Anda di halaman 1dari 3

Kelembagaan dalam Sistem Produksi

Industri Pengolahan Hasil Pertanian

Kelembagaan dalam sisttem produsi

Produk yang dihasilkan dari pengolahan hasil pertanian merupakan akhir perjalanan panjang
hasil pertanian setelah kegiatan panen. Produk tersebut dapat berupa produk pangan atau
nonpangan. Berbagai pihak atau lembaga yang terlibat dalam proses perjalanan tersebut di
antaranya sebagai berikut.

1. Produsen pengolah hasil pertanian sekaligus pemilik produk olahannya.

2. Produsen atau pengolah hasil pertanian untuk produk milik orang atau pihak lain.

3. Lembaga keuangan yang mendukung penyedian modal untuk bisnis industri pengolahan
hasil pertanian. Hal itu tersedia dalam berbagai skema kerja sama keuangan (pinjaman atau
bagi hasil). Contohnya, kerja sama yang dilakukan oleh produsen pangan dengan bank
atau koperasi.

4. Lembaga yang berperan dalam pengawasan dan penjaminan kualitas pangan yang
beredar atau diperdagangkan di masyarakat.

a. BadanPengawasanObatdanMakanan(BPOM), mengeluarkan izin untuk kelayakan dan


keamanan pangan. Selain itu, juga kelayakan dan keamanan obat-obatan dan
kosmetika. BPOM memberi nomor registrasi izin MD untuk produk dalam negeri,
ML untuk produk impor.

b. Dinas perindustrian kabupaten atau kota yang mengeluarkan sertifikat penyuluhan.


Penyuluhan tentang cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga
atau industri kecil dengan nomor registrasi PIRT.

c. Laboratorium pengujian dan kalibrasi mengeluarkan sertifikat. Sertifikat yang


dikeluarkan adalah sertifikat hasil analisis kesesuaian dengan persyaratan standar,
misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI).

d. Lembaga hak cipta yang mengeluarkan dokumen legal tentang hak cipta
(kekayaan intelektual).

e. Lembaga periklanan yang berperan dalam layanan untuk perikalanan suatu produk.

f. Lembaga penyedia sarana dan prasarana produk pangan. Selain itu produsen
barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Misalnya, alat atau mesin proses,
bahan kemasan, bahan tambahan makanan, dan lainnya.
Gambar Kelembagaan yang berperan dalam rantai produk pengolahan hasil
pertanian. Sumber: Wagiyono dan Ade/2022

Kelembagaan dan Sistem Pasar Produk Pangan

Hasil akhir proses pengolahan pertanian produk pangan siap untuk dipasarkan. Produk pangan
akan melalui jalur rantai pasar yang ada untuk dapat mencapai konsumen. Pasar sebagai suatu
sistem yang berperan untuk terjadinya proses transaksi jual beli antara penjual dan pembeli.
Sistem tersebut terdiri atas berikut.

1. Pasar tradisional, tempat terjadinya transaksi jual beli grosir atau eceran. Pasar bersifat
terbuka bagi produsen maupun pembeli untuk terlibat dalam transaksi jual beli.

2. Pasar modern, tempat terjadinya transaksi jual beli produk bersifat grosir (partai
besar) bagi produsen. Hal itu berdasarkan kontrak kerja sama pemasaran.

3. Pasar lelang, tempat dan lokasinya hampir sama dengan pasar- pasar tradisional.
Namun, transaksinya dalam ukuran besar (grosir) atau borongan.

4. Pasar memalui platform digital atau toko online.

5. Distributor sebagai tempat distribusi awal produk pangan sebelum masuk pasar terbuka, baik
tradisional maupun pasar modern.

6. Lembagajasaekspedisi(pengirimanbarang).Lembagainiberperan dalam proses pengangkutan


barang dari produsen ke distributor. Selain itu, pengangkutan barang dari produsen ke
pasar atau langsung ke konsumen. Keterkaitan atau konetivitas antarlembaga dalam sistem
pasar untuk produk pangan dapat dilihat dalam diagram berikut.

Sumber Modul Ajar DAPHP

Sistem Kelembagaan Rantai Pasok dan Pasar

Kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling
mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Kelembagaan
tersebut mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak yang ada di dalam dan
di luar kelembagaan tersebut.

Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok,
mekanisme yang berlaku, pola interaksi antar pelaku, serta dampaknya bagi pengembangan usaha
suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut
(Marimin dan Maghfiroh, 2011).

Dalam perkembangannya, bentuk kelembagaan rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola, yaitu
pola perdagangan umum dan pola kemitraan.

1. Pola perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tataniaga yang umum ditemukan di
banyak lokasi, antara lain petani baik secara individu atau kelompok dan pedagang.
2. Pola kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok
yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Marimin dan Magfiroh (2011), pola kemitraan rantai pasok pertanian umum dilakukan oleh
petani, antara lain kemitraan petani dengan KUD atau asosiasi tani dan petani dengan manufaktur
atau pengolah. Gambaran kesepakatan kemitraan rantai pasok yang umumnya terjadi adalah antara
petani secara individu dengan KUD atau asosiasi tani. Kemitraan juga terjadi antara manufaktur
dengan distributor atau asosiasi tani dengan distributor. Distributor di sini selaku pemasok untuk ritel
modern seperti supermarket, pemasok untuk konsumen institusional seperti hotel, restoran, rumah
sakit, pemasok untuk konsumen luar negeri atau pemasok untuk industri pengolahan.

Keberhasilan kelembagaan rantai pasok komoditas pertanian tergantung sejauh mana pihakpihak
yang terlibat mampu menerapkan kunci sukses yang melandasi setiap aktivitas di dalam
kelembagaan tersebut. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011) kunci sukses ini terindentifikasi
melalui penelusuran yang detail dari setiap aktivitas di dalam rantai pasokan.

Kunci sukses kelembagaan rantai pasok adalah:

1. Membangun Kepercayaan Kepercayaan yang terbangun di antara anggota rantai pasokan


mampu mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran pada transaksi
penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar.
2. Koordinasi dan Kerja Sama Koordinasi di antara anggota rantai pasokan sangat penting guna
mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan pasokan mulai dari produsen hingga
retail dan tercapainya tujuan rantai pasokan.
3. Kemudahan Akses Pembiayaan Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk
administratif yang tidak rumit akan memudahkan pihak-pihak di dalam rantai pasokan dalam
mengembangkan usahanya. Dengan mudahnya akses pembiayaan tersebut, maka
diharapkan pengembangan usaha di bidang agribisnis ini dapat berkembang dengan baik.
4. Dukungan Pemerintah Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator sangat
penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai pasokan yang
mapan. Distribusi informasi pasar yang disediakan oleh pemerintah, kebijakan-kebijakan
yang mengatur rantai pasok komoditas pertanian, penyediaan infrastruktur yang memadai,
pendampingan dan pembinaan oleh PPL serta pengadaan pameran atau ekshibisi produk
pertanian dapat meningkatkan daya saing rantai pasokannya.

Sumber : https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/27098/2/T2_912013004_BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai