1. Rasional
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya.
Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-
gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang
bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat
objektif tentang alam sekitar beserta isinya. Secara umum IPA meliputi ilmu kimia,
biologi dan fisika. Di jenjang SMP, ketiga ilmu tersebut dirangkum dalam mata
pelajaran IPA Terpadu. Diantara ketiga ilmu tersebut, pelajaran kimia mendapatkan
porsi pembelajaran lebih sedikit dibandingkan Biologi dan Fisika. Maka dari itu perlu
adanya pengembangan kurikulum pada mata pelajaran Kimia.
Secara singkat, Ilmu Kimia adalah ilmu rekayasa materi yaitu mengubah suatu
materi menjadi materi yang lain. Secara lengkap, Ilmu Kimia adalah ilmu yang
mempelajari tentang :
a. Susunan materi = mencakup komponen-komponen pembentuk materi dan
perbandingan tiap komponen tersebut.
b. Struktur materi = mencakup struktur partikel-partikel penyusun suatu materi atau
menggambarkan bagaimana atom-atom penyusun materi tersebut saling berikatan.
c. Sifat materi = mencakup sifat fisis (wujud dan penampilan) dan sifat kimia. Sifat
suatu materi dipengaruhi oleh : susunan dan struktur dari materi tersebut.
d. Perubahan materi = meliputi perubahan fisis/fisika (wujud) dan perubahan kimia
(menghasilkan zat baru).
e. Energi yang menyertai perubahan materi = menyangkut banyaknya energi yang
menyertai sejumlah materi dan asal-usul energi itu.
Ilmu Kimia dikembangkan oleh para ahli kimia untuk menjawab pertanyaan
“apa” dan “mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam. Pengetahuan yang lahir
dari upaya untuk menjawab pertanyaan “apa” merupakan suatu fakta yaitu : sifat-sifat
materi yang diamati sama oleh setiap orang akan menghasilkan Pengetahuan
Deskriptif. Pengetahuan yang lahir dari upaya untuk menjawab pertanyaan
“mengapa” suatu materi memiliki sifat tertentu akan menghasilkan Pengetahuan
Teoritis
Kajian kimia terdiri dari tiga aspek yang saling terkait satu dengan yang lain
yang dilukiskan sebagai triangle, yaitu makroskopis, submikroskopis, dan simbolik.
Aspek makroskopis merupakan fenomena yang bisa diobservasi (dilihat, dirasakan,
dan dicium). Aspek submikroskopis adalah kajian konseptual dibalik fenomena yang
tidak kasat mata, seperti: atom, molekul, ion, dan struktur. Aspek representasional
atau simbolik adalah bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan kimia,
seperti: notasi atau formula kimia, persamaan matematika, dan grafik. Ketiga aspek
ini mengkontribusi kualitas pemahaman pebelajar yang akan direfleksikan dalam
model mental mereka saat menjelaskan fenomena.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, KTSP, aspek kimia secara lebih
eksplisit telah dimasukkan ke dalam kurikulum sains IPA di SMP yang substansinya
dikemas dalam bentuk IPA terpadu. Beberapa konsep kimia yang sangat mendasar
ditiadakan di kurikulum SMA dan dibawa ke kurikulum SMP, seperti; konsep partikel
materi, unsur senyawa, campuran, jenis partikel materi, perubahan materi, reaksi
kimia, dan nama serta rumus kimia zat.
Berdasarkan pada hakekat pembelajaran kimia yang notabene memberikan
penekanan khusus pada aspek mikroskopis dan harus mampu mengintegrasikan ketiga
aspek kajian (makroskopis, mikroskopis dan simbolik) maka penyajian konsep kimia
pada pelajaran IPA dalam kurikulum KTSP memiliki beberapa kelemahan yaitu :
1. Penyajian konsep kimia di SMP (dalam mata pelajaran IPA) tidak dimulai dari
tatanan mikroskopik. Hal ini bisa dilihat pada konsep kimia yang disajikan di
Kelas VII semester I, siswa malah diperkenalkan tentang konsep asam basa,
rumus kimia dan tentang unsur, senyawa dan campuran. Padahal untuk memahami
konsep-konsep tersebut, siswa harus sudah memiliki pemahaman yang kuat
tentang konsep atom, ion dan molekul. Namun konsep tentang atom, ion dan
molekul justru baru diperkenalkan di kelas VIII semester I.
2. Penyajian konsep kimia cenderung saling lepas antara kajian kimia yang sifatnya
makroskopis, mikroskopis dan simbolik. Padahal dalam menjelaskan konsep
kimia, ketiga kajian tersebut haruslah saling berkaitan. Misalnya, ketika
menyajikan materi tentang perubahan kimia (Kelas VII semester I) mestinya harus
juga disajikan bagaimana konsep perubahan kimia dari segi makroskopis,
mikroskopis dan simbolik. Bukan hanya dari sisi makroskopis semata.
3. Di Kelas VII semester I yang merupakan kelas awal di SMP, siswa mestinya
diperkenalkan tentang apa itu ilmu kimia dan contoh bahan-bahan kimia.
Sehingga diharapkan siswa memiliki minat untuk mempelajari kimia baik ketika
masih di SMP ataupun di SMA. Namun, kenyataannya di kelas VII semester I,
justru konsep asam dan basa yang terlebih dahulu diperkenalkan yang notabene
merupakan konsep yang sulit jika belum ditunjang oleh pemahaman kimia pada
aspek mikroskopis.
4. Konsep kimia, hanya diajarkan hingga kelas VIII semester I dan distribusinya
tidak merata. Harusnya, di setiap jenjang kelas dan setiap semester sehingga siswa
bisa mengaitkan konsep kimia satu sama lain yang telah ia pelajari di setiap
jenjang dan untuk mempertahankan keajegan konsep kimia pada siswa sebelum
menempuh pendidikan di SMA yang notabene juga terdapat pelajaran Kimia
dengan konsep yang lebih kompleks.
Evaluasi
Menentukan &
Mengorganisasi Isi
Menentukan &
Mengorganisasi Metode
Ilmu Kimia dan Perannannya, Bahan Kimia, Zat Adiktif dan Psikotropika
- Siswa mampu mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan
garam melalui alat dan indikator yang tepat
- Siswa mampu melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari
KEMAMPUAN SISWA TP P
d. Merancang eksperimen
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Setelah itu ditentukan pihak-pihak yang terlibat dalam perancangan kurikulum
yakni :
1. Kepala sekolah
2. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum
3. Guru IPA
4. Perwakilan komite sekolah
5. Dosen dari LPTK
Untuk rancangan validasi adalah sebagai berikut :
1. Validasi ahli sebelum kurikulum diimplementasikan
2. Kedua, validasi dilakukan setelah menempuh tahap ujicoba (terbatas dan luas).Pada
tahap ini dilakukan uji produk dan sosialisasi hasil kegiatan uji produk.
3 Memahami konsep - Membandingkan sifat unsur, senyawa, dan -Unsur, senyawa dan VIII I
unsur, senyawa dan campuran campuran
campuran - Membandingkan molekul unsur dan molekul -Tata nama unsur
senyawa -Rumus kimia
- Menjelaskan nama unsur dan rumus kimia
sederhana
4 Memahami berbagai - Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia -Sifat fisika dan kimia zat VIII II
sifat dalam perubahan zat -Perubahan fisika dan
fisika dan kimia - Menyimpulkan perubahan fisika dan kimia kimia zat
berdasarkan hasil percobaan sederhana -Reaksi kimia
- Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia
melalui percobaan sederhana
- Membandingkan kondisi atom/molekul
dalam suatu unsur/senyawa saat mengalami
perubahan fisika dan perubahan kimia
No 3.Standar
Tabel Kompetensi
Pemilihan Kompetensi Dasar
dan Organisasi Metode Materi Pelajaran Kelas Semester Metode
Pembelajaran
1 Memahami kegunaan - Menjelaskan definisi ilmu -Ilmu Kimia VII I -Ceramah
ilmu kimia dalam kimia serta peranannya dalam -Peranan Ilmu Kimia -Tanya Jawab
kehidupan. kehidupan manusia dalam kehidupan -Diskusi
- Mengkomunikasikan informasi manusia -Pemecahan
tentang kegunaan dan efek -Bahan Kimia Masalah
samping bahan kimia -Zat Adiktif dan -Discovery
- Mendeskripsikan bahan kimia Psikotropika
alami dan bahan kimia buatan
dalam kemasan yang terdapat
dalam bahan makanan
- Mendeskripsikan
sifat/pengaruh zat adiktif dan
psikotropika
- Menghindarkan diri dari
pengaruh zat adiktif dan
psikotropika
2 Memahami konsep - Menjelaskan konsep atom, ion, Atom, Ion dan VII II -Ceramah
partikel materi dan molekul Molekul -Tanya Jawab
- Menghubungkan konsep atom, -Diskusi
ion, dan molekul dengan -Demonstrasi
produk kimia sehari-hari
3 Memahami konsep - Membandingkan sifat unsur, -Unsur, senyawa dan VIII I -Ceramah
unsur, senyawa dan senyawa, dan campuran campuran -Diskusi
campuran - Membandingkan molekul -Tata nama unsur -Tanya Jawab
unsur dan molekul senyawa -Rumus kimia -Presentasi
- Menjelaskan nama unsur dan
rumus kimia sederhana
4 Memahami berbagai - Membandingkan sifat fisika -Sifat fisika dan VIII II -Ceramah
sifat dalam perubahan dan sifat kimia zat kimia zat -Diskusi
fisika dan kimia - Menyimpulkan perubahan -Perubahan fisika dan -Tanya Jawab
fisika dan kimia berdasarkan kimia zat -Pemecahan
hasil percobaan sederhana -Reaksi kimia masalah
- Mengidentifikasi terjadinya -Discovery
reaksi kimia melalui
percobaan sederhana
- Membandingkan kondisi
atom/molekul dalam suatu
unsur/senyawa saat
mengalami perubahan fisika
dan perubahan kimia
5 Memahami proses - Menjelaskan macam-macam Pemisahan campuran IX I -Ceramah
pemisahan campuran proses pemisahan campuran. -Diskusi
berdasarkan sifat - Melakukan pemisahan -Discovery
fisika dan kimia campuran dengan berbagai -Latihan
cara berdasarkan sifat fisika Keterampilan
dan sifat kimia -Percobaan
6 Memahami - Mengelompokkan sifat Asam, Basa dan IX II -Ceramah
klasifikasi zat larutan asam, larutan basa, Garam -Diskusi
dan larutan garam melalui alat -Discovery
dan indikator yang tepat -Latihan
- Melakukan percobaan Keterampilan
sederhana dengan bahan- -Percobaan
bahan yang diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari
e. Evaluasi
Evaluasi kurikulum diartikan sebagai proses menyusun informasi dan argumen yang
memungkinkan individu dan kelompok tertarik untuk berpartisipasi dalam perdebatan kritis
tentang program khusus. Cara guru mendefinisikan evaluasi akan menentukan bagaimana
pendekatan yang akan dilakukan dalam mengevaluasi.
Langkah-Langkah Dalam Evaluasi Kurikulum
1. Fokus, bagian pertama dari prosedur yang sangat penting, untuk menentukan sifat dari
sebuah evaluasi. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut.
Identifikasi audiens
Mengklarifikasi tujuan evaluasi
Model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi kualitatif. Model ini
menggunakan metodologi kualitatif dalam pengumpulan data evaluasi. Menurut Reicchardt dan
Cook (1979:9), dan Patton (1980:44-45) metodologi kualitatif berkembang dari filsafat
fenomenologi. Selain penggunaan metodologi kualitatif, cirri khas lain dari model evaluasi
kualitatif ialah selalu menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai fokus utama evaluasi.
Oleh karena itu, kurikulum dalam dimensi kegiatan lebih mendapatkan perhatian dibandingkan
dimensi lain, tetapi tidak menyebabkan pengabaian evaluasi terhadap dimensi lain. Model utama
evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Ada tiga model evaluasi kualitatif :
a. Model Studi Kasus
Model ini memusatkan perhatiannya kepada kegiatan pengembangan kurikulum di satu
satuan pendidikan. Unit tersebut dapat saja berupa satu sekolah, satu kelas bahkan hanya seorang
guru atau kepala sekolah. Karakteristik model ini adalah data yang dikumpulkan terutama adalah
data kualitattatif. Data kualitatif kaya dengan deksripsi dan dianggap lebih memberikan makna
dibandingkan data kuantitatif. Data kualitatif dianggap lebih dapat mmengungkapkan apa yang
terjadi di lapangan. Proses yang direkam tidak dinyatakan dengan angka tetapi dengan ungkapan
menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam proses sebagai suatu rangkaian berkelasinambungan.
Meskipun demikian, model studi kasus tidak menolak pemakaian data kuantitatif apabila data
tersebut memang diperlukan.
Dalam menggunakan model evaluasi studi kasus, tindakan pertama yang harus
dilakukan evaluator ialah familiarisasi dirinya terhadap kurikulum yang dikaji. Familiarisasi ini
sangat penting sehingga dapat dikatakan bahwa evaluator yang tidak familiar terhadap kurikulum
dan lingkungan satuan pendidikan yang mengembangkan dan melaksanakan kurikulum tidak
boleh melakukan evaluasi.
b. Model Illuminatif
Model evaluasi illuminatif mendasarkan dirinya pada paradigm antropologi sosial. Model
illuminatif memberikan perhatian terhadap lingkungan luas dan bukan hanya kelas dimana suatu
inovasi kurikulum dilaksanakan. Bagi Indonesia, perhatian yang luas dari model illuminatif
memberikan kemungkinan pemahaman terhadap KTSP suatu satuan pendidikan yang lebih baik.
Ada dua dasar konsep utama, yaitu sistem instruksi (instructional system) dan
lingkungan belajar (learning milieu). Sistem instruksional disina diartikan sebagai “katalog,
perspektus dan laporan-laporan kependidikan yang secara khusus berisi berbagai macam rencana
dan pernyataan yang resmi berhubungan dengan pengaturan dan pengajaran.
c. Model Responsive
Model ini merupakan pengembangan lebih lanjut model countenancenya Stake,
meskipun beberapa hal terdapat perbedaan yang prinsipil. Pertama, model countenance
mempunyai fokus yang lebih luas dibanding model responsive. Model countenance memberikan
perhatian terhadap kurikulum sebagai suatu rencana, dalam model responsive, fokus yang
demikian sudah ditinggalkan.
Perbedaan kedua ialah dalam pendekatan pengembangan kriteria. Model countenance
berdasarkan pengembangan kriteria fidelity, model responsive mengembangkan kriterianya
berdasarkan pendekatan proses. Model responsive tidak berbicara tentang pemakaian instrumen
standar, tetapi memberikan perhatian yang besar interaaksi antara evaluator dengan pelaksana
kurikulum. Tanpa interaksi tidak satupun “isu” yang dapat diungkapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Evaluasi Kurikulum. Dalam http://tepenr06.wordpress.com (Diakses 10
November 2013)