Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pendidikan Sains Indonesia.

(Indonesian Journal of Science Education)


ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

JURNAL REVIEW : ANALISIS KEMAMPUAN MULTIPEL REPRESENTASI


MAHASISWA FKIP KIMIA UNIVERSITAS SAMUDRA SEMESTER II PADA
MATERI ASAM BASA DAN TITRASI ASAM BASA
Ade Nurul Izzah Harahap
Jurusan Pendidikan Kimia, FTK, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Jl. H.R Soebrantas
*Penulisan korenspondensasi, Email: adenurulizzahharahap09@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman makroskopik,
mikroskopik dan simbolik mahasiswa dengan tujuan memberikan pemahaman konseptual
yang utuh dan menyeluruh kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak membuat
interpretasi sendiri dalam memberikan gambaran mikroskopik. Penelitian dilaksanakan di
kota Langsa bertempat di Laboratorium Lanjut Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Samudra. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu mahasiswa
semester II dengan pertimbangan kelas hanya terdiri dari satu unit dan materi titrasi asam basa
hanya ada pada semester II. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu
dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan soal tes berbentuk
pilihan berganda. Hasil penelitian didapati bahwa profil kemampuan representasi mahasiswa
pada praktikum titrasi asam basa untuk tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik
berturut-turut sebesar 92% dengan kategori sangat baik, 82% dengan kategori cukup, dan
86% dengan kategori sangat baik. Dari ketiga indikator representasi kimia, indikator
submikroskopis memiliki persentase lebih rendah dibandingkan dengan indikator lainnya, hal
ini disebabkan mahasiswa sulit menerangkan fenomena reaksi kimia dari suatu larutan dengan
gambar molekul atau ion.
Kata Kunci: Analisis, Multipel representasi, titrasi asam basa

1
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

ABSTRACT
This study aims to determine the level of macroscopic, microscopic and symbolic
understanding of students with the aim of providing a complete and comprehensive
conceptual understanding to the students, so that students do not make their own
interpretation in giving microscopic description. The study was conducted in Langsa city at
the Chemistry Advanced Chemical Study Laboratory in Samudra University. Sampling
technique using purposive sampling that is student of second semester with class
consideration only consist of one unit and acid base titration material only exist in second
semester. The research method used is quasi-experimental with quantitative approach. Data
collection techniques use multiple choice questionnaires. The result showed that the profile of
student representation ability on acidic acid titration for macroscopic, submicroscopic, and
symbolic level was 92% with very good category, 82% with enough category, and 86% with
very good category. Of the three indicators of chemical representation, submicroscopic
indicators have a lower percentage than other indicators, because it is difficult for students to
explain the phenomenon of chemical reactions of a solution with molecular or ionic images.
Keywords: Analysis, multiple representation, acid-base titration.

PENDAHULUAN
Berdasarkan karakteristik dari ilmu kimia, pembelajaran kimia sudah seharusnya
dilaksanakan dalam rangka peningkatan keterampilan berpikir melalui pemecahan masalah
yang berkaitan dengan fenomena kimia. Pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan melalui
penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Masalah-masalah nyata itu dapat bersifat nyata
kasatmata dan dapat pula bersifat nyata namun tidak kasat mata, sebagaimana dinyatakan oleh
Johnstone bahwa fenomena kimia meliputi tiga level, yaitu makroskopik yang bersifat nyata
kasat mata,submikroskopik yang bersifat nyata tetapi tidak kasat mata (abstrak), dan
simbolik.[1]
Penyelesaian masalah tentang fenomena kimia dalam pembelajaran akan dapat
memberikan mahasiswa beberapa keuntungan. Pertama, mahasiswa dapat lebih memahami

2
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

adanya hubungan yang erat antara kimia dengan situasi, kondisi, dan kejadian di lingkungan
sekitarnya. Kedua, mahasiswa akan terampil dalam menyelesaikan masalah secara mandiri
melalui proses berpikir tingkat tinggi. Ketiga, mahasiswa dapat membangun konsep kimia
secara mandiri sehingga rasa percaya diri untuk berpikir sains dapat ditumbuhkan. Pada
kenyataannya cara guru membelajarkan materi kimia disekolah masih tradisional, yaitu
dengan memfokuskan pembelajaran pada pelatihan menuliskan rumus molekul, pelatihan
hitungan kimia, dan menghafal reaksi.[2]
Materi asam-basa merupakan salah satu materi yang cenderung sulit dipahami siswa.
Sheppard mengungkapkan bahwa topik asam-basa merupakan materi yang padat secara
konseptual dan membutuhkan pemahaman yang dintegrasikan pada banyak konsep pengantar
kimia seperti karakteristik partikel dalam materi, sifat dan komposisi larutan, struktur atom,
ikatan ionik dan kovalen, Kesulitan siswa dalam memahami materi asam-basa ditunjukkan
dengan banyak terjadinya kesalahan konsep pada materi ini, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Schmidt, ia melaporkan bahwa siswa menganggap produk dari reaksi netralisasi selalu
memiliki pH 7 dan siswa juga memiliki kesulitan dalam memahami apa yang terjadi terhadap
nilai pH selama proses titrasi berlangsung. [2]

1. Analisis Kemampuan Multipel Representasi


Seperti yang diamanatkan dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013, proses
pembelajaran perlu direncanakan dilaksanakan dinilai dan diawasi agar terlaksana secara
efektif dan efisien. Dalam pelaksanaanya pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar aktif serta memberi ruang untuk
mengembangkan dan kreativitasnya. [3]
Pemahaman kimia membutuhkan kemampuan berfikir menggunakan tiga level
representasi yang berbeda tapi saling berhubungan yaitu makroskopik, submikroskopik, dan
simbolik. Representasi makroskopik merupakan representasi yang diperoleh melalui
pengamatan nyata terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat secara langsung oleh
pancaindra atau dapat berupa pengalaman yang dialami siswa sehari-hari. Contohnya
perubahan warna dalam suatu reaksi kimia. Representasi submikroskopik merupakan

3
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

representasi yang memberikan penjelasan pada tingkat partikel dimana materi digambarkan
sebagai suatu atom, molekul dan ion. Adapun representasi simbolik merupakan representasi
yang melibatkan penggunaan simbol, rumus dan persamaan kimia [2]
Banyak sekolah meluluskan peserta didik yang berpikir secara dangkal, bukan peserta
didik yang mampu berpikir secara mendalam. Terkait dengan hal tersebut, keberhasilan
peserta didik dalam memecahkan soal matematis, cenderung menjadi ukuran bahwa peserta
didik telah memahami konsep kimia. Peserta didik juga lebih banyak belajar memecahkan
soal matematis tanpa memaknai apa yang dimaksudkan soal. Meskipun demikian,
pemahaman peserta didik terhadap konsep kimia seharusnya dapat ditunjukkan oleh
kemampuan mentransfer dan menghubungkan antara tiga level representasi kimia yang terdiri
dari level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik yang merupakan karakter esensial ilmu
kimia. [4]
Realitas di lapangan, umumnya pembelajaran kimia belum mengembangkan secara utuh
ketiga level tersebut, sehingga menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Umumnya guru dalam pembelajaran membatasi pada level representasi makroskopik dan
simbolik, sedangkan kaitannya dengan level submikroskopik diabaikan. Masalah tersebut
diindikasikan akibat kemampuan guru belum menggunakan dan menghubungkan tiga level
representasi dalam pembelajaran.[5]

2. Materi Asam Basa


a. Pengertian Asam dan Basa
Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air akan mengalami disosiasi
dengan pembentukan ion hidrogen. Cotohnya, pada asam klorida .
HCl  H+ + Cl-
Asam klorida ion hidrogen ion klorida
Terdapat beberapa cara untuk mengenali atau menjelasakan suatu asam:
 Memiliki rasa asam
 Membuat kertas lakmus biru menjadi merah dan lakmus merah
tetap merah
4
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

 Bereaksi dengan basa membentuk garam dan air.


 Memiliki pH kurang dari 7.[6]

Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi
dengan pembentukan ion-ion hidroksil (OH-). Contohya, pada natrium hidroksida.[7]
NaOH  Na+ + OH-
Natrium hidroksida ion natrium ion hidroksil
Terdapat beberapa cara untuk mengenali atau menjelaskan suatu basa:
 Memiliki rasa sedikit pahit
 Membuat kertas lakmus merah menjadi biru.
 Bereaksi dengan sama membentuk garam dan air
 Memiliki pH lebih dari 7.[6]

1) Teori Asam-Basa Arrhenius


Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air mengalami ionisasi sebagai
berikut :
HxZ (aq)  xH+ (aq) + Zx- (aq)
Dalam air, asam melepas ion H+ sedangkan basa melepas ion OH-
Contoh : Asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) dalam air akan terionisasi sebagai
berikut:
HCl (aq)  H+ (aq) + Cl- (aq)
H2SO4 (aq)  2H+ (aq) + SO42- (aq)
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam.
Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa
asam.
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai
berikut:
M(OH)x (aq)  Mx+ (aq) + x OH- (aq)

5
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. [8]
NaOH (aq)  Na+ (aq) + OH- (aq)

2) Teori Asam Basa Bronsted Lowry


Pada tahun 1923, Johannes N. Bronsted di Denmark dan Thomas M. Lowry secara
terpisahkan mengemukakan konsep asam dan basa yang berbeda dengan Arrhenius.
Menurut Browsted – Lowry, asam merupakan spesi yang memberikan proton (H+),
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton (H+) pada suatu reaksi perpidahan
proton.
Asam1 + Basa 2  Asam2 + Basa1

CH3COOH(aq) + H2O(ℓ)  H3O+(aq) + CH3COOH–(aq)

 CH3COOH adalah asam, sebab spesi ini mendonorkan proton ke H2O

 H2O adalah basa sebab spesi ini menerima proton dari CH3COOH.

NH4+ + H2 O  H3O+ + NH3


 NH4+ adalah asam, sebab spesi ini mendonorkan proton ke H2O
 H2O adalah basa sebab spesi ini menerima proton dari CH3COOH.

3) Teori Asam Basa Lewis

Menurut Lewis:

Asam adalah zat yang dapat menerima sepasang elektron.

6
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

Basa adalah zat yang dapat memberikan sepasang elektron.

Contoh asam basa Lewis [9]

b. Derajat Ionisasi
Larutan asam dan basa termasuk golongan larutan elektrolit. Larutan elektrolit dapat
menghantarkan listrik. Zat yang larutannya mempunyai daya hantar baik walaupun
konsentrasinya kecil, disebut elektrolit kuat. Zat yang larutannya mempunyai daya hantar
kurang baik walaupun konsentrasinya relatif besar, disebut elektrolit lemah.
Daya hantar listrik setiap larutan tergantung pada besarnya konsentrasi ion-ion dalam
larutan tersebut. Elektrolit kuat terionisasi seluruhnya sehingga konsentrasi ion-ion dalam
larutan relatif lebih besar. Elektrolit lemah terionisasi sebagian kecil sehingga konsentrasi ion-
ion didalamnya relatif kecil. Banyak sedikitnya zat elektrolit yang terionisasi dinyatakan
dengan derajat ionisasi (α), yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah zat
yang terion dan jumlah zat yang dilarutkan.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑟𝑎𝑖
𝛼 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑘𝑎𝑛

7
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

Harga derajat ionisasi berkisar antara 0 dan 1. Elektrolit kuat mempunyai α = 1,


sedangkan elektrolit lemah mempunyai harga α yang mendekati nol.[10]

c. Jenis-jenis Asam dan Basa


1) Asam kuat
Asam kuat adalah asam yang mengalami ionisasi sempurna didalam air.
Contoh: HCl, H2SO4, HClO4, HI, HNO3, HBr
2) Asam lemah
Asam lemah adalah asam yang mengalami ionisasi sebagian didalam air.
Contoh: CH3COOH, HF, H3PO4
3) Basa Kuat
Basa kuat adalah basa yang mengalami ionisasi sempurana didalam air
Contoh: NaOH, Ba(OH)2, KOH, Sr(OH)2, Ca(OH)2
4) Basa Lemah
Basa lemah adalah basa yang mengalami ionisasi sebagian didalam air.
Contoh: NH4OH, LiOH, Be(OH)2.
d. Derajat Keasaman (pH)
pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat keasaman atau kadar
alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14. pH dibentuk dari informasi
kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas
ion hidrogen. Jika konsentrasi [H+] lebih besar dari [OH-] maka material tersebut bersifat
asam, yaitu nilai pH kurang dari 7. Jika konsentrasi [OH-] lebih besar dari [H+] maka material
tersebut bersifat basa , yaitu nilai pH lebih dari 7.[11]
Rumus ntuk menentukan nilai pH [9]
1) Asam kuat
[H+] = M . a
pH = -log [H+]
2) Asam lemah

8
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

H+ = √𝐾𝑎. 𝑀
pH = -log [H+]
3) Basa kuat
[OH-] = M . b
pOH = -log [OH-]
pH = 14 – pOH
4) Basa lemah
OH- = √𝐾𝑏. 𝑀
pOH = -log [OH-]
pH = 14 – pOH

3. Titrasi Asam Basa


a. Pengertian Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
dengan cara mereaksikan sejumlah voleme larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahi
disebut larutan baku. Titrasi yang melibatkan asam dan basadisebut dengan titrasi asam-basa ,
ada dua jenis titrasi asam-basa , yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan basa dengan
menggunakan larutan baku asam) dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan
menggunakan larutan basa). [12] Dalam titrasi biasanya menggunakan suatu indicator untuk
mementukan titik akhir dari proses titrasi asam-basa, titik akhir diketahui dari perubahan
warna larutan indikator, selain titik akhir dalam titrasi dikenal juga dengan titik ekivalen, titik
ekivalen yaitu, suatu keadaan zat dalam larautan peitrasi (asam dan basa tepat habis bereaksi).
Titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan yang lainnya sifat larutan dekat dengan titik
ekivalen , yaitu:

1) Terjadinya kekeruhan
2) Peruahan potensial elektroda-elektroda yang dicelupkan dalam larutan

9
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

3) Perubahan konduktivitas larutan


4) Perubahan arus listrik dalam larutan.[12]

b. Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat


Dalam titrasi asam kuat dan basa kuat ,ada tiga kurva titrasi yang membutuhkan tiga
jenis perhitungan yaitu :
1) Sebelum titik ekivalen , pH ditentukan dengan kelebihan OH- dalam larutan.
2) Pada titik ekivalen , H+ bereaksi dengan seluruh OH- membentuk H2O pH
ditentukan dengan disosiasi air.
3) Setelah titik ekivalen, pH ditentukan dengan kelebihan H+ dalam larutan.[12]
c. Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat
Ada empat perhitungan pada titrasi terdiri dari:
1) Sebelum basa ditambahkan , pH hanya bergantung pada asam lemah
2) Setelah beberapa basa ditambahkan , tetapi sebelum titik ekivalen , bagian dari
asam lemah menetukan harga pH
3) Pada titik ekivalen , hidrolisis dari anion dari asam lemah menentukan pH
4) Diluar titik ekivalen, kelebihan basa kuat menetukan pH
d. Titrasi Basa lemah dan Asam Kuat
Larutan yang dititrasari disini adalah basa lemah , sedangkan penitrasinya adalah asam
kuat, Kurva titrasi turun tajam pada pH 8 sampai 2 sehingga metil jingga dapat dipakai
sebagai indikator , karena perubahan warnya pada pH 3,1 sampai 4,4 yaitu dari kuning ke
Merah. Dalam analisis perhitungan dilakukan pada titik ekivalen yaitu pada saat
terdapatkesetaraan mol H+ dengan mol OH- . Jumlah Mol dapat dicari dari volume (v) dan
kemolaraan (m), baik untuk asam maupun basa, dengan menggunakan rumus :
VH+ x MH+ = VOH- x MOH- [13]
e. Indikator Asam Basa

Indikator terbagi menjadi dua yaitu indikator alami dan indikator buatan.

10
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

1) Indikator alam Contoh dari indikator alami adalah kunyit, kubis merah, buah bit,
kulit manggis, daun suji, daun singkong, bunga sepatu dan kol ungu.
2) Indikator buatan
Berupa kertas lakmus (merah dan biru), indikator universal dan indikator asam basa.
Indikator universal berupa kertas serap yang berbentuk strip-strip kecil, dan disetiap
kotak kemasan indikator ini dilengkapi dengan peta warna. Cara menggunakannya
adalah dengan mencelupkan kertas indikator.
Indikator asam-basa adalah zat warna yang mempunyai warna berbeda dalam larutan
yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa. Oleh karena itu, indikator
asam-basa dapat digunakan untuk membedakan larutan asam dan larutan basa.
Indikator asam basa ini merupakan asam-asam atau basa-basa organik lemah dimana
bentuk molekulnya yang tak terionisasi mempunyaiwarna yang berlainan dari warna
ionnya. [14]

d. Kurva Titrasi

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH , Misalnya


bila larutan asam dititasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan Selma titrasi

11
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

terus-menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH Meter) pada awal titrasi
dan pada watu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai,maka kalau pH Larutan dialurkan lawan
volume titran, kita proleh grafik yang disebut kurva titrasi.

Bila suatu indikator pH kita gunakan untuk menunjukan titik akhir titrasi, maka (1)
indikator berubah warna tepat pada titrantmenjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi
kesalhan titrasi (yakni selisih antara titik akhir dan titik ekivalen). (2) perubahan warna itu
harus terjadi dengan mendadak , agar tidak ada kerafuraguan kapan tirasi haraus dihentikan.
Bila perubahan warna mendadak sekali (yakni tetes terakhir menyebabkan warna sama sekali
lain), maka dikatakan bahwa titik akhirnya tegas atau tajam.Contoh kurva kalibrasi: [15]

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laborarorium Lanjut FKIP


Unsam mengenai analisis kemampuan representasi kimia mahasiswa pada praktikum titrasi
asam basa, maka dapat disimpulkan bahwa:

12
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

1) Profil kemampuan representasi mahasiswa pada praktikum titrasi asam basa untuk tingkat
makroskopik, submikroskopik, dan simbolik berturut-turut sebesar 92% dengan kategori
sangat baik, 82% dengan kategori cukup, dan 86% dengan kategori sangat baik.
2) Dari ketiga indikator representasi kimia, indikator submikroskopis memiliki persentase
lebih rendah dibandingkan dengan indikator lainnya, hal ini disebabkan mahasiswa sulit
menerangkan fenomena yang tidak dapat diamati seperti reaksi kimia dari suatu larutan
dengan menggunakan gambar molekul atau ion.

DAFTAR PUSTAKA

.
[1] Permana Sari Ratih, Seprianto.2018. Analisis Kemampuan Multipel Representasi Mahasiswa
FKIP Kimia Universitas Samudra Semester II Pada Materi Asam Basa dan Titrasi
Asam Basa. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. ISSN: 2338-4379 Vol. 06,
No.01, hlm 55-62.

[2] Hikmayati Mainur, Lisa Utami. 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa
Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset
Pendidikan Kimia. Vol. 9, No. 1 , hlm 52-57.

[3] Aminudin M.A, Noor Fadiawati, Lisa Tania.2015. Pengembangan Lks Berbasis Multipel
Representasi Pada Materi Klasifikasi Materi. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.2. hlm 720-731.

[4] Izzati Sabila, Sunyono, Tasviri Efkar. 2015 . Penerapan Simayang Tipe Ii Berbasis Multipel
Representasi Pada Materi Asam Basa. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Kimia, Vol. 4, No.1. hlm 262-274.

13
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. (Indonesian Journal of Science Education)
ISSN : 2338-4379 Vol. 06, No.01, hlm 55-62, 2018
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Samudra

[5] Imaduddin Muhammad Dan Sri Haryani.2019. Lembar Kerja Directed Activities Related
To Texts (Darts) Bermuatan Multipel Level Representasi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Calon Guru Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
ISSN: 2254 – 2267 Vol 13, No 1, 2019, halaman 1-14.

[6] James, J dkk. . Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga

[7] Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman
Media

[8] Sunarya, Y dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT Setia
Purna Inves

[9] Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

[10] Muchtariadi. 2002. Kimia. Jakarta: Yudhistira

[11] Justiana ,S.Kimia. Bandung : Quadra


[12] Utami, L. 2013. Kimia Analitik I. Pekanbaru: Benteng Media
[13] S, Syukri.1999.Kimia Dasar 2. Bandung :ITB
[14] Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga

[15] Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai