Anda di halaman 1dari 3

Rantai pemasok komuditi cengkeh

Rantai Pasok adalah rangkaian hubungan antar Perusahaan yang melaksanakan penyaluran
pasokan barang atau jasa dari tempat asal ke tempat pembeli atau pelanggan akhir. Dengan
demikian barang dan jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk
meminimumkan biaya.
Salah satu komoditas Indonesia yang memiliki potensi besar yaitu cengkeh.Cengkeh adalah
komoditas strategis dan merupakan hasil kebun yang banyak dikelola di bangsa Indonesia.
Namun, dibalik keunggulan dan mahalnya harga jual cengkih, komoditas asal Maluku ini ternyata
belum mampu menjadi bagian dari komoditas
utama Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena produksi cengkeh sangat bergantung pada
iklim atau cuaca.Perkembangan perkebunan cengkeh hingga saat ini masih belum mengalami
pemulihan seperti kondisi
masa kejayaan. Hal ini terlihat dari areal yang baru mencapai sekitar 500.000 ha dari terbesar
700.000 harga pada awal tahun 1990-an, dengan produksi masih berfluktuasi sekitar 60.000
hingga 100.000 ton tiap tahun.

Rantai pemasok komuditi pala

Rantai pasok adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk
atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan pendistribusian kepada konsumen.
Supply chainatau rantai pasokan adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara
bersamasama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir. Dengan kata lain rantai pasok (supply chain) adalah aktivitas pengadaan bahan dan
pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke
pelanggang dengan tujuannya untuk memaksimalkan nilai pada pelanggang (Schroeder,2007.

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda,
Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi
komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia
karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa, pala tersebar luas di daerah tropika lain
seperti Mauritius dan Karibia
(Grenada). (https://id.wikipedia.org/wiki/Pala). Tanaman pala sebagai salah satu tanaman
perkebunan memegang peranan penting karena selain untuk kebutuhan dalam negeri juga
merupakan komiditi ekspor yang potensial. Tanaman pala merupakan salah satu tanaman asli
Indonesia yang pada awalnya berkembang di daerah Banda dan
sekitarnya selajutnya, tanaman pala terus menyebar dan berkembang di Sulawesi Utara sampai ke
Aceh. Permintaan ekspor terhadap produk dari pala dari Indonesia yang terbesar adalah biji pala
kering (nutmeg in shell dan nutmeg shelled), fuli (mace) dan minyak pala (essential oil of
nutmeg). Permintaan pasar terhadap
produk pala ini cukup baik, khususnya permintaan biji pala tanpa cangkang yang terus mengalami
peningkatan.
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap
bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji , fuli dan minyak pala
merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam berbagai industri baik pangan, minuman
maupun fashion. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu pemasok utama biji dan fuli pala
ke pasar dunia sekitar 60%. Sebagai komoditas ekspor, pala mempunyai prospek yang baik karena
selalu dan akan selalu dibutuhkan dalam berbagai industri makanan , minuman, obat-obatan dan
lain-lain. Hal lain yang dapat diolah dari fuli pala yaitu pembuatan oleoresin. Sehingga muncullah
ide untuk membuat oleoresin dari pala, dikarenakan oleoresin pala sendiri di Indonesia
dibutuhkan untuk industri makanan dan kosmetik sedangkan Industri oleoresinnya sendiri belum
banyak di Indonesia. Pembuatan Ide Industri Oleoresin pala juga untuk meningkatkan nilai jual
buah pala dan juga meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh, terutama Aceh Selatan.

Rantai pemasok komuditi kopra


Kopra merupakan komoditi perdagangan yang bernilai ekonomis. Tetapi rendahnya harga dan
lamanya waktu dalam mengolah kopra membuat para petani beralih profesi bahkan
mengalihfungsikan lahan menjadi pemukiman. Pola desain jaringan rantai pasok kopra meliputi
para petani, pedagang pengumpul, kemudian industri bekerjasama dengan distributor menyalurkan
kopra kepada para konsumen. Para petani sebaiknya membentuk kelompok tani dan menyalurkan
secara langsung kopra hasil usahanya kepada industri.

Rantai pemasok komuditi cengkeh, pala dan kopra paska pandemi covid 19
Beberapa strategi dan kebijakan preventif terus dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk
meminimalisasi risiko penyebaran Virus Corona. Kebijakan social distancing yang dikeluarkan
oleh presiden turut diikuti dengan kebijakan turunan oleh masing-masing pemimpin daerah
dengan mengeluarkan kebijakan WFH (Work from Home) dan belajar dari rumah yang
diberlakukan sejak tanggal 16 Maret 2020 lalu.
Badan Siber dan Sandi Negara (2020) menjelaskan bahwa tahapan berikutnya setelah melakukan
identifikasi dan persiapan pada proses operasional perusahaan untuk meminimalisasi dampak
Virus Corona adalah memastikan ketersediaan dukungan keberlangsungan proses bisnis atau
layanan yang berkaitan dengan ketersediaan dukungan dari pemasok. Langkah tersebut di
antaranya adalah:

1. Melakukan penilaian mengenai rantai pemasok komuditi cengkeh, pala dan kopra yang
berkaitan dengan proses bisnis atau layanan organisasi yang berkaitan dengan
kemungkinan dampak dan gangguan akibat keterlambatan pengiriman pasokan atau
logistik, serta keterlambatan proses manufaktur akibat pandemi global Virus Corona.
2. Melakukan komunikasi dengan pihak penyedia atau pemasok cengkeh, pala, dan kopra yg
digunakan oleh suatu perusahaan atau organisasi yang mungkin dihadapi dalam kondisi
terburuk akibat pandemi Virus Corona.
3. Melakukan Identifikasi potensi penyedia atau pemasok lain yang dapat mendukung
proses operasional bisnis dan layanan perusahaan ketika terjadi gangguan.
4. Melakukan komunikasi kepada pengguna atau konsumen mengenai keterbatasan yang
dihadapi oleh perusahaan/organisasi serta menyampaikan langkah mitigasi yang akan
dilakukan oleh perusahaan/organisasi tersebut.
Saat ini, beberapa perusahaan dan organisasi telah menerapkan kebijakan WFH, rekomendasi
terhadap hal tersebut yang berkaitan dengan rantai pasok di antaranya adalah memastikan
keamanan dari sistem perusahaan/organisasi yang dapat diakses oleh pegawai dari rumah atau
secara remote. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan monitoring keamanan terhadap seluruh
sistem dan aktivitas pengguna yang mengakses sistem tersebut.

Selain melakukan monitoring keamanan terhadap seluruh sistem yang berkaitan dengan rantai
pasok perusahaan, perlu juga dilakukan uji kapasitas dan koneksi remote yang diberikan untuk
menjamin keberlangsunganmasing-masing layanan perusahaan/organisasi.

Untuk menjamin keberlangsungan operasional dan layanan perusahaan terhadap ketersediaan


rantai pasok memerlukan rencana mengenai keberlanjutan bisnis yang dimutakhirkan, salah
satunya dengan memberikan edukasi mengenai informasi-informasi kepada setiap pegawai yang
melakukan pekerjaan dari rumah. Selain itu, pemutakhiran rencana tanggap insiden keamanan
perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi perubahan lingkungan kerja yang tersebar
dari berbagai lokasi.

Pada situasi pandemi seperti ini, kolaborasi semua pihak dalam rantai pasok sangat diperlukan,
tidak hanya pelaku utama saja, melainkan peran pelaku pendukung pun diperlukan dan harus
dilakukan. Perubahan atau tindakan yang diambil oleh salah satu anggota rantai pasok akan
berdampak pada anggota rantai pasok yang lain.

Kebijakan WFH ini membuat setiap pekerja seolah didorong untuk memikirkan cara agar dapat
bekerja secara efektif dan efisien walaupun tidak bertatap muka secara langsung dengan rekan
kerja lainnya. Oleh karena itu, implementasi WFH ini memerlukan partisipasi dari setiap pegawai
dalam suatu perusahaan untuk melakukan strategi manajemen risiko terhadap dampak dari Virus
Corona, hal tersebut dilakukkan untuk menjaga keberlangsungan perusahaan di tengah situasi
pandemi ini.

Anda mungkin juga menyukai