga < Harga Jual, yaitu Rp.3.007 <
Rp.5.000, maka usaha berada pada posisi menguntungkan dan dikatakan layak.
B. Revenue Cost Ratio
Revenue Cost Ratio adalah suatu pengujian analisa kelayakan dengan
perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan
(Asnidar & Asrida, 2017).

1
Revenue Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya dengan rumusan sebagai berikut (Soekartawi,
2006).
𝑇𝑅
𝑅/𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝐶
Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan
atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usaha tersebut
mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C
Ratio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).
Perhitungan Revenue Cost Ratio usaha bola-bola ubi adalah sebagai berikut:
𝑇𝑅 𝑅𝑝. 125.000
𝑅/𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = = 1,66
𝑇𝐶 𝑅𝑝. 75.186
Dari perhitungan diatas dapat diketahui R/C Ratio yaitu 1,66. Yang dimana
R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak
untuk dikembangkan.

1
BAB IV
DOKUMENTASI
4.1 Stiker

4.2 Dokumentasi Kegiatan

1
1
1
1
1
1
1
DAFTAR PUSTAKA
Asnidar & Asrida (2017) ‘Analisis Kelayakan Usaha Home Industry Kerupuk
Opak Di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten
Aceh Utara’, Jurnal S. Pertanian, 1(1), pp. 39–47.
Kusumayanti, H., Ahmad, L., Setiawati & Ginting. (2016). Pengolahan Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L) Dengan Sistem Kering Untuk Meningkatkan
Komoditas Pangan Lokal. Jurnal Metana. Vol. 12 No. 2
Mutiningsih & Suryati. (2011). Membuat Tepung Umbi dan Varietas Olahannya.
Agromedia. Jakarta.
Noer, S.W., Mohammad, W., &Kardiman. (2017). Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar
(Ipomea Btatas L) Berbagai Varietas Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Kue Bolu Kukus. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. Vol. 3.

Anda mungkin juga menyukai