Anda di halaman 1dari 22

Teori Belajar Humanistik Menurut Para Ahli

dan Penerapannya
Sponsors Link

Ada beberapa teori belajar yang dikenal dalam dunia psikologi. Teori belajar itu
antara lain teori belajar behavioristik, humanistik, teori belajar kognitif,
konstruktif, pemrosesan informasi, dan kinerja otak. Sebagai teori yang paling
pertama, teori behavioristik dikenal sebagai teori yang paling kolot. Teori ini
menempatkan peserta didik sebagai pihak yang pasif dan hasil pendidikan
berkiblat teori behavioristik ini adalah perilaku yang ditampakkan. Teori ini
cenderung tidak mempertimbangkan sisi personal dan perasaan peserta didik,
sehingga tak heran jika hukuman adalah cara terbaik menertibkan penyimpangan.
Misalkan seorang murid yang terlambat datang sekolah, dihukum dengan
membersihkan halaman sekolah agar menimbulkan efek jera.

ads

Baca juga:

 Teori Psikologi Kepribadian


 Teori Psikologi Erikson
 Big Five Personality

Teori ini kemudian mendapatkan banyak pertentangan yang kemudian


memunculkan teori baru untuk mengatasi kekurangan dari teori behavioristik ini.
Teori tersebut adalah teori humanistik. Seperti teori-teori di mana pun dan teori
apapun, setiap teori pun memiliki beberapa ahli yang berperan di baliknya. Seperti
teori belajar humanistik yang terkenal dengan pendapat dan pandangan dari 3
ahli, yaitu Arthur Combs, Abraham H. Maslow, dan Carl Rogers.

1. Arthur Combs
Memiliki pendapat bahwa belajar merupakan hal yang bisa terjadi tatkala bagi
seseorang ada artinya. Guru tidak bisa memaksa seseorang untuk mempelajari
hal yang tidak disukai atau dianggap tidak relevan. Ketika muncul perlawanan,
hal itu sebenarnya merupakan bentuk perilaku buruk yang mencerminkan
ketidakmauan seseorang untuk mempelajari hal yang bukan minatnya, karena
sama saja dengan melakukan sesuatu yang baginya tidak mendatangkan
kepuasan.

2. Abraham Maslow
Memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan teori belajar humanistik ini.
Maslow berpendapat bahwa proses belajar pada manusia merupakan proses yang
dilaluinya untuk mengaktualisasikan dirinya. Belajar adalah proses untuk
mengerti sekaligus memahami siapa diri kita sendiri, bagaimana kita menjadi diri
kita sendiri, sampai potensi apa yang ada pada diri kita untuk kita kembangkan
ke arah tertentu

3. Carl Rogers
Baginya, pengalaman individu merupakan fenomena logika yang dialami oleh
individu itu sendiri. Rogers juga berpendapat bahwa setiap manusia memiliki
kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan hidup, membentuk konsep hidup
yang unik, dan tingkah lakunya selaras dengan konsep kehidupan yang
dimilikinya. Menurut Rogers, pembelajaran terjadi melalui fenomena hidup atau
pengalaman yang dialami setiap orang.

Penjelasan lebih lanjut mengenai teori belajar humanistik akan dipaparkan


selanjutnya. Hal ini termasuk dengan pengertian, implikasi dari teori humanistik,
ahli-ahli yang berkiblat pada teori humanistik, sampai dengan kelebihan dan
kekurangan dari aplikasi teori belajar ini.

Pengertian Teori Belajar Humanistik


Setelah beberapa ahli mengutarakan pendapatnya tentang konsep pembelajaran
atau aktivitas belajar, lantas kita mungkin berpikir, apa itu Teori Belajar
Humanistik atau Teori Humanistik?

Pada dasarnya, teori humanistik adalah teori belajar yang memanusiakan


manusia. Pembelajaran dipusatkan pada pribadi seseorang. Teori ini tidak lepas
dari pendidikan yang berfokus pada bagaimana menghasilkan sesuatu yang
efektif, bagaimana belajar yang bisa meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan
potensi yang ada pada seseorang. Teori humanistik ini muncul
sebagai perlawanan terhadap teori belajar sebelumnya, yaitu Teori
Behaviouristik, yang dianggap terlalu kaku, pasif, bahkan penurut ketika
menggambarkan manusia.

Baca juga:

 Teori Cinta Sternberg


 Teori Nativisme

Dalam pengertian teori humanistik, proses pembelajaran cenderung lebih abstrak.


Bidang kajian yang mendekati teori ini adalah Filsafat, Teori Kepribadian, dan
Psikoterapi. Teori ini lebih condong untuk mementingkan konten pembelajaran
dibandingkan bagaimana proses belajar berjalan. Keberhasilan suatu
pembelajaran menurut teori ini adalah ketika ada keinginan dari dalam diri
seseorang untuk belajar, mengetahui informasi baru, sehingga terjadi asimilasi
dalam struktur kognitinya.

Teori ini juga mengungkapkan bahwa sejatinya semua teori belajar bisa
dimanfaatkan hanya jika tujuan dari pembelajaran tersebut adalah memanusiakan
individu yang belajar. Bagaimana memanusiakannya? Yaitu ketika mereka bisa
mencapai aktualisasi diri, bisa memahami dirinya sendiri, serta mampu
merealisasikan diri sebagai orang yang sedang belajar.

Prinsip dalam Teori Humanistik


Berdasarkan pengertian dan pandangan-pandangan dari para ahli, kita bisa
mengerti adanya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Teori Humanistik ini.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Manusia memiliki kemampuan belajar yang alami.


2. Pembelajaran menjadi hal yang signifikan ketika materi atau konten
pembelajaran tersebut dianggap memiliki relevansi dengan maksud tertentu oleh
indiviidu yang belajar. (baca: Tahap Perkembangan Emosi Anak)
3. Belajar adalah aktivitas yang menyangkut adanya perubahan dalam
persepsi seseorang.
4. Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan ketika ancaman
itu relatif kecil.
5. Orang yang belajar memiliki cara untuk belajar dengan pembelajaran yang
memiliki ancaman rendah.
6. Belajar menjadi aktivitas yang bermakna ketika orang yang belajar benar-
benar mau melakukannya atau mempraktikkannya. (baca: Tipe Kepribadian
MBTI)
7. Keterlibatan orang yang belajar dalam proses pembelajaran membuat
proses itu berjalan lancar.
8. Pembelajaran dengan melibatkan orang yang belajar bisa membuat mereka
mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih mendalam. (baca: Cabang – Cabang
Psikologi)
9. Perlu adanya penumbuhan terhadap rasa percaya diri dari orang yang
belajar guna membuatnya menjadi pribadi yang mawas diri. (baca: Antropologi)
10. Pembelajaran sosial adalah belajar proses belajar. (baca: Prospek Kerja
Lulusan Psikologi)

Para Ahli Penganut Teori Humanistik


Ada beberapa ahli yang terkenal sebagai penganut dari teori ini. Para ahli ini
memiliki pandangan yang mengarah pada teori humanistik dan memberikan
pendapat terkait dengan tahapan pembelajaran, golongan orang yang belajar, tipe
belajar, dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Beberapa ahli beserta
pendapatannya mengenai pembelajaran dari sudut padang Teori Humanistik
tersebut adalah:

1. David Kolb – Experiental Learning Theory


David Kolb yang berorientasi pada Teori Humanistik ini menelurkan satu teori
hasil pemikirannya, bahwa belajar merupakan sebuah proses saat pengetahuan
diciptakan melalui perubahan atau transformasi pengalaman. Pengetahuan adalah
kombinasi dari kemampuan untuk memahami dan mentransformasikan
pengalaman. Kolb terkenal dengan Teori Pembelajaran Eksperiental
atau Experiental Learning Theory, yaitu sebuah teori pembelajaran yang
ditekankan pada model holistik. Tahapan belajar menurut teori Kolb adalah
sebagai berikut:

Concrete Experience

Tahap ini merupakan tahap paling awal dimana seseorang mengalami suatu
kejadian sebagaimana adanya. Ia melihat, merasakan, lantas menceritakan
kembali pengalaman yang dialaminya. Pada tahap ini, seseorang yang mengalami
pembelajaran belum memahami apa yang benar-benar terjadi dan mengapa hal itu
bisa terjadi:

Reflection Observation
Abstract Conceptualization

Active Experimentation

Baca juga:

 Teori Belajar dalam Psikologi


 Psikologi Sosial
 Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Gaya Pembelajaran oleh David Kolb


Dari tahapan pembelajaran menurut pandangan Kolb, ia kemudian berpikir bahwa
gaya untuk menjalani setiap tahapan pembelajaran oleh satu orang dengan orang
lainnya akan berbeda. Kolb juga membagi beberapa gaya belajar tersebut menjadi
beberapa jenis, yaitu:

 Converger, yaitu tipe orang yang suka belajar dengan memiliki jawaban
tertentu atau sudah pasti. Mereka yang memiliki gaya belajar converger biasanya
ditandai dengan sifat tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda (mati)
dibandingkan manusia. (baca: Psikologi Pendidikan)
 Diverger, yaitu tipe belajar seseorang yang hobi menelaah berbagai sisi
dan mencobanya menghubungkan semua sisi tersebut menjadi kesatuan utuh.
Orang dengan tipe diverger biasanya memiliki preferensi untuk mendalami
bahasa, sastra, sejarah, atau ilmu sosial. (baca: Psikologi Abnormal)
 Assimilation,yiatu tipe belajar seseorang yang cenderung tertarik pada
konsep abstrak. Mereka tidak akan terlalu mermperhatikan penerapan atau
praktek dari ide-ide mereka. Biasanya, orang dengan gaya belajar ini cenderung
tertarik dengan hal-hal ilmiah dan matematika. (baca: Psikologi Industri dan
Organisasi)
 Accomodator, yaitu tipe atau gaya belajar seseorang yang berusaha
mengembangkan berbagai konsep. Orang dengan gaya belajar ini cenderung
menyukai hal-hal yang konkrit dan bisa dipraktikkan.

2. Honey dan Mumford


Pandangan Kolb sedikit banyak memengaruhi pandangan dari Honey dan Mumford
yang memiliki teori tersendiri mengenai pembelajaran dan berkiblat pada teori
humanistik. Menurut mereka, ada beberapa golongan orang belajar, yaitu:

Kelompok Aktivis

Yaitu, tipe orang dengan golongan belajar ini adalah mereka yang tidak sungkan
untuk melibatkan diri dan berkontribusi dalam kegiatan. Mereka menginginkan
pengalaman baru. Sifat orang dengan gaya belajar ini biasanya mudah
diajak ngobrol, pemikirannya relatif terbuka, bisa menghargai pendapat dan
pemikiran orang lain, dan memberikan kepercayaan pada orang lain secara lebih
mudah. (baca: Jenis Emosi)

Kelompok Reflektor
Kelompok Teroris

Kelompok Pragmatis

Baca juga:

 Kecerdasan Emosional dalam Psikologi


 Psikologi Pendidikan
 Fobia Sosial

3. Habermas
Habermas memiliki pendapat bahwa jika belajar baru akan terjadi ketika
seseorang melakukan interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang
dimaksud Haberman adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya
merupakan lingkungan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Jika Honey dan Mumford menyatakan adanya kelompok-kelompok belajar dalam


teori pembelajaran mereka, lain halnya dengan pandangan teori belajar dari
Habermas yang menelurkan hasil pemikiran berupa klasifikasi tipe belajar
seseorang, yaitu:

1. Technical Learning  —> adalah teknik belajar di mana seseorang


berinteraksi dengan sekitarnya, terutama lingkungan alam, secara benar. Mereka
belajar tentang pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan agar mereka
bisa mengelola lingkungan alam secara baik dan juga benar.
2. Practival Learning  —> adalah teknik di mana seseorang mampu
berinteraksi dengan lingkungan sosial. Mereka belajar bagaimana caranya
berinteraksi dengan manusia lain secara harmonis. Interaksi yang terjadi secara
benar pada individu yang belajar dengan lingkungan alam akan tampak dari
relevansinya dengan kepentingan manusia. (baca: Psikologi Faal)
3. Emancipatory Learning —>  adalah teknik di mana seseorang mencapai
pemahaman dan kesadaran tinggi pada perubahan budaya sosial. Peserta didik
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang benar guna mendukung
transformasi kultur yang terjadi. Ketika seorang peserta didik sudah memiliki
pemahaman serta kesadaran terhadap kondisi perubahan kultural ini, maka
peserta didik dianggap sudah mampu mencapai tahap belajar yang paling tinggi.
(baca: Psikologi Keperawatan)

Baca juga:

 Kepribadian Ambivert
 Teori Psikoanalisis Klasik
 Psikologi Kepribadian

4. Bloom dan Krathwohl


Pendapat hasil pemikiran mengenai aktivitas belajar juga ditelurkan oleh Bloom
dan Krathwohl yang menyatakan bahwa individu perlu menguasai suatu hal
setelah belajar melalui peristiwa-peristiwa belajar. Berorientasi pada tujuan
belajar, Bloom dan Krathwohl mengklasifikasikan beberapa tujuan belajar
tersebut, yaitu:

1. Domain Kognitif. Domain pertama ini terdiri dari beberapa level atau
tingkatan belajar, yaitu pengetahuan (mengingat), pemahaman (intepretasi),
aplikasi, analisis (mencoba memikirkan konsep-konsep terkait), sintesis
(penggabungan bagian-bagian konsep menjadi konsep utuh), dan evaluasi
(membandingkna nilai, ide, maupun metode). (baca: Psikologi eksperimen)
2. Domain Psikomotorik. Pada domain ini, ada beberapa bagian yang
merupakan rangkaian dari psikomotorik, antara lain menirukan gerakan,
menggunakan konsep untuk bergerak, ketepatan melakukan gerakan, melakukan
beberapa gerakan dengan benar, sampai berhasil melakukan gerakan tersebut
secara wajar. (Baca: Psikologi Konseling)
3. Domain Afektif. Pada akhirnya, Bloom dan Krathwohl meruncingkan
pemikiran bahwa hasil belajar pada domain sebelumnya dipraktikkan pada
domain afektif, yang terdiri dari pengenalan (sadar akan adanya sesuatu), respon
(berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai tertentu), mengorganisasikan
(menghubungkan nilai yang diterima dan dipercaya), dan pengamalan (menjadikan
nilai sebagai pola hidup).

Implikasi Teori Belajar Humanistik


Teori belajar humanistik paling dekat untuk digunakan oleh guru. Guru merupakan
profesi yang bisa berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar
seseorang. Teori ini merupakan panduan atau  guideness yang bisa digunakan
untuk mendampingi murid selaku peserta belajar agar mereka bisa mendalami
proses belajar tersebut dari dalam dirinya sendiri. Ikhtisar dari Teori Belajar
Humanistik sebagai panduan bagi fasilitator adalah sebagai berikut:

1. Guru atau fasilitator diharapkan mampu memberikan kesan awal yang


menyenangkan.
2. Guru bertugas membantu setiap peserta didik untuk memperoleh dan
memahami adanya tujuan perorangan dalam proses belajar tersebut. Selain
tujuan perorangan, peserta didik juga mampu memahami adaanya tujuan
kelompok yang bersifat umum dalam proses tersebut. (baca: Psikologi Sastra)
3. Guru yang berkiblat pada teori pembelajaran ini harus memiliki keyakinan
bahwa setiap peserta didik akan melaksanakan tujuan yang paling tidak
bermanfaat bagi dirinya sendiri. Hal itu digunakan sebagai kekuatan pendorong
dalam proses belajar. (baca: Psikologi Forensik)
4. Diusahakan, guru sebisa mungkin mengatur dan menyediakan berbagai
sumber pembelajaran yang paling luas dan bisa dimanfaatkan oleh peserta didik.
Hal ini akan membuat peserta didik bisa mencapai tujuan belajar secara pribadi
maupun secara umum. Jangan terpaku pada pengetahuan atau informasi yang
sudah lampau karena pengetahuan pun mengalami transformasi dari waktu ke
waktu.
5. Guru harus mampu menempatkan diri sebagai suatu sumber yang sifatnya
fleksibel. Fungsinya agar kelompok peserta didik bisa mendapatkan pendidikan,
bukan hanya pengetahuan. Ketika sumber pengetahuan begitu kaku hanya
dengan memberikan pengetahuan pasti saja, guru sebagai fasilitator harus bisa
mengombinasikan pengetahuan tersebut dengan pendidikan karakter yang bisa
dicerna oleh peserta didik.
6. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menurut kiblat
humanistik harus mampu menanggapi berbagai respon yang terjadi dalam proses
pembelajaran, baik respon yang sifatnya intelektual maupun yang lebih ke arah
perasaan personal. (baca: Psikologi Kognitif)
7. Apabila kelas telah menjadi kelompok yang lebih mandiri, peran fasilitator
sebagai seorang ‘guru yang mengajari’ harus perlahan berubah untuk berbaru
menjadi ‘murid yang belajar’. Guru harus bisa melatih peserta didik dengan pola
pikir sesuai dengan tujuan pembelajaran.
8. Meskipun fasilitator adalah seorang guru, namun ia harus bersedia untuk
mengikuti proses pembelajaran. Perasaan dan pikiran seorang guru sebagai
fasilitator tidak boleh menuntut apalagi sampai memaksakan pembelajaran
tersebut harus berhasil didapatkan atau diilhami oleh peserta didik.
9. Guru sebagai fasilitator harus bisa peka dalam menanggapi adanya respon
yang lebih terkait pada perasaan, bukan pada konteks pembelajaran.
(baca: Psikologi Keluarga)
10. Sangat penting bagi seorang guru sebagai fasilitator untuk mengenali diri
sendiri dan peserta didik hingga menerima adanya kekurangan yang mungkin
muncul di tengah proses pembelajaran.

Baca juga:

 Psikologi Olahraga
 Psikologi Islam
 Psikologi Cinta

Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi Teori Belajar


Humanistik
Penggunaan teori sesuai pada fungsinya memiliki manfaat yang lebih terasa
besar. Aplikasi dari teori belajar ini memiliki dua sisi efek, yaitu kelebihan
(keuntungan) dan kekurangan (kerugian). Daftar kelebihan dan kekurangan dari
penggunaan teori belajar ini akan disampaikan secara ringkas berikut.

Kelebihan Teori Belajar Humanistik

1. Aplikasi teori ini bisa memunculkan kreativitas peserta didik atau orang
yang belajar. Hal ini terjadi karena teori ini berpusat pada orang yang belajar,
bukan pada materi yang harus dijejalkan pada peserta didik.
2. Perkembangan teknologi yang pesar ekuivalen dengan perkembangan
belajar.
3. Tenaga pendidik justru memiliki tugas yang lebih ringan, tidak terpaku
untuk menyelesaikan materi tetapi lebih fokus pada pengembangan setiap
individu yang belajar. (baca: Konsep Diri Dalam Psikologi)
4. Teori humanistik cenderung mampu merekatkan hubungan sosial antara
peserta didik. Tidak ada persaingan dalam pembelajaran karena semua orang
berhak untuk mengoptimalkan kemampuan diirnya, sesuai pada tingkatan masing-
masing. (baca: Kecerdasan Emosional dalam Psikologi)
5. Teori belajar humanistik adalah pilihan kiblat yang cocok terutama untuk
pendidikan yang bersifat membentuk karakter, mengubah sikap, atau
menganalisis fenomena sosial.
6. Indikator dari keberhasilan penerapan teori humanistik adalah perasaan
senang dan tidak ada tekanan yang dialami peserta didik. Mereka bahkan
memiliki inisiatif tersendiri untuk belajar. Pola pikir, perilaku, dan sikap mengikuti
kemauan sendiri alias tidak terpaksa atau kaku. (baca: Kepribadian Ganda)
7. Melatih peserta didik sebagai pribadi yang bebas dan tidak terikat dengan
pendapat orang lain. Peserta didik diarahkan untuk bisa bertanggung jawab atas
dirinya sendiri. (baca: Psikologi Perkembangan)

Kekurangan Teori Belajar Humanistik


Meskipun cenderung sangat membebaskan peserta didik dalam proses
pembelajaran, nyatanya teori ini memiliki beberapa kelemahan yang harus
diwaspadai.

1. Aplikasi teori ini memungkinkan peserta didik untuk sulit memahamai


potensi dirinya sendiri. Ini terjadi karena tenaga pendidik yang terlalu
‘melepaskan’ peserta didik dalam mengeksplorasi dirinya sendiir.
2. Peserta didik yang tidak berminat untuk mengikuti proses belajar akan
tertinggal dengan peserta didik lain yang sudah memiliki niatan untuk belajar dan
memperbaiki diri. (baca: Ciri – ciri Pubertas)
3. Jika peserta didik tidak rajin untuk mengikuti proses pembelajaran, besar
kemungkinan ia akan kesulitan mengikuti proses belajar selanjutnya karena
masih tertinggal di tahap-tahap awal.
4. Apabila peserta didik mengalami ketidak tahuan atau kurang paham atas
konten pembelajaran dan tidak segera ditangani oleh tenaga pendidik, proses
pembelajaran oleh peserta didik tersebut bisa terhambat.
5. Peserta didik memiliki potensi untuk menyalahgunakan kebebasan yang
diberikan.
6. Peserta didik yang belum mampu berpikir untuk bertanggung jawab atas
dirinya sendiri cenderung sulit untuk melakukan pemusatan pikiran. (baca: Cara
Membentuk Karakter Anak Usia Dini)
7. Pada konteks atau praktisnya, teori ini kurang mungkin untuk diterapkan
pada sistem pembelajaran sekolah saat ini. (baca: kepribadian ambivert)

Sebagai ringkasan, teori ini adalah pondasi dari pembelajaran yang bersifat
memanusiakan manusia yang belajar itu sendiri. Seorang fasilitator dikatakan
berhasil melakukan proses pembelajaran ala teori humanistik ketika fasilitator
tersebut mampu mendidik peserta didik atau murid yang memiliki kesadaran
untuk belajar. Kesadaran untuk belajar tersebut timbul karena adanya keterkaitan
atau relevansi antara apa yang ingin diketahui oleh murid dan informasi apa yang
ada di sekitarnya.

Baca juga:

 Psikologi Agama
 Psikologi Diagnostik
 Psikologi Remaja

Teori belajar humanistik memang banyak digunakan oleh guru sebagai tenaga
pendidik yang profesinya paling dekat dengan murid atau peserta didik. Guru
bukan hanya bertugas untuk memberikan pengetahuan sebanyak mungkin tetapi
juga mempertimbangkan sisi perasaan dari peserta didiknya. Memang teori ini
akan berhasil ketika peserta didik juga memiliki niat untuk belajar namun ketika
peserta didik belum memiliki kesadaran untuk terlibat dalam proses
pembelajaran, penerapan teori ini bisa terganggu untuk keseluruhan kelompok
belajar.

Demikianlah informasi yang bisa kami berikan terkait dengan Teori Belajar
Humanistik. Semoga jabaran informasi mengenai Teori Belajar Humanistik bisa
membantu Anda untuk mengetahui teori humanistik secara keseluruhan.

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN


TEORI BEHAVIORISTIK DAN
HUMANISTIK
19/05/2014 AFID BURHANUDDIN 5 KOMENTAR

Teori belajar merupakan hal yang mendasar dari proses pembelajaran.


Proses ini dimulai dari lahir sampai akhir hidup (long life education). Teori
belajar adalah pemahaman awal seorang pendidik sebagai acuan dalam
memberikan pengetahuan dan pendidikan. Dengan demikian, seorang
pendidik diharapkan dapat memberikan bimbingan yang tepat kepada
peserta didiknya. Dimulai dari pendidikan yang bersifat ilmu pengetahuan
sampai pendidikan karakter. Karena setiap peserta didik cara belajarnya
berbeda-beda, maka seorang pendidik harus mampu memilih teori belajar
yang tepat atau berinisiatif dengan pembelajaran PAKEM. Dalam teori
behavioristik dan humanistik terdapat perbedaan yg sangat mendasar
atau bisa dikatakan berkebalikan. Teori behavioristik adalah teori belajar
yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan teori humanistik tertuju
pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh
maksud – maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka senidri.
 

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


Menurut teori behavioristik, proses pembelajaran lebih menekankan pada
proses pemberian rangsangan (stimulus) dan respon yang dilakukan oleh
siswa. Stimulus adalah apa pun yang diberikan pendidik kepada peserta
didik. Sedangkan respons merupakan reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidik. Hal ini dapat diartikan
bahwa peserta didik diajarkan materi sebanyak-banyaknya agar mereka
paham karena teori ini menganggap peserta didik belum tahu apa-apa.
Pendidik sangat berpengaruh dalam proses belajar ini dan stimulus yang
diberikan melalui pembiasaan yang berupa ‘ceramah’.

1. Prinsip-Prinsip Teori Behavioristik


 

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku


Berarti bahwa seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia
mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

1. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek


Artinya bahwa timgkah laku seseorang ditentukan oleh respon-respon
yang diberikan melalui stimulus.

1. Mementingkan pembentukan kebiasaan


Proses kerja teori ini adalah pembiasaan yang terus menerus diberikan
sehingga dengan kebiasaan itulah apa yang diberikan dapat tersimpan
dengan baik.

2. Cara Kerja Teori Behavioristik


 

Contoh : anjing, lonceng, dan makanan

Pertama, anjing diberi makan dia datang karena sudah terbiasa mencium
aroma makanan. Kedua anjing dibunyikan lonceng dia tidak datang
karena belum terbiasa dengan bunyi lonceng. Kemudian anjing diberi
makan dengan dibunyian lonceng dia datang. Awalnya kedatangannya
karena ada makanan. Apabila hal ini dilakukan terus menerus maka jika
hanya dibunyikan lonceng anjing itu akan datang. Pembiasaan ini adalah
untuk melatih perkembangan otak anjing dengan stimulus dan respon.
Itu adalah salah satu contoh cara kerja teori behavioristik yang ternyata
juga berlaku pada manusia.

3. Kekurangan dan Kelebihan Teori Behavioristik


 

1. Kekurangan
 

1)        Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru

Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang


diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan bosan.

2)        Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru

Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena


menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan.

3)      Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi

Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang


membawa peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini
diterapkan terus menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa
dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas
belajar.

1. Kelebihan
 

1)        Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan


praktek dan pembiasaan
Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat
peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.

2)        Materi yang diberikan sangat detail

Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat.
Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik
memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajarannya.

3)        Membangun konsentrasi pikiran

Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan
ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya
respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun
sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik.

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


 
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia atau proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori ini mengajarkan
peserta didik untuk berkreasi dan berinofasi sebebas-bebasnya untuk
menemukan hal-hal baru sebagai latihan. Peran guru disini tidak begitu
banyak karena guru hanya membimbing dan mengarahkan bukan
mengatur peserta didik. Guru hanya membantu peserta didik untuk
mengenal dirinya juga lingkungannya. Teori ini lebih mementingkan apa
yang dipelajari bukan bagaimana cara belajarnya. Humanistik sangat
bertentangan dengan behavioristik karena menurutnya manusia bukan
gelas yang siap diisi dengan apa saja. Pembelajaran ini biasanya
menciptakan suasana yang menyenangkan agar peserta didik tidak bosan
dan dapat membangkitkan semangat belajar mereka.

1. Pinsip-Prinsip Teori Humanistik


 

1. Peserta didik mempunyai cara belajar yang alami


Cara belajar ini biasanya lebih cepat dalam memahami materi karena
peserta didik menangkap pemahaman berdasarkan apa yang dilihat,
didengar dan menemukan kreatifitasnya.

 
1. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi
hasil yang mendalam
Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar adalah cara yang cukup
tepat guna melatih kemampuannya. Potensi-potensi akan muncul seiring
dengan berjalannya pembelajaran. Disinilah peserta didik mulai
mengenali dirinya dan lingkungan yang berpengaruh terhadapnya.

1. Kritis terhadap lingkungan disekitarnya


Teori ini membangun pola pikir yang logis dan berwawasan.
Keingintahuan yang besar cukup membuatnya penasaran dan selalu
mencari tahu. Disinilah pola pikir itu dilatih untuk mengkritisi hal-hal di
sekitarnya yang menurutnya kurang sesuai dengan apa yang
diketahuinya.

 
2. Nilai-Nilai Penting yang ditumbuhkembangkan dalam Pendidikan
Humanisme
 

1. Kejujuran (tidak menyontek, tidak merusak, dan bisa dipercaya).


2. Menghargai hak orang lain (menerima dan menghormati perbedaan
individu yang ada, mau mendengarkan orang lain, menolong orang lain,
dan bisa berempati terhadap problem orang lain).
3. Menjaga lingkungan (menghemat penggunaan listrik, gas, kayu,
logam, kertas, dll. Menjaga barang milik sendiri ataupun milik orang
lain).
4. Perilaku (mau berbagi, menolong orang lain, ramah terhadap orang
lain, dan berlaku pantas didepan publik).
5. Perkembangan pribadi (menjalankan tanggung jawab, menghargai
kesehatan dan kebersihan fisik, mengembangkan bakat yang dimiliki
secara optimal, mengembangkan rasa hormat dan rasa bangga
terhadap diri sendiri, mengontrol perilaku, memiliki sikap berani,
terhormat dan patriotik, serta menghargai keindahan).
 

3. Kekurangan dan Kelebihan Teori Humanisik


 

1. Kekurangan
 
1)      Pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran

Guru biasanya tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga


peserta didik yang kurang referensi akan kesulitan untuk belajar.

2)      Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan

Misal saja guru menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai


kelompok, pasti ada beberapa peserta didik yang mengandalkan teman
atau tidak mau bekerja sama.

3)      Pemusatan pikiran akan berkurang

Dalam hal ini guru tidak sepenuhnya mengawasi karena system belajar
yang seperti ini adalah siswa yang berperan aktif menggali potensi,
sehingga peserta didik akan memanfaatkan keadaan yang ada. Misal
dalam mencari referensi menggunakan internet peserta didik malah
bermain game atau mengaktifkan akun sosial media. Secara otomatis
pemusatan pikiran dalam belajar akan terganggu.

4)      Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi

Dalam pembuatan tugas peserta didik yang malas akan berinisiatif


mengcopy pekerjaan temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru
maupun temannya.

1. Kelebihan
 

1)      Tumbuhnya kreatifitas peserta didik

Dengan belajar aktif dan mengenali diri maka kreatifitas ang sesuai
dengan karakternya akan muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan
muncul keragaman karya. Jika berlanjut kepada nilai jual misalnya maka
itu juga akan menambah pemasukan atau paling tidak ada perasaan
senang karena karyanya dihargai.

2)      Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin maju


perkembangan belajarnya

Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam diri


peserta didik untuk belajar. Hal inilah yang membuat pikirannya terasah
untuk menemukan pengetahuan baru.

3)      Tugas guru berkurang

Dengan peserta didik yang melinbatkan dirinya dalam proses belajar itu
juga akan mengurangi tugas guru karena guru hanylah failisator peserta
didik. Guru tidak lagi memberikan ‘ceramah’ yang panjang, cukup dengan
memberikan pengarahan-pengarahan.

4)      Mendekatkan satu dengan yang lainnya

Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan antar


keduanya. Seringnya berkomunikasi akan menciptakan suasana yang
nyaman karena peserta didik tidak merasa takut atau tertekan. Begitupun
antar peserta didik. Berdiskusi atau belajar kelompok akan membuat
persahabatan semakin erat, memahami satu sama lain, menghargai
perbedaan dan menumbuhkan rasa tolong menolong.

PENUTUP
Belajar adalah cara seseorang untuk tahu dan untuk bisa
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Hasil yang dicapai
tidak lepas dari proses, sumber belajar dan sarana prasarana yang
mendukungnya serta teori dan praktek sebagai acuan atau panduan
untuk membantu pencapaian tersebut. Teori belajar pun tidak ada yang
sempurna, pasti ada unsur kurang dan lebihnya. Oleh karenanya seorang
pendidik dan peserta didik harus mampu menerapkan berbagai macam
teori belajar agar pembelajaran yang dilakukan bisa optimal.

kelebihan dan kekurangan humanistik


TEORI HUMANISTIK
Belajar sebagai suatu kegiatan yang dilakukan manusia telah menjadi objek studi para
pakar sejak lama. Teori-teori belajar yang telah dikemukakan kemudian dikembangkan.
Pemikiran dan pemahaman hakekat belajar terus berkembang, sejalan dengan upaya
penelaahan yang terus berlangsung oleh para pakar. Contohnya Thorpe (1954)
mengkonsepsikan belajar sebagai bentuk perubahan nilai, kecakapan,
sikap dan perilaku yang terjadi dengan usaha yang disengaja melalui rangsangan atau
stimuli. Sedangkan perubahan yang terjadi pada diri peserta didik adalah dalam bentuk
tanggapan atau respon terhadap rangsangan tersebut. Gagne (1970) dan Travers(1972)
mendefinisikan belajar sebagai suatuperubahan disposisi atau kecakapan baru yang terjadi
karena adanya suatu usaha yang disengaja. Sedangkan Munn (1965) berpendapat bahwa
belajar itu adalah upaya memodifikasi tingkah laku sebagai perolehan dari suatu kegiatan,
latihan khusus, atau hasil observasi. Proses belajar pada orang dewasa, yang pada umumnya
bersifat informal, lebih berorientasi kepada penemuan (discovery), lebih organic dan holistic,
melalui proses kognitif pada level operasi konkrit. Beberapa prinsip belajar berdasarkan
konsep dan aliran pembelajaran.
A.   Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat,
teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistic
lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini
lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dalam pelaksanaannya, teori humanistic ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar
yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful
Learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar
merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.     
Teori humanistik berpendapat bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses 
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Berikut adalah tokoh-tokoh yang bergerak dalam aliran humanistik.
B.   Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada
dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau
sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi
siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari
yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar
dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari
persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
C.   Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1)  suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2)  kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk
berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa
yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan,
ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri
sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa
aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi
yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.
D.   Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari
enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang
psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D
pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk
mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya,
Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd
Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.    Kognitif (kebermaknaan)
2.    experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke  dalam pengetahuan terpakai seperti
memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning
menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential
learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa
sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.    Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.    Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi
siswa
3.    Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.    Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik
yang penting diantaranya ialah :
a.    Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.    Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.    Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.    Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.    Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.     Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g.    Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.    Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.      Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian
dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.      Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang
dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif.  Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.    Merespon perasaan siswa
2.    Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.    Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.    Menghargai siswa
5.    Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.    Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari siswa)
7.    Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tingg
Kelebihan dan kekurangan teori Humanistik
A.   Kelebihan Teori Humanistik
1.    selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan
humanis.
2.    Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasan mengungkapkan gagasan.
3.    keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya
mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
B.   Kekurangan Teori Humanistik :
1.    Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2.    Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.    Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis
(Disusun oleh Titik, Arif dan Retci).

Teori Belajar Humanisme


24 Oktober 2011   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:34  38371  1 0

Pengertian Humanisme

Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif
ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya
menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif
tersebuterat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.
Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti
mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang
belajar secara optimal.

2. Ciri-ciri Teori Humanisme

Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan


yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal
sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati
keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan
akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik
adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harusmampu untuk
mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang
dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat
mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa
diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran
humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi
bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan,


komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran
humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para
pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling
membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan
tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.

3. Tokoh Humanisme

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar huamanisme yaitu diantaranya :

1.Arthur Combs (1912-1999)

Arthur Combs bersama dengan Donald Syngg menyatakan bahwa belajar terjadi apabila
mempunyai arti bagi individu tersebut. Artinya bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru
tidak boleh memaksakan materi yang tidak disukai oleh siswa. Sehingga siswa belajar sesuai
dengan apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya hal tersebut
terjadi tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesautu yang tidak
akan memberikan kepuasan bagi dirinya.

Sehingga guru harus lebih memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia


persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha
merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga
yang penting ialah bagaimana membawadiri siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

2.Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal : suatu usaha
yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi


kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah
berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada
saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila


seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras
aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi
yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.

3.Carl Roger

Seorang psikolog humanism yang menekankan perlunya sikap salaing menghargai dan tanpa
prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalahkehidupannya. Menurut
Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran.

Ada beberapa Asumsi dasar teori Rogers adalah:Kecenderungan formatif; Segala hal di dunia baik
organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil;Kecenderungan
aktualisasi; Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau
pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.

4. Aplikasi dan Implikasi Humanisme

a. Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau
pengalaman kelas

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam


kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

3.Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan
yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi.
4.  Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan
mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
oleh kelompok.

6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang
boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya
secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi


pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai