Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi

e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN TERI SEGAR HASIL


TANGKAPAN NELAYAN DI DESA SANGGALANGIT KABUPATEN
BULELENG
I Wayan Sudana

Fungsional APHP Madya


Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali

e-mail: sedanaserasi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten
Buleleng terhadap nelayan penangkap ikan teri pada bulan September 2019. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pola saluran pemasaran ikan teri hasil tangkapan
nelayan di Desa Sanggalangit, jumlah margin, farmer share dan efisiensi pemasaran dari
masing-masing saluran pemasaran. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan
data sekunder dengan metode wawancara dan dokumentasi selanjutnya dianalisis
secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pola saluran pemasaran ikan teri di Desa Sanggalangit ada 3, yaitu pola saluran
pemasaran I dari nelayan ke pedagang pengecer kemudian ke konsumen. Pola saluran
pemasaran II dari nelayan ke pedagang pengepul kecil ke pedagang pengecer kemudian
ke konsumen. Serta pola saluran pemasaran III dari nelayan ke pedagang pengepul
besar ke pedagang pengepul kecil selanjutnya ke pedagang pengecer kemudian ke
konsumen. Saluran pemasaran I jumlah margin Rp. 7.500/kg, farmer share 75%, pola
saluran II jumlah margin Rp. 12.500/kg. Farmer share 58,3% dan pola saluran
pemasaran III jumlah margin Rp. 15.830/kg. Farmer share 47,2%, sedangkan
berdasarkan penghitungan efisiensi pemasaran, pola pemasaran saluran I tergolong
efisien karena efisiensi pemasaran paling kecil 2,5% dibandingkan pola saluran
pemasaran II sebesar 8,5% dan pola saluran pemasaran III sebesar 12,9%. Namun,
karena sebagian besar pemasaran ikan teri hasil tangkapan nelayan Desa Sanggalangit
menggunakan pola saluran pemasaran II dan III maka pemasaran ikan teri di wilayah ini
tidak efisien.

Kata kunci: margin, farmer share, saluran pemasaran

Abstract
This research was conducted in Sanggalangit Village, Gerokgak District, Buleleng
Regency, to anchovy fishermen in September 2019. The purpose of this study was to
determine the marketing channel patterns of anchovy fishermen caught in Sanggalangit
Village, the number of margins, farmer shares and marketing efficiency of each marketing
channel. Data collected in the form of primary data and secondary data with interview and
documentation methods were further analyzed descriptively with quantitative approaches.
The results showed that the pattern of anchovies marketing channel in the Sanggalangit
village there were 3 namely the pattern of marketing channel I from fishermen to retailers
then to consumers. Marketing channel II pattern from fishermen to small traders to
retailers then to consumers. As well as the marketing channel pattern III from fishermen to
large merchant collectors to small merchant collectors then to retailers then to consumers.
Marketing channel I, the margin amount is Rp. 7,500/kg, 75% farmer share, channel II
pattern amount of Rp. 12,500/kg. Farmer share 58.3% and marketing channel pattern III
margin amount Rp. 15,830/kg. Farmer share of 47.2%. While based on the calculation of
marketing efficiency, the marketing pattern of channel I is classified as efficient because
marketing efficiency is at least 2.5% compared to the pattern of marketing channel II of
8.5% and the pattern of marketing channel III of 12.9%. However, because most of the
marketing of anchovy catched by fishermen in Sanggalangit Village uses the pattern of
marketing channels II and III, the marketing of anchovy in this area is inefficient.

637
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

Keywords : margin, farmer share, marketing channel

PENDAHULUAN pengepul besar untuk distribusikan melalui


Ikan Teri merupakan salah satu hasil pedagang pengepul kecil dan pedagang
laut yang sudah lama dikenal oleh pengecer ke wilayah lainnya seperti
masyarakat karena komoditi ini mudah Kecamatan Banjar, Desa Banyuatis,
diperoleh, hampir di seluruh kota di Gobleg, termasuk wilayah Kabupaten
Indonesia terutama di pasar tradisional. lainnya di Bali.
Dengan ukuran tubuh yang kecil, ikan teri Keberhasilan dalam memasarkan
mudah dikonsumsi sebagai lauk makanan produk teri hasil tangkapan ini tergantung
karena dapat diolah maupun di masak dari pola saluran pemasaran. Efisiensi
dalam berbagai menu. Disamping itu ikan pemasaran merupakan salah satu aspek
teri juga sebagai sumber kalsium yang pemasaran dalam upaya meningkatkan
bermanfaat bagi kesehatan terutama pergerakan barang dari produsen ke
mencegah pengeroposan tulang. konsumen. Dalam efisiensi pemasaran akan
Menurut Endang Tri. W. (2017) dilihat adanya perbedaan harga yang
kandungan nilai gizi teri segar meliputi diterima produsen sampai yang dibayarkan
protein 16gr lemak 1.0 gr, kalsium 500mg, oleh konsumen akhir, serta kelayakan
phospor 500 mg besi 1.0 mg serta Vitamin pendapatan yang diterima produsen
A, B. Namun disisi lain sebagaimana halnya terhadap komoditi yang dihasilkan. Kegiatan
produk perikanan, ikan teri sangat mudah pemasaran produk hasil perikanan akan
mengalami pembusukan salah satunya melalui beberapa proses diantaranya
karena ukuran ikan teri relatif kecil. Menurut pengumpulan, pengelompokkan,
Sofyan Ilyass, (1983) semakin kecil ukuran pendistribusian termasuk pemilihan saluran
ikan akan lebih cepat mengalami pemasaran dimana akumulasi proses ini
pembusukan sehingga upaya pemasaran akan menimbulkan biaya. Semakin rendah
perlu dilakukan secepatnya. biaya yang ditimbulkan sistem pemasaran
Desa Sanggalangit merupakan salah akan semakin efisien, margin pemasaran
satu produsen teri di Kabupaten Buleleng semakin rendah. Margin pemasaran yang
Provinsi Bali. Produksi teri hasil tangkapan rendah akan meningkatkan pendapatan
nelayan setempat merupakan teri segar produsen serta harga yang relatih murah
yang langsung di jual ke pasar tradisional bagi konsumen.
di Desa Sanggalangit, Gerokgak, Musi, Menurut Mubyarto, (2002) pemasaran
Pasar Seririt dan pasar tradisional lainnya dianggap efisien bila ada 2 hal yang
di wilayah Kabupaten Buleleng melalui terpenuhi, yaitu mampu menyampaikan
pedagang perantara. Pedagang ini hasil produsen kepada konsumen dengan
langsung membeli ke produsen kemudian harga yang semurah-murahnya dan
dijual pada pedagang pengecer untuk memberikan pembagian yang adil dari
selanjutnya dijual ke konsumen. Bila keseluruhan harga yang dibayar oleh
produksi melimpah dan tidak terjual terakhir pada semua pihak yang ikut dalam
seluruhnya ikan teri ini di jual ke pedagang proses produksi.

638
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

Gambar 1. Ikan Teri

Menurut Ismail, (2008) sistem tinggi karena tiap pedagang perantara ingin
pemasaran yang efisien akan memberi mendapatkan keuntungan untuk menutupi
keuntungan bagi pelaku usaha yang terlibat biaya pemasaran yang telah dikeluarkan
dalam proses produksi sampai proses ke yang merupakan komponen dalam
penjualan akhir. Kegiatan pemasaran akan menentukan harga di tingkat konsumen,
berjalan lancar apabila di dukung oleh daya sehingga mempengaruhi harga di tingkat
beli konsumen yang tinggi serta distribusi produsen karena daya beli konsumen masih
yang tepat. Mata rantai yang panjang akan terbatas.
mengakibatkan biaya pemasaran yang

Gambar 2. Nelayan Desa Sanggalangit dan Hasil Tangkapan Ikan Teri

Di Desa Sanggalangit, pola rendah dan harga yang diterima produsen


pemasaran ikan teri hasil tangkapan semakin tinggi (Daniel, 2002) dan menurut
nelayan setempat sebagian besar dijual ke Ni Kadek Nuriati, (2017) saluran pemasaran
pedagang pengumpul ke pedagang yang paling pendek dimana melibatkan satu
pengecer dan terakhir ke konsumen, pedagang perantara merupakan saluran
dengan panjangnya saluran pemasaran pemasaran yang paling efisien.
yang dilalui mengakibatkan pemasaran ikan Tujuan penelitian analis efisiensi
teri menjadi kurang efisien. Oleh karena itu, pemasaran ikan teri hasil tangkapan
saluran pemasaran diupayakan pendek. nelayan di Desa Sanggalangit, Kecamatan
Semakin pendek rantai pemasaran suatu Gerokgak, Kabupaten Buleleng adalah
barang maka biaya tata niaga semakin untuk menganalisa efisiensi pemasaran ikan
rendah, margin pemasaran semakin rendah, teri berdasarkan margin pemasaran dan
harga yang dibayarkan konsumen lebih farmer share yang diperoleh nelayan serta
639
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

besarnya harga yang diterima pedagang Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
pengumpul dan pedagang pengecer. September 2019 yang dilakukan secara
Semakin tinggi perbandingan harga yang sengaja karena responden telah melakukan
diterima produsen semakin tinggi pula usaha penangkapan, kegiatan aktivitas jual
efisiensi sistem pemasaran tersebut. beli ikan teri dengan nelayan sejak lama.
Obyek penelitian ditujukan pada nelayan
METODE PENELITIAN penangkap ikan teri, sebanyak 4 orang,
Penelitian ini dilakukan dengan pedagang pengepul lokal (kecil) di pilih 2
metode survey di Desa Sanggalangit, orang, pedagang pengepul besar 1 orang
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. dan pedagang pengecer di Desa
Pertimbangan pemilihan lokasi dilakukan Sanggalangit 4 orang. Adapun jumlah
bahwa wilayah ini merupakan penghasil populasi dan ukuran sampel penelitian di
ikan teri di Kabupaten Buleleng. tampilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah populasi dan ukuran sampel penelitian


No Lembaga Pemasaran Lokasi Populasi Sampel

1 Nelayan Sanggalangit 10 4

2 Pedagang Pengepul kecil Seririt & Gerokgak 4 2

3 Pedagang Pengecer Sanggalangit 6 3

4 Pengepul besar Gerokgak 1 1

Jumlah sampel yang diambil secara pemasaran, biaya pemasaran serta


non proporsional tergantung pada jumlah pendapatan dari nelayan dan pedagang
dan tingkat keragaman pelaku setiap perantara. Sedangkan data sekunder
lembaga pemasaran yang terlibat. berupa data yang diperoleh dari ketua
Lembaga pemasaran ikan teri di wilayah kelompok terkait dengan jumlah nelayan.
Desa Sanggalangit diantaranya nelayan, Data yang diperoleh dari pengumpulan
pedagang pengepul yang memasarkan data primer dan data sekunder dari hasil
pada pedagang pengecer di pasar Seririt, wawancara dengan responden kemudian
pasar Anyar Singaraja dan daerah lainnya dilakukan tabulasi dan ditampilkan dalam
di wilayah Buleleng serta pedagang bentuk tabel. Selanjutnya data dianalisa
pengepul antar wilayah atau antar dengan metode analisis meliputi data
kabupaten. kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif
Pengumpulan data dalam penelitian menjelaskan secara deskriptif pola bagi
terdiri data primer dan data sekunder. hasil terhadap pendapatan hasil
Data primer didapatkan melalui observasi tangkapan teri pada produsen dan
dan wawancara dengan responden. tentang saluran pemasaran ikan teri di
Observasi adalah teknik pengumpulan lokasi penelitian sedangkan analisis
data dengan melakukan pengenalan kualitatif untuk mengetahui margin
langsung ke objek penelitian untuk pemasaran, farmer share, dan efisiensi
melakukan pengamatan langsung pemasaran.
terhadap sumber data atau pemberi Metode analisis data meliputi analisis
informasi (Sugiono, 2014) sedangkan kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
wawancara merupakan proses tanya menjelaskan secara deskriptif tentang
jawab secara lisan untuk mendapatkan saluran pemasaran ikan teri di lokasi
informasi yang tidak didapatkan melalui penelitian, dan analisis kuantitatif untuk
pengamatan secara langsung (Mardalis mengetahui margin pemasaran, farmer’s
dalam Riandi, dkk, 2017). Data primer share, rasio keuntungan dan efisiensi
yang dikumpulkan meliputi pola saluran pemasaran menurut (Soegiono, 2014).
640
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

1. Besarnya margin pemasaran maka saluran pemasaran


dihitung dengan menggunakan tersebut dikatagorikan efisien.
rumus : b. Jika share harga yang diterima
MP = Pr – Pf petani lebih kecil dan share
margin pemasarannya besar,
Untuk satu level pedagang margin maka saluran pemasaran
pemasaran dihitung dengan rumus tersebut dapat dikatagorikan tidak
: efisien.

MP = KP + BP KP = MP – Bp 3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi


pemasaran ikan pada masing-
BP = MP – KP masing lembaga pemasaran
digunakan rumus dari Soekartawi
Keterangan : (2002) sebagai berikut:
MP = Margin Pemasaran B
Eps = x100
Pr = Harga di tingkat pedagang H
pengecer Keterangan :
Pf = Harga di tingkat petani Eps = Efisiensi pemasaran
KP = Keuntungan Pemasaran BP = Biaya Pemasaran
BP = Biaya Pemasaran HE = Harga Eceran
Kriteria : Eps <5% Efisien
Kriteria pengambilan keputusan Eps > 5% Tidak efisien
a. Margin pemasaran dikatakan
efisiensi apabila angkanya PEMBAHASAN
mendekati 0 1. Penangkapan dan Pembagian Hasil
b. Semakin kecil nilai margin Penangkapan ikan teri yang dilakukan
pemasaran maka semakin oleh nelayan Desa Sanggalangit
efisien suatu pemasaran. menggunakan alat tangkap jaring atau yang
Selain itu, pemasaran dapat dikenal dengan jaring kaping, jaring ini
dikatakan efisien apabila nilai mempunyai dimensi panjang 130m lebar
harga yang diterima petani 5m yang dilengkapi dengan tali lis atas
lebih besar dan pada margin untuk pemasangan pelampung dan tali lis
pemasaran keseluruhan. bawah untuk penempatan pemberat atau
timah. Dibagian tengah jaring terdapat
2. Untuk menghitung farmer’s share kantong yang bentuknya bulat panjang
(bagian) harga yang diterima petani dengan diameter 5m dengan panjang
dihitung dengan rumus: kantong 13m yang berfungsi untuk
Pf menampung ikan teri yang tertangkap.
fs = x100 %
Pr Dalam operasional penangkapan teri
Keterangan : jaring ini dibentangkan secara vertikal.
Fs = Share (bagian) harga yang Penangkapan ikan teri melibatkan nelayan
diterima petani pemilik jaring, buruh tarik, dan nelayan
Pf = Harga ditingkat petani pengocor. Kegiatan penangkapan diawali
Pr = Harga ditingkat pengecer dengan nelayan pengocor menggunakan
(Kohls dan Uhl dalam Siti Clarisa perahu ke tengah laut yang dilengkapi
Delia, 2017). dengan lampu menghalau ikan teri menuju
Indikator efisien pemasaran dapat pantai sampai di perairan pantai pengocor
diukur dengan kriteria sebagai mematikan lampu kemudian dipasang
berikut : jaring pada kerumunan ikan teri dengan
a. Jika share yang diterima petani bentuk setengah melingkar dan ditarik
lebih besar dan share yang perlahan sambil menghalau ikan teri untuk
diterima petani mendekati 100%, masuk ke kantong jaring dengan dua sisi ke
641
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

arah bibir pantai selanjutnya memanen ikan ikan teri ditentukan oleh pedagang
teri yang terperangkap dalam kantong. pengepul sesuai harga pasar yang berlaku
Pembagian pendapatan pada kegiatan saat itu. Nelayan atau produsen akan
penangkapan teri tergantung dari harga jual menjual produk teri yang dihasilkan
ikan teri saat itu sistem pembagian hasil berdasarkan informasi harga dari beberapa
adalah sebagai berikut: dari total penjulan pedagang pengepul yang merupakan
di bagi dua, 50% untuk nelayan pengocor pelanggan nelayan penangkap teri di Desa
dan 50% lagi dibagi dua (25% nelayan Sanggalangit. Harga jual ikan teri pada
pemilik jaring, 25% tenaga penarik jaring) bulan September di Desa Sanggalangit di
tenaga penarik jaring berjumlah 8 – 10 tampilkan pada tabel 2.
orang namun kebanyakan 10 orang, harga

Tabel 2. Harga jual ikan teri di Desa Sanggalangit pada bulan September 2019
Harga Harga rata-rata
Nama Ikan Harga tertinggi Keterangan
terendah (satuan ember)

Teri seleh Rp. 170.000 Rp. 270.000 Rp. 220.000 1 ember = 15kg

Sumber: data primer, 2019

Dari tabel 2 harga ikan teri hasil pendapatan nelayan satu dengan lainnya
tangkapan nelayan berfluktuatif tergantung tidak sama karena tergantung dari jumlah
dari harga pasar berdasarkan informasi teri yang didapatkan. Sebaran pembagian
dari pedagang pengepul dan jumlah teri hasil yang diperoleh nelayan dari 8 kali
tangkapan terhadap daya serap pasar. penangkapan ikan teri selama penelitian
Dari hasil wawancara dengan ditampilkan pada tabel 3.
nelayan walaupun hari yang sama

Tabel 3. Hasil tangkapan ikan teri dan pembagian hasil nelayan di Desa Sanggalangit selama
bulan September 2019 dengan harga rata-rata Rp.220.000/ember
Hasil Ket
I II III IV V VI VII VIII Jumlah
Tangkapan
Satuan
25 13 17 31 22 43 38 12 201
ember
Pembagian
Hasil
Nelayan 2750 1430 1870 3410 2420 4730 4180 1320 22.110 Satuan
Pengocor Rp.
1000
Pemilik Jaring 1375 715 935 1705 1210 2365 2090 6600 11.055
Penarik jaring 1375 715 935 1705 1210 2365 2090 6600 11.055
Total 5500 2860 3740 6820 4840 9460 8360 2640 44.220
Sumber: data primer diolah

Dari tabel 2 pendapatan nelayan adalah penarik jaring masing-masing


selama bulan September 2019 dengan mendapatkan Rp. 1.105.500
operasional 8 kali penangkapan Rp.
44.220.000 dimana nelayan pengocor 2. Pemasaran
mendapat hasil paling tinggi, yaitu Rp. Produk perikanan memiliki pola
22.000.000 diikuti pemilik jaring Rp. pemasaran relatif agak berbeda dengan
11.055.000 dan pendapatan terendah saluran pemasaran produk non perikanan.
Dimana produk perikanan mempunyai

642
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

karakteristik yang mudah rusak Banyuatis, Gobleg, Munduk, Sukasada


(perishable), sehingga perlu dilakukan termasuk Kabupaten Tabanan dan
upaya penanggulangan resiko untuk Jembrana.
mencegah kerusakan terutama
menghambat proses pembusukan 3. Saluran Pemasaran
disamping itu proses penyampaian barang Saluran pemasaran adalah suatu cara
ke konsumen diusahakan secepatnya, untuk menyampaikan produk yang
semakin cepat dan semakin pendek saluran dihasilkan oleh produsen kepada
pemasaran akan lebih baik dan lebih konsumen. Disamping itu saluran
efisien. Upaya tersebut dilakukan oleh pemasaran merupakan serangkaian
pedagang perantara dengan menambahkan organisasi yang saling ketergantung serta
garam dan es. Garam yang ditambahkan terlibat dalam proses untuk menjadikan
sebanyak 2 kg dalam 15 kg ikan teri atau produk atau jasa siap digunakan atau
dalam 1 ember atau 13% dari berat ikan teri dikonsumsi. Dengan demikian, keberadaan
yang tujuannya menambah daya awet ikan saluran pemasaran mampu mengatasi
teri selama pengumpulan, pengangkutan kesenjangan, waktu, tempat dan
dan pendistribusian sampai ke tangan kepemilikan yang memisahkan barang atau
konsumen. Kelemahan dalam pemberian jasa dari orang-orang yang membutuhkan
garam adalah bobot teri mengalami atau menginginkannya (Kotler, 2006).
penyusutan menjadi 12kg dari berat awal Dalam saluran pemasaran terlibat 3
15 kg setelah didiamkan selama 2 jam. kelompok, yaitu: produsen, pedagang
Menurut Nurjani, dkk. (2009) selama perantara dan pihak konsumen (Linbong
proses penggaraman berlangsung terjadi dan Sitorus, dalam Elpawati dkk. 2014).
penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan Saluran pemasaran memegang
cairan tubuh ikan akan keluar karena peranan penting dalam memasarkan hasil
adanya perbedaan konsentrasi. Ikan yang produksi. Menurut Waren J Keegan (2007)
mengalami proses penggaraman akan dalam Ahmad Guslan, (2014), saluran
memiliki daya awet yang lebih tinggi pemasaran (marketing channel) adalah
karena dapat menghambat pertumbuhan saluran yang digunakan oleh produsen
bakteri pembusuk. Cara garam dalam untuk menyalurkan barang sampai ke
mengawetkan ikan adalah mengeluarkan konsumen. Dari penelitian yang dilakukan
cairan tubuh ikan termasuk cairan yang ada terhadap pemasaran ikan teri hasil
dalam tubuh bakteri, sehingga proses tangkapan nelayan di Desa Sanggalangit,
metabolisme bakteri terganggu akibat terdapat pola saluran pemasaran sebagai
kekurangan cairan dan mengakibatkan berikut, pertama: nelayan  Pedagang
kematian bakteri karena mengalami proses pengecer  ke konsumen, kedua: nelayan
plasmolisis dan disamping itu pemberian  pedagang pengepul kecil  pengecer 
garam sekaligus memperbaiki cita rasa konsumen, ketiga: nelayan  pengepul
pada ikan. besar  pengepul kecil  pengecer 
Menurut Suparno, 1992 dalam Suhardi konsumen. Hasil tangkapan nelayan
2011 konsentrasi garam yang baik untuk terlebih dulu dipasarkan meggunakan
ikan yang berukuran kecil sebanyak 5 – 20 saluran pemasaran pertama karena
% dengan lama fermentasi 24 jam. pertimbangan harga jual, namun karena
Sedangkan pedagang perantara lainnya, daya serapnya terbatas pemasaran
yaitu pedagang pengepul menambahkan es menggunakan pola saluran kedua dan
sebanyak 3 kg dalam ikan teri dengan ketiga. Daya serap pedagang pengecer
tujuan menambah daya awet produk diwilayah Sanggalangit rata-rata 3 ember
mengingat jangkauan pemasarannya lebih /hari, pedagang pengepul kecil antara 10 –
jauh dan pendistribusian lebih lama. 15 ember, dan pedagang pengepul besar
Pemasaran ikan teri hasil tangkapan diatas 40 ember. Perkembangan harga
dipasarkan dipasar tradisional di Desa masing-masing lembaga pemasaran pada
Sanggalangit dan sekitarnya, Singaraja masing-masing saluran pemasaran
serta wilayah lainnya diwilayah Kabupaten ditampilkan pada tabel 4.
Buleleng seperti Desa Busungbiu,
643
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

Tabel 4. Perkembangan harga masing-masing saluran pemasaran, margin pemasaran dan


farmer share

Margin Farmer Share


1. Nelayan
Harga jual 22.500 - -
2. Pedagang pengecer
Harga beli 22.500 7.500 75%
Biaya pemasaran 750
Keuntungan 7.250
Harga jual 30.000
3. Pedagang pengepul kecil
Harga beli 17.500 5.000 58.3%
Biaya pemasaran 1.920
Keuntungan 3.080
Harga jual 22.500
4. Pedagang pengepul besar
Harga beli 14.170 3.330 47.2%
Biaya pemasaran 2.270
Keuntungan 1.060
Harga jual 17.500
Total biaya pemasaran 4.940
Total Keuntungan 11.390
Total Margin 15.830
Sumber: data primer diolah

Dari tabel tersebut harga pembelian merupakan saluran pemasaran paling


ikan teri oleh pedagang perantara pada panjang yang melibatkan pedagang
setiap saluran pemasaran tidak sama. Pola pengepul besar, pengepul kecil dan
saluran pemasaran I nelayan menjual ke pengecer, sehingga menimbulkan biaya
pedagang pengecer dengan harga yang pemasaran paling tinggi dibandingkan
paling tinggi dari pedagang perantara saluran pemasaran lainnya, yaitu total biaya
lainnya. Dimana harga jual mencapai Rp. pemasaran Rp. 6.100/kg, dan menjadikan
22.500/kg namun jumlah pembelian pemasaran dengan pola saluran pemasaran
pedagang pengecer terbatas masing- III tidak efisien. Dari analisis terhadap
masing pedagang rata-rata 3 ember (36 kg) saluaran pemasaran saluran pemasaran I
jadi ikan teri yang dihasilkan tidak terjual merupakan saluran pemasaran yang paling
seluruhnya. Oleh karena itu, pemasaran efisien.
ikan teri di Desa Sanggalangit lebih memilih Menurut Ni Kadek Nuriati, 2017 saluran
menggunakan saluran pemasaran II dan III pemasaran yang paling pendek dimana
karena volume penjualan lebih banyak. melibatkan satu pedagang perantara
Pada saluran pemasaran I merupakan merupakan saluran pemasaran yang paling
saluran pemasaran yang paling pendek efisien.
hanya melibatkan satu pedagang perantara, Menurut Daniel, 2002 semakin panjang
yaitu pedagang pengecer sehingga biaya tata niaga atau semakin banyak lembaga
pemasaran rendah, yaitu Rp. 750/kg. Pada yang terlibat akan menyebabkan harga
saluran pemasaran II tata niaga terjadi lebih yang diterima produsen semakin kecil dan
panjang karena untuk sampai ke konsumen semakin menunjukkan sistem pemasaran
melewati pedagang pengepul dan pengecer yang tidak efisien.
yang menyebabkan biaya pemasaran lebih
besar dari saluran pemasaran I, yaitu Rp. 3. Margin Pemasaran
3.830/kg. Sedangkan, pola pemasaran III

644
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

Margin pemasaran merupakan tangan konsumen. Disamping itu jarak


perbedaan harga yang diterima produsen antara produsen ke konsumen cukup jauh
dengan harga yang dibayarkan konsumen, dan memerlukan waktu pendistribusian
dimana margin pemasaran dihitung lebih lama. Ini menunjukkan bahwa saluran
berdasarkan pengurangan harga penjualan pemasaran III tidak efisien.
pada setiap tingkat lembaga pemasaran Menurut Daniel, (2002) pemasaran
(Kohls dan Uhl dalam Siti Clarisa Delia, dikatakan tidak efisien bila semakin panjang
2017). Perbedaan margin pada saluran tata niaga, karena menyebabkan semakin
pemasaran ditentukan dari panjang besar margin pemasaran dan harga yang
pendeknya saluran pemasaran, besarnya diterima produsen semakin kecil.
biaya pemasaran serta keuntungan yang Menurut Mubyarto, (2002) pemasaran
diharapkan oleh lembaga pemasaran yang dikatakan efisien apabila produk yang
terlibat di dalam kegiatan lembaga dipasarkan mampu menyampaikan hasil ke
pemasaran. Penghitungan margin konsumen dengan biaya murah dan
pemasaran masing-masing saluran pembagian yang adil dari semua biaya yang
pemasaran ikan teri di Desa Sanggalangit dibayarkan ke konsumen kepada pihak
ditampilkan pada tabel 4. Dalam tabel yang ikut dalam kegiatan produksi dan tata
tersebut margin pemasaran pada saluran I, niaga barang itu. Dari pembahasan tersebut
yaitu dari nelayan dengan pedagang dapat dikatakan bahwa pemasaran teri hasil
pengecer sebesar Rp. 7.500/kg ikan teri. tangkapan nelayan di Desa Sanggalangit
Saluran ini merupakan saluran pemasaran belum efisien karena saluran pemasaran
yang terpendek karena melibatkan satu tergolong panjang dan menyebabkan biaya
pedagang perantara, margin yang terjadi pemasaran lebih besar serta bagian yang
paling kecil dari total margin pemasaran diterima nelayan relatif lebih kecil
pada keseluruhan saluran pemasaran dibandingkan pedagang perantara.
karena biaya pemasaran yang rendah, yaitu 4. Farmer Share
Rp. 750/kg. Analisis farmer share digunakan untuk
Selanjutnya pada pola saluran mengetahui hasil pembagian harga yang
pemasaran II, yaitu dalam nelayan ke diterima nelayan dengan harga yang
pedagang pengepul kecil berlanjut ke dibayarkan konsumen tingkat akhir yang
pedagang pengecer kemudian ke dinyatakan dalam prosentase. Farmer share
konsumen dengan margin pemasaran Rp. bila dikaitkan dengan margin pemasaran
12.500. memiliki hubungan negatif, dimana bila
Saluran pemasaran ini tergolong margin pemasaran rendah farmer yang
panjang karena melewati pedagang diterima nelayan semakin tinggi. Perbedaan
pengepul dan pedagang pengecer untuk farmer share pada masing-masing saluran
sampai ke konsumen dan menyebabkan pemasaran ikan teri hasil tangkapan
biaya pemasaran lebih tinggi dari saluran nelayan di Desa Sanggalangit ditampilkan
pertama, yaitu Rp. 1.670/kg ikan teri. pada tabel 3.
Sedangkan, pola pemasaran III saluran Dari tabel tersebut nilai farmer share
pemasaran lebih panjang karena melibatkan tertinggi saluran pemasaran ikan teri hasil
pedagang pengepul besar, pedagang tangkapan nelayan Desa Sanggalangit
pengepul kecil, pedagang pengecer diperoleh dari saluran pemasaran I sebesar
selanjutnya ke konsumen. Jangkauan 75% sedangkan saluran pemasaran II
pemasaran dari produsen ke konsumen sebesar 58,3% dan yang paling kecil adalah
dengan menggunakan saluran pemasaran saluran pemasaran III sebesar 47,2%.
III lebih jauh sampai ke wilayah Singaraja, Dengan demikian, dari keseluruhan
dan wilayah lainnya di Kabupaten Buleleng, pemasaran ikan teri hasil tangkapan
sehingga margin pemasaran menjadi paling nelayan Desa Sanggalangit, saluran
tinggi diantara saluran pemasaran I dan II. pemasaran I dikatakan paling efisien karena
Margin pemasaran pada saluran pemasaran dari segi pendapatan atau bagian yang
III Rp. 15.830/kg. Saluran pemasaran III diterima nelayan paling tinggi dibandingkan
tergolong paling panjang karena melewati 3 saluran pemasaran II dan III.
pedagang perantara untuk sampai ke
645
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

Menurut Yandi, dkk. 2017 kriteria konsumen. Proses tersebut diantaranya


efisiensi pemasaran jika share yang diterima pengumpulan, sortasi, distribusi, termasuk
produsen lebih tinggi dari share margin pemilihan saluran pemasaran sehingga
pemasaran atau share yang diterima menimbulkan biaya pemasaran yang
produsen mendekati 100%, maka saluran selanjutnya diperhitungkan dalam harga
pemasaran tersebut dikatagorikan efisien. komoditi. Sebagai dampak dari proses ini
Sebaliknya, pada rantai pemasaran II dan III akan menekan harga di produsen dan
tergolong tidak efisien karena saluran menaikkan harga ke konsumen. Sistem
pemasaran yang panjang dimana melewati pemasaran yang efisien akan mendorong
beberapa perantara. Saluran pemasaran rendahnya margin karena menurunnya
yang panjang menyebabkan perbedaan biaya pemasaran dengan demikian harga di
harga antara produsen dan konsumen produsen meningkat dan harga relatif murah
semakin besar. bagi konsumen serta daya saing produk
lebih tinggi dengan demikian tercapai
5. Efisiensi Pemasaran keuntungan yang adil bagi pelaku lembaga
Pemasaran komoditi hasil perikanan pemasaran. Penghitungan efisiensi
bukan hanya proses pemindahan produk pemasaran proses ikan teri hasil tangkapan
dari produsen ke konsumen juga ada Desa Sanggalangit dapat dilihat dalam tabel
proses lainnya karena perbedaan tempat, 5.
jarak dan waktu antara produsen dan

Tabel 5. Efisiensi pemasaran ikan teri pada masing-masing saluran pemasaran

Saluran Pemasaran Efisiensi pemasaran


Saluran pemasaran I 2.5%
Saluran pemasaran II 8.5%
Saluran pemasaran III 12.9%
Sumber: data primer diolah

Dari tabel 5 tingkat efisiensi Pemasaran teri hasil tangkapan


pemasaran masing-masing lembaga nelayan di Desa Sanggalangit, Kecamatan
pemasaran, yaitu pada saluran pemasaran Gerokgak, Kabupaten Buleleng terdapat 3
I sebesar 2.5% pada saluran pemasaran II pola saluran pemasaran:
sebesar 8.5% dan pada saluran pemasaran 1. Saluran I: nelayan  pedagang
III sebesar 12.9%. pengecer  konsumen
Menurut Soekartawi, (2002) kriteria 2. Saluran Pemasaran II: nelayan 
dikatakan efisien adalah < dari 5% dan pedagang pengepul kecil  pedagang
tidak efisien lebih dari 5%. pengecer  konsumen
Dari saluran pemasaran ikan teri 3. Saluran pemasaran III: nelayan 
tersebut hasil tangkapan nelayan Desa pedagang pengepul besar  pedagang
Sanggalangit, pola saluran pemasaran I pengepul kecil  pedagang pengecer
tergolong efisien dengan tingkat efisiensi  konsumen.
2.5%, sedangkan saluran pemasaran
lainnya tidak efisien karena tingkat efisiensi Dari penghitungan margin pemasaran,
lebih dari 5%. Dalam pemasaran ikan teri di farmer share dan tingkat efisien pemasaran
Desa Sanggalangit sebagian besar nelayan pada saluran pemasaran yang ada, saluran
menjual hasil produksinya menggunakan pemasaran I jumlah margin Rp. 7.500/kg,
saluran pemasaran II dan saluran farmer share 75% serta tingkat efisiensi
pemasaran III karena penyerapan pemasaran 2.5%, selanjutnya saluran
pedagang pengecer terhadap produksi hasil pemasaran II jumlah margin, Rp. 12.500
tangkapan nelayan terbatas. farmer share 58,3% dan tingkat efisiensi
pemasaran 8.5% kemudian saluran
KESIMPULAN pemasaran III, jumlah margin pemasaran

646
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

Rp. 15.830/kg farmer share 47.2% tingkat Universitas Islam Madura. Jurnal
efisiensi pemasaran 12.9%. Agromix Volume 8 No. 2 Maret 2017.
Dari seluruh saluran pemasaran yang
Ilias Sofyan, 1983. Teknologi Refrigrasi
ada pola pemasaran saluran I tergolong
Hasil Perikanan Jilid I. Penerbit CV.
efisien karena margin paling kecil, farmer
Paripurna Jakarta.
share paling besar serta tingkat efisiensi
pemasaran <5%. Dibandingkan dengan Ismail G. Supardi S. Dan Wahyuningsih,
pola saluran pemasaran II dan III 2008, Analysis Efisiensi Marketing
disamping itu pola saluran pemasaran I System of Fresh Laying Fish on
merupakan saluran pemasaran yang paling Pelabuhan Fish Auction in Tegal City
pendek. Jurnal Mediaagro. Volume IV (2) : 39
– 50.
SARAN Kotler, Philip, 2006. Manajemen
Pemilihan saluran pemasaran ikan teri pemasaran. Edisi Milenium. PT.
segar yang selama ini dilakukan oleh Prenhallindo Jakarta.
nelayan di Desa Sanggalangit cukup
panjang karena daya serap konsumen Mubiyarto, 2002, Pengantar Ekonomi
terhadap ikan teri segar masih terbatas Pertanian. Edisi ke 3. PT. Pustaka
dibandingkan hasil tangkapan nelayan LP3ES.
sehingga perlu dilakukan upaya Ni Kadek Nuriati, 2017, Analisis Efisiensi
meningkatkan daya serap pasar dengan Saluran Pemasaran Ikan Tongkol
menjalin kerjasama atau konektivitas antar Hasil Tangkapan Nelayan di Desa
produsen dengan pedagang ikan teri di Seraya Timur Kecamatan
kabupaten lain yang berdekatan dengan Karangasem, e-Jurnal Jurusan
kabupaten Buleleng. Disamping itu, perlu Pendidikan Ekonomi. Vol 10 No. 2.
digalakkan usaha pengolahan ikan teri
menjadi beberapa produk olahan seperti Nur Jani, A.A.R. Simanjuntak, Ayakinuddin,
teri kripsi atau olahan lainnya, sehingga H W Febrianingrum, Hermansyah
daya serap pasar terhadap produk teri dan S. Mentari, 2009, Teknik
meningkat serta mendapatkan nilai tambah Penggaraman Ikan Yang Baik dan
bagi nelayan. Untuk mewujudkan hal Benar. IPB Bogor.
tersebut peran lembaga-lembaga yang Riandi, dkk, 2017. Analisis Efisiensi
terkait termasuk instansi pemerintah sangat Pemasaran Udang Windu (Penaeus,
diharapkan. Monodon), Di Desa Suangi Lumpur
Kecamatan Cengal, Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Ogen.
Ahmad Guslan, 2016. Analisis Strategi Siti Clarisa Delia, 2017. Analisis Efisiensi
Saluran Pemasaran Usaha Budidaya Pemasaran dan Pendapatan Usaha
Udang Windu Di Desa Pegat Pengolahan Ikan Teri Asin di Pulau
Batumbuk Kecamatan Pulau Pasaran Kota. Bandar Lampung.
Derawan Kabupaten Berau. E jurnal Departemen Ekonomi Sumber Daya
Agribisnis. Volume 4 No. 4 Tahun dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi
2016. Dan Manajemen (IPB).
Elpawati, Teguh Bidiyanto Zulmanery, Soekartawi, 2002. Panduan Membuat
2014, Jurnal Agribisnis. Volume 8 No. Usaha Proyek Pertanian dan
1. Pedesaan. Yogyakarta : PT. Bumi
Endang Tri Wahyuni, 2017, Analisis Aksara.
Perilaku Konsumen Dalam Suardi P.J., 2011. Penggaraman Basah
Pembelian Teri Kripsi di Kabupaten pada Ikan Layang (Decapterus
Pemakasan Madura. Fakultas rusalli) PWJARD.
Pertanian. Agro Bisnis Perikanan

647
p-ISSN : 2599 - 1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi
e-ISSN : 2599 – 1426 Volume 11 No. 2 Tahun 2019

Sugiono, 2014. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Alfabeta, Bandung.

648

Anda mungkin juga menyukai