Anda di halaman 1dari 32

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Ternate merupakan kota agribisnis dan mandiri kelautan perikanan,

memiliki 95% diversitas sumberdaya laut, memiliki keanekaragaman hayati yang

tinggi, spesies endemik yang langka dengan garis pantai 124 km, memiliki 8 buah

pulau, terdiri dari 5 pulau berpenghuni dan 3 tidak berpenghuni, SDM aparatur

berjumlah 3000 nelayan, 107 pengolah, 176 pemasaran ikan dan 32 pembudidaya

ikan bermotivasi maju dan mandiri (DKP Kota Ternate, 2018).

Perikanan merupakan kegiatan yang terorganisir yang berhubungan dengan

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan serta lingkunganannya, mulai dari

produksi, pengolahan, sampai dengan distribusi/pemasaran yang dilaksanakan dalam

satu bisnis perikanan. Triyanti dan Safitri, (2012) menjelaskan bahwa pemasaran

produk merupakan salah satu komponen pasca produksi yang perlu mendapatkan

perhatian yang lebih karena merupakan kunci dalam pengembangan usaha. Produk

perikanan yang bersifat mudah rusak, mengharuskan pemasarannya membutuhkan

perhatian khusus.

Pemasaran merupakan kegiatan terpenting dalam usaha distribusi dan

pemasaran ikan laut. Kegiatan pemasaran ini menjadi salah satu faktor penentu

berjalannya usaha penjualan secara umum, khususnya nelayan sebagai produsen.

Dalam saluran distribusi, produsen seringkali menggunakan perantara sebagai

penyalurnya, perantara ini merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri yang

berada di antara produsen dan konsumen akhir (Kakati dkk., 2017).

Distribusi pemasaran sangat penting dalam menjalankan sebuah usaha

perikanan karena merupakan kegiatan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi

1
rendahnya pendapatan nelayan dan pedagang eceran. Panjang pendeknya proses

distribusi pemasaran berpengaruh terhadap harga dari barang pada konsumen terakhir.

Distribusi hasil tangkapan ikan di lakukan oleh nelayan kepada pedagang eceran.

Biasanya pedagang eceran dari Kelurahan Sasa dan Jambula menghampiri nelayan

untuk mengambil ikan hasil tangkapan di Kelurahan Rua dalam jumlah yang besar,

kemudian ikan tersebut di jual kepada konsumen. Harga akhir dari ikan ynag dijual

oleh para pedagang merupakan faktor penting dalam pemasaran. (Jansen dkk., 2016).

Berdasarkan hasil observasi, pedagang eceran di Kota Ternate mudah

dijumpai di pinggir jalan tepatnya di Kelurahan Sasa dan Jambula. Keterbatasan

ekonomi menjadi penyebab pedagang eceran lebih memilih berjualan di pinggir

jalan. Keterbatasan ekonomi berkaitan dengan tidak adanya biaya pengangkutan

ikan jika pedagang eceran ingin berjualan di pasar. Oleh karena itu, penulis

melakukan penelitian dengan judul “Distribusi dan Pola Pemasaran Ikan Yang

Diperdagangkan Oleh Pedagang Eceran di Kota Ternate”.

Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti dan

menggali informasi mengenai “Distribusi dan Pola Pemasaran Ikan di Kelurahan

Sasa Dan Jambula.”

1.2. Rumusan Masalah

Belakangan ini dapat dilihat bahwa banyak pedagang eceran yang

berjualan di pinggir jalan Kota Ternate tepatnya di Kelurahan Sasa dan Jambula.

Hal ini disebabkan karena keterbatasan ekonomi dan tidak memiliki tempat untuk

berjualan di pasar. Selain itu, bagi pedagang eceran di Kelurahan Sasa dan

Jambula lebih menguntungkan berjualan di pinggir jalan atau emperan-emperan

dibandingkan berjualan di pasar, karena tidak banyak biaya yang harus di

2
keluarkan. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan diantaranya:

1. Bagaimana distribusi dan pola pemasaran ikan yang diperdagangkan oleh

pedagang eceran di Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate?

2. Bagaimana besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang eceran di

Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diantaranya:

1. Mengetahui distribusi dan pola pemasaran ikan yang diperdagangkan oleh

pedagang eceran di Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate.

2. Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang eceran di

Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diantaranya:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti dalam mengkaji

distribusi dan pola pemasaran ikan yang diperdagangkan oleh pedagang eceran.

2. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan,

informasi, dan evaluasi dalam menetapkan kebijaksanaan yang berkaitan dengan

masalah perikanan khususnya pemasaran ikan laut.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan

dan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam menganalisis

3
distribusi dan pola pemasaran ikan yang diperdagangkan oleh pedagang eceran

di Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate.

4
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Distribusi dan Pola Pemasaran

Distribusi menurut Suparmin dkk. (2013) memiliki dua kategori, yaitu

pemindahan bahan dan hasil produksi dengan menggunakan sarana distribusi dan

mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Gumilang dkk.

(2014), distribusi merupakan masalah lain yang akan dihadapi perusahaan pada

saat produk selesai diproses. Distribusi ini menyangkut cara penyampaian produk

ke tangan konsumen. Distribusi diperlukan karena sumber kebutuhan manusia

tidak sembarang tempat. Selain itu, bahan baku tersebut harus melalui tahapan

produk yang lokasinya tidak selalu di lokasi manusia sebagai konsumen.

Arinong dan Kadir (2008) mengemukakan bahwa distribusi ikan dibagi

tiga kelompok, yaitu:

1. Distribusi lewat jalan darat

Distribusi lewat jalan darat menggunakan sarana distribusi berupa

gerobak, kereta api, truk terbuka atau truk boks yang dilengkapi unit pendingin

mekanis. Pada distribusi ikan segar harus didinginkan sampai mendekati suhu 0ºC

agar ikan dapat bertahan lebih dari 10 hari. Syarat untuk mempertahankan ini

adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es yang cukup halus dan kerendahan

ruang tetap terjaga.

2. Distribusi lewat laut

Distribusi laut tidak jauh berbeda dengan distribusi di darat. Distribusi

lewat laut harus memiliki kontruksi palka pada kapal yang lebih baik karena

goncangan-goncangan di laut lebih sering terjadi, apalagi di saat cuaca buruk dan

gelombang besar.

5
3. Distribusi lewat udara

Distribusi lewat udara hanya dapat dilakukan mengunakan pesawat

terbang. Pesawat terbang adalah sarana distribusi yang paling cepat bila

dibandingkan dengan sarana distribusi darat dan laut, tetapi biayanya paling besar.

Oleh karena itu, distribusi lewat udara tepat untuk mengangkut hasil tangkapan

yang harganya mahal dan memerlukan waktu yang singkat agar cepat sampai di

tempat tujuan. Pendistribusian melalui udara hanya dilakukan pada saat-saat

tertentu yang sekiranya harus menggunakan pesawat terbang.

Hal-hal yang menjadi persyaratan bagi berlangsungnya proses distribusi

menurut Onu dkk. (2017), yaitu:

1. Ada muatan yang diangkut;

2. Tersedianya kendaraan sebagai angkutannya; dan

3. Ada jalan yang dilalui.

Pada pelaksanakan kegiatan distribusi diperlukan dua jenis peralatan yang

merupakan unsur-unsur transportasi yaitu:

1. Sarana angkutan, berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang dan

menampungnya.

2. Prasarana angkutan, terdiri dari;

a. Jalanan sebagai tempat pergerakan sarana angkutan.

b. Terminal sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang dalam

perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah

melakukan operasi.

Menurut Ma’ruf. (2020), saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah

serangkaian organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk

menyalurkan produk dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan dapat menggunakan lembaga atau perantara

6
untuk dapat menyalurkan produknya kepada konsumen akhir. Perusahaan

menyerahkan sebagian tugas penjualannya kepada pihak lain, dikarenakan ada

alasan yang menguntungkan bagi perusahaan untuk memberikan tugas penjualan

produknya kepada organisasi perantara, alasan yang dapat diambil dan

menguntungkan tersebut yaitu:

1. Produsen mendapat keuntungan tertentu dengan menggunakan jasa perantara.

2. Produsen kekurangan sumber keuntungan untuk melaksanakan pemasaran

langsung.

3. Penggunaan perantara akan sangat mengurangi pekerjaan perusahaan sehingga

bisa mencapai efisiensi sangat tinggi dalam membuat barang.

4. Dari sudut pandangan ekonomi, peranan dasar perantara pemasaran adalah

mengubah bentuk suplai yang heterogen menjadi berbagai barang yang

diinginkan oleh masyarakat.

Dalam distribusi terdapat pihak perantara pemasaran yang menghubungkan

antara produsen dengan konsumen. Menurut Pradini dkk. (2017), perantara

pemasaran merupakan lembaga atau individu yang menjalankan kegiatan khusus di

bidang distribusi. Umumnya dikatakan bahwa perantara terdiri dari:

1. Perantara Pedagang

a. Pedagang besar (wholesaler)

Pedagang besar adalah suatu unit usaha yang membeli dan menjual

kembali barang-barang kepada pengecer dan pedagang lain dan/atau kepada

pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual

dalam volume yang sama kepada konsumen akhir. Pedagang besar membeli

dalam jumlah besar dan menjual dalam jumlah besar atau kadang-kadang disebut

pedagang partai, ia tidak melayani konsumen akhir.

b. Pengecer (retailer)

7
Pengecer atau toko pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan

kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi

(non bisnis). Kegiatan ini berhubungan langsung dengan penjualan barang atau

jasa kepada konsumen akhir.

2. Perantara Agen

Perantara Agen (agent middleman) adalah lembaga yang melaksanakan

perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang berhubungan

dengan penjualan atau distribusi barang, tetapi tidak mempunyai hak untuk

memiliki barang yang diperdagangkan. Perantara agen terdiri dari:

a. Agen penunjang

Agen penunjang adalah agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam

beberapa aspek pemindahan barang dan jasa. Agen penunjang dibagi dalam

beberapa golongan:

1) Agen pengangkutan borongan.

2) Agen penyimpanan

3) Agen pengangkutan khusus

4) Agen pembelian dan penjualan

b. Agen pelengkap

Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam

penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan.

Jasa-jasa yang dilakukan agen pelengkap antara lain:

1) Jasa bimbingan/konsultasi

2) Jasa finansial

3) Jasa informasi

4) Jasa khusus lainnya.

8
Pola pemasaran melibatkan beberapa lembaga pemasaran agar dapat

menyalurkan produk dengan tepat dan cepat. Hal ini dikarenakan nelayan sebagai

produsen tidak mampu apabila hanya mengandalkan penjualan langsung kepada

konsumen. Oleh karena itu, pedagang eceran memegang peranan penting dalam

pemasaran produk perikanan hingga sampai ke tangan konsumen akhir

(Sumardianto, 2016).

2.2. Pedagang Eceran

Menurut Irmayanti (2020), Pedagang adalah kegiatan usaha menjual

barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau

rumah tangga. Sedangkan pengecer adalah pengusaha yang menjual barang atau

jasa secara eceran kepada masyarakat sebagai konsumen, ritel perorang atau

peritel kecil memiliki jumlah gerai bervariasi, mulai dari satu gerai hingga lebih.

Pedagang eceran ikan laut merupakan suatu usaha di bidang perikanan. Peran

pedagang eceran ikan ini memberikan kontribusi yang besar pada rantai pemasaran

ikan. Bagi pihak pedagang eceran, perbedaan antara penerimaan dan besar biaya

yang dikeluarkan menentukan besar kecilnya laba yang akan diperoleh. Perbedaan

modal yang ditanamkan oleh pedagang eceran pada suatu usaha umumnya cenderung

menghasilkan keuntungan yang berbeda pula. Sehingga besarnya pendapatan akan

sangat tergantung dari besarnya modal yang ditanamkan untuk pembelian ikan dan

baik buruknya pengelolaan (Elphawati dkk., 2014).

Pedagang eceran ikan memegang peranan penting dalam pemasaran produk

perikanan hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Pemenuhan kebutuhan

konsumen dalam batas jumlah yang kecil harus ada mata rantai yang mengerjakan

pembagian barang tersebut dari jumlah yang besar menjadi jumlah yang lebih kecil,

9
sehingga dapat dibeli oleh konsumen. Aktivitas yang demikian merupakan proses

distribusi yang dilakukan oleh pedagang eceran ikan laut segar (Hapsari, 2014).

Beberapa faktor dari pedagang eceran ikan akan mempengaruhi usaha

yang ditekuninya diantaranya modal usaha, jumlah ikan yang terjual, harga ikan

laut segar dan pengalaman berusaha karena ini berhubungan erat dengan

pendapatan pedagang eceran tersebut (Teti dkk., 2019).

2.3. Pendapatan

Menurut Karim dan Reskiati (2016), pendapatan adalah jumlah penghasilan

yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian,

mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Setelah produsen menghasilkan output dari

setiap kegiatan produksi yang dilakukan maka output tersebut akan dijual kepada

konsumen. Dengan demikian, produsen akan memperoleh pendapatan (penerimaan)

dari setiap output yang dijual. Pendapatan yang diterima oleh produsen sebagian

untuk membayar biaya–biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin

besar nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu

mencerminkan efesiensi yang tinggi karena pendapatan yang mungkin juga

diperoleh dari investasi yang jumlahnya besar pula.

2.4. Margin Pemasaran

Margin pemasaran memiliki 2 arti yaitu: (1) margin pemasaran merupakan

perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen.

(2) margin pemasaran merupakan biaya pemasaran yang dibutuhkan karena

10
permintaan penawaran. Margin terdiri dari komponen biaya dan keuntungan yang

dibutuhkan lembaga pemasaran (sudiyono, 2001).

Terdapat 2 macam nilai margin pemasaran yaitu marketing costs, biaya

pemasaran terkait pengambilan faktor produksi. Marketing charges terkait

keuntungan yang diterima pengolah, pengumpul dan lembaga tataniaga lainnya

(Anindita, 2003). Tinggi rendahnya margin dan biaya pemasaran berpengaruh

pada keuntungan dari kepuasan konsumen yang tinggi. Agar prduksi berjalan

dengan baik maka peran nelayan sangat berpengaruh pada bahan baku ikan yang

diperlukan (Abidin et.al, 2017).

Sarwanto dkk.,, (2014) menjelaskan 4 macam tipe saluran pemasaran hasil

tangakapan nelayan yang terdiri dari P1 (saluran pemasaran pertama), P2 (saluran

pemasaran kedua), P3 (saluran pemasaran ketiga), dan P4 (saluran pemasaran

keempat). Di Kelurahan Sasa dan Jambula terdapat 3 macam tipe saluran pemasaran

yaitu, P1 merupakan saluran pemasaran pertama yang dilakukan oleh nelayan dan

istrinya sekaligus sebagai pedagang eceran. P2 merupakan saluran pemasaran

kedua, yang dilakukan oleh pedagang eceran yang menetap atau bergerak

menggunakan sepeda motor maupun kendaraan umum lainnya. P3 merupakan

saluran pemasaran ketiga, untuk konsumsi restoran dan warung kuliner.

2.5. Kerangka Pikir

Dalam menunjang proses penelitian, agar tetap terarah pada fokus penelitian,

maka disusun suatu kerangka dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian

deskripsi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana saluran distribusi dan pola

pemasaran ikan di Kelurahan Sasa dan Jambula.

11
Nelayan

Distribusi dan pola pemasaran Ikan

Pedagang eceran

Tingkat pendapatan Harga jual ikan Dampak ekonomi

Kesejahteraan pedagang
eceran

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

12
Dari kerangka pikir diatas maka dapat diketahui bahwa, nelayan adalah

salah satu pelaku perikanan yang menjalankan usaha penangkapan ikan dan

menjual hasil tangkapannya kembali pada konsumen akhir. Pedagang eceran

merupakan perantara yang terdekat dengan konsumen akhir. Pedagang eceran

menjual ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun hanya berjualan di

pinggir jalan. Oleh karena itu, peneliti perlu menganalisis besarnya pendapatan

pedagang eceran dan distribusi pemasaran ikan. Distribusi dan pola pemasaran

ikan dianalisis karena mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh jika dilihat

dari harga jual ikan. Sedangkan tingkat pendapatan pedagang eceran dianalisis untuk

mengetahui dampaknya terhadap kehidupan ekonomi mereka. Kerangka piker dari

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

13
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif

Data hasil penelitian ini berupa fakta-fakta yang ditemukan pada saat di lapangan

oleh peneliti (Andiny, 2017). Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui

distribusi dan pola pemasaran ikan oleh pedagang eceran dengan cara melakukan

pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian dan wawancara. Sedangkan

metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis pendapatan

pedagang eceran.

3.2. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021 dan berlokasi di

Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate. Berikut peta lokasi pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Sumber : Oleh Nurlisa Taohi, 2022

14
3.3. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Peralatan

No Peralatan Kegunaan
1 Alat tulis menulis Menuliskan data
2 Kamera Dokumentasi
Kuesioner Sampling yang digunakan utuk
3
mewawancarai responden

3.4. Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pedagang eceran yang ada di

Kelurahan Sasa dan jambula Kota Ternate. Sedangkan dalam pengambilan sampel

digunakan tipe purposive sampling (sampel dengan sengaja) yaitu cara pengambilan

sampel berdasarkan kriteria tertentu (Rini, 2017). Kriteria yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pedagang eceran yang menjual ikan. Tercapainya data dilakukan

selama proses berlangsung hingga tingkat kecukupan terlampaui. Sampel yang

didapatkan bisa diasumsikan bahwa data yang terkumpul bisa terwakili atau bisa

mencakup kegiataan masyarakat khusunya pedagang eceran. Pemilihan kelompok

subjek melalui pengujian terhadap hubungan tersebut (satu sampei) secara acak

(random) dari populasi. Keseluruhan sampel yang diperoleh berjumlah 19 orang

responden yang terdiri dari 16 orang pedagang eceran dan 3 lainnya adalah nelayan.

Keseluruhan responden baik dari pedagang eceran maupun nelayan betempat tinggal di

Kelurahan Sasa, Jambula dan Rua, sehingga proses pengambilan sampel dapat

dilakukan dengan mudah.

15
3.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi, dukomentasi

dan wawancara langsung, sedangkan Data sekunder diperoleh dari hasil publikasi

pihak lain. Data primer terdiri dari pedagang eceran sedangkan data sekunder

didapat dari hasil publikasi lain seperti jurnal, buku, dan lain-lain.

3.6. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui arti suatu keadaan data

atau bahan keterangan mengenai suatu keadaan dan diselidiki hubungannya satu

sama lain. Tujuan analisa deskriptif adalah untuk menyederhanakan data-data ke

dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan atau menggambarkan

distribusi dan pola pemasaran ikan. Analisis pola pemasaran dengan

mengidentifikasi pelaku pemasaran ikan dari tingkat nelayan, pelaku perantara,

sampai konsumen akhir (Purnomo, 2018).

b. Analisis Pendapatan

Untuk menganalisis besar pendapatan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:

π = TR – TC

Dimana:

π = Pendapatan bersih (Rp/bulan)

TR = Total Penerimaan (Rp/bulan)

16
TC = Total biaya (Rp/bulan)

Dimana, kriteria uji untuk mengetahui pendapatan besar atau tidak yaitu:

1) Jika pendapatan pedagang eceran ikan > UMP, maka pendapatan usaha

pedagang eceran ikan besar.

2) Jika pendapatan pedagang eceran ikan < UMP, maka pendapatan usaha

pedagang eceran ikan kecil.

Adapun Upah Minimum Kota (UMP) Kota Ternate tahun 2020

berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 504 tahun 2019 yaitu sebesar

Rp.2.943.515 per bulan. Kriteria uji untuk mengetahui usaha tersebut

menguntungkan yaitu apabila TR > TC maka pedagang mendapat keuntungan,

apabila nilai TR = TC maka pedagang tidak untung dan tidak rugi, dan apabila

nilai TR < TC maka pedagang akan mengalami kerugian (Tangke, 2020).

3.7. Definisi Operasional

a. Distribusi dan pola pemasaran adalah serangkaian proses pemasaran dalam

menyalurkan produk dari produsen ke konsumen.

b. Pedagang eceran adalah pengusaha yang menjual barang atau jasa secara

eceran kepada masyarakat sebagai konsumen.

17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi

Kota Ternate merupakan salah satu kota penting di Maluku Utara. Kota

Ternate terletak pada koordinat 0º25’41,82” - 1º21’ 21,78” Lintang Utara dan

126º7’32,14” - 127º26’ 32,12” Bujur Timur. Kota Ternate yang memiliki luas

5.709,58 km2 yang terdiri dari daratan seluas 162,03 km2 dan lautannya 5.547,55

km2. Secara administratif, batas-batas wilayah Kota Ternate sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Maluku

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Maluku

c. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Halmahera

d. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Maluku

Lokasi pengambilan sampel terletak dibagian selatan dan dibagian Pulau

Ternate Provinsi Maluku Utara yaitu di Kelurahan Sasa dan Jambula. Kelurahan

Sasa dan Jambula banyak dijumpai pedagang eceran yang berjualan ikan di

pinggir jalan. Faktor utama yang menyebabkan para pedagang eceran lebih

memilih berjualan di pinggir jalan dibandingkan di pasar adalah faktor ekonomi,

karena dengan berjualan di pinggir jalan biaya yang di keluarkan lebih kecil dari

pada berjualan di pasar misalnya biaya angkut, transportasi dan biaya lainnya.

4.2. Karakteristik Responden

Kegunaan dari krakteristik agar dapat diketahui adanya aneka ragam dari tiap

responden disesuaikan dari jenis kelamin, usia, pekerjaan dan penghasilan perbulan.

Harapan dari hal tersebut memberi penjelasan mengenai situasi yang memiliki

kaitannya dengan responden terhadap masalah dan tujuan pada lokasi penelitian.

18
Penelitian yang dilaksanakan di kelurahan sasa dan jambula

memperlihatkan hasil bahwa diperoleh sebanyak 16 responden sampel.

Responden yang diwawancarai adalah pedagang eceran yang sudah

berkeluarga dan memiliki anak.

4.2.1. Umur

Umur produktif dan umur tidak produktif dapat mempengaruhi kegiatan

distribusi dan pola pemasaran ikan. Umur berpengaruh karena apabila seseorang

yang berada pada usia produktif akan memiliki tingkat kemauan, semangat,

kemampuan, dan tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan usahanya.

Keadaan umur pedagang ikan eceran di Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi pedagang ikan eceran berdasarkan kelompok umur


Kelompok Umur Jumlah Persentase
No
(Tahun) (Jiwa) (%)
1 29-33 6 37,5
2 34-38 4 25
3 39-43 5 31,25
4 44-48 0 0
5 49-53 1 6,25
Total 16

Berdasarkan tabel 2, jumlah pedagang ikan eceran terbesar berada pada

kelompok umur 29–33 tahun sebanyak 6 jiwa dengan persentase 37,5%. Sedangkan

pada kelompok umur 44-48, tidak ditemukan pedagang ikan eceran. Hal ini

menunjukkan bahwa umur pedagang ikan eceran di Kelurahan Sasa dan Jambula

tergolong produktif. Menurut Hasanah (2010), pedagang dalam usia produktif

memiliki kemampuan dan ketrampilan terkait dengan pengelolaan usaha yang lebih

baik yang dapat menghasilkan produktivitas dan pendapatan yang tinggi.

19
4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan dalam pengambilan

keputusan dalam distribusi dan pola pemasaran ikan. Tingkat pendidikan

pedagang ikan eceran di Kota Ternate dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi pedagang ikan eceran berdasarkan tingkat pendidikan


Tingkat Jumlah
No Persentase (%)
Pendidikan (Jiwa)
1 SD 1 6,25
2 SMP 4 25
3 SMA 10 62,5
4 Sarjana 1 6,25
Total 16

Berdasarkan tabel 3, jumlah pedagang ikan eceran terbesar berada pada

tingkat SMA sebanyak 10 jiwa dengan persentase 62,5%. Sedangkan jumlah

pedagang ikan eceran terkecil berada pada tingkat SD dan Sarjana sebanyak 1

jiwa dengan persentase 6,25%. Menurut Hasanah (2010), pendidikan yang

diperoleh dapat menjadi modal bagi pedagang dalam menjalankan usahanya serta

dalam pemilihan saluran pemasaran sehingga dapat memperoleh keuntungan yang

sebesar-besarnya.

4.2.3. Pengalaman Berusaha

Keberhasilan pedagang ditentukan oleh pengalaman berusaha. Pengalaman

berusaha pedagang ikan eceran di Kota Ternate dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi pedagang ikan eceran berdasarkan pengalaman berusaha


Pengalaman
Berusaha Jumlah Persentase
No (Tahun) (Jiwa) (%)
1 1-2 9 56,25
2 3-4 2 12,5
3 5-6 2 12,5
4 7-8 3 18,75
Total 16

20
Berdasarkan tabel 4, pengalaman berusaha pedagang ikan eceran terbesar

berada pada kelompok 1–2 tahun sebanyak 9 jiwa dengan persentase 56,25%.

Sedangkan pengalaman berusaha pedagang ikan eceran terkecil berada pada

kelompok 3-4 tahun dan 5-6 tahun sebanyak 2 jiwa dengan persentase 12,5%.

Pengalaman sangat mempengaruhi kegiatan usaha sehingga pedagang akan semakin

terampil dalam menjalankan usahanya. Pengalaman usaha menunjukkan lamanya

waktu pedagang dalam proses pemasarannya.

4.3. Distribusi dan Pola Pemasaran Ikan

Menurut Ekayani dkk., (2019) distribusi adalah suatu perangkat

organisasi yang saling bergantung dalam menyediakan satu produk untuk

digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen/pengguna, selain itu didalam

pemasaran ada juga yang disebut dengan retailing yang merupakan seluruh

transaksi di mana pembeli adalah konsumen akhir dari produk dan bukan

termasuk transaksi dengan maksud untuk menjual kembali produk tersebut atau

digunakan untuk membuat produk lainnya.

Sistem pemasaran ikan di Kelurahan Sasa dan Kelurahan Jambula terjadi

melalui beberapa saluran tata niaga agar ikan mendapatkan perlakuan pasca panen

untuk menjaga kualitas ikan. Distribusi dilakukan dengan mengambil ikan pada

armada penangkapan yang bertempat di Kelurahan Rua Kota. Sebagian nelayan

menjual hasil tangkapannya ke pedagang eceran. Berdasarkan hasil penelitian,

terdapat 4 jenis jalur distribusi ikan dari nelayan hingga konsumen akhir di

Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate yang disajikan pada Gambar 3.

21
Pedagang Pedagang Konsumen
Pengepul Eceran Akhir

Nelayan

Pedagang Pedagang Konsumen


Besar Eceran Akhir

Pedagang
Eceran Warung makan

Gambar 3. Skema saluran distribusi dan pola pemasaran ikan di Kota Ternate

Berdasarkan gambar 3, terdapat 4 saluran distribusi dan pola pemasaran

ikan di Kelurahan Sasa dan gambesi Kota Ternate diantaranya:

a. Saluran Pemasaran 1

Pada saluran pemasaran 1, nelayan menjual ikan segar kepada pedagang

pengepul. Kemudian pedagang pengepul menjual ikan segar kepada pedagang

eceran. Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), nelayan menjual ikan hasil

tangkapan ke pedagang eceran melalui pedagang pengepul. Pedagang eceran

menjual ikan segar secara langsung kepada konsumen akhir. Tipe saluran ini

menjual ikan segar untuk konsumsi pasar lokal.

b. Saluran Pemasaran 2

Pada saluran pemasaran 2, nelayan menjual ikan segar kepada pedagang

eceran. Kemudian pedagang eceran menjual ikan segar secara langsung kepada

konsumen akhir.

c. Saluran Pemasaran 3

22
Pada saluran pemasaran 3, nelayan menjual ikan segar kepada pedagang

besar. Kemudian pedagang besar menjual ikan segar kepada pedagang eceran.

Pedagang eceran menjual ikan segar secara langsung kepada konsumen akhir.

d. Saluran Pemasaran 4

Pada saluran pemasaran 4, nelayan menjual ikan segar kepada pedagang

besar. Kemudian pedagang besar menjual ikan segar kepada pedagang eceran.

Pedagang eceran menjual ikan segar kepada warung makan dan warung makan

mengolah ikan segar menjadi makanan yang akan dinikmati langsung oleh

konsumen akhir.

Berdasarkan distribusi dan pola pemasaran ikan di Kota Ternate, saluran

pemasaran 2 lebih efisien dan menguntungkan pedagang eceran dibandingkan

dengan saluran pemasaran lainnya. Semakin pendek saluran pemasaran maka secara

ekonomis saluran pemasaran tersebut lebih efisien.

4.4. Fungsi Saluran Distribusi

Dalam saluran distribusi semua pihak-pihak yang terlibat didalam prosesnya

memiliki fungsi masaing-masing. Beberapa fungsi utama yang dilaksanakan oleh

anggota saluran distribusi menurut Kotler antara lain: informasi, promosi, pemesanan,

pembiyayaan, pengambilan risiko, fisik, pembayaran, dan kepemilikian.

1) Informasi

Berbagai macam informasi sangat diperlukan dalam penyaluran barang-barang,

karena dapat membantu untuk menentukan sumbernya. Informasi penting

yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut:

23
a. Pelanggan, Informasi mengenai pelanggan yang perlu dikumpulkan oleh

anggota saluran distribusi: kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan.

Beberapa informasi tentang pelanggan dapat diperoleh melalui: wawancara,

kuesioner, survei, dan sumber informasi lainnya.

b. Pesaing, Informasi mengenai pesaing yang perlu dikumpulkan oleh anggota

saluran distribusi: jumlah dan pesaing. Strategi pemasaran pesaing: apa yang

menjadi sasaran dan strategi mereka? apa saja kekuatan dan kelemahan

mereka? serta bagaimana mereka bereaksi terhadap strategi persaingan yang

mungkin kita gunakan.

c. Pemasok merupakan sebuah mata rantai penting dalam “sistem penyerahan

nilai” kepada seluruh pelanggan dari sebuah perusahaan. Pemasok

menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk

menghasilkan barang dan jasa. Perkembangan pemasok dapat secara serius

mempengaruhi pemasaran. Anggota saluran distribusi pemasaran harus

mengawasi ketersediaan pasokan, kekurangan atau penundaan pengiriman

pasokan, pemogokan tenaga kerja, dan peristiwa lain yang dapat

mempengaruhi penjualan dalam jangka pendek dan merusak kepuasan

pelanggan dalam jangka panjang.

2) Promosi

Promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan

membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Oleh karena itu, perusahaan harus

dapat memilih bentuk-bentuk promosi yang tepat agar tujuan promosi dapat dicapai.

3) Negosiasi

24
Fungsi negosiasi yang dilaksanakan anggota saluran distribusi berhubungan

dengan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan hal-hal lain

sehubungan dengan penawaran, sehingga perpindahan hak pemilikan dapat

dilaksanakan. Walaupun harga merupakan masalah yang paling sering dinegosiasikan,

masalah lain yang juga biasanya dinegosiasikan mencakup waktu penyelesaian

kontrak, mutu barang dan jasa yang ditawarkan, volume pembelian, tanggung jawab

pembiayaan, pengambilan risiko, promosi, kepemilikan serta keamanan produk.

4) Pemesanan

Pemesanan adalah komunikasi saluran kebelakang mengenai minat membeli

oleh anggota saluran pemasaran ke produsen. Pada fungsi ini, anggota saluran distrbusi

memproses kebutuhan dari pelanggan dan mengirimkan informasi tersebut kepada

rantai pasokan melalui sistem informasi logistik. Pesanan tersebut diteruskan ke gudang

pabrik, yang kemudian diperiksa apakahproduk tersebut ada dalam persediaan. Jika

produk tersebut masih ada dalam persediaan, pesanan terpenuhi dan pengaturan dibuat

untuk pengiriman. Jika produk tersebut tidak ada dalam persediaan, suatu permintaan

pengisian kembali dimulai dan mencari cara ke lantai pabrikan.

5) Pembiayaan

Untuk memiliki sebuah barang, apakah konsumen, penyalur atau pun produsen

diperlukan sejumlah dana. Dalam hal ini mereka harus melaksanakan fungsi

pembelanjaan (pembiayaan). Fungsi pembiayaan berhubungan dengan permintaan dan

penyebaran dana untuk menutup biaya dari saluran distribusi. Oleh karena fungsi

pembiayaan ini merupakan salah satu faktor untuk tersedianya produk di saluran

25
distribusi, maka anggota saluran distribusi perlu memperhatikan dasar pembentuk biaya

distribusi:

a) Fasilitas: keputusan tentang fasilitas berkaitan dengan persoalan seberapa

banyak gudang dan pabrik yang harus didirikan dan dimana gudang tersebut

harus ditempatkan.

b) Persediaan: keputusan seperti seberapa banyak persediaan yang harus

disimpan, dimana disimpan, dan seberapa besar pesanan yang harus dilakukan

adalah hal-hal yang penting.

c) Transportasi: aspek penting dari transportasi berkaitan dengan hal-hal

seperti model transportasi yang akan digunakan, apakah akan membeli atau

menyewa (leasing) kendaraan, bagaimana menyusun jadwal pengiriman, dan

seberapa sering melakukan pengiriman.

d) Komunikasi: komunikasi melibatkan bidang sistem pemrosesan pesanan,

sistem penagihan, dan sistem perkiraan kebutuhan. Untuk itu diperlukan

sejumlah biaya dalam pelaksanaannya.

e) Unitisasi: cara suatu produk dikemas dan kemudian diakumulasikan kedalam

unit yang lebih besar dapat berpengaruh pada keekonomisan distribusi.

6) Pengambilan Resiko

Anggota saluran distribusi mengambil beberapa risiko yang berhubungan

dengan pendistribusian produk dari perusahaan sampai kepada konsumen akhir. Fungsi

pengambilan risiko anggota saluran distribusi berhubungan dengan perkiraan mengenai

risiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran distribusi. Beberapa risiko

26
yang biasanya ditanggung oleh anggota saluran distribusi, antara lain dalam hal:

pemrosesan pesanan, tempat penyimpanan persediaan, banyaknya persediaan yang

disimpan serta pengiriman barang pesanan kepada pelanggan.

27
7) Fisik

Anggota saluran distribusi mengatur kesinambungan penyimpanan dan

pergerakan produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir. Fungsi fisik

yang dilaksanakan anggota saluran distribusi berhubungan dengan penyimpanan

barang dan transportasi.

8) Pembayaran.

Berikut ini terdapat dua cara pembayaran yang dapat disediakan oleh saluran

distribusi kepada pelanggan:

a) Cara “Cash Payment”, yaitu pembayaran yang dilakukan oleh pembeli

secara tunai kepada anggota saluran distribusi.

b) Cara kredit, yaitu anggota saluran distribusi memberi kredit kepada pembeli,

yang harus dibayar kembali oleh pembeli dalam jangka waktu tertentu seperti

yang telah ditentukan dalam perjanjian jual-beli barang.

9) Kepemilikan

Fungsi terakhir yang dilaksanakan oleh anggota saluran distribusi adalah

fungsi kepemilikan. kepemilikan yaitu arus kepemilikan dari suatu lembaga pemasaran

ke lembaga lain. Fungsi ini sangat penting karena fungsi inilah yang paling menentukan

apakah barang sudah sampai ke konsumen akhir atau belum. Jika barang sudah sampai

ke tangan konsumen akhir, maka pelaksanaan kegiatan saluran distribusi dari

perusahaan sampai ke konsumen akhir sudah dapat dikatakan selesai.

4.5. Pendapatan Pedagang Eceran

Pedagang eceran adalah pedagang yang membeli ikan dari pedagang

pengumpul dan pedagang besar. Pada penelitian ini, pedagang eceran tersebar di

28
Kota Ternate seperti Kelurahan Sasa dan Kelurahan Jambula. Ikan segar yang

mereka beli seharga 200.000/kg sampai 600.000/kg dengan volume 20–50 kg.

Pedagang eceran biasanya menjual ikan kepada konsumen di pinggir jalan.

Pendapatan pedagang eceran ikan merupakan hasil pengurangan

penerimaan rata-rata dengan total biaya rata-rata yang dihitung dalam satu hari

karena pedagang eceran ikan yang dijadikan sampel adalah pedagang yang

melakukan usaha setiap hari maka jumlah biaya yang dikeluarkan setiap hari

dihitung sebagai biaya per hari pedagang eceran ikan laut. Adapun perhitungan

biaya produksi, penerimaan dan pendapatan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan


No Jenis Data Rata-Rata Per Sampel

1 Biaya Produksi 12.768.750

2 Penerimaan 16.687.500

3 Pendapatan 3.918.750

Berdasarkan tabel 5, pendapatan rata-rata pedagang eceran ikan setiap

bulannya adalah sebesar Rp. 3.918.750. Hal ini menunjukkan bahwa ikan laut

menguntungkan di skala besar oleh pedagang eceran ikan karena pendapatan

pedagang eceran ikan lebih besar dari UMP Kota Ternate sehingga pendapatan

usaha pedagang eceran ikan tergolong besar.

29
5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Perairan Kota Ternate memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar. Nelayan

adalah salah satu pelaku perikanan yang menjalankan usaha penangkapan ikan dan

menjual hasil tangkapannya kembali kepada konsumen akhir. Pedagang eceran

merupakan perantara yang terdekat dengan konsumen akhir. Pedagang eceran

menjual ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun hanya berjualan

di pinggir jalan.

2. Di Kota Ternate khususnya di kelurahan Sasa dan jambula banyak dijumpai

pedagang-pedagang eceran yang berjualan di pinggir jalan. Faktor utama yang

menyebabkan para pedaang eceran tersebut lebih memilih berjualan di piggir

jalan dari pada di pasar adalah faktor ekonomi, karena jika berjualan di pinggir

jalan biaya yang di keluarkan oleh pedagang eceran lebih sedikit di bandingkan

di pasar misalnya, biaya angkut, biaya transportasi dan biaya lainnya.

5.2. Saran

Pedagang eceran di Kelurahan Sasa dan Jambula perlu meningkatkan modal

kerja agar pendapatannya menjadi lebih tinggi dan lebih memperhatikan jumlah ikan

terjual. Dengan demikian, jumlah ikan terjual dapat berpengaruh nyata terhadap

pendapatan pedagang ikan di Kelurahan Sasa dan Jambula Kota Ternate.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z, Harahab, N, Asmarawati, L. 2017. Pemasaran Hasil Perikanan.


Univeritas Brawijaya Malang. Buku PHK. 251 hal.
Andiny, P. 2017. Analisis Tingkat Keuntungan Pedagang Ikan Di Kecamatan
Peureulak Kabupaten Aceh Timur. Fakultas Ekonomi, Universitas
Samudra. Aceh Timur.Jurnal Samudra Ekonomika. 1(1): 22-32.
Anindita, R. 2003. Dasar-Dasar Pemasaran Hasil Pertanian. Malang. Universitas
Brawijaya Malang. Jurnal Ilmiah. 29(2): 57-64.
Arinong. A. R. dan E. Kadir. 2008. Analisis Saluran dan Margin Pemasaran
Kakao Di Desa Timbuseng, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa.
Jurnal Agrisistem. 4(2): 87 – 93.
Assagaf, S., Burhan, A. dan M. J. Achmad. 2020. Analisis Komoditas Unggulan
Sektor Perikanan Kelautan Dalam Menunjang Perekonomian Masyarakat
di Kota Ternate. Jurnal ilmu kelautan kepulauan, 3(2): 165-185.
Dinas Kelautan dan Perikanan, 2018. Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Sains dan Teknologi. 1(2): 128-133.
Ekayani, N., L.N., S. I., Ketut. Muluani, S., 2019. Analisis Distribusi Dan Margin
Pemasaran Ikan Cakalang Di Kedonganan, Kabupaten Badung. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 7(3): 389-390.
Elphawati, T. Budiyanto, dan Zulmanery. 2014. Analisis Efisiensi Saluran
Pemasaran Ikan Bandeng Desa Tambak Sari, Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang. Jurnal Agribisnis. 8(1): 83-110.
Gumilang, A.P., Solihin C., Wisodo, S.H., 2014. Pola Distribusi Dan Teknologi
Pengelolaan Hasil Tangkapan Pelabuhan Perikanan Di Wilayah Pantura
Jawa. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 5(1): 65-74.
Hanafiah, A.M., dan Saefuddin, A.M. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan.
Universitas Indonesia, Bogor. Jurnal Balitbang. 74 hal.
Hasanah, R.N. 2010. Analisis Pemasaran Ikan Nila Merah (oreochromis sp) di
Kabupaten Sukoharjo. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 96 hal.
Hapsari, T.D. 2014. Distribusi dan Margin Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis) di TPI Ujungbatu Jepara. AQUASAINS
Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan, 2(2): 131-138.
Irmayanti, P., 2020. Pola Distribusi Dan Marjin Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan
Di TPI Pelabuhan Kota Tegal. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Pancasakti Tegal. Tegal. 127 hlm.
Jansen, R. dan J.S.B. Sumarauw. 2016. Analisis Rantai Pasokan Hasil Tangkapan
Ikan di Kota Manado dan Kota Bitung. Jurnal EMBA. 4(5): 303-408.
Kakati, R.P., Chakraborty, M.B. 2017. Evaluation of Tradisional Marketing
Chanels of Agricultural Produce: Paddy and Rice. IUP Journal of
Marketing Management, 16(2): 54-69.

31
Karim, M., Reskiati., 2016. Analisis Pola Distribusi dan Margin Pemasaran
Komoditas Ikan Teri (Stolephorus sp.) Olahan di Kabupaten
Barru. Jurnal Balik Diwa, 7(2): 44-52.
Ma’ruf, F., 2020. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Ikan Bandeng (Studi
Kasus Pada Petani Tambak Di Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep). .
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar. Makassar. 75 hal.

Onu, R.D., Rarung L.K., Kotambunan O.V., 2017.Analisis Distribusi Pemasaran


Ikan Cakalang Asap Di Kelurahan Girian Atas Kecamatan Girian Kota
Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Sam Ratulangi, Manado.Jurnal Ilmiah. 5(9): 628-634.

Pradini, U.F., Yulinda E., Arief, H., 2017. Distribusi Dan Margin Pemasaran
Hasil Tangkapan Ikan Di Bangliao Hasan Kelurahan Bagan Barat
Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir. Berkala Perikanan Terubuk.
Jurnal Ilmiah. 45(3): 87-97

Purnomo, C., 2018. Pola Saluran Pemasaran Ikan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Majalah Ilmiah Bahari Jogja (MIBJ). 16(2): 126-147.
Rini, I.P. 2017. Analisis Tingkat Pendidikan Anak Nelayan Pantai Sadeng Dilihat
Dari Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua (Studi Pada Nelayan Pantai
Sadeng, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul). [Skripsi].
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 162 hal.
Sarwanto, C., Wiyono E.S., Nurani T.W., Haluan J., 2014.Kajian Sistem
Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi DIY. Jurnal Sosek. 9(2): 207-217.
Suparmin., Kusrini N., Dolorosa E., 2013. Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Air
Tawar Hasil Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Kota
Pontianak. Fakultas Pertanian, Program Magister Manajemen Agribisnis.
Jurnal Eksos. 9(2): 69-78.
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah
Malang. 76 hal.
Teti, A., Dania S., Ihsan., 2019. Strategi Dan Sistem Pemasaran Ikan Di
Pangkalan Pendaratan Ikan (Ppi) Beba Kabupaten Takalar. Journal of
Indonesian Tropical Fisheries. 2(1): 18-31.
Tangke, U., 2020. Produksi dan Nilai Jual Ikan Pelagis Dominan di TPI Higienis
Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. Universitas Muhammadiyah
Maluku Utara. Jurnal Agrikan: AgribisnisPerikanan. 13(1): 97-107
Triyanti, R. dan R. Shafitri. 2012. Kajian Pemasaran Ikan Lele (Clarias sp) dalam
Menunjang Industri Perikanan Budidaya (Studi Kasus di Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah). KKP Jakarta. Jurnal Sosal Ekonomi Kelautan dan
Perikanan. 7(2): 177-191.

32

Anda mungkin juga menyukai