Anda di halaman 1dari 61

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas ekonomis penting
perikanan baik di pasar global maupun di Indonesia. Pada tahun 2015 kuartal ketiga,
produksi ikan laut khususnya ikan tuna mengalami kenaikan sebesar 5,03% atau setara
dengan 4,72 juta (KKP, 2018). Peningkatan jumlah tersebut juga disebabkan
meningkatnya permintaan pasar, bukan hanya untuk produk segar, melainkan juga untuk
produk olahannya seperti tuna loin, tuna fillet, tuna dalam kaleng, hingga tuna beku.
Bahan baku tuna saku beku adalah semua jenis tuna yang dapat diolah untuk dijadikan
produk berupa tuna saku beku. Sedangkan bentuk bahan baku tuna adalah berupa tuna
segar atau beku yang telah disiangi atau tidak disiangi. Asal bahan baku harus berasal
dari perairan yang tidak tercemar.
Nilai ekonomi dari perdagangan produk perikanan tuna Indonesia sangat besar dan
menjadi peluang yang dapat terus dimanfaatkan. Namun tetap harus mengedepankan
aspek keberlanjutan agar perikanan tuna terus menerus lestari. Tingginya permintaan
pasar global menjadi fokus Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melakukan pengelolaan tuna dari hulu ke hilir dan
menjaga habitat tuna (KKP, 2018). Salah satu produk yang prospektif untuk
dikembangkan dari ikan tuna adalah tuna beku. Produk tuna beku saat ini mengalami
peningkatan permintaan hal ini terkait dengan gaya hidup yang serba cepat dan produktif
yang membutuhkan makanan yang relative cepat, mudah untuk disiapkan, mudah
disimpan dan juga tahan lama. Tuna saku beku adalah produk yang diolah dari ikan tuna
segar atau beku yang mengalami perlakuansebagai berikut : penyiangan, pemotongan
menjadi loin, pembuangan tulang, sortasi, pembuangan daging gelap, pembuangan kulit,
perapihan, pemotongan menjadi bentuk saku dengan ketebalan tertentu, penyusunan,
yang terakhir dilakukanlah pembekuan dan pengemasan.
Pemasaran merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang meliputi seluruh aliran
produk dan jasa-jasa yang ada, mulai dari titik awal produksi sampai semua produk dan
jasa-jasa tersebut ditangan konsumen. Jadi secara sederhana pemasaran dapat dipahami
sebagai suatu proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen, dimana

1
produsen merupakan mata rantai pertama yang menghasilkan produk dan konsumen
merupakan mata rantai terakhir yang mengkonsumsi produk atau sebagai pengguna
terakhir (Ridwana, 2015). Pemasaran produk merupakan salah satu komponen pasca
produksi yang perlu mendapat perhatian yang lebih karena merupakan kunci dalam
pengembangan usaha.
Menurut Yapanto et. al, 2020, saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi
yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
pemiliknya dari produsen ke konsumen. Sedangkan pemasaran adalah suatu sistem total
dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keingian
dan jasa baik kepada konsumen-konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Faktor-
faktor yang dapat sebagai ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:
Keuntungan pemasaran, harga yang diterima konsumen, tersedianya fasilitas fisik
pemasaran yang memadai untuk malancarkan transaksi jual beli barang, penyimpanan,
transportasi, dan kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran.
Pemasaran ikan, khususnya pada perikanan skala kecil seringkali belum mencapai
kondisi yang ideal. Hal ini terjadi karena adanya penguasaan jalur pemasaran oleh
beberapa pelaku perikanan, lembaga pemasaran yang sangat berperan dalam sistem
pemasaran ikan adalah pedagang besar. Permasalahan lain yang sering timbul dalam
sistem pemasaran komoditi pertanian termasuk perikanan seringkali memiliki rantai
pemasaran panjang, sehingga banyak juga pelaku lembaga pemasaran yang terlibat dalam
saluran pemasaran tersebut (Sarwanto,2014). Penelitian Lisna dan Sofyan, dalam
Sarwanto, 2014) juga mengindikasikan bahwa margin pemasaran ikan tidak terdistribusi
dengan baik kepada semua saluran pemasaran. Mengacu kepada kondisi diatas perlu
upaya mempelajari sistem pemasaran suatu wilayah guna mengetahui bagaimana upaya
pemecahannya. Tujuan dari efisiensi ini untuk penghematan fisik seperti mengurangi
kerusakan barang, mencegah merosotnya mutu produk, dan menghemat tenaga kerja
yang akan berdampak pengurangan ongkos berupa uang yang tergantung pada rantai nilai
yang berlangsung.
Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang
dibayar oleh pembeli terakhir (Onu et.al, 2017). Distribusi adalah suatu penyampaian

2
barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana
barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut menciptakan waktu,
tempat dan pengalihan hak milik (Onu et.al, 2017). Sarwanto et.al, 2014 menjelaskan
bahwa pemasaran produk merupakan salah satu komponen pasca produksi yang perlu
mendapat perhatian yang lebih karena merupakan kunci dalam pengembangan usaha.
Produk perikanan yang bersifat mudah rusak (perisable), mengharuskan pemasarannya
membutuhkan perhatian khusus. Efisiensi pemasaran sering digunakan dalam menilai
prestasi kerja proses pemasaran. Hal ini mencerminkan konsensus bahwa pelaksanan
proses pemasaran harus berlangsung secara efisien.
PT. Bahari Prima Manunggal – Jakarta Barat merupakan salah satu perusahaan
perikanan yang bergerak dalam bidang penanganan dan pengolahan tuna saku beku. Di
perusahaan tersebut juga mengolah produk yang berbahan baku dari ikan tuna yaitu
seperti loin chang, steak, puzzle, cube, slaice, dan ground meat. Saluran pemasaran
mempunyai tugas menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Panjang pendeknya
saluran pemasaran akan menentukan kualitas produk yang dipasarkan, biaya, margin dan
efisiensi pemasaran, serta pendapatan. Jika semakin panjang saluran pemasaran yang
digunakan maka semakin banyak juga biaya yang digunakan. Kegiatan saluran
pemasaran produk perikanan juga harus selalu memperhatikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada setiap proses saluran pemasaran untuk mengevaluasi hal-
hal yang tidak diinginkan. Hal ini agar tidak terjadi keteledoran dan untuk kepuasan
konsumen juga produsen itu sendiri.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan melakukan alur proses pengolahan pembekuan ikan tuna (Thunnus
sp.) saku beku.
2. Mengetahui efisiensi saluran pemasaran pembekuan ikan tuna (Thunnus sp.) saku
beku di PT. Bahari Prima Manunggal.
3. Mengetahui besaran margin disetiap rantai produk pembekuan ikan tuna (Thunnus
sp.) saku beku di PT. Bahari Prima Manunggal.
4. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saluran pemasaran ikan
tuna (Thunnus sp.) saku beku di PT. Bahari Prima Manunggal.

3
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Akhir ini adalah agar taruna dapat menambah
wawasan pengetahuan dan dapat menambah pengalaman taruna terhadap dunia kerja di
industri perikanan dan menambah wawasan mengenai saluran pemasaran pengolahan
produk dibidang perikanan.

4
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Tuna

Ikan tuna merupakan ikan ekonomis penting dalam perdagangan perikanan dunia
dan termasuk ke dalam golongan ikan pelagis yaitu ikan yang hidup tidak jauh dari
permukaan air. Ikan tuna merupakan perenang cepat yang berada pada perairan epipelagis
(>500 m) serta dapat berenang sejauh 55 km setiap hari. Daging ikan tuna berwarna merah
muda sampai merah tua, karena otot ikan tuna lebih banyak mengandung mioglobin
daripada ikan lainnya (Sika, 2017).
Ikan tuna dalam keluarga scombroidae yang tergolong ikan perenang cepat,
bertubuh seperti cerutu dengan kondisi badan yang kuat dan kekar. Memiliki dua sirip
punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang, pada bagian
punggung berwarna biru kehitaman dan berwarna keputih- putihan pada bagian perut. Ikan
ini juga termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis besar dan sebagian besar memiliki jari-
jari sirip tambahan (finlet) di belakang punggung dan dubur berwarna kuning cerah dengan
pinggiran berwarna gelap. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor
bercagak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh hipural. Sirip-sirip
punggung, dubur, perut dan dada pada pengkalnya memiliki lekukan pada tubuh. Sirip-sirip
tersebut dapat dilipat masuk ke dalam lekukan itu, sehingga dapat memperkecil daya
gesekan air pada saat ikan sedang berenang dengan kecepatan penuh. Klasifikasi ikan tuna
(Aruna V, 2018) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata thunnus
Class : Telesostei
Sub Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Sub ordo : Scombroidae
Gebus : Thunnus
Spesies : Thunnus alalunga Thunnus albacares

5
jenis antara lain : Tuna sirip kuning (thunnus albacores), Bigeye tuna (Thunnus obesius),
Bluefin tuna (Thunnus thynnus dan Thunnus maccoyii), Albacore (Thunnus alalunga). Begitu
banyak jenis thunnus sehingga masih ada lagi jenis lain selain yang telah disebutkan di atas.

Gambar 1. Ikan Tuna (Thunnus. sp) .


Sumber : Aruna V, (2018)
2.2 Prinsip Penanganan Tuna
Menurut Sika, 2017 tuna merupakan salah satu jenis ikan yang berharga sangat
mahal. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tuna segar berkualitas baik memerlukan
penanganan dan metode pengolahan khusus. Beberapa penanganan yang perlu dilakukan
agar didapatkan kualitas daging tuna yang baik adalah sebagai berikut:
1) Penangkapan dan pendaratan dengan baik.
2) Pembunuhan dan pengeluaran darah dengan benar.
3) Pencucian dan pembersihan secara hati-hati.
4) Pendinginan dan pembekuan dengan cepat.
2.3 Tuna Saku Beku

Gambar 2. Tuna Saku Beku

6
Tuna saku beku adalah produk yang dibuat dari ikan segar atau beku yang
mengalami perlakuan penyiangan, pembelahan membujur menjadi 4 bagian, pembuangan
daging gelap (dark meat), pembuangan lemak, pembuangan kulit, perapihan dan pembekuan
cepat serta suhu pusatnya maksimum -18ºC (Sika, 2017). Berdasarkan SNI 01-4485.1-2006,
tuna saku beku adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku tuna segar atau
beku yang mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan bahan baku, pencucian,
penyiangan, pembuatan loin, pengkulitan dan perapihan, sortir mutu, pembungkusan
(wrapping), pembekuan, pembentukan saku, penggelasan atau tanpa penggelasan,
penimbangan, pengepakan, pegemasan dan penyimpanan. Persyaratan mutu bahan tuna baku
berdasarkan SNI 01-4485.2-2006, menyatakan bahwa bahan baku harus bersih, bebas dari
setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan,
bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu secara tidak membahayakan
kesehatan. Berdasarkan SNI 01-4485.2-2006 secara organoleptik bahan baku harus
mempunyai karakteristik kesegaran sekurang-kurangnya sebagai berikut: Rupa dan warna :
Bersih, warna daging spesifik jenis ikan tuna Bau : Segar spesifik jenis, mempunyai bau
rumput laut segar Rasa : Netral agak manis Daging : Elastis, padat dan kompak. Bahan baku
tuna saku beku adalah semua jenis tuna yang dapat diolah untuk dijadikan produk berupa
tuna saku beku. Sedangkan bentuk bahan baku tuna adalah berupa tuna segar atau beku yang
telah disiangi atau tidak disiangi. Asal bahan baku harus berasal dari perairan yang tidak
tercemar. Perairan tercemar adalah perairan yang memerlukan tindakan pengawasan karena
pencemaran bahan kimia, biologi, fisik dan biotoxin (Sika, 2017).
2.4 Proses Pengolahan Ikan Tuna Saku Beku
Proses pengolahan tuna saku beku, mengacu pada SNI 01-4485.3-2006, adalah
sebagai berikut:
1) Penerimaan
Bahan baku yang diterima di unit pengolahan diuji secara organoleptik,
untuk mengetahui mutunya. Bahan baku kemudian ditangani secara hati-hati, cepat,
cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 4,4ºC.
2) Penyiangan
Apabila ikan yang diterima masih dalam keadaan utuh, ikan disiangi dengan

7
cara membuang kepala dan isi perut. Penyiangan harus dilakukan dengan cepat,
cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 4,4ºC.
3) Pencucian
Untuk menghilangkan sisa kotoran dan darah yang menempel pada tubuh
ikan dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen, ikan dicuci dengan hati-hati
menggunakan air bersih dingin yang mengalir secara cepat.
4) Pembuatan loin
Pembuatan loin dilakukan dengan cara membelah ikan menjadi empat bagian
secara membujur. Proses pembuatan loin harus dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter dan tetap mempertahankan suhunya.
5) Pengulitan dan perapihan
Tahap berikutnya adalah pembuangan kulit, dilanjutkan dengan merapihkan
bentuk loin dan membuang lapisan lemak yang masih terdapat dipermukaan daging.
6) Sortasi mutu
Dilakukan dengan memeriksa loin apakah masih terdapat tulang, duri, daging
merah dan kulit secara manual.
7) Pembentukan saku
Loin yang sudah rapi dipotong menjadi bentuk saku dengan bentuk dan
ukuran yang sesuai dengan permintaan pembeli.
8) Pembungkusan (wrapping)
Saku yang sudah rapih selanjutnya dikemas dalam plastik secara individual
dan dikemas secara vakum agar dapat mencegah terjadinya penularan dan
kontaminasi dari luar terhadap produk akhir.
9) Pembekuan
Loin yang sudah disusun dalam pan pembekuan, dibekukan dalam alat
pembeku (Freezer). Sebelum pembekuan sebaiknya tuna saku dibungkus dengan
plastik selanjutnya dibekukan sehingga suhu pusatnya mencapai maksimum -18ºC
selama maksimum 4 jam.
10) Pengepakan atau pengemasan
Saku yang telah ditimbang kemudian dikemas dengan plastik dan
dimasukkan kedalam master karton secara cepat, cermat dan saniter. Pengemasan

8
harus dilakukan dalam kondisi yang dapat mencegah terjadinya penularan dan
kontaminasi dari luar terhadap produk akhir.
11) Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan dalam gudang beku (cold storage) dengan suhu
maksimum -25ºC. Penataan produk dalam gudang beku diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan sirkulasi udara dapat merata dan memudahkan
pmbongkaran.
2.5 Saluran Pemasaran dan Distribusi
Menurut Yapanto (2020), saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang
terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
pemiliknya dari produsen ke konsumen. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan
bisnis yang di rancang untuk merencanakan, menentukan harga, untuk mempromosikan dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keingian dan jasa baik kepada
konsumen-konsumen saat ini maupun konsumen potensial.
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke
konsumen. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu dan
tempat. Di era kompetitif yang dewasa saat ini, menjadikan persaingan yang begitu ketat
antar perusahaan sehingga membuat para pengusaha bekerja keras untuk mengatur
perusahaan mereka agar tetap bertahan di tengah persaingan. Penerapan strategi yang tepat
merupakan bagian yang penting di dalam suatu perusahaan, agar perusahaan tersebut bisa
bertahan di tengah persaingan pasar. Distribusi memiliki peranan penting yang
mengharuskan perusahaan memperhatikan secara detail berjalannya proses distribusi. Dalam
pendistribusian produk memiliki banyak aspek yang harus diperhatikan seperti transportasi,
ketersediaan, dan juga komunikasi dari pihak yang bersangkutan sehingga harus ada
pengontrolan yang sangat/teliti untuk memastikan segala proses distribusi tidak
menghambat proses yang berkaitan (Sundah, 2019).
Proses distribusi yang kurang efektif akan berpengaruh pada kualitas produk yang
akan sampai di tangan konsumen. Perusahaan harus dengan tepat menetapkan strategi –
strategi distribusi untuk menghindari kerugian karena distribusi merupakan rantai yang
saling berkaitan. Sebuah kesalahan kecil selama proses distribusi apabila tidak cepat diatasi

9
perusahaan, akan menghambat proses distribusi dan itu berpengaruh buruk bagi perusahaan.
Dari segi kualitas produk, dan juga kepuasan konsumen. Beberapa keuntungan yang akan
didapatkan perusahaan menerapkan strategi distribusi yang tepat salah satunya bisa
meminimalkan pengeluaran untuk distribusi. Seperti apa yang telah ditulis sebelumnya
bahwa proses distribusi memiliki peranan penting, dan apalagi perusahaan tersebut bergerak
dalam bidang bahan pokok. Proses distribusi yang diterapkan perusahaan tidak hanya
membutuhkan keefektifan akan tetapi juga membutuhkan keefisien yang akurat (Sundah,
2019).
2.6 Saluran Distribusi Barang Konsumsi
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan
produk dari produsen sampai ke konsumen. Mata rantai distribusi menurut bentuknya dapat
dibagi atas tiga, yaitu: Saluran distribusi barang konsumsi, ditujukan untuk segmen pasar
konsumen dan Saluran distribusi barang industri, ditujukan untuk segmen pasar industri
(Nurkhikmah, 2017).
Saluran distribusi yang akan diterapkan pada suatu perusahaan adalah
pendistribusian yang paling efisien dan efektif yang menghasilkan pendapatan sebanyak-
banyaknya dengan pengeluaran biaya seminimal mungkin. Jika dikaitkan dengan produk
gula pasir yang merupakan produk pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat luas akan
mustahil jika menggunakan saluran distribusi langsung bahwasanya jumlah perusahaan
industri gula pasir hanya terdapat didaerah tertentu dan tidak tersebar luas di seluruh penjuru
dunia.
Saluran pemasaran terdiri dari beberapa tingakatan, setiap perantara yang melakukan
usaha menyalurkan barang kepada pembeli akhir membentuk tingkatan saluran, yaitu:
Saluran nol tingkat (juga disebut saluran pemasaran langsung) terdiri dari seorang produsen
yang langsung menjual ke pelanggan akhir. Cara utama pemasaran langsung adalah
penjualan dari pintu ke pintu, pesta di rumah, pesanan lewat surat pemasaran melalui
telepon, penjualan lewat TV, dan melalui toko- toko yang dimiliki produsen sendiri. Saluran
satu tingkat berisi satu perantara penjualan, seperti pedagang eceran. Saluran dua tingkat
berisi dua perantara. Dalam pasar barang-barang konsumsi biasanya adalah pedagang besar
dan pedagang eceran. Saluran tiga tingkat berisi tiga perantara. Menurut Aunur R (2011)
Saluran nol tingkat disebut juga saluran pemasaran langsung (direct marketing channel), 1

10
tidak memiliki tingkatan perantara. Saluran tersebut berisikan satu perusahaan yang menjual
langsung ke konsumen. Saluan lainnya adalah saluran pemasaran tidak langsung (indirect
marketing channel). Saluran satu tingkat pada pasar konsumen tingkat ini adalah pengecer.
Saluran dua tingkat terdiri dari satu perusahaan perkulakan dan satu pengecer. Saluran ini
sering digunakan oleh perusahaan kecil perusahaan makanan, obat, perangkat keras, dan
produk-produk lainnya. Saluran tiga tingkat berisikan tiga tingkatan perantara.
2.7 Saluran Distribusi Barang Distribusi
1) Produsen → Konsumen
Bentuk saluran ini adalah bentuk yang paling pendek dan sederhana sebab
tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan
melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen.
2) Produsen Pengecer → Konsumen
Dalam saluran distribusi ini produsen menginginkan suatu lembaga lain,
maksudnya dalam hal ini pengecer yang menyampaikan peroduknya ke konsumen,
di mana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan
menjualnya kembali kepada konsumen.
3) Produsen → Pedagang besar → Pengecer Konsumen
Jenis saluran distribusi ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin
menjual secara langsung tetapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan
produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja.
Kemudian pada pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer dan
meneruskannya ke tangan konsumen. Jadi di sini produsen hanya berhubungan
dengan pedagang besar.
4) Produsen Agen → Pedagang Besar → Pengecer Konsumen
Jenis saluran distribusi lainnya yang sering dipakai para produsen adalah
dengan melibatkan agen di dalamnya. Di sini agen fungsinya adalah sebagai
penyalur yang kemudian mengatur system penjualannya kepada saluran pedagang
besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ke tangan konsumen.
Saluran distribusi ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.

11
3) Produsen → Pedagang besar → Pengecer Konsumen
Jenis saluran distribusi ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin
menjual secara langsung tetapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan
produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar
saja. Kemudian pada pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer
dan meneruskannya ke tangan konsumen. Jadi di sini produsen hanya
berhubungan dengan pedagang besar.
4) Produsen Agen → Pedagang Besar → Pengecer Konsumen
Jenis saluran distribusi lainnya yang sering dipakai para produsen adalah
dengan melibatkan agen di dalamnya. Di sini agen fungsinya adalah sebagai
penyalur yang kemudian mengatur system penjualannya kepada saluran
pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ke tangan
konsumen. Saluran distribusi ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan
lama.
1) Produsen Agen → Pengecer Konsumen
Dalam saluran distribusi ini produsen memilih agen yang akan
dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer
dan selanjutnya pengecer menjualnya kepada konsumen. Pada dasarnya saluran
distribusi yang dipakai baik itu agen maupun pengecer tujuannya adalah untuk
mendapatkan keuntungan dengan sasaran konsumennya. Agen di sini bertugas
mempertemukan pembeli dengan penjual. Agen tidak mengambil alih pemilikan
dari barang tersebut.
2.8 Saluran Distribusi Barang Industri
1) Produsen → Pemakai Industri
Saluran distribusi barang industri dari produsen ke pemakai industri ini
merupakan saluran yang paling pendek dan disebut saluran distribusi langsung.
Biasanya distribusi langsung ini dipakai oleh produsen bilamana transaksi
penjualan kepada pemakai industri relatif cukup besar dan dalam saluran
distribusi ini produsen menjual lang sung kepada industri user.

12
2) Produsen → Distributor Industri → Pemakai Industri
Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan peralatan ekstra
kecil dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya.
Produsen lain yang dapat menggunakan distributor insdustri sebagai penyalur,
antara lain produsen bahan bangunan. Distributor industri dalam saluran ini
usahanya terutama dalam menyalurkan parts yang standarrized dan operating
supplies yang dibutuhkan oleh pemakai industri secara continues.
Produsen memakai distributor industri adalah dengan tujuan agar barang-
barang dengan pasti dan mudah diperoleh langsung oleh pemakai. Biasanya
distributor industri dapat melakukan penjualan yang lebih sempurna dari
produsen karena mereka lebih dekat hubungannya dengan para pemakai dalam
suatu daerah tertentu. Sering kali distributor industri sangat disegani oleh para
pemakai, sehingga pemesanan-pemesanan pemakai tergantung sekali dari
distributor industri. Dalam hal ini produsen hanya dapat menjual barangnya
melalui distributor industri.
3) Produsen → Agen Distributor Industri → Pemakai Industri
Saluran distribusi ini dapat dipakai oleh perusahaan dengan
pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual
secara langsung. Selain itu, faktor penyimpanan pada penyalur perlu
dipertimbangkan pula. Dalam hal ini agen penyimpanan sangat penting
peranannya. Produsen-produsen kecil dan industrial goods biasanya lebih
mengkonsentrir dalam bidang produksinya dan menyerahkan distribusinya
kepada para pedagang perantara. Agen mengusahakan penjualannya, distributor
industri mengatur storage, reselling dan shipment selanjutnya.
4) Produsen → Agen Pemakai Industri
Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang
tidak memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan yang ingin memasuki
daerah pemasaran baru dan lebih suka menggunakan agen. Produsen tidak ingin
membentuk sales force sendiri dan penjualan diserahkan kepada agen,
sedangkan kegiatan distribusinya dilakukan oleh produsen.

13
Agen tidak memiliki barang tersebut tapi bertanggung jawab atas pengaturan
penjualan. Shipment dilakukan langsung dari produsen kepada pemilik industry.
2.9 Margin Pemasaran
Margin Pemasaran adalah Nilai keuntungan atau selisih harga yang diterima produsen
dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, sedangkan selisih antara margin total
pedagang dengan biaya total yang telah disalurkan selama proses mengalirnya barang dari
produsen ke konsumen disebut keuntungan pemasaran (Setiawan, 2011 dalam Yapanto,
2020).
Untuk menghitung margin pemasaran digunakan rumus (Onu, 2017) :

Keterangan :
MP : Margin Pemasaran
Pr : Harga pada tingkat konsumen
Pf : Harga ditingkat pengolah

2.10 Efisiensi Pemasaran


Efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai untuk
mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya),
mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna. Efisien
artinya melakukan sesuatu dengan sumber daya yang hemat atau dengan tanpa pemborosan,
sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil
yang optimum (Huda, 2015).
Efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara luaran dan masukan yang
digunakan dalam kegiatan pemasaran. Menurut Huda, 2015 untuk mengetahui tingkat
efisiensi pemasaran Ikan pada masing-masing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai
berikut:

Menurut Huda, 2015 untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran Ikan pada
masing-masing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:
Eps : efisiensi pemasaran – Eps < 5%, berarti efisien
Bp : biaya pemasaran – Eps > 5 %, berarti tidak Efisien
HE : harga eceran Kriteria:
14
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Kerja Praktik Akhir ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret s/d
30 Juni 2021 dan berlokasi di Jl. Mulya 2 No. 58, RT. 9/RW. 2, Tegal Alur, Kb.
Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11820, PT. Bahari
Prima Manunggal.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Tabel.1 Alat
No Nama Alat Kegunaan
1. Handphone Untuk media Pengambilan data berupa gambar
2. Pena Sebagai alat yang digunakan untuk pencatatan
data
3. Laptop Sebagai media pembuatan laporan
4. Worksheet Sebagai media pengambilan data
5. Kuisioner Sebagai media pengumpulandata

3.2.2 Bahan
Tabel.2 Bahan
No Nama Alat Ket
1. Ikan Tuna Bahan Baku utama
2. Ikan Tuna Saku Beku Produk olahan

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari data
sekunder, primer dan kuantitatif.
1) Data Primer
Data primer adalah data-data yang diambil langsung , diperoleh dari
sumbernya dengan menggunakan cara:
a. Observasi
Obeservasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung
dengan menjadi bagian kelompok perusahaan agar dapat mengamati semua
bentuk proses yang dilakukan seperti, mengamati proses saluran pemasaran
dan mengamati besaran margin pemasaran pada setiap proses mengalirnya

15
barang dari produsen ke konsumen juga permasalahan-permasalahan yang
terdapat pada setiap alur proses saluran pemasaran pada PT. Bahari Prima
Manunggal.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan proses
tanya jawab. Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab kepada
pihak perusahaan dan karyawan khususnya mengenai saluran pemasaran di
PT. Bahari Prima Manunggal. Selain itu wawancara juga dilaksanakan untuk
mengetahui sejarah perusahaan, Visi dan Misi perusahaan, Jumlah Karyawan,
proses pengolahan . Adapun data yang diperlukan terlampir pada Lampiran
1, dan 2.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan cara mengambil
gambar atau objek pada kegiatan yang diamati.

d. Partisipasi Aktif
Kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan adalah mengikuti beberapa
kegiatan dalam pengolahan ikan tuna saku beku dan saluran pemasaran di
PT. Bahari Prima Manunggal.
2) Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari beberapa sumber yang telah tersusun
dalam bentuk dokumen, data ini biasanya diperoleh dari materi kulia, literature, dan instansi
yang terkait. Teknik sampling menggunakan metode simple random sampling adalah
sampling acak sederhana. Simple random sampling yaitu teknik penentuan lokasi dan
sampel secara acak dengan menentukan jumlah sampel yang akan diteliti, memberikan
nomor urut pada semua satuan sampel yang diambil serta dapat mewakili wilayah
penelitian dalam pengambilan sampel secara keseluruhan.
Menurut Sugiyono (2012), Simple random sampling merupakan metode yang
digunakan untuk memilih sampel dari populasi secara acak sederhana sehingga setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel.
Seluruh anggota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel. Simple random
sampling biasa digunakan jika populasi bersifat homogen. Cara pengambilan sampel
bisa dilakukan dengan acak yaitu, memilih individu sampel dan lokasi yang akan
digunakan secara acak untuk mewakili populasi dan wilayah secara keseluruhan.

16
Penentuan sampling dilakukan dengan memberikan lembar kuisioner kepada 30 orang
responden yang diisi sesuai dengan keadaan ataupun permasalahan yang ada di PT
Bahari Prima Manunggal.
 Metode pengolahan data
1) Data kualitatif
Data yang dipergunakan untuk informasi yang bersifat menerangkan
dalam bentuk uraian, maka data tersebut tidak dapat diwujudkan dalam
bentuk angka-angka melainkan bentuk suatu penjelasan yang
menggambarkan keadaan, proses, dan peristiwa tertentu. Pada penulisan tugas
akhir ini penulis menjelaskan dan menggambarkan mengenai keadaan
perusahaan, proses pengolahan ikan tuna saku beku, dan
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa data yang dapat diukur atau dihitung secara
langsung sebagai variabel angka atau bilang. Pada penulisan tugas akhir ini
melakukan metode pengolahan data berupa perhitungan terhadap margin
pemasaran dan juga efisiensi pemasaran dengan menggunakan rumus yang
telah ditentukan dan didapat dari jurnal atau literatur.
3.4 Metode Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan agar data yang telah dikumpulkan dapat dipahami
dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data hasil pengamatan
observasi pada proses pengolahan dan mengenai perhitungan margin dan efisiensi
pemasaran ikan tuna (Thunnus Sp.) saku beku disajikan dalam bentuk deskriptif di
sertai penjelasan setiap alur proses.

e. Partisipasi Aktif
Kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan adalah mengikuti beberapa
kegiatan dalam pengolahan ikan tuna saku beku dan saluran pemasaran di
PT. Bahari Prima Manunggal.
3) Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari beberapa sumber yang
telah tersusun dalam bentuk dokumen, data ini biasanya diperoleh dari materi
kulia, literature, dan instansi yang terkait.

17
3.5 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah pengumpulan data sehingga dapat
menarik kesimpulan dari kegiatan Kerja Praktik Akhir. Analisa data dilakukan
dengan menganalisa data margin pemasaran, dan efisiensi pemasaran dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Untuk menghitung margin pemasaran digunakan rumus (Onu, 2017) :

Keterangan :
MP : Margin Pemasaran
Pr : Harga pada tingkat konsumen
Pf : Harga ditingkat produsen

Menurut Huda, 2015 untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran Ikan


pada masing-masing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:
Eps : efisiensi pemasaran
Bp : biaya pemasaran
HE : harga eceran Kriteria:
– Eps < 5%, berarti efisien
– Eps > 5 %, berarti tidak Efisien

18
3.6 Prosedur Kerja
Adapun proedur kerja dilapangan pada prakter akhir sebagai berikut:

Observasi

Identifikasi masalah

Wawancara

Dokumentasi

Partisipasi aktif

Penyajian data

Analisa data

Penarikan kesimpulan

Gambar 3. Diagram alir Prosedur kerja dilapangan


Pengepakan atau pengemasan

Penyimpanan

19
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Umum Perusahaan


PT. Bahari Prima Manunggal merupakan perusahaan swasta yang bergerak
dibidang perikanan, khususnya untuk hasil perikanan yang bahan bakunya berupa ikan
tuna, yang diolah menjadi berbagai macam produk yang berdiri pada tahun 2016 dan
mulai beroperasi pada tahun 2016. UPI tersebut merupakan PMDN, yang dimiliki oleh
PT. Bahri Prima Manunggal.
Terdapat dua lokasi yaitu kantor pusat Jl. Tekno 1C No.3B Pasir Gombang,
Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Jawa Barat dan lokasi pengolahan terletak dijalan,
Bakti Mulya 2 No. 58, RT 9/RW 2 Tegal Alur, KB. jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah
Khusus Ibukota jakarta, 11820. Lokasi ini berada didaerah yang strategis sehingga
memudahkan dalam proses pendistribusian dan pemasaran.
4.2 Proses Pengolahan Ikan Tuna Saku Beku
 Penerimaan Bahan Baku
Proses awal pengolahan diawali dengan pembongkaran ikan yang dimana tally
sudah mendapat surat jlan dari mobil pengangkut ikan tersebut. Lalu ikan dibongkar
berdasarkan Lot/Supplier sesuai dengan catatan dari surat jalan. Ikan yang akan
dibongkar diutamakan untuk proses HGT terlebih dahulu, kemudian ikan diturunkan
dari mobil satu persatu dengan hati-hati dan tidak boleh terbanting. Ikan akan ditulisakn
pencatatan tanggal masuk dan pengecekan suhu penerimaan bahan baku. Jika ikan yang
diterima dalam keadaan segar harus bersuhu 0ºC – 1ºC, jika bahan baku diterima dalam
keadaan beku maka harus di simpan dalam cold storage bersuhu -18ºC atau kurang,
sehingga bahan baku kualitasnya dapat terjaga (Ta’sya, 2018) .

Gambar 4. Penerimaan bahan baku

20
 Penimbangan I
Ikan akan ditimbang satu persatu dan dicatat oleh tally sesuai dengan berat ikan,
kode supplier dan grade pembelian. Pada proses ini pastikan setiap kali menimbang
posisi ikan tidak melengkuung untuk menghindari ikan tersebut pecah ataupun rusak.
Kalibrasi timbangan dilakukan sebelum dan selama atau setiap 1 jam proses
berlangsung. Tujuan penimbangan ikan tuna adalah untuk menentukan rendemen yang
akan diperoleh dan untuk menyesuaikan apakah bobot ikan yang diterima sesuai apa
tidak ketika ikan tuna tersebut diperoleh dari transit ( Nento, 2015).
 Pencucian
Pencucian ikan tuna tersebut bertujuan untuk menghilangkan dan membersihkan
kotoran, darah, lendir, dan bendabenda asing yang menempel pada ikan tuna sehingga
dapat mengurangi jumlah mikrobia ( Nento, 2015). Pada proses pencucian ikan disiram
dan disikat sampai bersih secara keseluruhan sampai kedalam bagian insang dan perut.
Setelah ikan bersih celupkan ikan kedalam air dingin dengan konsentrasi klorin 200 ppm
sampai semua bagian tubuh ikan terendam selama 5-10 detik. Setelah 50 ekor, dilakukan
pergantian air perendaman.
 Pemotongan Kepala
Pemotongan ikan tuna dimulai dengan melakukan pelepasan kepala yaitu dengan
menempatkan ikan di atas meja bersih dengan posisi kepala di sebelah kiri pekerja yang
akan melakukan pemotongan ( Nento, 2011). Ikan yang telah ditimbang dan dicuci
bersih selanjutnya melakukan proses pemotongan bagian kepala terlebih dahulu dengan
menggunakan pisau yang tajam dari bagian dagu dengan arah melingkar, melintasi sirip
bagian samping atau belakang kepala. Dilanjutkan dengan pemotongan bagian perut dari
arah kepala sampai ekor disesuaikan dengan lebar perut ikan. Kepala dan perut yang
sudah dipotong langsung dimasukkan kedalam tampungan yang bersih untuk dilakukan
proses selanjutnya.

Gambar 5. Pemotongan Kepala


21
 Pembentukan Loin
Pembentukan loin dilakukan secara manual oleh pekerja dengan cara memotong
daging ikan mulai dari ekor ke arah kepala hingga daging kedua sisi ikan terpisah dari
tulang punggungnya. Daging ikan dibelah menjadi dua bagian dari arah kepala hingga
ekor dan masing-masing bagian dipotong menjadi dua bagian sehingga untuk setiap ikan
didapatkan empat loin ( Nento, 2015). Proses fillet/loinning dilakukan dengan cara
membelah secara horizontal pada batas tulang ikan, dari bagian kepala ke ekor.
Kemudian belah secara vertikal atau sejajar dengan sirip dari bagian ekor ke kepala
untuk memisahkan loin dengan tulang. Lakukan hal yang sama untuk sisi sebelah ikan
dengan posisi yang sesuai, Setelah terbelah menjadi empat bagian angkat loin satu
persatu dengan catatan loin tidak boleh sampai bengkok dan tidak boleh ditumpuk.
Proses selanjutnya yang dilakukan ialah pengambilan sampel dan mengecek bau ikan
dan histamine. Berikutnya pemberian label biru pada loin yang diambil sample untuk
histamine dan label hijau untuk indikasi loin yang bau.

Gambar 6. Pembentukan Loin


 Pembuangan Rusuk, Daging hitam dan Kulit
Tulang rusuk dipisahkan dari bagian loin secara hati-hati untuk menjaga
rendemen loin daribagian kepala loin kearah bagian ekor. Ikan tersebut dibuang kulitnya
hingga tidak bersisa pada daging. Kulit terletak pada bagian bawah dan daging pada
bagian atas, kemudian kulit dipotong mulai dari kiri hingga bersih. Persentase kulit ikan
adalah sekitar 2-3% dari berat keseluruhan ikan ( Nento, 2015). Selanjutnya dilakukan
pengikisan daging dan sisa tulang akan dibekukan. Pengambilan daging hitam juga
dilakukan secara hati-hati seperti perlakuan yang dilakukan sebelumnya. Proses
selanjutnya yaitu daging hitam dimasukkan kedalam plastik, ditimbang dan dibekukan.
Pisahkan kulit ikan dari bagian loin, kulit akan diproses sebagai limbah.

22
 Trimming/Perapihan
Proses trimming merupakan proses pemisahan daging hitam. Saat dilakukan
trimming, dilakukan juga pengecekan mengenai ada tidaknya bagian kulit dan tulang
yang tersisa, Persentasi daging hitam pada tuna adalah sekitar 6-7% dari berat
keseluruhan ( Nento, 2015). Bersihkan loin dari bagian yang masih menempel seperti
daging hitam, tulang dan kulit sehingga loin menjadi bersih dan pastikan tidak ada
tulang yang masih menempel. Loin yang sudah bersih ditempatkan dimeja atau
dikeranjang secara rapi dan tidak boleh ditumpuk.

Gambar 7. Trimming
 Penimbangan II
Penimbangan dianggap sebagai tahap yang penting karena kemungkinan
terjadinya kekurangan berat timbangan produk. Jika hal tersebut terjadi maka dapat
mempengaruhi rasa kepercayaan buyer. Saat penimbangan dilakukan penyortiran kelas
mutu (grade) sesuai ketentuan perusahaan ( Nento, 2015). Penimbangan dilakukan
sesuai dengan grade loin dan dicatat oleh tally. Plastik untuk loin akan diberi tanda
sesuai dengan jenis ikan, grade dan kode lot untuk tujuan traceabillity (Contoh: grade
CC supplier jakarta transit 17 dan pemotongan tanggal 01januari (3170101)). Pastikan
bahwa kode yang ditulis pada plastik loin sudah sesuai dengan standar.
 Pemberian gas CO
Loin dimasukkan kedalam plastik loin yang sudah diberi kode traceabillity
sesuai dengan standar. Buag udara yang ada didalam plastik, kemudian isi dengan gas
CO dan ditutup rapat dengan loin diberi sponge untuk sirkulasi udara. Pastikan loin tidak
terlipat ekornya didalam plastik yang dapat mengakibatkan loin itu rusak dan pecah.
Selanjutnya loin disusun dikeranjang secara hati-hati dan diisi sesuai dengan kapasitas
keranjang. Pemberian gas CO dengan cara menyuntikkan menggunakan alat yang
berbentuk sikat ke dalam daging ikan agar dapat memberikan warna merah segar atau

23
warna alami pada daging bagian dalam ikan ( Nento, 2011).

Gambar 8. Pemberian CO
 Pendinginan
Loin langsung disimpan di chilling room untuk menjaga temperatur sesuai
standar (0,1 ⁰C – 3,3⁰C) selama 36-48 jam atau sekitar 2 hari. Penyusunan keranjang
harus dilakukan secar arapi dengan alas keranjang yang menyentuh lantai. Setiap
tumpukan keranjang diberi tanda sehingga memudahkan penelusuran kode yang ada.
Pada proses pengeluaran barang diusahakan menggunakan sistem FIFO ( pertama kali
masuk, pertama kali keluar). Hal ini dilakukan untuk menjaga kesegaran dan menjaga
suhu loin tetap dingin. Pendinginan (chilling) bertujuan untuk menjaga dan
mempertahankan agar loin tetap dalam keadaan segar dan suhu tetap dingin ( Nento,
2015).
 Pengambilan CO
Loin dari chiller dibawa ketempat vakum CO menggunakan trolly, dengan
standar maksimum 10 keranjang yang dikeluarkan. Hilangkan gas CO 100% dari plastik
dengan menusuk ujung vakum kedalam plastik.
 Proses Saku
Loin dipotong atau diservice menjadi saku sesuai dengan spesifikasi produk.
Dengan ukuran panjang 17-21 cm, lebar 10-12 cm dan tebal saku 3,8 cm. Pastikan
pemotongan dilakukan dengan cepat, hati-hati dan pisau tajam untuk menghindari
temperatur tinggi dan saku menjadi pecah. Sebelum dikemas dengan menggunakan
plastik vakum, pastikan saku diusap menggunakan sponge yang sudah diberi alkohol,
dan plastik yang digunakan sudah sesuai dengan grade.

24
Gambar 9. Pembentukan Saku
 Vakum
Cek kebersihan vakum sebelum digunakan dan pastikan mesin sudah sesuai
dengan pengaturannya, hal ini agar mesin vakum dapat beroperasi dengan baik selama
proses pemvakuman berlangsung. Selama proses berlangsung pastikan keadaan vakum
selalu bersih. Selanjutnya dilakukan pengecekan hasil vakum apakah sudah sesuai
dengan standar atau belum. Apabila sudah sesuai dengan standar bisa dilanjutkan dengan
proses selanjutnya. Produk yang vakum akan terhindar dari terjadinya kontaminasi
bakteri maupun dehidrasi (pengeringan) produk. Oleh karena itu proses pemvakuman
produk harus dilakukan secara hati-hati dan benar sehingga resiko kebocoran dapat
dicegah ( Nento, 2015).
 Final Cek
Hasil produk setelah divakum akan dicek terlebih dahulu untuk melihat
keseusaian produkk dengan tanda yang terdapat pada plastik vakum. Apabila tidak
terdapat ketidak sesuaian maka akan dikembalikan ke line proses untuk diproses ulang.
Produk juga akan dicek apakah ada benda asing atau kotoran yang menempel pada
produk. Selanjutnya produk saku dilipat, Proses ini harus dilakukan dengan cepat dan
hati-hati agar temperatur dari produk tetap terjaga dan bentuk produk sesuai dengan
standar. Untuk produk tuna sau beku dibentuk seperti persegi panjang dengan ukuran
panjang 17-21 cm, lebar 10-12 cm dan tebal saku 3,8 cm. Apabila belum sesuai dengan
standar proses pelipatan harus diulangi sampai produk saku sesuai dengan bentuk yang
sudah ditentukan tadi. Setelah selesai dilipat selanjutnya produk disusun didalam pan.
Pastikan pan yang dipakai dalam kondisi bersih. Untuk produk saku disusun sesuai
ukuran dan maksimal 7 susun dalam satu pan. Lakukan penyusunan saku hingga

25
tersusun dua lapis dan dilapisi dengan buble wrap agar tidak merusak kemasan plastik
juga label pada proses pembongkaran nanti .
 Pembekuan
Pre cooling mesin pembekuan sebelum produk masuk kedalam pembekuan.
Penyusunan harus dilakukan dengan rapi didalam mesin pembekuan untuk memudahkan
pada proses pembongkaran dan untuk menghindari kerusakan pada produk. Produk
dibekukan di Contact Plate Freezer (CPF) dikelompokkan sesuai kode lot. Produk
dibekukan dengan suhu - 40⁰C. Contact plate freezer suhu pembekuan dapat diatur
antara (-35) – (-45)˚C. Bahan pembeku (refrigerant) yang digunakan tergantung dari tipe
mesin tersebut . 12 Konveksi udara secara alami tidak menghasilkan kecepatan
pendingin yang cukup, maka penggunaan kipas untuk mempercepat konveksi sangat
diperlukan, untuk memungkinkan pembekuan dalam waktu singkat, kecepatan gerakan
udara harus cukup tinggi, selain itu, untuk menandakan pembekuan dengan kecepatan
yang merata keseluruhan freezer, aliran udara melalui ikan yang dibekukan harus sama
(Deviarianti, 2017). Pembekuan ikan menggunakan suhu yang rendah, yaitu jauh
dibawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan
menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan
ikan harus kembali seperti sediakala. Keadaan beku menghambat aktivitas bakteri dan
enzim sehingga daya awet ikan beku lebih besar dibandingkan dengan ikan yang hanya
didinginkan. Suhu -12°C, kegiatan bakteri telah dapat dihentikan tetapi proses kimia
enzimatis masih terus berjalan.
 Penimbangan III
Produk dibongkar sesuai dengan urutan grade dan lot untuk memudahkan
penimbangan dan traceabillity.yang dimaksud dari lot yaitu penulisan kode daerah,
tanggal penerimaan bahan baku, tanggal pengolahan,tanggal pemotongan, dan tahun
penerimaan bahan baku. Berat dari saku yang akan dipacking akan disesuaikan dengan
permintaan dari konsumen.
 Packing
Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk tuna loin dari kontaminasi
mikroba dan kerusakan selama penyimpanan saat transportasi ( Ta’sya, 2018 ). Setelah
dilakukan penimbangan dimasukan kedalam master cartoon (MC) sebanyak 11-13 pcs
saku selanjutnya produk dipacking dengan rapi ditimbang kembali sesuai dengan
permintaan konsumen. Dimasukkan kedalam master cartoon (MC) yang besar dan

26
diberi label sesuai dengan spesifikasi produk.
 Metal detector
Produk yang telah dipacking akan dilakukan proses metal detector dan
prosedurnya sudah dibuat dan akan dilaksanakan sesuai dengan fungsi dari mesi
tersebut. Proses ini dilakukan untuk menghindari dari adanya penemuan benda asing
yang membahayakan produk seperti logam, tembaga, dan benda asing berbahan metal.
Tujuan tahapan ini adalah untuk memastikan bahwa loin terbebas dari bahaya fisik yaitu
adanya benda asing seperti serpihan logam. Ketika loin dilewatkan pada metal detector,
lampu indikator akan menyala ( Ta’sya, 2018 ).
 Distribusi
Produk yang telah dipacking dan telah di proses di mesin metal detector
selanjutnya dilakukan pendistribusian . Namun sebelum dilakukannya pendistribusian
produk di simpan di Cold Storage (CS) sesuai dengan peta cold storage sistem FIFO
akan dijalankan sesuai dengan standarnya. Dengan temperatur cold storage ≤ - 20⁰C.
Sistem penyimpanan dan pengeluaran dilakukan dengan system First In First Out (FIFO)
artinya produk yang diolah terlebih dahulu maka akan lebih dulu dikirimkan atau
dipasarkan ( Ta’sya, 2018 ). Cold storage harus selalu tertutup untuk menghindari
fluktuasi temperatur yang tinggi. Temperatur cold storage dimonitor dan dicatat pada
interval 1 jam oleh teknisi operator dan dikontrol dengan temperature recorder.
Selanjutnya produk akan diletak di Fish Box yang menandakan produk siap untuk
dipasarkan. Sistem penjualan produk menggunkan sistem online yang dipasarkan
dimedia sosial dan dipromosi kan kesluruh daerah di Indonesia dan luar negeri.

4.3 Saluran Pemasaran


Saluran pemasaran terdiri dari beberapa tingakatan, setiap perantara yang melakukan
usaha menyalurkan barang kepada pembeli akhir membentuk tingkatan saluran, yaitu: Saluran
nol tingkat (juga disebut saluran pemasaran langsung) terdiri dari seorang produsen yang
langsung menjual ke pelanggan akhir. Cara utama pemasaran langsung adalah penjualan dari
pintu ke pintu, pesta di rumah, pesanan lewat surat pemasaran melalui telepon, penjualan
lewat TV, dan melalui toko- toko yang dimiliki produsen sendiri. Saluran satu tingkat berisi
satu perantara penjualan, seperti pedagang eceran. Saluran dua tingkat berisi dua perantara.
Dalam pasar barang-barang konsumsi biasanya adalah pedagang besar dan pedagang eceran.
Saluran tiga tingkat berisi tiga perantara. Menurut Aunur R (2011) Saluran nol tingkat disebut
juga saluran pemasaran langsung (direct marketing channel), tidak memiliki tingkatan
27
perantara. Saluran tersebut berisikan satu perusahaan yang menjual langsung ke konsumen.
Saluan lainnya adalah saluran pemasaran tidak langsung (indirect marketing channel). Saluran
satu tingkat pada pasar konsumen tingkat ini adalah pengecer. Saluran dua tingkat terdiri dari
satu perusahaan perkulakan dan satu pengecer. Saluran ini sering digunakan oleh perusahaan
kecil perusahaan makanan, obat, perangkat keras, dan produk-produk lainnya. Saluran tiga
tingkat berisikan tiga tingkatan perantara.
Dari hasil pengamatan PT Bahari Prima Manunggal menggunakan saluran nol tingkat
yang juga disebut saluran pemasaran langsung terdiri dari seorang produsen yang langsung
menjual ke pelanggan akhir. Cara utama pemasaran langsung adalah penjualan dari pintu ke
pintu, pesanan lewat surat pemasaran melalui telepon, penjualan lewat TV, lewat sosial media
dan melalui toko- toko yang dimiliki produsen sendiri.

Produsen

Konsumen

Gambar 10. Saluran pemasaran nol tingkat

4.4 Margin Pemasaran


Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang
dibayar oleh pembeli terakhir . Dengan kata lain margin pemasaran merupakan selisih antara
harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf), dengan perhitungan
sederhana sebagai berikut (Uno, 2017) :
Mp = Pr - Pf
Keterangan :
Mp = Margin Pemasaran
Pr = Harga di tingkat konsumen
Pf = Harga di tingkat produsen

28
Tabel.3 Margin Pemasaran
Ukuran Pembelian Harga di tingkat Harga ditingkat
NO Margin
(gram) produsen konsumen
1. 1000 gram Rp 70.000 Rp 80.000 Rp 10.000
2. 500 gram Rp 35.000 Rp 50.000 Rp 15.000
Sumber : Data perusahaan yang telah diolah
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel diatas, dapat dilihat bahwa margin atau selisih
harga dari ikan tuna saku beku dengan berat 1000 gram ditingkat produsen dan konsumen yaitu
Rp 10.000 . Sedangkan margin atau selisih harga ikan tuna saku beku dengan berat 500 gram
ditingkat produsen dan ditingkat konsumen yaitu senilai Rp 15.000. Pada satu hari produksi
perusahaan dapat menghasilkan 25 pcs saku beku dalam 1 ekor ikan tuna. Dalam satu kali
produksi perusahaan menerima bahan baku ikan tuna yang akan digunakan untuk mengolah
saku beku iyalah 50 ekor ikan tuna.
Dapat diambil data dari 1000 gram maka dihitung margin pemasaran dalam satu bulan
produksi yaitu :
 Tingkat Produsen : 70.000 x 1.250 pcs/hari x 30 = Rp 2.625.000.000
Tingkat Konsumen : 80.000 x 1.250 pcs/hari x 30 = Rp 3.000.000.000
Selisih harga : 3.000.000.000 – 2.625.000.000 = Rp 375.000.000
 Tingkat Produsen : 35.000 x 1.250 pcs/hari x 30 = Rp 1.312.500.000
Tingkat Konsumen : 50.000 x 1.250 pcs/hari x 30 = Rp 1.875.000.000
Selisih harga : 1.875.000.000 - 1.312.500.000 = Rp 562.500.000
Jadi selisih harga yang diterima oleh produsen dengan hasil produksi 1.250 pcs/hari dan
harga yang dibayar konsumen dalam 30 hari produksi dengan ukuran pembelian 1000 gram
maka dapat dihasilkan biaya margin yaitu Rp 375.000.000. Sedangkan selisih harga/ margin
yang dihasilkan dengan ukuran pembelian 500 gram senilai Rp 562.500.000 . Maka dapat
diambil data bahwa semakin besar ukuran pembelian produk maka semakin kecil pula margin
pemasarannya. Dan apabila semakin kecil ukuran pembelian produk maka semakin besar pula
margin pemasarannya.
4.5 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara luaran dan masukan yang
digunakan dalam kegiatan pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang terjadi
29
sejak produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang dan sampai saat produk diubah
kembali dalam bentuk tunai. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan dalam
memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa. Biaya pemasaran meliputi biaya
operasional pemasaran yang dikeluarkan pedagang (biaya pengangkutan, penyimpanan, sortasi,
grading) dan keuntungan pedagang (Huda, 2015).
Tabel.4 Biaya Pemasaran
Biaya yang dikeluarkan
No Komposisi Biaya Pemasaran Ket
/produk (Rp)
1. Master cartoon 5.000
2. Plastik PP 100
3. Lem isolasi 100
4. Stiker label 100
5. Biaya pekerja 5.800
6. BBM 420
7. Cold storage 500
8. Biaya Tol 80
Total Rp 12.100
Sumber : Data perusahaan yang telah diolah

Menurut Huda, 2015 untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran Ikan pada masing-
masing lembaga pemasaran jika hasil perhitungan Eps < 5%, berarti efisien dan apabila Eps > 5
%, berarti tidak Efisien. Jadi dari data yang diperoleh dari hasil Praktek kerja Akhir
didapatkanlah perhtiungan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan mendapatkan hasil akhir bernilai 0,15% dimana dapat dilihat
bahwa pemasaran dikatakan efisien apabila hasil akhir bernilai < 5%, dan jika hasil akhir
bernilai > 5 % maka pemasaran di perusahaan tersebut tidak efisien. Dilakukan perhitungan
biaya pemasaran dibagi dengan harga ditingkat produsen dikalikan 100 % didapatkanlah hasil
akhir 0,15% dan diambil kesimpulan bahwa pemsaran di PT Bahari Prima Manunggal sudah
efisien.
4.6 Permasalahan Pemasaran di PT Bahari Prima Manunggal
Permasalahan pemasaran di PT Bahari Prima Manunggal berdasarkan hasil perhitungan
kuisioner pada Lampiran 1 dan 2 mendapat hasil sebagai berikut :

30
a) Pemanfaatan media sosial yang kurang maksimal
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai
rata-rata 3 (Tidak setuju) . Berdasarkan nilai tersebut menunjukkan bahwa panelis tidak
setuju mengenai pernyataan tersebut karena dari hasil pengamatan pemanfaatan media
sosial di PT Bahari Prima Manunggal sangat baik. Dapat dilihat dari mereka melakukan
pemasaran dibidang online. Banyak konsumen yang lebih dimudahkan dengan adanya
online shop ini. Pihak perusahaan pun memanfaatkan kesempatan ini untuk
memudahkan mereka dalam mempromosikan produk mereka. Dari hasi pengamatan
tersebut media sosial tidak bisa dijadikan alasan terjadinya permasalahan di PT Bahari
Prima Manunggal.
b) Sarana dan Prasarana kurang memadai
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai
rata-rata 3 (Tidak setuju). Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa sarana dan
prasarana yang ada di PT Bahari Prima Manunggal sudah memadai. Dari hasil
pengamatan pun tidak didapatkan kekurangan peralatan ataupun bahan pada setiap
proses yang dilakukan. Para pekerja juga dimudahkankan dengan diberinya kelengkapan
sarana dan prasana oleh PT Bahri Prima Manunggal. Sehingga pekerjaan yang dilakukan
bisa berjlan tanpa adanya gangguan. Berarti dapat diambil kesimpulan bahwa sarana dan
prasarana tidak dikelompokkan menjadi permasalahan pemasaran di PT Bahari Prima
Manunggal.
c) Adanya kerja sama kemitraan disetiap proses saluran pemasaran
Hasil dari pengamatan dan perhitungan dapat dilihat dari rata-rata nya mendapat
hasil 1 (sangat setuju). Berarti kerja sama antara setiap mitra seperti reseller/konsumen
dan produsen terjalin baik dan adanya kerja sama kemitraan tidak dijadikan
permasalahan di PT Bahari Prima Manunggal. Dapat dilihat pada pengamatan bahwa
reseller dapat memilki harga khusus dari pihak produsen agar reseller juga bisa
mendapatkan keuntungan dari penjualannya kepada konsumen nantinya. Namun di PT
Bahari Prima Manunggal juga menjual produk langsung kepada pihak konsumen melalui
pemesanan lewat situs online maupun langsung datang ke Perusahaan untuk melakukan
pembelian.
d) Pesaing dari usaha sejenis
Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan mendapatkan hasil rata-rata 2
(setuju) . Disini dapat dilihat bahwa banyaknya peaing dibidang perikanan lain yang bisa
menjadi permasalahan dibidang pemasaran di PT Bahari Prima Manunggal. Hal ini bisa
31
saja karena harga di perusahaan lain lebih murah, kualitas lebih baik, dan stratei
pemasaran yang digunakan juga sudah efisien. Namun hal ini bisa ditanggulangi dengan
pemanfaatan promosi dibidang online yang harus lebih dimaksimalkan lagi dan
pengemasan produk yang lebih menarik juga bisa menarik untuk menambah pelanggan
lebih banyak lagi. Untuk perihal harga bisa diseuaikan dengan biaya yang sudah
dikeluarkan agar tidak terjadi kerugian yg lebih besar selama melakukan pemasaran atau
dalam mempromosikan produk.
e) Perubahan selera konsumen
Perubahan selera konsumen mendapat kan hasil rata-rata pada perhitungan
senilai 2 (Setuju) . Dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan selera konsumen
merupakan salah satu penyebab permasalahan pemasaran di PT Bahari Prima
Manunggal. Hal tersebut bisa saja terjasi disetiap harinya dikarenakan banyaknya
produk-produk frozen baru yang lebih menarik pembeli. Dan kurangnya minat untuk
mengonsumsi ikan juga salah satu perubahan selera konsumen. Pelanggan mungkin
bosan karena memakan ikan terus menerus dan lebih memilih untuk mengonsumsi
produk lain selain ikan. Yang harus dilakukan pihak pemasaran iyalah dengan
mengupgrade produk perikanan tersebut agar bisa lebih menarik pelangan seperti
membuat perikanan tersebut agar tidak membosankan apabila dikonsumsi terus menerus.
f) Kenaikan harga BBM
Poin ini mendapatkan hasil perhitungan rata-rata senilai 2 (Setuju). Yang dimana
dapat diartikan bahwa kenikan BBM juga menjadi salah satu penyebab atau
permasalahan pemasaran di PT Bahari Prima Manunggal. Hal ini karena kenaikan BBM
bisa menambah biaya selama berlangsungya pemasaran. Hal ini mungkin saja bisa
meyebabkan pemasaran di PT Bahari Prima Manunggal menjadi tidak efisien.
g) Produk dan kemasan rusak sebelum sampai ketangan konsumen
Berdasarkan hasil perhtiungan poin ini mendapatkan nilai 2 (Setuju). Dapat
diartikan atau disimpulkan bahwa poin ini juga merupakan salah satu permasalahan
permasaran di PT Bahari Prima Manunggal . Berdasarkan data yang didapat dari
beberapa sumber permasalahan ini yang paling terjadi pada proses pemasaran di PT
Bahari Prima Manunggal, hal ini biasanya terjadi karena kurangnya pengawasan ranta
dingin produk yang harus selalu terjaga dan kesalahan pada poses penanganan. Hal ini
bisa saja dicegah dengan cara produk harus terus diawasi rantai dinginnya jangan sampai
suhu produk turun secara drastis dan pada proses penanganan harus lebih berhati-hati
lagi agar tidak terjadi kerusakan pada kemasan maupun produknya.
32
h) Minimnya kegiatan promosi
Bersdasarkan hasil perhtiungan minimnya kegiatan promosi mendapatkan nilai
rata-rata 3 (Tidak setuju) yang dapat diartikan bahwa kegiatan promosi di PT Bahari
Prima Manunggal sudah berjalan baik dan sudah maksimal. Dari hasil pengamatan
kegiatan promosi di PT Bahari Prima Manunggal dilakukan secara online dan sudah
bagian yang sudah bertugas dibidang tersebut. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan
lagi mengenai bidang promosi di PT Bahari Prima Manunggal karena sudah berjalan
dengan maksimal.
i) Fasilitas pada saluran pemasaran belum lengkap
Berdasarkan hasil perhitungan mendapatkan hasil akhir rata-rata 3 (Tidak setuju)
yang dimana dapat diartikan bahwa fasilitas pada saluran pemasaran di PT Bahari Prima
Manunggal sudah lengkap. Dapat dilihat dari setiap proses penyimpanan dan
pendistribusian sudah berjalan dengan lancar. Dan fasilitas yang adapun sudah dirawat
dan dijaga dengan sebaik mungkin oleh pekerja dan karyawan agar tidak terjadi
kerusakan dan hal yang tidak diinginkan.
j) Terjadi kecelakaan kerja pada proses saluran pemasaran
Berdasarkan hasil perhitungan yang menghasilkan hasil akhir rata-rata 2 (Setuju)
yang dapat diartikan bahwa kecelakaan kerja selama proses saluran pemasaran
berlangsung juga merupakan salah satu penyebab permasalahan pemasaran. Menurut
data yang didapat dari hasil wawancara yang biasanya terjadi seperti bocornya ban
moil/truk diperjalanan menuju ke konsumen atau selama proses pemasaran berlangsung.
Hal ini bisa membuat proses pemasaran terhambat dan bisa saja membuat produk
berkurang mutu secara perlahan tergantung lamanya waktu perbaikan kerusakan. Namun
untuk kecelakaan kerja ini sudah jaran terjadi karena sebelum keberangkatan mobil/truk
sudah dicek terlebih dahulu untuk bisa beroperasi. Apabila ada terjadi kerusakan
sebelum beroperai maka pihak perusahaan akan segera melakukan perbaikan, agar
produk bisa segera dipasarkan.

33
V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari KPA ini adalah :

1. Proses pengolahan pembekuan ikan tuna (Thunnus sp.) saku beku dimulai dari
proses penerimaan bahan baku, penimbangan I, pencucian, pemotongan
kepala, pembentukan loin, pembuangan rusuk,daging hitam dan kulit,
trimming, penimbangan II, Pemberian gas CO, pendinginan, pengambilan CO,
Proses saku, vakum, final cek, pelipatan, penyusunan pan, pembekuan,
penimbangan III, packing, metal detector, dan yang terakhir yaitu
pendistribusian.
2. Efisiensi saluran pemasaran pembekuan (Thunnus sp.) saku beku di PT Bahari
Prima Manunggal yang dimana dapat disimpulkan bahwa pemasaran di PT
Bahari Prima Manunggal sudah efisien karena didapatkan hasil akhir 0,15%
yang dimana hasil tersebut memiliki nilai < 5%.
3. Besaran margin pemasaran pembekuan tuna (Thunnus sp.) saku beku di PT
Bahari Prima Manunggal. Dan didapatkan hasil akhir dan diambil kesimpulan
bahwa semakin besar ukuran pembelian produk maka semakin kecil pula
margin pemasarannya. Dan apabila semakin kecil ukuran pembelian produk
maka semakin besar pula margin pemasarannya.
4. Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saluran pemasaran ikan tuna
(Thunnus sp.) saku beku di PT Bahari Prima Manunggal. Yang mana dapat
disimpulkan dari hasil perhitungan pengambilan data menggunakan kuisioner
yang pertama yaitu pesaing dari usaha sejenis, perubahan selera konsumen,
kenaikan harga BBM, produk dan kemasan rusak sebelum sampai ketangan
konsumen, dan yang terakhir yaitu terjadi kecelakaan kerja pada proses
saluran pemasaran.
5.2 Saran
Saran yang diberikan selama pelaksanaan Kerja Praktik Akhir berlangsung,
untuk perbaikan kedepannya yaitu:
1. Perlu adanya pengawasan rantai dingin terhadap produk yang harus selalu
terjaga dan pada setiap proses penanganan produk harus tertangani dengan
baik.
34
2. Pihak produsen juga sebaiknya selalu mengikuti dan mencari tahu selera
konsumen karena hal tersebut juga berdampak pada pemasaran di PT Bahari
Prima Manunggal
3. Perlu dilakukannya peningkatan efisiensi biaya dalam pemasaran produk ikan
tuna saku beku di PT Bahari Prima Manunggal. Selain itu, perlu penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
efisiensi pemasaran ikan tuna saku beku di PT Bahari Prima Manunggal serta
menentukan strateginya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aunur R, 2011. Analisis Saluran Distribusi Di PG Mojo Sragen. Tugas Akhir. Program
Diploma 3 Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas sebelas maret
surakarta.

Deviarianti, 2017. Pengolahan Steak Ikan Tuna (Thunnus albacores) Beku.Tugas Akhir.
Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politknik Pertanian Negeri
Pangkajene Kepulauan.
D.Sundah.,A.B.H.Jan.,J.S.B.Sumarauw.,2017. Analisis Saluran Distribusi Ikan Mujair
Desa matungkas Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Vol.7 No.1
Januari. Jurnal EMBA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen
Universitas Sam Ratulangi.
KKP. 2018. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 51/PERMEN-KP/2018.
Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penertiban Sertifikat Penerapan Program
Manajemen Mutu Terpadu/Hazard Analysis And Critical Control Point. KKP:
Jakarta.
KKP. 2018. Pesona Tuna Sebagai Penggerak Bisnis Perikanan Indonesia. Biro Humas
dan Kerja Sama Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan: Jakarta.
Nento W R. 2015. Studi Pengemasan Tuna Ekor Kuning (Thunnus Albacares) Di Cv.
Cahaya Mandiri Desa Botu Barani Kelurahan Bone Pantai Provinsi Gorontalo.
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Gorontalo Email:
Wilarumina19@Gmail.Com. Gorontalo.
Nurkhikmah. 2017. Strategi Bauran Pemasaran Produk Ikan Tuna Olahan beku di PT.
Philips Seafoods Indonesia Baru Sulawesi Selatan. Program Studi Agribisnis
Perikanan Jurusan Agribisnis. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Onu. D. R.,Rarung. K. L., Kotambunan. V. O., 2017. Analisis Distribusi Pemasaran
Ikan Cakalang Asap Dikelurahan Girian Atas Kecamatan Girian Kota Bitung
Provinsi Sulawesi Utara. Vol 5 No 9. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Ridwana, Rusman. Y., Ramdan.M., 2015. Analisis Saluran Pemasaran Kelapa (cococ
nucifera L)(suatu kasus di Desa Ciakar Kecamatan Cijulang Kabupaten
Pangandaran). Volume 1 Nomor 3. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh.
Sarwanto. C., , Eko S.W., Tri W. N. dan John H., Haluan, 2014. Kajian Sistem
36
Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Dikabupaten Gunung Kidul Provinsi
DIY. J. Sosek KP Vol. 9 No. 2. Mahasiswa Program Pascasarjana IPB, PS Sistem
Pemodelan Perikanan Tangkap (SPT).
Sika. G., 2017. Proses Pengolahan Ikan Tuna (Thunnus albacores) Saku Beku di CV.
Prima Indo Tuna Kawasan Industri Makassar Sulawesi Selatan. Jurusan Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). CV. Alfabeta,
Bandung, 630 hlm .
Ta’sya.T.F., 2018. Manajemen Personal Hygiene Pekerja Pada Produksi Loin Tuna
Masak Beku Di Pt. Blambangan Foodpackers Indonesia, Fakultas Perikanan Dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya, 2018. Ponorogo, Jawa Timur Tubagus,
W.S. 2011. Analisis Saluran Pemasaran Kacang Goyang (Studi Kasus Di UD.
Asli Totabuan Kotamobagu). Skripsi Fakultas Pertanian Unsrat Manado).

Yapanto. M. S., Salam. A., Hamzah. Y. Z., 2020. Tata Niaga dan Margin Pemasaran
Ikan Tuna Di Kota Gorontalo. Jambura journal of Animal science, Volume 2 No
2, Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan Fakultas Perikanan, Universitas
Negeri Gorontalo.

37
LAMPIRAN

38
Lampiran.1 Hasil kuisioner

No Nama X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
1 Rada 3 1 1 2 2 2 3 3 3 2
2 Tia 3 1 1 2 2 2 3 3 3 2
3 Rijli 2 1 1 2 2 2 3 3 3 2
4 Dandi 2 2 1 2 1 2 3 3 2 2
5 Asep 4 2 1 2 1 2 3 3 2 2
6 Reggi 4 3 1 2 1 2 3 2 2 2
7 Aldy 2 3 1 2 1 2 3 2 2 2
8 Ade 3 3 1 2 1 3 3 2 3 2
9 Sumantri 3 2 1 2 1 2 3 2 3 1
10 Ridwan 3 2 1 1 2 3 3 2 3 1
11 Wisnu 4 3 1 1 2 3 3 2 3 3
12 Yuli 3 4 1 1 2 3 2 3 2 2
13 Cika 4 3 1 1 2 3 2 3 2 1
14 Irfan 3 3 1 1 2 3 2 3 2 3
15 Eneng 3 3 1 1 2 3 2 3 2 3
16 Ninda 3 3 1 1 1 3 2 3 3 2
17 Vina 3 3 2 1 1 2 2 3 3 2
18 Cindy 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2
19 Fitri 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2
20 Ega 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2
21 Aisyah 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2
22 Yudi 3 3 1 2 2 2 4 4 3 2
23 Orin 3 3 1 2 2 2 4 4 3 2
24 Shifa 3 3 2 2 2 2 2 4 3 2
25 Khairul 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2
26 Slamet 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2
27 Syamsul 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2
28 Yanti 3 3 1 2 1 2 2 3 3 2
29 Tami 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2
30 Tana 3 3 1 2 1 2 2 3 3 2
Rata-
3 3 1 2 2 2 2 3 3 2
rata

Ket:
SS : Sangat Setuju = 1
S : Setuju = 2
TS : Tidak Setuju = 3
STS : Sangat Tidak Setuju = 4

39
Lampiran.2 kuisioner

No Aspek yang dinilai SS S TS STS Ket


A. Permasalahan di saluran pemasaran
1 Pemanfaatan media sosial yang kurang
maksimal
2 Sarana dan prasarana kurang memadai
3 Adanya kerja sama kemitraan disetiap
proses saluran pemasaran
4 Pesaing dari usaha sejenis
5 Perubahan selera konsumen
6 Kenaikan harga BBM
7 Produk dan kemasan rusak sebelum
sampai ketangan konsumen
8 Minimnya kegiatan promosi
9 Fasilitas pada saluran pemasaran
belum lengkap
10 Terjadi kecelakaan kerja pada proses
saluran pemasaran

Ket:
SS : Sangat Setuju = 1
S : Setuju = 2
TS : Tidak Setuju = 3
STS : Sangat Tidak Setuju = 4

40
Lampiran.3 Sertifikat HACCP

41
Lampiran.4 Proses Penerimaan bahan baku

42
Lampiran.5 Proses Pembentukan Loin

43
Lampiran.6 Pengecekan suhu proses pembentukan saku

44
Lampiran.7 Proses pengemasan saku beku

45
Lampiran.8 Proses loading produk untuk dikirim ke konsumen

46
Lampiran.9 Distribusi

47
Lampiran 10. Hasil Kuisioner

48
49
50
Lampiran 11. Rencana jadwal kegiatan

Februari Maret April Mei Juni


1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A
B
C
D
E
F

Keterangan:
A : penyusunan laporan
B : pengenalan lokasi dan sarana perusahaan
C : pelaksanaan kegiatan praktik akhir
D : pengumpulan data
E : evaluasi dan analisa data
F : penyusunan laporan praktek akhir

51

Anda mungkin juga menyukai