Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

ANALISIS KASUS TAHU SUMEDANG


DAN PISANG GORENG

Universitas Muhammadiyah Berau


Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan yang berjudul "Analisis Tahu Sumedang dan Pisang Goreng"
dengan tepat waktu.

Laporan disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Pengambilan Keputusan (TPK).
Selain itu, laporan ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana cara pengambilan
keputusan yang tepat untuk sebuah usaha bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gunawan Wibisono, S.Hut,Msi selaku
Dosen Mata Kuliah Teori Pengambilan Keputusan (TPK). Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak khususnya anggota kelompok yang telah membantu
diselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Berau, 24 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2

Daftar isi.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian............................................................................................................... 4
B. Sejarah.................................................................................................................... 4

BAB II ISI

A. Metode Pengamatan............................................................................................... 9
B. Hasil Pengamatan................................................................................................... 10

BAB III

A. Hasil Pengamatan................................................................................................... 11
B. Analisis Pendapatan, Keuntungan dan Pengeluaran............................................... 11
C. Kesimpulan............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14

LAMPIRAN........................................................................................................................ 15

3
BAB I

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN

a) Pisang Goreng

Pisang goreng adalah makanan ringan yang banyak di temukan di Indonesia,

Malaysia dan Singapura. Makanan ini terbuat dari buah pisang, sesudah di kupas

kulitnya dipotong-potong sesuai keinginana kemudian di lumuri bersama adonan

kental terbuat dari campuran tepung, sedikit garam dan gula, selanjutnya digoreng

dalam minyak panas.

b) Tahu Goreng Sumedang

Tahu semedang adalah makanan khas berupa tahu dari wilayah sumedang, Jawa

Barat. Para pengusaha lainnya juga banyak memproduksi tahu Sumedang. Namun

yang paling terkenal serta melegenda ialah tahu bikinan keluarga Ong Boen Keng.

B. SEJARAH

1. Pisang Goreng (Sanggar)

Pisang goreng sendiri terdapat dua jenis, yakni pisang yang digoreng dan berbalut

tepung, dan pisang yang dikupas digoreng begitu saja tanpa dibalut dengan tepung.

Pisang goreng awalnya diperkenalkan oleh bangsa Portugis yang memiliki kebiasaan

menyantap pisang sebagai menu sarapannya.

Indonesia adalah salah satu negara agraris yang kaya akan keanekaragaman hayati.

Sebagai negara agraris, pertanian merupakan sektor unggulan yang mampu

menopang dan menggerakkan roda perekonomian. Seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan pesatnya kemajuan teknologi. Pertanian merupakan salah satu

4
sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian indonesia. Sejak dahulu

sampai sekarang, sektor ini selalu menempatkan diri dalam lima besar pengisi

pendapatan negara. Pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi

pembangunan ekonomi indonesia.

Pentingnya peranan ini menyebabkan bidang ekonomi diletakkan pada

pembangunan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan

pertanian diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri

dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas

kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Amsal, 2012).

Usaha agroindustri adalah jenis usaha yang bergerak dalam kegiatan memproses

suatu bahan baku menjadi bahan lain, yang berbeda bentuk dan sifatnya yang

mempunyai nilai tambah. Buah pisang merupakan buah yang cukup potensial untuk

dikembangkan sebagai salah satu bahan baku yang dapat diproses menjadi bahan

pangan dan bahan industri salah satunya agroindustri pisang goreng kipas.

Pisang goreng kipas adalah makanan ringan yang banyak digemari oleh masyarakat

juga dapat dijangkau oleh semua kalangan. Keberadaan usaha kecil pisang goreng

kipas dapat diharapkan untuk menciptakan peluang kerja, meningkatkan nilai

tambah bagi produk dan menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan tersebut dan

diharapkan juga dapat berpengaruh dalam meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.

Faktor-faktor yang mendorong pengusaha untuk menjadikan buah pisang sebagai

produk pisang goreng kipas antara lain karena tersediannya bahan baku pisang

dengan harga yang murah, keinginan untuk mendapatkan penghasilan dan usaha ini

dapat menciptakan lapangan kerja terutama bagi masyarakat lokal.

2. Tahu Goreng Sumedang

5
Tahu, sebagaimana sering dipasangkan dengan kata tempe, adalah makanan olahan

yang terbuat dari kedelai. Makanan ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari tradisi

kuliner tradisional Indonesia. Sekalipun seolah “bersaudara”, tahu dan tempe,

keduanya memiliki asal muasal kelahiran yang berbeda. Tempe adalah “anak

kandung” yang lahir dari rahim pengetahuan ibu pertiwi. Jejak pengetahuan

masyarakat Jawa ini telah tertorehkan dengan baik dalam berbagai manuskrip lama.

“Makanan para raja” ini rupanya telah bertransformasi menjadi “makanan rakyak

jelata”. Dalam arti demikian, tempe telah menunjukkan fenomena kuat dari menu

makanan elite ke makanan massal. Transformasi makanan ini bukan berarti

penurunan kebudayaan tinggi menjadi kebudayaan populer. Prosesnya menunjukkan

dinamika kebudayaan material yang sarat dengan nilai-nilai kebudayaan immaterial

selalu bersifat cair. Ketika ia berada dalam kondisi seperti itu, hasilnya dapat

memasuki ceruk-ceruk lapisan sosial masyarakat tanpa lagi membedakan batas-batas

sosialnya. Tempe menjadi makanan Nusantara yang terwariskan lintas generasi, dan

kemudian terakui oleh masyarakat dunia.

Tahu, pada awalnya adalah makanan olahan kedelai dan kacang hijau dari negeri

tirai bambu. Tao fu, adalah nama awalnya. Tradisi pengolahan dan konsumsi tahu

hadir ke Nusantara seiring dengan perjalanan migrasi besar-besaran orang Tionghoa

dari Tiongkok Daratan. Upaya menghindari perang saudara akibat perebutan

kekuasaan dan ditambah ikhtiar untuk memperoleh penghidupan lebih baik

merupakan dua alasan penting dari lalu lintas intensif orang Tionghoa ke Nusantara

dan berbagai negara lainnya. Berbagai catatan ekspedisi Cina tercatat baik dalam

koleksi manuskrip tradisional ataupun manuskrip kolonial. Catatan itu menunjukkan

kehadiran orang Tionghoa telah berlangsung lama, bahkan sebelum kolonisasi

bangsa Eropa ke Nusantara. Saat kerajaan-kerajaan di Nusantara masih kuat

6
berlangsung kuasanya, terdengar kabar bahwa berbagai ekspedisi Cina telah

menyentuh wilayah-wilayah pantainya.

Setelah mereka bermukim di wilayah pantai, mereka pun terus memasuki wilayah-

wilayah pedalaman di berbagai daerah. Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan

adalah tiga pulau besar yang dimasuki oleh orang Tionghoa Daratan pada periode

klasik dan diteguhkan eksistensinya saat kolonisasi berlangsung. Selain sebagai

tenaga kerja di berbagai perkebunan, orang Tionghoa dimanfaatkan secara

mutualisme oleh kolonial untuk menjadi “agen-agen perdagangan” pada level

komunitas. Merekalah yang menjadi perantara pertama berbagai komoditas yang

diperdagangkan di Eropa. Orang Tionghoa merupakan aktor penting dari sistem

perdagangan Eropa. Bahkan, beberapa perkebunan dan pertambangan pun

diserahkan pengelolaan ataupun dikelola pertama kalinya oleh orang Tionghoa yang

dianggap kaya. Pertambangan emas di Mandor dan Mempawah Kalimantan Barat

menjadi salah satu bukti kemahiran orang Tionghoa memasuki pengelolaan dan

penguasaan sumber daya alam sebelum dan saat kolonisasi terjadi.

Fenomena seperti tahu Sumedang ini juga terjadi pada hibriditas antara cita rasa

kuliner Tionghoa dan cita rasa Jawa pada Bakpia Pathok 25, sebagaimana juga yang

ditulis secara detail oleh peneliti utama penelitian ini. Akhirnya, sekalipun dari tahu

Sumedang, kenyataan ini telah memberikan dua pelajaran penting bagi masyarakat

Indonesia. Pertama, hibriditas kebudayaan adalah suatu keniscayaan yang harus

diterima oleh masyarakat Indonesia. Prosesnya akan memasuki berbagai unsur

kebudayaan, dan hal ini semakin menguatkan proses pemajuan kebudayaan. Kedua,

kreativitas pemajuan kebudayaan tidak an sich pada produk kebudayaan besar, tetapi

juga perlu memprioritaskan pada produk-produk kebudayaan harian dan pasar yang

memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat. Dua pelajaran penting ini

7
telah tertorehkan secara baik dalam buku ini. Harapannya, buku ini dapat memantik

masyarakat luas untuk berusaha memajukan kebudayaan dan berkreasi mengelola

kebudayaan untuk kepentingan ekonomi dan memperteguh semangat persatuan

bangsa.

Munculnya industri tahu Sumedang tidak bisa terlepas dari adanya imigran

Tiongkok yang tinggal di wilayah Jawa Bawat, khususnya di Sumedang. Hal itu

terjadi karena tahu sendiri merupakan makanan khas dari negeri tirai bambu tersebut

berupa olahan kedelai yang dihaluskan. Kedatangan awal imigran Tiongkok ke

tanah Jawa masih belum memiliki keterangan waktu yang tepat. Meski banyak

dikatakan bahwa kedatangan bangsa Tiongkok ke Nusantara sudah dilakukan sejak

hubungan perdagangan jalur sutra dan makin banyak yang datang ke Asia Tenggara

ketika Dinasti Ming memerintah (1368–1644 M), belum ada catatan pasti sejak

kapan para imigran tersebut menetap dan berasimilasi dengan pribumi. Tidak ada

satu pun keluarga Tiongkok di Jawa yang bisa menelusuri asal-usul keluarganya

lebih dari akhir abad ke-18, hanya segelintir keluarga yang memang lebih tua dari

yang lain yang bisa melakukan itu (Onghokham, 1991).

Tahu pertama yang berhasil dibuat Ong Ki No belum seperti tahu Sumedang yang

sekarang kita kenal. Saat itu tahu yang dibuat masih tahu putih khas Tiongkok yang

direbus. Ong Ki No membuat tahu tersebut pun hanya untuk dikonsumsi pribadi

oleh dia dan istrinya, serta terkadang dibagikan ke sesama warga etnis Tionghoa jika

sedang merayakan suatu hari raya (Rustandi, 2017). Selain kepada sesama warga

etnis Tionghoa, Ong Ki No membagikannya kepada warga pribumi Sumedang di

sekitar.

8
BAB II

ISI

A. METODE PENGAMATAN

Metode pengamatan yang digunakan Teknik Pengamatan Data (Wawancara ) karena

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab lisan secara

langsung yang menjurus kepada sasaran, atau terhadap obyek pengamatan untuk

mendapatkan informasi yang akurat dan terperinci sesuai dengan topik pengamatan dan

wawancara dilakukan terhadap obyek yang tepat dan mengerti tentang topik yang sedang

penulis amati, adapun pertanyaan yang diajukan dapat berkembang sedemikian rupa

berdasarkan kebutuhan akan informasi yang kita butuhkan.

1. Sejarah pedagang Pisang Goreng

Pada tahun 2017 pak Edi dan ibu Yeni memutuskan untuk membuka usaha menjual

gorengan setelah keduanya berhenti berkerja dari perkejaan sebelumnya. Hingga

saat ini mereka telah menjalankan usaha gorengan selama kurang lebih 5 tahun.

Mereka menjualkan dagangannya di Jl. Murjani II dengan nama usaha gorengan

Kuzuka, mereka membuka usaha dengan menyewa tempat dagangannya sekarang.

 Jam oprasional

Buka pada jam 07.00- 18.00 wita

2. Sejarah pedagang Tahu Goreng ( Sumedang )

Asal mulanya ibu Lindaan dan bapak Heri sofian sebelumnya telah berjualan

bersama dengan temannya yang berjualan tahu sumedang di depan DPRD, namun

9
karena pandemi corona akhirnya mereka memutuskan untuk berhanti kemudian

membuka usaha makanan seperti nasi kuning dan soto dan kemudian mereka

memutuskan membuka usaha tahu sumedang sendiri yang berlokasi di rumah milik

sendiri di JL.Pulau Derawan (tepian Teratai).

 Jam oprasional

Buka pada jam 08.00-21.00 wita

B. HASIL PENGAMATAN

1. Pisang Goreng

 Modal Awal = Rp 5.000.000,-

 Modal Perhari = Rp. 200.000,-

 Pengeluaran = Rp 180.000,-

 Penghasilan Kotor = Rp 1.000.000,-

Bersih = Rp 250.000,-

Harga jual : 5.000/3Pcs

2. Tahu Sumedang

 Modal awal = Rp 5.000.000,-

 Modal Perhari = Rp 160.000,-

 Pendapatan = Rp 400.000,-

 Pengeluaran = Rp 180.000,-

 Harga jual 1.000/pcs

10
BAB III

PENUTUP

A. HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 2 tempat yaitu Gorengan Kuzuka di

Jl. Murjani II dan Tahu Sumedang Tepian di Jl. Tepian Teratai. Penjualan Tahu

Sumedang Tepian lebih menuntungkan karena usahanya lebih fokus ke penjualan tahu

sedangkan Gorengan Kuzuka menjual berbagai gorengan sehingga memiliki bayak

peluang untuk memilih gorengan yang lain.

B. ANALISIS PENDAPATAN, PENEGELUARAN DAN KEUNTUNGUAN

1) Analisis pendapatan

a. Pisang Goreng

Bersih : Rp 250.000,- / hari

: Rp 1.750.000,- / seminggu

: Rp 7.500.000,- / bulan

: Rp 90.000.000,- / tahun

b. Tahu Sumedang

Bersih : Rp 400.000,- / hari

: Rp 2.800.000,- / seminggu

: Rp 12.000.000,- / bulan

: Rp 144.000.000,- / tahun

11
2) Pengeluaran (Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap)

a. Pisang Goreng

Tidak Tetap

 Minyak 2 L / 3 hari

 Tabung Gas 3kg / 3 hari

Tetap

 Pisang 15 sisir / hari

 Tepung 1 Kg / hari

 Sewa toko (Listrik dan air)

b. Tahu Sumedang

Tidak Tetap

 Minyak 2 L / hari

 Lombok

 Tabung Gas

(Tetap)

 Tahu 160 / box

 Bumbu kacang

3) Analisis Keuntungan (Pendapatan – Pengeluaran) per tahun

c. Pisang Goreng

Rp 90.000.000,- – Rp 65.700.000,-

= Rp 24.300.000,-

d. Tahu Sumedang

Rp 144.000.000 – Rp 58.400.000,-

= Rp 85.600.000,-

12
C. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil keputusan keuntungan dari Tahu Sumedang Rp 85.600.000,- dan

Pisang Goreng Rp 24.300.000,- maka TAHU SUMEDANG dipilih menjadi yang lebih

menguntungkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sejarah+pisang+goreng&oq=sejarah+pisang+gor#d=gs_qabs

&t=1664361474461&u=%23p%3Dx_zYW3Yx-P0J

https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sejarah+tahu+sumedang&btnG=&oq=sejarah+tahu+sume#d=

gs_qabs&t=1664365179845&u=%23p%3DizhBFudWBPUJ

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai