Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal.

222-231
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENDETEKSI


KESULITAN BELAJAR KIMIA KELAS X
MENGGUNAKAN MODEL TESTLET

Indah Tri Wahyuni1,*, Sri Yamtinah2, Budi Utami2


1
Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia
2
Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

* Keperluan korespondensi, tel: 085641738595, email: indahtewe2@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan instrumen model testlet sebagai instrumen
pendeteksi kesulitan belajar kimia peserta didik kelas X SMA sesuai tahapan penelitian
pengembangan; (2) menentukan karakteristik butir soal instrumen pendeteksi kesulitan belajar
kimia kelas X menggunakan model testlet; (3) mendapatkan profil belajar individu peserta didik.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan model Akker dengan tahapan: preliminary
investigation; theoretical embedding; empirical testing; dan documentation, analysis, and
reflection on process and outcome. Subjek uji coba yaitu guru kimia SMA di Surakarta; dosen
Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta; peserta didik SMA Negeri 2, SMA Negeri 5, dan SMA
Batik 2 Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penelitian ini
menghasilkan instrumen pendeteksi kesulitan belajar kimia kelas X menggunakan model testlet
pada bab Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur yang terdiri dari butir soal dan program
analisis datanya; (2) karakteristik butir soal memiliki validitas isi Aiken dengan rentang 0,76-1
yang berarti validitas isi baik; reliabilitas sebesar 0,83 yang berarti reliabilitas tinggi; persentase
daya beda soal baik sekali 47,91%, baik 12,5%, cukup 18,75%, jelek 20,83%; persentase
tingkat kesukaran soal sukar 4,17%, sedang 50%, mudah 45,83%; dan kunci jawaban 70,83%
efektif; (3) profil belajar individu peserta didik dapat memberi laporan yang informatif mengenai
kemampuan dan kesulitan belajar kimia peserta didik.

Kata Kunci: Penelitian pengembangan model Akker, diagnosis kesulitan belajar, testlet,
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur, profil belajar individu.

PENDAHULUAN
Proses belajar setiap orang Sekolah memegang peranan yang
berbeda-beda. Pada dasarnya setiap cukup utama dalam proses belajar
orang dapat belajar apa saja jika secara formal. Sekolah memiliki
mendapat kondisi yang tepat [1]. kurikulum yang sudah ditetapkan yang
Adanya perbedaan kondisi belajar yang memuat berbagai mata pelajaran yang
tepat bagi peserta didik akan harus dipelajari peserta didik. Pada
menyebabkan timbulnya kesulitan tingkatan SMA salah satu mata
belajar. Ada dua faktor utama yang pelajaran yang perlu dipelajari peserta
mempengaruhi kesulitan belajar yaitu didik adalah mata pelajaran kimia.
faktor eksternal dan internal. Faktor Kimia merupakan salah satu
internal terkait kondisi jasmani dan cabang ilmu sains yang sangat penting
psikologi peserta didik; sedangkan karena dapat membuat peserta didik
faktor eksternal terkait lingkungan memahami fenomena yang terjadi di
keluarga, sekolah, dan masyarakat [2]. sekitar mereka [4]. Namun tidak sedikit
Hal tersebut didukung oleh penelitian orang mengatakan bahwa ilmu kimia itu
Sari & Suyanta (2013) bahwa faktor sulit. Salah satu penyebab materi ini
penyebab kesulitan belajar kimia sulit adalah karena pengetahuan kimia
peserta didik adalah guru, peserta didik, dipelajari dalam tiga level disebut
lingkungan, dan materi pelajaran [3]. segitiga level representasi kimia

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 222


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

(triangle levels of representations) yang tes tengah semester dan tes akhir
mencakup gambaran makroskopis semester. Tipe soal yang digunakan
(dapat diobservasi langsung), sub- bervariasi disesuaikan jenis materi,
mikroskopis (atom, ion, molekul) dan namun biasanya yang digunakan adalah
simbolis (lambang, formula, persamaan, tes pilihan ganda dan uraian. Tes uraian
hitungan) [4]. Selain itu, salah satu ciri digunakan bila guru ingin melihat proses
ilmu kimia yang disebutkan oleh Kean berpikir peserta didik melalui uraian
dan Middlecamp [5] bahwa sebagian jawaban peserta didik. Namun dalam
besar ilmu kimia umumnya bersifat hal ini, dirasakan oleh guru bahwa
abstrak sehingga cenderung berpotensi waktu yang diperlukan lebih banyak bila
menyebabkan kesulitan belajar dan dibandingkan dengan tipe soal pilihan
pemahaman konsep yang salah pada ganda. Namun dengan soal pilihan
peserta didik. ganda guru tidak dapat menemukan
The United States Office of proses berpikir peerta didik Ada pula
Education (USOE) menyatakan guru yang lebih memilih tipe soal pilihan
bahwa “Kesulitan belajar adalah suatu ganda karena dirasa lebih efisisen
gangguan dalam satu atau lebih dari waktu penilaian. Dari pemaparan guru-
proses psikologis dasar yang mencakup guru mata pelajaran kimia dapat
pemahaman dan penggunaan bahasa diketahui bahwa guru kesulitan
ajaran atau tulisan...” [6]. Untuk dapat melakukan diagnosis terhadap kesulitan
mengatasi kesulitan belajar kimia belajar peserta didik secara efektif dan
peserta didik, maka salah satu cara efisien terkait keterbatasan waktu. Oleh
yang perlu dilakukan adalah dengan karena itu, peserta didik yang
diagnosis untuk mengetahui tingkat dan mengalami kesulitan belajar (nilai masih
letak kesulitan belajar peserta didik dibawah KKM) kurang mendapat
melalui tes diagnostik. Tes diagnostik perhatian dan diminta belajar mandiri
adalah tes yang dilaksanakan untuk untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
menentukan secara tepat jenis Dari hasil pemeriksaan
kesukaran yang dihadapi peserta didik pendahuluan juga ditemukan bahwa
dalam suatu mata pelajaran tertentu [7]. peserta didik kelas X sebanyak 62,87%
Sebelumnya telah dilakukan mengalami kesulitan belajar terhadap
pemeriksaan pendahuluan (preliminary pokok bahasan struktur atom dan sistem
investigation) dilakukan untuk periodik unsur; 63,47% mengalami
mengetahui kemungkinan kesulitan kesulitan belajar terhadap pokok
belajar yang dialami peserta didik pada bahasan ikatan kimia, dan 73,05%
kelas X semester ganjil dan upaya yang mengalami kesulitan belajar terhadap
pernah dilakukan guru untuk mendeteksi pokok bahasan stoikiometri. Meskipun
kesulitan belajar kimia peserta didik. materi struktur atom dan sistem periodik
Pemeriksaan dilakukan dengan unsur bukan materi tersulit namun
wawancara terhadap guru mata karena materi tersebut termasuk materi
pelajaran kimia dan menggunakan dasar untuk dapat memahami konsep
angket terhadap peserta didik. yang lebih tinggi, maka pemahaman dan
Pemeriksaan pendahuluan dilakukan kesulitan belajar peserta didik terhadap
pada bulan Maret 2013 pada 3 guru materi struktur atom dan sistem periodik
mata pelajaran kimia dan pada 167 unsur perlu dideteksi terlebih dahulu.
peserta didik kelas X tahun pelajaran Oleh karena itu materi kimia yang dipilih
2012/2013 yang berasal dari SMA Batik pada penelitian ini adalah pokok
2, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 2 bahasan struktur atom dan sistem
Surakarta. periodik unsur.
Berdasarkan hasil wawancara Tes bentuk pilihan ganda dan
dengan guru-guru mata pelajaran kimia uraian masing-masing memiliki
SMA, diketahui bahwa pada umumnya kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
guru mendiagnosis kesulitan belajar tes uraian antara lain: (1) mudah
peserta didik dengan melihat hasil disusun; (2) guru dapat menilai peserta
evaluasi, baik dari nilai ulangan harian, didik mengenai kreativitas, menganalisis

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 223


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

dan mensintesis suatu soal; (3) guru diharapkan dapat membantu guru untuk
dapat memperoleh data-data mengenai mendiagnosis kesulitan belajar peserta
kepribadian peserta didik; (4) peserta didik dengan efektif dan efisien. Sebuah
didik tidak dapat menerka-nerka; (5) soal utama pada testlet ini terdiri dari
derajat ketepatan dan kebenaran beberapa soal pendukung yang saling
peserta didik dapat dilihat dari berkaitan dan disusun secara hirarkis.
ungkapan-ungkapan kalimatnya. Namun Butir-butir soal pendukung dibuat
kekurangan soal bentuk uraian antara memiliki tingkatan penyelesaian
lain: (1) sukar sekali menilai jawaban terhadap suatu stimulus (soal utama)
peserta didik secara tepat dan yang diberikan sehingga guru juga
komprehensif; (2) ada kecenderungan dapat mencermati kemampuan berpikir
guru untuk memberikan nilai seperti peserta didik dan menilainya secara
biasanya; (3) menghendaki respon- efisien. Butir-butir soal yang berkaitan
respon yang relatif panjang; (4) untuk akan mempengaruhi skor yang
mengoreksi jawaban diperlukan waktu diperoleh peserta didik, maka proses
yang lama sehingga kurang praktis jika pemberian skor akan menggunakan
jumlah peserta didik cukup banyak. Graded Respon Model (GRM). GRM
Disisi lain tes bentuk pilihan ganda merupakan salah satu model yang
memiliki kelebihan: (1) cara penilaian dikembangkan oleh Samejima untuk
dapat dilakukan dengan mudah, cepat menangani skoring pada butir-butir soal
dan objektif; (2) kemungkinan peserta politomus [11]. Dengan penskoran GRM
didik menjawab dengan terkaan dapat guru dapat mencermati proses berfikir
dikurangi; (3) dapat digunakan untuk peserta didik seperti halnya pada soal
menilai kemampuan peserta didik dalam uraian namun penskoran soal testlet
berbagai jenjang kemampuan kognitif; lebih efisien karena bersifat objektif dan
(4) dapat digunakan berulang-ulang; (5) politomus.
sangat cocok untuk jumlah peserta tes Dengan penskoran model GRM,
yang banyak. Namun tes bentuk pilihan item tes diselesaikan dengan tahapan-
ganda memiliki kekurangan tidak dapat tahapan seperti yang dijelaskan berikut
digunakan untuk mengukur kemampuan ini. Jawaban pada tahapan sebelumnya
verbal dan pemecahan masalah [8]. mempengaruhi pada tahap berikutnya,
Oleh karena itu diperlukan sehingga siswa yang menjawab benar
instrumen yang dapat menggabungkan pada tahapan pertama diberi skor 1.
efisiensi tes pilihan ganda dan efektifitas Apabila siswa menjawab benar pada
tes uraian yaitu dapat memberikan tahapan kedua, dan tahapan pertama
kemudahan dalam pemeriksaan benar, diberi skor 2. Siswa yang dapat
jawaban peserta didik serta dapat menjawab benar keseluruhan tahapan,
memberikan informasi diagnostik diberi skor 3. Siswa yang menjawab
tentang kelemahan dan kemampuan tahapan kedua benar, tetapi tahapan
belajar peserta didik. Dalam hal ini pertama salah atau pada kedua tahapan
peneliti mencoba mengembangkan siswa menjawab salah diberi skor 0 [12].
bentuk soal pilihan ganda menggunakan Penelitian dan pengembangan
model testlet sebagai alternatif untuk instrumen yang pernah dilakukan ialah
mendeteksi kesulitan belajar kimia pengembangan instrumen penilaian
peserta didik. two-tier multiple choice [13]. Namun
Testlet merupakan sekumpulan pada penelitian ini, instrumen yang
butir soal yang mengungkapkan dikembangkan tidak ditujukan sebagai
informasi yang sama dimana butir soal- instrumen tes diagnostik. Untuk
butir soal tersebut dianggap dan penelitian pengembangan tes diagnostik
diperlakukan sebagai satu kesatuan yang pernah dilakukan sebelumnya
soal [9]; bendel kecil atau grup ialah pengembangan tes diagnostik
pertanyaan penilaian yang berbagi pada materi teori mekanika kuantum
suatu stimulus utama [10]. Soal model dan ikatan kimia untuk mendiagnosis
testlet memadukan kelebihan soal kesulitan belajar peserta didik
pilihan ganda dan soal uraian berdasarkan interpretasi jawaban [14].

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 224


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

Namun pada penelitian ini tes diagnostik Teknik analisis data hasil
tidak dilengkapi program analisis data preliminary investigation dan theoretical
untuk mempresentasikan profil belajar embedding berupa analisis deskriptif
peserta didik. dari angket dan wawancara untuk
Profil belajar peserta didik menemukan pokok bahasan kesulian
merupakan gambaran kemampuan dan belajar peserta didik dan analisis hasil
kelemahan belajar peserta didik yang telaah pemilihan indikator esensial;
didasarkan pada indikator kompetensi teknik analisis tahap empirical testing
yang disusun pada suatu materi dilakukan analisis kualitatif dan analisis
pelajaran. Profil belajar peserta didik kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil
dapat digunakan untuk mendeteksi telaah pada pemilihan indikator
indikator kompetensi yang belum esensial; hasil penelaahan terhadap
dicapai oleh peserta didik sehingga prototype butir soal oleh tim ahli yaitu
dapat menjadi masukan bagi peserta guru mata pelajaran kimia SMA di
didik untuk dapat meningkatkan Surakarta dan dosen Pendidikan Kimia
kemampuan belajarnya. FKIP UNS; hasil diskusi dengan peserta
didik pada uji coba terbatas dengan 30
METODE PENELITIAN peserta didik kelas XI yang berasal dari
Penelitian ini merupakan penelitian SMA Negeri 5, SMA Negeri 2, dan SMA
pengembangan (Research and Batik 2 Surakarta; dan hasil angket uji
Development/ R&D) yang berorientasi kepuasan pengguna (guru kimia)
pada produk. Digunakan sebagai terhadap program analisis data untuk
intrumen tes pendeteksi kesulitan mengetahui profil peserta didik. Data
belajar peserta didik. Prosedur kuantitatif berupa respon jawaban
penelitian ini menggunakan model Akker peserta didik pada uji coba skala luas
[15] yang menerapkan 4 tahapan utama untuk menentukan karakteristik butir
yaitu: (1) pemeriksaan pendahuluan soal yang diperoleh dari 185 peserta
(preliminary investigation) yang didik kelas X dari SMA Negeri 5, SMA
dimaksudkan untuk mengetahui Negeri 2, dan SMA Batik 2 Surakarta.
kesulitan peserta didik terhadap materi Validitas isi ditentukan dengan
kelas X semester ganjil melalui angket menggunakan formula Aiken, yaitu:
kepada peserta didik kelas X semester
genap dan wawancara terhadap guru- V = S / [n*(c-1)]
guru kimia SMA di Surakarta; (2) dimana S = Σ ni (r-ℓo)
penyesuaian teoritis (theoretical
embedding) dilakukan kajian literatur keterangan:
tentang prosedur penyusunan instrumen V : indeks validitas dari Aiken
model testlet dan prosedur penskoran ni : banyaknya penilai (raters) yang
dengan menggunakan model Graded memilih kriteria i
Response Model (GRM) melalui c :banyaknya kategori/criteria
penyusunan indikator kompetensi, r : kriteria ke i
pemilihan indikator kompetensi esensial ℓo : kategori terendah
hingga penyusunan butir soal testlet; (3) n : jumlah seluruh penilai
uji empiris (empirical testing) meliputi uji
ahli, uji coba terbatas dan uji coba skala Nilai V berkisar pada 0-1 dan kriteria
luas; dan (4) proses dan hasil: yang digunakan untuk menyatakan
dokumentasi, analisis dan refleksi sebuah butir soal dikatakan valid secara
(documentation, analysis, and reflection isi pada jumlah rater (penilai) sebanyak
on process and outcome) dilakukan 7 orang adalah 0,76 [16].
analisis untuk mendapatan karakteristik
butir soal, produk akhir, dan profil
belajar peserta didik. Bagan prosedur
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 225


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

Studi Pendahuluan

Studi Studi
Preliminary
Lapangan Literatur investigation

Menentukan Pokok Bahasan

Penyusunan indikator
kompetensi
revisi
theoretical
Pemilihan indikator esensial embedding
Tidak
Diterima
diterima

Penyusunan kisi-kisi dan penulisan butir-


butir soal (prototype produk)

revisi

Validasi Ahli
Tidak
Diterima diterima

Uji coba terbatas empirical


Tidak testing
diterima
Diterima
Revisi
Tidak Produk
diterima Uji coba skala luas
dan uji kepuasan
pengguna
Revisi
Produk documentation, analysis,
Diterima and reflection on process
and outcome
Produk Akhir

Gambar 1. Bagan Prosedur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN dan sifat-sifat periodik unsur dalam


1. Produk Instrumen Pendeteksi tabel periodik serta menyadari
Kesulitan Belajar Kimia keteraturannya, melalui
menggunakan Model Testlet pemahaman konfigurasi elektron.
Instrumen pendeteksi kesulitan Masing-masing kompetensi dasar
belajar kimia menggunakan model tersebut diuraikan menjadi
testlet yang telah disusun berjumlah beberapa indikator kompetensi
48 butir soal dengan 17 soal utama yang didiskusikan dengan panelis
pada bab struktur atom dan sistem sehingga dapat mendukung untuk
periodik unsur dengan kompetensi pelaksanaan pengembangan
dasar mendeskripsikan struktur instrumen pendeteksi kesulitan
atom berdasarkan teori atom Bohr, belajar kimia yang akan diujikan.
sifat-sifat unsur, massa atom relatif, Contoh penulisan soal pilihan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 226


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

ganda model testlet dapat dilihat Penelaahan secara kualitatif


pada Tabel 1. meliputi materi yang menjadi pokok
bahasan perangkat tes, konstruksi,
Tabel 1. Contoh penulisan soal dan bahasa penulisan butir soal
pilihan ganda model testlet terdapat masukan terhadap
Informasi berikut digunakan untuk sejumlah butir soal. Secara umum
mengerjakan soal no 17 dan 18. didapatkan gambaran bahwa tiap-
tiap butir soal telah baik secara
Notasi unsur kalium adalah
materi yang meliputi kesesuaian
17. Jumlah elektron unsur kalium di materi dengan kompetensi,
atas adalah .... ketepatan kunci dan pengecoh.
a. 39 Secara konstruksi, butir soal telah
b. 31 dirumuskan secara jelas dan tegas,
c. 19 tidak memberi petunjuk ke arah
d. 16 jawaban yang benar, tidak
e. 15 mengandung pernyataan yang
18. Konfigurasi elektron unsur bersifat negatif ganda, pilihan
kalium di atas adalah .... jawaban yang berupa angka sudah
a. 2, 8, 5 disusun berdasarkan urutan besar
b. 2, 8, 9 kecilnya nilai angka, Gambar,
c. 2, 8, 8, 1 grafik, tabel, diagram, dan
d. 2, 8, 8, 2 sejenisnya yang terdapat pada soal
e. 2, 8, 18, 8, 3 sudah jelas dan berfungsi dengan
baik. Secara bahasa atau budaya
2. Validasi Tim Ahli soal sudah menggunakan kaidah
Sebelum diujicobakan, instrumen bahasa yang sesuai dengan kaidah
pendeteksi kesulitan belajar kimia bahasa Indonesia, menggunakan
ditelaah terlebih dahulu oleh tim bahasa yang komunikatif, dan
ahli. Tim ahli dalam penelitian ini pilihan jawaban tidak mengulang
melibatkan 7 panelis yakni 3 guru kata atau frase yang bukan satu
mata pelajaran kimia yang berasal kesatuan.
dari sekolah tujuan pengujian
instrumen tes, 2 guru mata 3. Hasil Uji Coba
pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Uji coba terbatas dilaksanakan
dan SMA Negeri 7 Surakarta, serta dengan melibatkan 3 SMA di
2 dosen yang berasal dari Surakarta, yaitu SMA Negeri 1,
lingkungan program studi SMA Negeri 5 dan SMA Batik 2
pendidikan kimia FKIP UNS. Telaah Surakarta. Uji coba diikuti oleh 10
yang dilakukan merupakan telaah peserta didik kelas XI IPA pada
secara kualitatif dan kuantitatif. masing-masing sekolah. Setiap
Penelaahan secara kuantitatif peserta didik diberikan naskah soal
memiliki empat kriteria penilaian dengan 48 butir soal pilihan ganda
yaitu tidak relevan (TR), kurang model testlet dan waktu pengerjaan
relevan (KR), cukup relevan (CR) 90 menit.
dan relevan (R). Berdasarkan Uji coba skala terbatas bertujuan
analisis dengan formula Aiken, untuk mengetahui aspek
dengan 7 orang panelis maka soal keterbacaan kalimat-kalimat soal
dikatakan valid apabila indeks oleh peserta didik. Keterbacaan
validitas isinya sebesar 0,76 atau butir soal diperoleh dari pertanyaan
lebih [16]. Rentang indeks validitas peserta didik terhadap butir soal
isi tiap butir soal yang diperoleh pada naskah soal model testlet.
adalah 0,76<V<1 sehingga dapat Peserta didik diminta untuk
dikatakan seluruh butir soal memiliki membaca dan mencermati setiap
validitas isi yang baik. butir soal pada waktu pengerjaan
tes. Pemahaman para peserta didik

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 227


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

terhadap kalimat-kalimat yang kelas X model testlet memiliki


digunakan dalam soal sangat validitas isi Aiken dengan rentang
diperlukan agar nantinya tiap butir 0,76-1 yang berarti soal memiliki
soal yang dihasilkan juga dapat validitas isi baik; reliabilitas sebesar
dipahami oleh peserta didik kelas X 0,83 yang berarti soal memiliki
pada saat uji coba skala luas. reliabilitas tinggi; jumlah soal
Uji coba skala luas dilakukan dengan daya beda baik sekali
pada 3 SMA di Surakarta yaitu SMA sebesar 47,91%; baik 12,5%; cukup
Negeri 2, SMA Negeri 5, dan SMA 18,75%; dan jelek 20,83%; jumlah
Batik 2 Surakarta. Uji coba ini soal dengan tingkat kesukaran
melibatkan 2 kelas X pada masing- sukar 4,17%; sedang 50%; dan
masing sekolah yang dipilih secara mudah 45,83%; dan kunci jawaban
acak. Setiap peserta didik diberikan 70,83% efektif. Karakteristik butir
naskah soal dengan 48 butir soal soal dianalisis dengan program
pilihan ganda model testlet dan Anates. Karakteristik butir soal
waktu pengerjaan 90 menit. berdasarkan hasil analisis dapat
Karakteristik butir soal instrumen dilihat pada Tabel 2, Tabel 3 dan
pendeteksi kesulitan belajar kimia Tabel 4.

Tabel 2. Daya Beda Butir Soal


No. Karakeristik Nomor soal Jumlah (%)
1. Baik sekali 1, 2, 5, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 25, 26, 27, 47,92
28, 29, 33, 34, 38, 39, 41, 42, 46, 47
2. Baik 6, 19, 30, 37, 44, 48 12,50
3. Cukup 8, 20, 21, 22, 24, 31, 35, 36, 45 18,75
4. Jelek 3, 4, 7, 10, 11, 17, 23, 32, 40, 43 20,83

Tabel 3. Tingkat Kesukaran Butir Soal


No. Karakeristik Nomor soal Jumlah (%)
1. Sukar 10, 39 4,17
2. Sedang 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 11, 16, 17, 18, 25, 27 , 31, 50,00
32, 34, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 45, 46
3. Mudah 4, 5, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 45,83
26, 28, 29, 30, 33, 35, 36, 44, 47, 48

Tabel 4. Efektifitas Kunci Jawaban


No. Karakeristik Nomor soal Jumlah (%)
1. Baik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 70,83
18, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38,
40, 41, 42, 44, 45, 46, 47.
2. Jelek 10, 11, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 30, 35, 43, 29,17
47, 48.

4. Kajian Produk Akhir


Instrumen berupa naskah soal yang mengetahui kemampuan belajar
dikembangkan dalam penelitian ini peserta didik. Pada satu soal utama
dibuat dalam bentuk paper and yang memiliki beberapa soal
pencil. Soal pilihan ganda model pendukung yang disusun secara
testlet terdiri dari 48 butir soal hirarki, penskoran dibuat bertingkat
dengan 17 soal utama, memiliki 5 dimana tiap skor yang dihasilkan
option jawaban, dan waktu memiliki makna. Makna pada tiap
pengerjaan 90 menit. Dengan skor memiliki peran pemahaman
penskoran secara Graded yang dicapai peserta didik sesuai
Response Model (GRM), guru bisa dengan indikator kompetensi yang

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 228


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

telah disepakati sebelumnya. yang dikembangkan dilengkapi


Sebagai contoh satu soal testlet dengan program pengolah data
dengan soal pendukung nomor 1-3 yang bertujuan untuk membantu
akan memiliki skor sempurna 3 jika guru dalam menganalisis jawaban
peserta didik mampu menjawab peserta didik dan dapat mengetahui
ketiga soal pendukung dengan profil belajar individu peserta didik.
tepat. Namun jika pada soal nomor Program analisis data berbasis
1 peserta didik salah menjawab microsoft excel terdiri dari 6 kolom
maka meskipun nomor 2 dan 3 utama yaitu kolom nomor, nama
peserta didik menjawab dengan peserta didik, jawaban soal, skor
benar namun satu bendel soal soal, skor total dan nilai. Layout ini
testlet tersebut bernilai 0 sebab soal berada pada sheet 1, untuk sheet 2,
nomor 1 merupakan prasyarat 3, dan seterusnya berisi profil
untuk dapat mengerjakan nomor 2 belajar atau deskripsi kemampuan
kemudian dapat mengerjakan belajar peserta didik. Pada profil
nomor 3. Dengan penskoran ini peserta didik tersebut guru dapat
guru dapat mendiagnosis letak melihat kemampuan belajar terkait
kesulitan belajar kimia pada peserta materi apa saja yang telah dikuasai
didik sehingga dapat dilakukan maupun yang belum dikuasai tiap
tindak lanjut untuk mengatasi peserta didik. Layout profil belajar
kesulitan belajar peserta didik. individu peserta didik dapat dilihat
Selain naskah soal, instrumen pada Gambar 2 dan Gambar 3.
pendeteksi kesulitan belajar kimia

Diperbesar tampak sebagai berikut:


(a)

(b)

Gambar 2. Layout program analisis data kesulitan belajar kimia dengan model testlet
pada sheet 1; (a) perbesaran bagian kiri; (b) perbesaran bagian kanan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 229


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

Gambar 3. Layout profil belajar individu peserta didik pada sheet 2

Berdasarkan Gambar 3 di atas, guru 18,75%; dan jelek 20,83%; jumlah soal
dapat melihat deskripsi kemampuan dengan tingkat kesukaran sukar 4,17%;
peserta didik dan bagian yang belum sedang 50%; dan mudah 45,83%; dan
dipahami peserta didik. Dari profil kunci jawaban 70,83% efektif; (3) profil
belajar yang disajikan dapat disimpulkan belajar individu peserta didik dapat
bahwa peserta didik sudah menguasai memberi laporan yang informatif
kemampuan untuk mendeskripsikan mengenai kemampuan dan kesulitan
teori atom Dalton dan kelemahannya. belajar kimia peserta didik.
Namun belum menguasai kemampuan
untuk mendeskripsikan teori atom J.J. UCAPAN TERIMA KASIH
Thomson pada bagian mengidentifikasi Terima kasih kami ucapkan
kelemahan teori atom J.J. Thomson. kepada Ibu Dra. Arni Astuti, M.Pd.,
selaku guru mata pelajaran Kimia SMA
KESIMPULAN Negeri 1 Surakarta; Bapak Drs. Ari
Dari hasil penelitian, maka dapat Harnanto, M.Si., selaku guru mata
diambil simpulan bahwa: (1) penelitian pelajaran Kimia SMA Negeri 5
ini menghasilkan instrumen pendeteksi Surakarta; Bapak Ispriyanto, S.Pd.,
kesulitan belajar kimia kelas X M.Pd., selaku guru mata pelajaran Kimia
menggunakan model testlet pada bab SMA Batik 2 Surakarta; Ibu CME
Struktur Atom dan Sistem Periodik Widyastuti, S.Pd., M.M., selaku guru
Unsur yang terdiri dari butir soal dan mata pelajaran Kimia SMA Negeri 2
program analisis datanya; (2) Surakarta; Ibu Dra. Reni Ernawati,
karakteristik butir soal instrumen M.Pd., selaku guru mata pelajaran Kimia
pendeteksi kesulitan belajar kimia kelas SMA Negeri 7 Surakarta; Bapak Prof.
X model testlet memiliki validitas isi Dr. Ashadi selaku dosen ahli evaluasi;
Aiken dengan rentang 0,76-1 yang Ibu Budi Utami, S.Pd., M.Pd., selaku
berarti soal memiliki validitas isi baik; dosen ahli materi; beserta seluruh pihak
reliabilitas sebesar 0,83 yang berarti yang turut berperan dalam penelitian ini.
soal memiliki reliabilitas tinggi; jumlah
soal dengan daya beda baik sekali
sebesar 47,91%; baik 12,5%; cukup

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 230


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 222-231

DAFTAR RUJUKAN
[12] Susongko, P. (2010). Jurnal
[1] Arifin, M. (1995). Pengembangan Penelitian dan Evaluasi
Program Pengajaran Bidang Pendidikan, 14 (2), 269-288
Studi Kimia. Surabaya: Airlangga
[13] Shidiq, A.S., Masykuri, M., &
University Press.
Susanti V.H., E. (2014). Jurnal
[2] Slameto. (2003). Belajar dan Pendidikan Kimia (JPK), 3 (4),
Faktor-faktor yang 83-92.
Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
[14] Putri, K.P., & Rinaningsih.
Rineka Cipta.
(2013). Unesa Journal of
[3] Sari, A.R. & Suyanta. (2013). Chemical Education, 2 (2), 159-
Analisis Kesulitan Belajar Kimia 172.
Peserta Didik SMA Kelas X
[15] Van den Akker, J. (1999).
Semester Gasal di Kabupaten
Principle Methods of
Sleman. (Abstrak Skripsi)
Development Resesarch.
[4] Sirhan, G. (2007). Journal of Netherlands : University of
Turkish Science Education, 4 (2), Twente.
2-20.
[16] Aiken, L.R. (1985). Educational
[5] Kean, E., & Middlecamp, C. and Psychological Measurement,
(1985). Panduan Belajar Kimia 45: 131-142.
Dasar. Terj. A. Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: PT.
Gramedia.
[6] Abdurrahman, M. (2003).
Pendidikan Bagi Anak Kesulitan
Belajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
[7] Sudijono, A. (2005). Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT. Radja Grafindo Persada.
[8] Arifin, Z. (2013). Evaluasi
Pembelajaran: Prinsip, Teknik,
Prosedur. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
[9] Embretson, S.E., & Reise, S.P.
(2000). Item Response Theory
for Psychologist. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.
[10] Scalise, K., & Wilson, M. (2007).
Bundle Models for Computerized
Adaptive Testing in E-Learning
Assessment. In D. J. Weiss
(Ed.). Proceedings of the 2007
GMAC Conference on
Computerized Adaptive Testing.
[11] De Ayala, R.J., Dodd, B.G., &
Koch, W.R. (1989). Applied
Psychological Measurement, 13
(2), 129-143.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 231

Anda mungkin juga menyukai