Produk yang dihasilkan dari pengolahan hasil pertanian merupakan akhir perjalanan panjang
hasil pertanian setelah kegiatan panen. Produk tersebut dapat berupa produk pangan atau
nonpangan. Berbagai pihak atau lembaga yang terlibat dalam proses perjalanan tersebut di
antaranya sebagai berikut.
2. Produsen atau pengolah hasil pertanian untuk produk milik orang atau pihak lain.
3. Lembaga keuangan yang mendukung penyedian modal untuk bisnis industri pengolahan
hasil pertanian. Hal itu tersedia dalam berbagai skema kerja sama keuangan (pinjaman atau
bagi hasil). Contohnya, kerja sama yang dilakukan oleh produsen pangan dengan bank
atau koperasi.
4. Lembaga yang berperan dalam pengawasan dan penjaminan kualitas pangan yang
beredar atau diperdagangkan di masyarakat.
d. Lembaga hak cipta yang mengeluarkan dokumen legal tentang hak cipta
(kekayaan intelektual).
e. Lembaga periklanan yang berperan dalam layanan untuk perikalanan suatu produk.
f. Lembaga penyedia sarana dan prasarana produk pangan. Selain itu produsen
barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Misalnya, alat atau mesin proses,
bahan kemasan, bahan tambahan makanan, dan lainnya.
Gambar Kelembagaan yang berperan dalam rantai produk pengolahan hasil
pertanian. Sumber: Wagiyono dan Ade/2022
Hasil akhir proses pengolahan pertanian produk pangan siap untuk dipasarkan. Produk pangan
akan melalui jalur rantai pasar yang ada untuk dapat mencapai konsumen. Pasar sebagai suatu
sistem yang berperan untuk terjadinya proses transaksi jual beli antara penjual dan pembeli.
Sistem tersebut terdiri atas berikut.
1. Pasar tradisional, tempat terjadinya transaksi jual beli grosir atau eceran. Pasar bersifat
terbuka bagi produsen maupun pembeli untuk terlibat dalam transaksi jual beli.
2. Pasar modern, tempat terjadinya transaksi jual beli produk bersifat grosir (partai
besar) bagi produsen. Hal itu berdasarkan kontrak kerja sama pemasaran.
3. Pasar lelang, tempat dan lokasinya hampir sama dengan pasar- pasar tradisional.
Namun, transaksinya dalam ukuran besar (grosir) atau borongan.
5. Distributor sebagai tempat distribusi awal produk pangan sebelum masuk pasar terbuka, baik
tradisional maupun pasar modern.
Kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling
mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Kelembagaan
tersebut mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak yang ada di dalam dan
di luar kelembagaan tersebut.
Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok,
mekanisme yang berlaku, pola interaksi antar pelaku, serta dampaknya bagi pengembangan usaha
suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut
(Marimin dan Maghfiroh, 2011).
Dalam perkembangannya, bentuk kelembagaan rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola, yaitu
pola perdagangan umum dan pola kemitraan.
1. Pola perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tataniaga yang umum ditemukan di
banyak lokasi, antara lain petani baik secara individu atau kelompok dan pedagang.
2. Pola kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok
yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Marimin dan Magfiroh (2011), pola kemitraan rantai pasok pertanian umum dilakukan oleh
petani, antara lain kemitraan petani dengan KUD atau asosiasi tani dan petani dengan manufaktur
atau pengolah. Gambaran kesepakatan kemitraan rantai pasok yang umumnya terjadi adalah antara
petani secara individu dengan KUD atau asosiasi tani. Kemitraan juga terjadi antara manufaktur
dengan distributor atau asosiasi tani dengan distributor. Distributor di sini selaku pemasok untuk ritel
modern seperti supermarket, pemasok untuk konsumen institusional seperti hotel, restoran, rumah
sakit, pemasok untuk konsumen luar negeri atau pemasok untuk industri pengolahan.
Keberhasilan kelembagaan rantai pasok komoditas pertanian tergantung sejauh mana pihakpihak
yang terlibat mampu menerapkan kunci sukses yang melandasi setiap aktivitas di dalam
kelembagaan tersebut. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011) kunci sukses ini terindentifikasi
melalui penelusuran yang detail dari setiap aktivitas di dalam rantai pasokan.
Sumber : https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/27098/2/T2_912013004_BAB%20II.pdf