Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan yang berjudul "Analisis Tahu Sumedang dan Pisang Goreng"
dengan tepat waktu.
Laporan disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Pengambilan Keputusan (TPK).
Selain itu, laporan ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana cara pengambilan
keputusan yang tepat untuk sebuah usaha bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gunawan Wibisono, S.Hut,Msi selaku
Dosen Mata Kuliah Teori Pengambilan Keputusan (TPK). Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak khususnya anggota kelompok yang telah membantu
diselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar isi.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian............................................................................................................... 4
B. Sejarah.................................................................................................................... 4
BAB II ISI
A. Metode Pengamatan............................................................................................... 9
B. Hasil Pengamatan................................................................................................... 10
BAB III
A. Hasil Pengamatan................................................................................................... 11
B. Analisis Pendapatan, Keuntungan dan Pengeluaran............................................... 11
C. Kesimpulan............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14
LAMPIRAN........................................................................................................................ 15
3
BAB I
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN
a) Pisang Goreng
Malaysia dan Singapura. Makanan ini terbuat dari buah pisang, sesudah di kupas
kental terbuat dari campuran tepung, sedikit garam dan gula, selanjutnya digoreng
Tahu semedang adalah makanan khas berupa tahu dari wilayah sumedang, Jawa
Barat. Para pengusaha lainnya juga banyak memproduksi tahu Sumedang. Namun
yang paling terkenal serta melegenda ialah tahu bikinan keluarga Ong Boen Keng.
B. SEJARAH
Pisang goreng sendiri terdapat dua jenis, yakni pisang yang digoreng dan berbalut
tepung, dan pisang yang dikupas digoreng begitu saja tanpa dibalut dengan tepung.
Pisang goreng awalnya diperkenalkan oleh bangsa Portugis yang memiliki kebiasaan
Indonesia adalah salah satu negara agraris yang kaya akan keanekaragaman hayati.
jumlah penduduk dan pesatnya kemajuan teknologi. Pertanian merupakan salah satu
4
sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian indonesia. Sejak dahulu
sampai sekarang, sektor ini selalu menempatkan diri dalam lima besar pengisi
Usaha agroindustri adalah jenis usaha yang bergerak dalam kegiatan memproses
suatu bahan baku menjadi bahan lain, yang berbeda bentuk dan sifatnya yang
mempunyai nilai tambah. Buah pisang merupakan buah yang cukup potensial untuk
dikembangkan sebagai salah satu bahan baku yang dapat diproses menjadi bahan
pangan dan bahan industri salah satunya agroindustri pisang goreng kipas.
Pisang goreng kipas adalah makanan ringan yang banyak digemari oleh masyarakat
juga dapat dijangkau oleh semua kalangan. Keberadaan usaha kecil pisang goreng
tambah bagi produk dan menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan tersebut dan
produk pisang goreng kipas antara lain karena tersediannya bahan baku pisang
dengan harga yang murah, keinginan untuk mendapatkan penghasilan dan usaha ini
5
Tahu, sebagaimana sering dipasangkan dengan kata tempe, adalah makanan olahan
yang terbuat dari kedelai. Makanan ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari tradisi
keduanya memiliki asal muasal kelahiran yang berbeda. Tempe adalah “anak
kandung” yang lahir dari rahim pengetahuan ibu pertiwi. Jejak pengetahuan
masyarakat Jawa ini telah tertorehkan dengan baik dalam berbagai manuskrip lama.
“Makanan para raja” ini rupanya telah bertransformasi menjadi “makanan rakyak
jelata”. Dalam arti demikian, tempe telah menunjukkan fenomena kuat dari menu
selalu bersifat cair. Ketika ia berada dalam kondisi seperti itu, hasilnya dapat
sosialnya. Tempe menjadi makanan Nusantara yang terwariskan lintas generasi, dan
Tahu, pada awalnya adalah makanan olahan kedelai dan kacang hijau dari negeri
tirai bambu. Tao fu, adalah nama awalnya. Tradisi pengolahan dan konsumsi tahu
merupakan dua alasan penting dari lalu lintas intensif orang Tionghoa ke Nusantara
dan berbagai negara lainnya. Berbagai catatan ekspedisi Cina tercatat baik dalam
6
berlangsung kuasanya, terdengar kabar bahwa berbagai ekspedisi Cina telah
Setelah mereka bermukim di wilayah pantai, mereka pun terus memasuki wilayah-
adalah tiga pulau besar yang dimasuki oleh orang Tionghoa Daratan pada periode
diserahkan pengelolaan ataupun dikelola pertama kalinya oleh orang Tionghoa yang
menjadi salah satu bukti kemahiran orang Tionghoa memasuki pengelolaan dan
Fenomena seperti tahu Sumedang ini juga terjadi pada hibriditas antara cita rasa
kuliner Tionghoa dan cita rasa Jawa pada Bakpia Pathok 25, sebagaimana juga yang
ditulis secara detail oleh peneliti utama penelitian ini. Akhirnya, sekalipun dari tahu
Sumedang, kenyataan ini telah memberikan dua pelajaran penting bagi masyarakat
kebudayaan, dan hal ini semakin menguatkan proses pemajuan kebudayaan. Kedua,
kreativitas pemajuan kebudayaan tidak an sich pada produk kebudayaan besar, tetapi
juga perlu memprioritaskan pada produk-produk kebudayaan harian dan pasar yang
memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat. Dua pelajaran penting ini
7
telah tertorehkan secara baik dalam buku ini. Harapannya, buku ini dapat memantik
bangsa.
Munculnya industri tahu Sumedang tidak bisa terlepas dari adanya imigran
Tiongkok yang tinggal di wilayah Jawa Bawat, khususnya di Sumedang. Hal itu
terjadi karena tahu sendiri merupakan makanan khas dari negeri tirai bambu tersebut
tanah Jawa masih belum memiliki keterangan waktu yang tepat. Meski banyak
hubungan perdagangan jalur sutra dan makin banyak yang datang ke Asia Tenggara
ketika Dinasti Ming memerintah (1368–1644 M), belum ada catatan pasti sejak
kapan para imigran tersebut menetap dan berasimilasi dengan pribumi. Tidak ada
satu pun keluarga Tiongkok di Jawa yang bisa menelusuri asal-usul keluarganya
lebih dari akhir abad ke-18, hanya segelintir keluarga yang memang lebih tua dari
Tahu pertama yang berhasil dibuat Ong Ki No belum seperti tahu Sumedang yang
sekarang kita kenal. Saat itu tahu yang dibuat masih tahu putih khas Tiongkok yang
direbus. Ong Ki No membuat tahu tersebut pun hanya untuk dikonsumsi pribadi
oleh dia dan istrinya, serta terkadang dibagikan ke sesama warga etnis Tionghoa jika
sedang merayakan suatu hari raya (Rustandi, 2017). Selain kepada sesama warga
sekitar.
8
BAB II
ISI
A. METODE PENGAMATAN
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab lisan secara
langsung yang menjurus kepada sasaran, atau terhadap obyek pengamatan untuk
mendapatkan informasi yang akurat dan terperinci sesuai dengan topik pengamatan dan
wawancara dilakukan terhadap obyek yang tepat dan mengerti tentang topik yang sedang
penulis amati, adapun pertanyaan yang diajukan dapat berkembang sedemikian rupa
Pada tahun 2017 pak Edi dan ibu Yeni memutuskan untuk membuka usaha menjual
saat ini mereka telah menjalankan usaha gorengan selama kurang lebih 5 tahun.
Jam oprasional
Asal mulanya ibu Lindaan dan bapak Heri sofian sebelumnya telah berjualan
bersama dengan temannya yang berjualan tahu sumedang di depan DPRD, namun
9
karena pandemi corona akhirnya mereka memutuskan untuk berhanti kemudian
membuka usaha makanan seperti nasi kuning dan soto dan kemudian mereka
memutuskan membuka usaha tahu sumedang sendiri yang berlokasi di rumah milik
Jam oprasional
B. HASIL PENGAMATAN
1. Pisang Goreng
Pengeluaran = Rp 180.000,-
Bersih = Rp 250.000,-
2. Tahu Sumedang
Pendapatan = Rp 400.000,-
Pengeluaran = Rp 180.000,-
10
BAB III
PENUTUP
A. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 2 tempat yaitu Gorengan Kuzuka di
Jl. Murjani II dan Tahu Sumedang Tepian di Jl. Tepian Teratai. Penjualan Tahu
Sumedang Tepian lebih menuntungkan karena usahanya lebih fokus ke penjualan tahu
1) Analisis pendapatan
a. Pisang Goreng
: Rp 1.750.000,- / seminggu
: Rp 7.500.000,- / bulan
: Rp 90.000.000,- / tahun
b. Tahu Sumedang
: Rp 2.800.000,- / seminggu
: Rp 12.000.000,- / bulan
: Rp 144.000.000,- / tahun
11
2) Pengeluaran (Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap)
a. Pisang Goreng
Tidak Tetap
Minyak 2 L / 3 hari
Tetap
Tepung 1 Kg / hari
b. Tahu Sumedang
Tidak Tetap
Minyak 2 L / hari
Lombok
Tabung Gas
(Tetap)
Bumbu kacang
c. Pisang Goreng
Rp 90.000.000,- – Rp 65.700.000,-
= Rp 24.300.000,-
d. Tahu Sumedang
Rp 144.000.000 – Rp 58.400.000,-
= Rp 85.600.000,-
12
C. KESIMPULAN
Pisang Goreng Rp 24.300.000,- maka TAHU SUMEDANG dipilih menjadi yang lebih
menguntungkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sejarah+pisang+goreng&oq=sejarah+pisang+gor#d=gs_qabs
&t=1664361474461&u=%23p%3Dx_zYW3Yx-P0J
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sejarah+tahu+sumedang&btnG=&oq=sejarah+tahu+sume#d=
gs_qabs&t=1664365179845&u=%23p%3DizhBFudWBPUJ
14
LAMPIRAN
15