Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI BENIH

Produksi Benih Hibrida dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang


Merah, dan Mentimun

KELOMPOK 4

1. Indah Oktarilanissa

150510140057

2. Fahmi Zamaludin

150510140088

3. Rachmad mahendra

150510140102

4. Rezeki R. A. S.

150510140201

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS PADJADJARAN

2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran penulis terhadap pengolahan lahan
basah dan kering dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya. Penulis
tertarik terhadap penulisan sumber pustaka ilmiah maka, makalah kali ini berjudul
Produksi Benih Hibrida dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, dan
Mentimun.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar
Teknologi Produksi Tanaman.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik berupa materi maupun dorongan dan bimbingan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada.
1. Dosen mata kuliah dasar teknologi benih .
2. Rekan-rekan yang ikut serta dan membantu dalam pembuatan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan oleh beberapa kondisi di antaranya, masih perlu pembelajaran lebih
mendalam. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandung, 28 September 2015

Penulis
3

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1

Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3

Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1

Pengertian Produksi Benih Tanaman...........................................................................3

2.2

Tanaman Cabai............................................................................................................4

2.2.1

Produksi Benih Cabai Hibrida.............................................................................4

2.2.2

Produksi Benih Cabai Non Hibrida......................................................................5

2.3

Tanamam Bawang Merah............................................................................................5

2.3.1
2.4

Produksi Perbenihan Bawang Merah...................................................................6

Tanaman Mentimun.....................................................................................................7

2.4.1

Produksi Benih Mentimun Hibrida......................................................................8

2.4.2

Produksi Benih Mentimun Non Hibrida..............................................................9

2.4.3

Study Kasus Benih Mentimun.............................................................................9

BAB III
3.1

PENUTUP.............................................................................................................12
Kesimpulan................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu
hortus (kebun) dan culture (bercocok tanam). Makna hortikultura dalam Buku Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah seluk beluk kegiatan atau seni bercocok tanam sayursayuran, buahbuahan atau tanaman hias. Ilmu pengetahuan modern membagi
hortikultura atas 3 bagian yaitu:
Sayur-sayuran
Buah-buahan
Tanaman Hias.
Ilmu hortikultura berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan lainnya, seperti
teknik budidaya tanaman, mekanisasi, tanah dan pemupukan, ilmu cuaca, dan
sebagainya. Budidaya hortikultura pada umumnya diusahakan lebih intensif
dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil yang diperoleh dari budidaya
holtikultura ini per unit areanya juga biasanya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan
tanaman holtikultura memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Misalnya
tanaman hias berfungsi untuk memberi keindahan (aestetika), buah- 9 buahan sebagai
makanan, dan lain-lain.
Tanaman yang memerlukan tahap penyemaian biasanya yang mempunyai siklus
panen menengah hingga panjang dan memiliki benih yang kecil-kecil. Untuk tanaman
dengan siklus panen cepat seperti bayam dan kangkung, tahap penyemaian menjadi
kurang ekonomis. Sedangkan untuk tanaman yang memiliki biji besar, sebaiknya
ditanam dengan ditugal. Tanaman yang berbiji besar relatif tahan terhadap kondisi
lingkungan karena didalamnya telah terkandung zat yang berguna menopang awal
pertumbuhan. Beberapa jenis hortikultura yang biasa disemaikan antara lain tomat,
cabe, sawi, selada dan sebagainya.
Tanaman pangan adalah tanaman yang mendukung kehidupan manusia yang
meliputi padi jagung dan sagu dan lain-lain. Dan tanaman hortikultura berasal dari
Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu hortus (kebun) dan culture
(bercocok tanam). Hortikultura memiliki makna seluk beluk kegiatan atau seni
bercocok tanam sayur-sayuran, buah buahan atau tanaman hias. Tanaman
Hortikurtura memiliki beberapa fungsi yakni: sebagai Sumber bahan makanan,
Hiasan/keindahan, dan juga Pekerjaan. Hortikultura terbagi atas 4 bagian yaitu:
Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman Hias, dan tanaman obat. Ilmu hortikultura

berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik budidaya tanaman,
mekanisasi, tanah dan pemupukan, ilmu cuaca, dan sebagainya.
Pada umumnya budidaya hortikultura diusahakan lebih intensif dibandingkan
dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil yang diperoleh dari budidaya holtikultura ini
per unit areanya juga biasanya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan tanaman
holtikultura memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Misalnya tanaman
hias berfungsi untuk member keindahan (aestetika), buah buahan sebagai makanan,
dan lain-lain. Holtikultura berinteraksi dengan disiplin ilmu lainnya seperti
kehutanan, agronomi, dan ilmu terapan lainnya.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini yang
dapat disimpulkan menjadi beberapa point sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana bududaya tanaman pangan dan tanaman
hortikultura yang baik.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara tanaman pangan dengan tanaman
hortikultura.
3. Untuk mengetahui apa saja hama-hama/organisme yang menyerang tanaman
pangan dan tanaman hortikultura tersebut dan bagaimana cara penangulanginya.
4. Untuk menambah pengetahuan tentang budidaya tanaman makanan dan
hortikultura

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang budidaya hortikultura..

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Produksi Benih Tanaman


Secara struktural/botanis, biji (grain) dan benih (seed) tidak berbeda antara
satudengan lainnya, sedangkan secara fungsional benih dan biji memiliki pengertian
yang berbeda. Karena benih merupakan komponen agronomi, maka benih termasuk
kedalam bidang/ruang lingkup agronomi, Sejarah perkembangan perbenihan telah
menempuh perjalanan yang cukup panjang, dimulai sejak zaman penjajahan hingga
jaman kemerdekaan dan pada akhirnya terbentuklah Badan Benih Nasional (1971) yang
bertugas merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan perbenihan nasional.
Bab ini membahas tentang pengertian benih dan biji, ruang lingkupnya, dan
permasalahan permasalahan dalam perbenihan.Benih bermutu baik merupakan faktor
utama suksesnya produksi. Di negara berkembang, tidak/kurang tersedianya benih
bermutu antara lain disebabkan oleh kekurangan atau kelemahan dalam: (1) penyediaan
varietas unggul, (2) teknologi produksi benih, (3) penanganan benih pasca panen, dan
(4) pemasaran. Disamping itu minat petani terhadap varietas baru masih kurang.
Biasanya petani menggunakan benih yang dihasilkan sendiri (save own seed), karena
benih komersial tidak tersedia atau bukan varietas yang tepat sesuai kebutuhan mereka.
Produksi benih bermutu tinggi dengan mutu fisik, kemurnian spesies dan kultivar
yang tinggi, daya berkecambah dan vigor yang tinggi, ukuran yang seragam, bebas dari
biji gulma dan penyakit seedborne, dan kadar air benih rendah, memerlukan
kemampuan teknis dan pengetahuan tentang pemuliaan tanaman. Orientasi pemuliaan
dalam menghadapi tuntutan produksi benih tidak saja berdasarkan kriteria ekonomis,
tetapi juga pada prinsip DUS (distinctiveness, uniformity, stability). Varietas yang
dihasilkan selain unggul dalam produksi (hasil tinggi, tahan penyakit tertentu, dsb),
juga harus memiliki sifat yang berbeda dari varietas lainnya yang sudah beredar
(distinctive), seragam performansi pertanamannya (uniform), dan mantap (stable)
dalam sifat keunggulannya. Selain itu diperlukan jaminan oleh pihak ketiga sehingga
lahirlah Program Sertifikasi Benih. Program ini dilaksanakan oleh instansi pemerintah,
perorangan atau badan hukum dengan seizin pemerintah (UU No.12 tahun 1992 pasal
14 ayat 1 dan 2). Prinsip program sertifikasi benih mengandung dua misi yaitu agar
benih yang dipasarkan terjamin mutunya dan benar informasinya.
Produksi benih tergantung pada spesies tanaman, tetapi pada dasarnya mengikuti
prinsip berikut: (1) mempertahankan kemurnian genetik benih, dan (2) teknologi
produksi benih yang mencakup prinsip-prinsip agronomi untuk mempertahankan mutu
benih yang tinggi.
3

II.2 Tanaman Cabai


Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, cabai dikasifikasikan dalam taksonomi sebagai
berikut :
Kingdom
: Plante
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Subkelas
: Sympetale
Ordo
: Tubliflorare (Solanes)
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum Annum l.
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (solanaceae).
Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri
dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Tanaman cabai (capsicum
sp) sendiri diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat
asalnya, Amerika.Diantaranya yang sudah akrab denagn kehidupan manusia baru
beberapa spesies saja, yaitu cabai besar (C. Annum), cabai kecil (C. frustescens), C.
Baccatum, C. Pubescens, dan C. Chinense.
Selama bertahun-tahun kita hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu cabai kecil
yang pedas atau cabai besar tapi kurang pedas.Kini ada pilihan ketiga yang
menggabungkan sifat-sifat unggul dari pilihan tersebut.Hadirnya cabai hibrida IPB
CH3, memberikan pilihan varian cabai besar dengan rasa yang pedas.
Produktivitas cabai IPB CH3 tergolong tinggi, yaitu 1,11 kg per tanaman. Cabai yang
mendapat predikat kelas mutu I menurut standar SNI ini juga memiliki umur panen
yang lebih cepat dibandingkan cabai besar varietas lainnya.Cabai ini sangat adaptif
dengan lingkungan optimum dan cocok dibudidayakan di Indonesia, karena
merupakan hasil persilangan dari genotipe lokal.
II.2.1 Produksi Benih Cabai Hibrida
F-1 singkatan dari Filial 1 atau turunan ke-1. Benih F-1, artinya benih
turunan pertama dari hasil persilangan (hibridisasi) antara dua jenis unggul yang
terpilih dan telah diuji keunggulannya. Benih F-1 sering disebut pula dengan benihhibrida. Benih F-1 biasanya memiliki keunggulan dalam hal mutu dan hasil produksi
persatuan luas tanaman (produktifitas). Karena itu maka biasanya tanaman dari benih
F-1 memiliki daya serap (respon) lebih tinggi terhadap zat makanan yang diberikan,
sehingga pemberian pupuknya harus lebih tinggi dibanding dengan tanaman dari
benih non-hibrida.
Hasil produksi dari tanaman benih hibrida tidak dapat dijadikan benih, atau
tidak dapat diturunkan sebagai benih, karena akan mengalami pemisahan sifat baik
dan dapat berganti dengan munculnya sifat kurang baik, sehingga tanaman tidak
4

seragam dan produksinya rendah. Cara membuat benih tanaman cabe (hibrida)
dilakukan oleh para ahli perbenihan dikebun khusus atau kebun laboratorium yang
terpisah dari kebun biasa. Satu hal yang harus ada dalam produksi benih hibrida
adalah, adanya tanaman jantan mandul sebagai penerima tepung sari (pollen) yang
dikehendaki. Tanaman jantan mandul ini dihasilkan oleh perusahaan dengan teknologi
tinggi sehingga harganya mahal. Dari itu usaha memproduksi benih hibrida
diperlukan modal yang besar dengan teknologi tinggi.
II.2.2 Produksi Benih Cabai Non Hibrida

Persyaratan Umum dalam Produksi Benih Cabai Selain memenuhi syarat


syarat budidaya yang optimum, persyaratan umum lain dalam memproduksi benih
adalah sebagai berikut :
Sumber benih harus benar. Benih merupakan salah satu factor penentu kesuksesan
dalam budi daya tanaman. Dengan demikian untuk memperoleh hasil yang
maksimal serta sesuai dengan yang diinginkan dalam budi daya harus
menggunakan sumber benih yang benar dan berkualitas.
Benih ditanam pada lahan yang bersih, bebas dari gulma atau tanaman lain. Areal
pertanaman yang akan dipergunakan untuk lahan penanaman cabai harus bersih,
bebas dari gulma atau sisa tanaman. Hal ini untuk menghindari adanya kompetisi
terutama untuk unsur air dan unsur hara serta untuk mencegah kemungkinan
timbulnya penyakit.
Benih ditanam pada lahan yang sebelumnya tidak ditanami tanaman keluarga /
famili terung - terungan. Areal pertanaman yang akan digunakan bukan bekas
tanaman cabai atau tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Jika tanaman
sebelumnya adalah yang termasuk famili Solanaceae seperti kelompok cabai,
tomat, terung atau kentang, maka sebaiknya tanah harus diberakan sekurang
kurangnya selama 3 bulan.
Isolasi pertanaman yang cukup baik untuk mencegah terjadinya penyerbukan
silang dengan varietas lain (lihat butir 3.1.1.).
Pencegahan kemungkinan tercampurnya benih dengan benih varietas lain pada saat
panen dan prosesing benih Apabila

II.3 Tanamam Bawang Merah


Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional
yang sejak lama diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini merupakan
sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi
terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Rp 2,7 triliun/tahun) dengan potensi
pengembangan areal cukup luas mencapai 90.000 ha .
Benih merupakan masukan utama dalam agribisnis yang proses pengadaannya
juga merupakan kegiatan agribisnis dan sebagai bahan baku industri pertanian.
Dalam program sertifikasi benih, dipilah dalam kelas-kelas yaitu BS (Breeder
5

Seed/Benih Penjenis), FS (Foundation Seed/Benih Dasar), SS (Stock Seed/Benih


Pokok), dan ES (Extension Seed/Benih Sebar). Pemilahan kelas-kelas benih tersebut
didasarkan pada tingkat kemurnian benih secara genetis dan tingkat/kelas penangkar
benih yang berhak memproduksinya.
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil
bawang merah.
Benih dipilih dari umbi hasil pertanaman untuk konsumsi yaitu
umbi-umbi yang berukuran kecil (4-5 g/umbi) agar kebutuhan benih tidak terlalu
banyak Pada umumya benih yang digunakan oleh petani adalah umbi-umbi yang
berasal dari pertanaman konsumsi tanpa melalui seleksi, tetapi umbi-umbi itu telah
disimpan dalam waktu sekitar 3 bulan. Hal ini dikarenakan kalau membeli benih
benih bermutu harganya jauh lebih mahal, sampai 4-5 kali harga bawang konsumsi.
Dengan keadaan terpaksa petani menggunakan benih seadanya yang sangat
bervariasi, dari berat 5 gram sampai 15 gram/umbi, sehingga kebutuhan benih
berkisar antara 0,6-1,4 ton/ha sehingga biaya produksi semakin tinggi.
Varietas unggul bawang merah yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian yang
harus dikembangkan untuk diproduksi menjadi benih bermutu atau bersertifikat yaitu
varietas Bauji, Super Philip , Batu Ijo, Bima Brebes, Maja Cipanas, Tiron, Kuning,
Keta Monca, Tinombo, Kramat 1, Kramat 2.
II.3.1 Produksi Perbenihan Bawang Merah
Benih yang digunakan berasal dari varietas unggul nasional yang telah dilepas
oleh Menteri Pertanian. Benih unggul tersebut bemutu dan bersertifikat serta berlabel
dengan kelas benih yang lebih tinggi dari yang akan diproduksi. Benih bawang yang
akan ditanam sudah melewati masa dormansi (berumur 2-3 bulan setelah panen).
Beberapa varietas bawang merah yang dikembangkan oleh Balitsa Lembang Jawa
Barat antara lain adalah :
Pikatan, umur panen normal 55 hari, potensi hasil 6,2 23,3 ton/ha, dengan
keunggulan tahan simpan sampai 6 bulan

Pancasona, umur panen normal 57 hari, potensi hasil 6,9 23,7 ton/ha, dengan
keunggulan tahan simpan sampai 3 - 4 bulan
Trisula, umur panen normal 55 hari, potensi hasil 6,5 23,2 ton/ha, dengan
keunggulan tahan simpan sampai 5 bulan
Mentes, umur panen normal 58 hari, potensi hasil 7,1 27,6 ton/ha, dengan
keunggulan tahan simpan sampai 3 - 4 bulan

Permohonan Pemeriksaan Lapangan

Sebelum dilakukan perbanyakan benih, penangkar benih bawang harus mengajukan


permohonan pemeriksaan lapangan pendahuluan kepada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Propinsi Aceh. Surat
Permohonan ini harus diajukan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum tanam.
Walaupun tanaman bawang merah termasuk tanaman menyerbuk silang,
namun karena pembiakannnya secara vegetatif dengan menggunakan umbi maka
dalam suatu populasi dengan kultivar yang sama akan mempunyai genotipe yang
sama dengan induknya. Dengan demikian potensi dari masing-masing individu akan
tetap sama dan relatif tidak berubah dalam hal daya hasil, ketahanan terhadap hama
dan penyakit, kualitas umbi dll. Sehingga dari tahun ke tahun , sifat-sifat ini akan
sama dan peningkatan hasil dapat ditingkatkan dengan perbaikan budidaya.
Perbedaan yang terjadi dalam satu varietas umumnya karena perbedaan lingkungan
tumbuhnya (perbedaan agroekologi) sehingga sedikit berpengaruh pada penampilan
morfologis (penampilan luar).

II.4 Tanaman Mentimun


Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang
sudah populer di seluruh dunia. Menurut sejarahnya, tanaman mentimun berasal dari
benua Asia. Beberapa sumber literatu rmenyebutkan daerah asal tanaman mentimun
adalah Asia Utara, tetapi sebagian lagi menduga berasal dari Asia Selatan. Para ahli
tanaman memastikan daerah asa ltanaman mentimun adalah India, tepatnya di lereng
gunung Himalaya. Di kawasan ini diketemukan jenis mentimun liar yaitu Cucumis
hardwichii Royle yang jumlah kromosomnya tujuh pasang (n = 14). Padahal jumlah
kromosom mentimun pada umumnya adalah 2n = 2x = 24. Sumber genetik (plasma
nuftah) mentimun yang lain diketemukan para ahli tanaman terdapat di Afrika
Selatan.
Dari kawasan India dan Afrika Selatan, pembudidayaan mentimun kemudian
meluas kewilayah Mediteran. Mentimun merupakan tanaman herba setahun yang
batangnya tumbuh menjala ratau merambat, berbulu halus dan berwarna hijau.
7

Daunnya berwarna hijau, kasar, berjari tiga hingga tujuh. Bunganya merupakan
bunga tunggal berbentuk lonceng dengan warna kuning. Buahnya secara umum bulat
memanjang. Untuk mentimun local buahnya agak bulat dan berwarna hijau pucat dan
kuning setelah tua (Annonymous 2011).
Klasifikasi mentimun Cucumis sativus L
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucumis
Species
: Cucumis sativus L
Ketimun dibudidayakan dimana-mana, baik di ladang, halaman rumah atau di
rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus.
Pertumbuhan nyamemerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang
gembur dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainage yang baik. Ketimun
sebaiknya dirambatkan kepara-para dan tumbuh baik dari dataran rendah sampai
1.300 m dpl. Tanaman ini diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di India
Utara
II.4.1 Produksi Benih Mentimun Hibrida
Varietas mentimun hibridisasi di lakukan terhadap 4 tetua, induk induk jantan
ditanam di rumah plastic dan tetua betina ditanam di lapangan kebun Subang dari
bulan Maret sampai Agustus 2011., bahan terdiri dari 4 parent ( tetua)LV 1043,, LV
2904 , LV 2906, dan LV 2908. Perbanyakan menggunakan metode hibridisasi dan
emaskulasi untuk tetua tetua betina, luas lahan 250m di rumah plastic dan 750 m di
lapangan.
Tujuan Hibridisasi untuk menggabungkan dua sifat atau lebih sehingga
diperoleh benih Fi hibrida. Hasil Hibridisasi antara tetua LV 1043 X LV 2904
menghasilkan 252 buah tua dan 1500 gram benih sedangkan antara tetua LV 2908 X
LV 2906 menghasilkan 1 876 buah tua dan 1520 gram benih Kata kunci ; benih,
hibrida, mentimun, pelepesan varietas Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan
salah satu sayuran yang penting di Indonesia, khususnya di dataran rendah.
Salah satu cara memperbaiki potensi hasil mentimun adalah melalui
pembentukan varietas hibrida. Penggunaan varietas hibrida pada mentimun dapat
meningkatkan hasil 24- 39% apabila menggunakan tetua yang berkerabat jauh (Hayes
and Jones, 1916, Cit, Whitaker and Davis, 1962) melalui kerjasama penelitian
AVNET diperoleh bermacam- macam genotipe unggul dari negara-negara ASEAN.
Variasi yang cukup besar dari genotipegenotipe tersebut memperlihatkan hubungan
8

kekerabatan yang cukup jauh sehingga peluang untuk membentuk varietas hibrida
dari mecam-macam genotipe tersebut cukup besar.
II.4.2 Produksi Benih Mentimun Non Hibrida
Budidaya mentimun biasanya memperbanyak tanaman melalui biji. Benih
timun jepang dan timun gherkin masih diimpor dari negeri asalnya. Sebelum benih
ditanam, sebaiknya media persemaian dipersiapkan terlebih dahulu. Benih dituntut
memiliki mutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
berproduksi maksimum.
Cara mendapatkan benih yang baik adalah dengan menyeleksi mentimun yang
pangkalnya kecil namun buahnya panjang dan besar. Biarkan buah mentimun tersebut
masak dipohon. Setelah terlihat akan membusuk petik buah tersebut dan diamkan
selama satu malam. Keesokannya buah dibelah dan dikerok bijinya. Lalu masukkan
kedalam wadah yang bersih dan biarkan kembali selama satu malam.
Setelah itu, ayak biji mentimun di air mengalir sampai selaput yang
menyelubunginya hilang. Untuk memudahkan pengelupasan selaput, campurkan
halus abu pada benih tersebut. Pada waktu pengayakan lakukan sortasi biji. Pilih biji
yang tenggelam, tidak hanyut terbawa aliran air. Kemudian jemur biji mentimun
selama 2 hari. Setelah dijemur sebaiknya biji dikemas dalam botol kaca yang bersih.
Simpan biji tersebut selama 1-2 bulan sebelum digunakan untuk menghilangkan masa
dormannya. Benih yang disimpan dengan baik bisa bertahan hingga satu tahun.
II.4.3 Study Kasus Benih Mentimun
Mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman
mentimun dan mencari media tanam yang cocok untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
mentimun.
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, ayakan pasir, meteran,
kayu, bambu, ember, gunting, kamera digital, hand spayer, handuk, jaring, toples,
dan alat-alat tulis.
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji tanaman mentimun hibrida, tanah
kebun, pasir, pupuk kandang sapi, polybag ukuran 20 X 30 cm, label, tali plastik,
plastik transparan untuk naungan dan Sibutox Penelitian eksperimen ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan
sehingga terdiri dari 25 unit percobaan. Adapun perlakuannya adalah tanah kebun
(kontrol), tanah kebun + pasir (2:1), tanah kebun + pupuk kandang sapi (2:1), pasir
+ pupuk kandang sapi (1:1), tanah kebun + pasir + pupuk kandang sapi (2:1:1)
Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada saat munculnya bunga. Parameter
pada penelitian ini antara lain adalah: persentase bibit yang hidup, jumlah daun dan
tinggi tanaman mentimun. Analisa data dilakukan dengan uji F dan dilanjutkan
dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5 %
Hasil Dan Pembahasan
Tabel 1: Rata rata dan Jumlah bibit Mentimun (Cucumis sativus L.) Yang Hidup
Pada Berbagai Media Tanam Perlakuan
9

A
B
C
D
E

Jumlah Bibit Yang


Hidup
90%
85%
80%
80%
95%

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing
media tanam.
Persentase bibit yang hidup pada perlakuan A adalah 90%, B adalah 85%, C dan D
adalah 80% dan E adalah 95%.
Dari semua perlakuan bahwa jumlah bibit yang paling banyak hidup adalah
perlakuan E yaitu pada media tanam tanah kebun campur pupuk kandang sapi dan
pasir. Sedangkan pada perlakuan C dan D adalah yang paling sedikit hidup.
Adanya perbedaan ini diduga akibat kandungan dan struktur dari setiap media
tanam tersebut, selain itu tergantung pada vigor dan viablilitas benih mentimun.
Menurut Sutedjo (1994), kotoran sapi memiliki struktur yang remah yang paling
baik untuk pertumbuhan tanaman dengan struktur remah keadaan air dan udara
yang diperlukan untuk pengambilan unsur hara dan pernapasan akar tersedia dan
seimbang.
Menurut Sutopo (2002), bahwa media pasir yang dilengkapi dengan bahan-bahan
organik mempunyai sifat fisika yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan
menyerap air.
Tabel 2: Rata rata Jumlah Daun dan Tinggi Batang Tanaman Mentimun (Cucumis
sativus L.) Pada Berbagai Media Tanam
Perlakua
n
E
D
C
B
A

Jumlah
daun
(helaian)
7,6 a
6,4 b
6,2 b
5,6 bc
5.0 c

Tinggi
batang
(cm)
62,7 a
47,2 b
44,3 b
41,5 b
41,6 b

Ket: Angka- angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5 % menurut BNT
Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa pada perlakuan E memberikan hasil
yang paling tinggi terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman. Hal ini karena
kandungan unsur hara pada perlakuan E lebih tinggi dari pada perlakuan yang
lainnya.

10

Pada perlakuan E merupakan media tanam campuran tanah kebun, pupuk kandang
dan pasir. Dimana dalam pupuk kandang sapi terdapat unsur Nitrogen, Posfor dan
Kalium. Menurut Lingga (2001) unsur Nitrogen mampu merangsang pertumbuhan
tinggi batang, cabang dan daun, Posfor mempercepat pembungaan dan Kalium
berperan memperkuat tubuh tanaman dan kekuatan bagi tanaman menghadapi
kekeringan dan penyakit.

Rata-rata pertumbuhan tanaman mentimun dari media A dan B (tanah dan pasir)
merupakan rata-rata yang terendah dari rata-rata perlakuan lainnya, karena pada
perlakuan A hanya terdiri dari tanah saja. Hal ini di duga struktur tanah yang
mudah memadat karena tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil dan
pertukaran oksigen cukup lambat sehingga akar tidak mampu menembus lapisan
tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lambat (Lingga, 1990).

Sedangkan tanah pasir kurang baik menyekat air. Air yang diberikan pada media
jenis ini tidak mampu disekat sehingga mengalir begitu saja dan mudah terkikis
angin (Yandianto, 2003). Menurut Agoes (1994), untuk menghasilkan media
tanam yang sesuai dengan perakaran tanaman maka perlu mengkombinasikan
beberapa bahan dan disesuaikan dengan jenis tanaman. Penggunaan media tanam
yang baik dan sesuai akan mempengaruhi lama pertumbuhan tanaman

11

BAB III

PENUTUP

III.1Kesimpulan
Produksi benih dimaksudkan untuk memperbanyak suatu benih yang di kemudian
hari benih tersebut akan digunkan oleh masyarakat. Baiknya setiap benih yang akan
kita produksi adalah benih yang telah memiliki sertifikat dan lulus uji mutu. Hal ini
dikarenakan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan apabila di kemudian hari
benih yang kita produksi merugikan. Misalnya benih tersebut tidak tumbuh, karena
benih tersebut telah mengalami deteriorasi karena penyimpanan yang kurang baik,
dan lain sebagainya
Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada saja benih yang diproduksi tanpa melihat
sertifikasi dan uji mutu benih. Ini merupakan tugas bagi kita semua dalam melakukan
pengawasan dan pencegahan agar hal tersebut tidak dapat terjadi lagi.
Salah satu unsur penunjang keberhasilan usaha produksi bawang merah adalah
penggunaan benih bermutu. Pasar perbenihan bawang merah masih sangat berpeluang
karena dibatasinya benih impor oleh pemerintah. Pembinaan terhadap penangkar
benih bawang merah akan meningkatkan produksi dan mengurangi devisa yang
dikeluarkan karena harus mengimpor benih dari luar negeri.
Budidaya bawang merah perlu diarahkan untuk memenuhi standar Good Agriculture
Practice (GAP), agar petani/pelaku usaha bisa bersaing dalam pasar global. GAP
adalah cara budidaya yang benar melalui penerapan teknologi maju. Untuk itu
diperlukan dukungan pemerintah terutama aspek penyuluhan dan pendampingan
teknologi secara berkesinambungan

12

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2009. Standar Prosedur Operasional


Produksi Benih Bawang Merah. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementrian
Pertanian, Jakarta.
Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2013. Pedoman Teknis Sertifikasi Benih
Tanaman Hortikultura. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementrian Pertanian,
Jakarta.
Wiguna, G. Hidayat, IM. Dan Azmi, C. 2013. Perbaikan Teknologi Produksi Benih
Bawang Merah melalui Pengaturan Pemupukan, Densitas dan Varietas. J. Hort.
23(2):137-142.
anson P, J.T. Chen, C.G. Kuo, R. Morris dan R.T. Opena, 2000. Suggested Cultural
practices for tomato. International Cooperators guide. AVRDC: 8 pp
Baswarsiati, E, Korlina., Abu, dan T, Siniati, 2009. Teknologi bawang merah berbasis
Good Agriculture Practises (GAP). Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen
Pertanian.
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Timur, 2008. Pemurnian Benih dan
Sertifikasi Benih Bawang Merah. Makalah Pertemuan Apresiasi Penangkar Benih
Bawang Merah se Indonesia Bagian Timur di Malang.
Departemen Pertanian, 2006. Profil Perbenihan Hortikultura Indonesia. Departemen
Pertanian.
Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009. Profil Kawasan Hortikultura Bawang Merah.
Direktorat Jenderal Hortikultura
Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2008. Alur dan Distribusi Benih Bawang
merah di Indonesia. Makalah Pertemuan Apresiasi Penangkar Benih Bawang Merah
se Indonesia Bagian Timur di Malang.
Direktorat Jenderal Bina Produksi
Hortikultura. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai