Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udang merupakan salah satu komoditi penting dari sektor
perikanan Indonesia. Udang memiliki nilai jual yang tinggi dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian bangsa
terutama sebagai sumber devisa, pendapatan nelayan/pembudidaya,
penyerapan tenaga kerja dan protein bergizi. Udang memiliki nilai jual
yang tinggi sehingga udang harus ditangani secara baik dan diperoleh
mutu yang baik juga. Oleh karena itu, komoditi udang memerlukan
penanganan yang tepat agar komoditi tetap aman hingga ke tangan
konsumen akhir. Perusahaan yang bergerak di dalam bisnis ini harus
mengelola arus informasi, keuangan, dan barang dengan baik sehingga
dapat bertahan atau bahkan menjadi perusahaan yang unggul dalam
persaingan.
Manajemen rantai pasok merupakan salah satu hal yang perlu
dikaji dan dikelola dengan baik oleh perusahaan untuk memenuhi syarat
diatas. Manajemen Rantai Pasok merupakan serangkaian pendekatan yang
diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang
(warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga
produk dapat dihasilkan dan didistribusikan kepada konsumen dengan
kuantitas, kualitas, lokasi, dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya
dan memuaskan kebutuhan konsumen (David et al., 2000 dalam Indrajit
dan Djokopranoto, 2002).
PT. Kelola Mina Laut merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pengolahan komoditi perikanan. PT. Kelola Mina Laut
adalah perusahaan besar dengan kuantitas ekspor mencapai 10.000 ton
bahan baku per tahunnya. Ketersediaan bahan baku yang bersifat
musiman, menuntut PT. Kelola Mina Laut melakukan manajemen rantai
pasok dengan baik, yaitu dengan melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan dengan anggota rantai dan pihak terkait lainnya. Oleh
karena itu, diperlukan langkah yang tepat untuk membuat suatu kebijakan.
Kebijakan terdiri dari kebijakan internal dan eksternal perusahaan.
Kebijakan internal perusahaan dapat berupa kebijakan dalam manajemen
produksi dan manajemen sumber daya manusia. Kebijakan eksternal dapat
berupa kebijakan dalam pemilihan mitra, sistem transaksi, dan pengaturan
jaringan bisnis.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari manajemen rantai pasok
2. Mengetahui pengelolaan rantai pasokan udang di PT. Kelola Mina
Laut Gresik
BAB II
ISI
A. Landasan Teori
Udang merupakan salah satu komoditi perikanan yang hidup di
perairan, khususnya sungai, laut, atau danau. Udang dapat ditemukan di
hampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air payau,
maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga
beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang biasa dijadikan makanan
laut (seafood). Sama seperti seafood lainnya, udang kaya akan kalsium dan
protein tetapi rendah energi. Makanan yang bahan utamanya udang,
merupakan sumber kolesterol (Smith, 2010) dalam Rofik, 2010.
Udang sudah banyak dibudidayakan oleh manusia di area yang
disebut tambak. Sebuah tambak udang adalah sebuah bisnis aquaculture
yang dirancang untuk meningkatkan produksi udang laut untuk konsumsi
manusia. Produksi global total dari udang tambak mencapai lebih dari 1,6
juta ton pada 2003. Sekitar 75% udang tambak diproduksi di Asia,
terutama di Cina dan Thailand. Sisanya diproduksi di Amerika Latin,
terutama Brazil yang merupakan produsen terbesarnya. Negara
pengekspor terbesar adalah Thailand (Anonim, 2010).
Pertambakan udang telah berubah dari bisnis tradisional skala kecil
di Asia Tenggara menjadi sebuah bisnis global. Kemajuan teknologi telah
mendorong pertumbuhan udang dengan kepadatan yang lebih tinggi.
Hampir seluruh udang yang dikembangkan adalah penaeid, yaitu udang
dari famili Penaeidae, dan hanya dua spesies udang dari famili tersebut,
yaitu Pacific White Shrimp dan Giant Tiger Prawn, yang mencakup 80%
dari seluruh udang yang dikembangkan.
Rantai pasok merupakan suatu proses proses yang dimulai dari
pengumpulan sumber daya yang ada dilanjutkan dengan pengelolaan
menjadi produk jadi untuk selanjutnya didistribusikan dan dipasarkan
sampai pelanggan akhir dengan memperhatikan biaya, kualitas,
ketersediaan, pelayanan purna jual, dan faktor reputasi. Rantai pasok
melibatkan supplier, manufacturer, dan retailer yang saling bersinergis
dan bekerja sama satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung.
(Wisner, Tan, dan Leong, 2012).
Manajemen rantai pasok adalah pengintegrasian aktivitas
pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah
jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini
mencakup aktivitas pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang
penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor (Tunggal, 2009
dalam jurnal Aunur Rokhim, 2010).
Menurut (Anwar, 2011) ada beberapa pemain utama yang berperan dalam
rantai pasokan, yaitu:
1. Chain 1: Supplier
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan
bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan mulai. Bahan
pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan
penolong, barang dagangan, suku cadang dan lain-lain.
2. Chain 1-2: Supplier-Manufactures
Manufaktur atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat,
mempabrikasi, mengasembling, merakit dan mengkonveksikan, atau
pun menyelesaikan (finishing). Hubungan kedua rantai tersebut sudah
mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Penghematan
dapat diperoleh dari inventories bahan baku, bahan setengah jadi dan
bahan jadi yang berada di pihak supplier, manufacturer dan tempat
transit merupkan target untuk penghematan ini.
3. Chain 1-2-3: Supplier-Manufactures-Distribution
Barang yang sudah dihasilkan oleh manufactures sudah mulai harus
disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah tersedia banyak cara
untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah
melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar
supply chain.

4. Chain 1-2-3-4: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet


Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau
dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk
menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini
ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah
inventoris dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali
pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun ke toko
pengecer.
5. Chain 1-2-3-4-5: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet-
Customer
Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para
pelanggan atau pembeli atau pengguna barang langsung. Yang
termasuk retail outlet adalah toko kelontong, supermarket, warung-
warung dan lain-lain.
Sebuah sistem pasokan yang berfungsi dengan baik perlu
didasarkan pada informasi yang akurat tentang berapa banyak produk yang
sebenarnya sedang ditarik melalui rantai tersebut. Informasi yang tidak
akurat akan mengakibatkan penyimpangan, fluktuasi dalam rantai pasok,
dan menjadi penyebab efek bullwhip. Efek bullwhip yaitu efek yang
terjadi ketika pasanan dialirkan mulai dari pengecer, grosir, dan produsen
dengan fluktuasi yang meningkat di setiap langkah dalam urutan rantai
pasok. Fluktuasi ini meningkatkan biaya yang terkait dengan persediaan,
transportasi, pengiriman, dan penerimaan. Akibatnya, fluktuasi ini
menurunkan keuntungan dan pelayanan bagi pelanggan (Tunggal, 2009).
B. Profil PT. Kelola Mina Laut
PT. Kelola Mina Laut merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang pengolahan hasil perikanan baik ikan air asin atau ikan air tawar.
PT. Kelola Mina Laut pertama kali didirikan dengan nama PT. Madura
Prima Insan (PT. MPI) pada bulan Agustus 1993 dan berlokasi didesa
Kepedi, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Produk yang
pertama kali dihasilkan ialah Teri Nasi (Chirimen) dan kerang, seiring
dengan berjalannya waktu dank arena besarnya permintaan baik dari pasar
nasional atau internasional maka untuk memenuhi kebutuhan dan
mencukupi permintaan tersebut PT. MPI membuka perusahaan jawatan
baru yang berlokasi di Jumpang, Pademawu dan Pamekasan.
PT. Kelola Mina Laut dengan berpedoman visi dan misinya telah
mampu menjadi pemimpin dalam usaha yang bergerak dalam dunia
industri pengolahan hasil perikanan. Faktanya 80% pasar ekspor teri nasi
didunia dikelola dan dilayani oleh PT. Kelola Mina Laut, PT Kelola Mina
Laut menempati tiga besar perusahaan eksportir udang didunia, dua besar
eksportir Crab didunia dan sepuluh besar eksportir ikan didunia.
Pengelolaan managemen PT Kelola Mina Laut, hingga saat ini
telah memiliki lima divisi dalam meningkatkan produktifitasnya. Kelima
divisi tersebut adalah Divisi Teri Nasi, Divisi Ikan, Divisi Udang, Divisi
Rajungan (Crab), dan Devisi Trading Domestik . Divisi Teri Nasi adalah
sub bagian dalam lingkup PT. Kelola Mina Laut dimana focus kegiatannya
pada proses pengeringan teri nasi. Divisi Teri Nasi hanya berada pada unit
perusahaan yang bertempat di Tuban, dengan proses produksi secara
mekanik atau mengunakan mesin.
Divisi Ikan merupakan sub divisi yang mengembangkan usahanya
berupa produk ikan beku. Berbagai jenis ikan yang diproses dalam devisi
tersebut antara lain ikan kakap merah, kakap sawo, kakap nanu, banding,
kerapu, layur, bekutak, gurita, tengiri, nila, kerang dan jenis ikan air asin
dan tawar la innya. Divisi Udang merupakan divisi yang terkonsentrasi
dalam pengolahan produk udang beku dengan kapasitas bongkar muat
sekitar 30 ton per hari dengan 40 jenis produk ekspor. Divisi Rajungan
lebih mengacu pada pengalengan daging rajungan tanpa kulit dengan
kualifikasi produksi eksport.
C. Pembahasan
PT. Kelola Mina Laut memperoleh bahan baku udang berasal dari
berbagai daerah misalnya Gresik, Sidoarjo dan Lamongan. Udang yang
berasal dari petambak memiliki alur distribusi yang berbeda. Perbedaan ini
mulai timbul setelah komoditi diterima oleh pengumpul yang
membedakan komoditi berdasarkan kualitasnya. Komoditi yang memiliki
kualitas bagus, akan dipasok ke perusahaan manufaktur yang produk
akhirnya dijadikan komoditi ekspor. Komoditi yang memiliki kualitas
sedang hingga rendah, biasanya langsung dijual ke pasar-pasar tradisional.
Petambak udang yang menyuplai bahan baku dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu petambak tradisional dan petambak intensif. Petambak
tradisional mengolah lahan tambaknya secara sederhana mengikuti musim
yang ada, sehingga produksi tidak bisa dilakukan secara terus-menerus.
Petambak tradisional biasanya melakukan pengurasan serta pembalikan
lahan pada bulan September hingga Desember. Hal ini dilakukan agar
nutrisi yang ada dapat memenuhi kebutuhan pembiakan selanjutnya.
Kelebihan sistem tradisional ini adalah biaya produksi yang digunakan
murah dan pengolahan yang sederhana. Namun udang yang dihasilkan dari
tambak tradisional rawan penyakit dan biasanya berukuran kecil. Lain
halnya dengan sistem tambak intensif yang menghasilkan udang dengan
ukuran besar dan sehat, serta dapat dipanen setiap saat. Kelemahan tambak
intensif adalah biaya pemeliharaannya yang cenderung tinggi.
Udang yang dipanen dari tambak tradisional kuantitasnya sedikit
sehingga dikumpulkan terlebih dahulu oleh pengumpul (pemasok)
sebelum dikirim ke perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan
menetapkan batas volume minimal dan kontinuitas pengiriman bagi
pemasok bahan baku. Pemasok biasanya kurang selektif melakukan
pemisahan udang yang berbeda ukuran ini, sehingga perusahaan terkadang
memperoleh udang dengan size yang berbeda dengan yang dikatakan
pemasok. Lain halnya dengan udang yang dipanen dari tambak intensif.
Tambak intensif dikelola oleh manajemen yang profesional dan mampu
memanen udang dalam jumlah besar dalam satu kali panen, sehingga tidak
memerlukan pengumpul atau pemasok dalam bekerjasama dengan
perusahaan.

Model Rantai Pasok Udang Pada PT. Kelola Mina Laut

Perusahaan Lain
Petambak Tradisional
Retailer
Konsumen
Petambak Tradisional
Importir 1
Retailer
Pengumpul 1 Konsumen
Petambak Intensif Importir 2
Retailer
PT. KML Konsumen
Importir 3
Petambak Intensif
Pengumpul 2 Retailer
Distributor
Dalam Negeri
Petambak Tradisional

Factory Outlet Konsumen


Petambak Tradisional
Perusahaan Lain

Petambak Intensif

Petambak tradisional yang bekerjasama dengan PT. Kelola Mina


Laut sebagian besar berasal dari daerah sekitar lokasi perusahaan, yaitu
Gresik, Lamongan, dan Sidoarjo. Adapula petambak lain yang menyuplai
udang ke PT. Kelola Mina Laut antara lain mulai dari daerah Lampung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, daerah Jawa Timur lain seperti Banyuwangi,
dan daerah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pengiriman dari daerah yang
dekat menggunakan mobil bak terbuka, sedangkan pengiriman dari daerah
yang waktu transportasinya lebih dari lima jam menggunakan truk. Udang
yang sampai di pabrik kemudian diolah sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan oleh pabrik.
Selanjutnya, perusahaan mengirim produk kepada pembeli yang
sebelumnya telah melakukan pemesanan. Udang dikirim ke pembeli yang
sebagian besar berada di luar negeri lalu di jual melalui retailler kepada
konsumen akhir. Untuk pasar domestik, PT. Kelola Mina Laut
menyediakan factory outlet atau outlet resmi perusahaan yang menjual
produk olahan PT. Kelola Mina Laut dengan brand “mina mart”. Selain
itu, outlet juga menyediakan produk ekspor bagi masyarakat menengah
keatas. Produk berkualitas ekspor tersebut adalah udang beku.
Sedangkan untuk pasar Internasional spesifikasi produk udang
disesuaikan dengan permintaan pembeli. Biasanya PT. Kelola Mina Laut
melakukan pembekuan pada komoditi udang agar udang yang akan di
ekspor tidak mudah rusak. Produk-produk tersebut diproses secara higienis
sehingga kebersihannya terjaga. Mutu selalu menjadi perhatian PT. Kelola
Mina Laut, oleh karena itu setiap bahan yang telah melewati satu tahap,
akan diperiksa sebelum masuk ke tahap selanjutnya.
Manajemen rantai pasok yang baik akan membutuhkan kerjasama
yang baik pula antar anggota rantainya. Masing-masing anggota akan
saling membutuhkan dan saling memberikan keuntungan satu sama lain.
Bentuk kerjasama yang berbentuk kemitraan akan memberi kemudahan
bagi pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok. Oleh karena itu,
pemilihan mitra yang tepat akan memberikan kontribusi yang signifikan
bagi keberlangsungan bisnis perusahaan. PT. Kelola Mina Laut
menetapkan beberapa kriteria bagi pemasok yang akan menjadi mitra
dalam hal menyuplai bahan baku ke perusahaan. Berikut adalah kriteria
pemilihan pemasok berdasarkan prioritas:
1. Kemampuan finansial yang baik
Kriteria yang paling utama adalah kemampuan finansial yang
baik. Produk ekspor yang dikirim perusahaan ke negara tujuan,
biasanya tiba di tempat setelah hampir satu bulan setelah waktu
pengiriman. Setelah produk sampai kepada pembeli, pembeli
melakukan pengecekan terkait spesifikasi serta mutu produk yang
dikirim. Setelah itu pembeli membayar kepada perusahaan melalui
bank.
Sistem ini secara tidak langsung mendorong perusahaan
melakukan penundaan pembayaran terhadap bahan baku yang dikirim
oleh pemasok. Namun rentan waktunya tidak mencapai satu bulan,
biasanya dua pekan setelah perusahaan menerima bahan baku ikan.
Kondisi tersebut tentunya membuat petambak atau pemasok
mengalami kesulitan apabila tidak memiliki kemampuan finansial
yang cukup baik. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemasok adalah
nelayan yang meminta pembayaran tunai untuk pembelian ikan
tangkapannya. Semakin kuat kemampuan finansial pemasok, maka
perusahaan akan memberi nilai lebih terhadap pemasok tersebut
sebagai mitra.
2. Fleksibilitas dalam Penentuan Harga
Kriteria kedua adalah fleksibilitas dalam penentuan harga.
Bisnis seafood merupakan bisnis yang terkadang sulit untuk diprediksi,
terkait ketersediaan bahan baku yang berasal langsung dari alam. Ikan
kakap yang merupakan hasil tangkapan langsung dari laut, membuat
volume penangkapan tidak dapat dipastikan. Selain itu, bisnis ekspor
merupakan bisnis yang mengacu pada perubahan nilai tukar mata
uang. Nilai mata uang rupiah yang cenderung tidak stabil membuat
perusahaan tidak selalu mendapat laba. Kondisi ini tentu perlu
didiskusikan dengan pemasok. Perusahaan mendapatkan uang dalam
bentuk dolar dan melakukan pembayaran dalam bentuk rupiah.
Keterbukaan dalam kemitraan akan sangat berguna untuk
meminimalkan kerugian.
3. Kualitas Bahan Baku (Pasokan)
Kriteria ketiga adalah kualitas. Terdapat berbagai
pertimbangan mengapa kualitas ditempatkan pada kriteria ketiga.
Salah satu pertimbangannya adalah proses penanganan yang
berlangsung cepat. Pemahaman petambak, pemasok, serta perusahaan
dapat dikatakan sama terkait penanganan komoditi udang setelah
dipanen.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Manajemen rantai pasok merupakan pengintegrasian aktivitas pengadaan
bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir,
serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas
pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan
antara pemasok dengan distributor
Pihak yang terlibat dalam manjemen rantai pasok pada PT. Kelola Mina
Laut diantaranya adalah, Penambak, Pengumpul, Perusahaan, Distributor, dan
Konsumen. Petambak berperan dalam penyediaan bahan baku. Pemasok berperan
dalam pengumpulan bahan baku dari petambak sehingga dapat menyuplai bahan
baku ke perusahaan yang hanya menerima pasokan dalam jumlah besar.
Perusahaan berperan dalam proses produksi. Distributor berperan menyalurkan
produk ke konsumen.

Anda mungkin juga menyukai