Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah


untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013
masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa
sekolah menjadi sekolah rintisan. SMA PGRI 109 Tangerang di tetapkan sebagai
salah satu sekolah rintisan kurikulum 2013 di Kota Tangerang, sehingga sudah
selama kurang lebih 3 tahun menjalankan kurikulum 2013. Ada tiga aspek
penilaian pada kurikulum 2013, yaitu : pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sikap dan perilaku (moral) adalah aspek penilaian yang teramat penting (nilai
aspek 60%). Apabila salah seorang siswa melakukan sikap buruk, maka dianggap
seluruh nilainya kurang1. Aplikasi Kurikulum 2013, menekankan pada penanaman
karakter dan budaya kepada siswa.
Menurut Ratna Megawangi dalam Syarbini menyatakan pendidikan karakter
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya2.
Pembentukan karakter terhadap anak akan menjadikan seorang anak terbiasa
untuk berperilaku baik. Pendidikan karakter bagi anak adalah solusi tepat yang
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013

2 Amirulloh Syarbini.Buku Pintar Pendidikan Karakter.(Jakarta:As@-Prima Pustaka,2011),h17


1

diharapkan akan mengubah perilaku negatif ke perilaku positif. Membangun


karakter kepada anak merupakan proses yang berlangsung seumur hidup,
anakanak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada
lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu perkembangan pada anak akan
berkembang dengan optimal, oleh karenanya ada tiga pihak yang berperan
penting dalam pendidikan karakter terhadap anak yakni keluarga, sekolah dan
lingkungan.
Suyanto dalam Asmani menyebutkan ada Sembilan pilar karakter yaitu cinta
tuhan dan segenap ciptaan-nya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran atau
amanah, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong, dan gotongroyong atau kerjasama, percaya diri dan pekerja keras, kepemimpinan dan
keadilan, baik hati dan rendah hati, toleransi, kedamaian, dan kesatuan3. Berkaitan
dengan Sembilan karakter yang disebutkan oleh Suyanto terdapat karakter
mengenai kemandirian,maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk meneliti tentang
kemandirian lebih lanjut. Kemandirian perlu ditanamkan agar anak tidak selalu
bergantung kepada orang lain. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak
mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas4.
Mandiri atau sering disebut juga berdiri diatas kaki sendiri merupakan
kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain serta bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya 5. Mengembangkan perilaku kemandirian pada
anak harus dimulai dari lingkungan rumah. Peran orang tua dalam mendidik anak
sangat penting bagi pengembangan kemandirian anak karena orang tua adalah
3 Jamal Mamur Asmani.Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Disekolah.
(Yogyakarta:Diva Press,2011), h50-51
4 Amirulloh Syarbini.Buku Pintar Pendidikan Karakter.(Jakarta:As@-Prima Pustaka,2011), h27
5 Enung Fatimah.Psikologi Perkembangan.(Bandung: CV Pustaka Setia,2008), h 141

sosok pribadi yang akan ditiru anak, orang tualah yang akan menjadi model dalam
menuju pembentukan karakter

anak. Selain itu menngembangkan perilaku

kemandirian kepada anak tidak hanya dilakukan dilingkungan rumah saja tetapi
dalam lingkungan sekolah perlu memberikan dukungan agar anak bisa mandiri.
Dalam

mengembangkan

perilaku

kemandirian

anak,

guru

hendaknya

memperhatikan perekembangan yang ada pada diri anak, memilih metode dan
kurikulum yang sesuai dengan tahap perkembangan anak untuk membantu guru
dalam mengembangkan perilaku kemandirian pada anak. Mengembangkan
perilaku kemandirian kepada anak diharapkan nantinya anak akan terbiasa hidup
mandiri dan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Pembaharuan pengajaran
disekolah dapat ditempuh dengan mengacu pada prioritas guru dalam membangun
karakter bangsa dalam pendidikan formal. Kesadaran anak didik dapat dibina dan
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan formal dengan berbagai pendekatan
Berdasarkan pra observasi yang di lakukan pada tanggal 2 Oktober 2015 di
SMA PGRI 109 Tangerang pada kelas X masih ada anak yang belum mandiri.
Guru sudah menampakkan pembelajaran yang bisa mengembangkan perilaku
kemandirian tingkah laku pada anak, tetapi guru juga perlu memperhatikan
penggunaan

metode yang dilakukan untuk mengembangkan perilaku

kemandirian pada anak. Kemandirian pada anak perlu ditanamkan sejak dini agar
nantinya anak tumbuh menjadi pribadi yang mendiri untuk mencapai semua itu
peran guru dalam mengembangkan kemandirian tingkah laku anak di sekolah
sangatlah penting karena guru menjadi orang tua kedua bagi anak setelah orang
tua dirumah, maka dari itu untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut maka

guru harus merancang pembelajaran yang sesuai dengan anak usia remaja atau
tingkat menengah.
Berdasarkan yang telah dipaparkan diatas saya tertarik untuk memaparkan
makalah tentang Peran guru dalam upaya meningkatkan kemandirian tingkah
laku siswa pada SMA PGRI 109 Tangerang

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah


1. Bagaimana peran guru dalam upaya meningkatkan kemandirian tingkah laku

siswa pada SMA PGRI 109 Tangerang ?


2. Bagaimana upaya-upaya pengembangan meningkatkan kemandirian siswa di

SMA PGRI 109 Tangerang?

C. Tujuan Penyusunan Makalah

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam upaya meningkatkan

kemandirian tingkah laku siswa pada SMA PGRI 109 Tangerang.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan

kemandirian siswa di SMA PGRI 109 Tangerang?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran dan Tugas Guru


1. Peran Guru

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sangat tergantung


pada guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai element utama dalam pendidikan memiliki peran sebagai: peran
guru sebagai perencana pembelajaran, guru sebagai pengelola pembelajaran,
guru sebagai fasilitator, peran guru sebagai evaluator.

2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau


mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan Negara, sebagian besar
bergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guruguru.
Tugas guru sebagai profesi meliputi yang pertama meliputi; mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, kedua meneruskan
dan

mengembangkan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi,

ketiga

mengembangkan keterampilan pada siswa.


Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab untuk mendidik
peserta didiknya

secara adil karena saatnya

nanti akan diminati

pertanggungjawaban atas pekerjaannya. Secara spesifik tanggung jawab


adalah: guru harus menuntut murid-murid belajar, turut serta membina
kurikulum

sekolah,

melakukan

pembinaan

terhadapan

diri

siswa,

memberikan bimbingan kepada murid, melakukan diagnosis atas kesulitankesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar,
menyelenggarakan penelitian, megenal masyarakat dan ikut serta aktif,
menghayati menghayati mengamalkan mengamankan pancasila, turut serta
membantu terciptanya kesulitan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia,
turut menyukseskan pembangunan, serta tanggung jawab meningkatkan
peranan professional guru.6

B.

Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian

6 Syarif hidayat. Profesi Kependidikan teori dan praktik di era otonomi. (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2012), h 64-78

Kemandirian merupakan sebuah perilaku yang memelihara hakikat


eksistensi diri. Kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan
otoritas, melainkan suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat
eksistensi manusia.7
Steinberg mengemukakan kemandirian adalah : Autonomy is a
psychosocial concern that surfaces and resurfaces during the entire life cycle.
Adolescents, establishing a sense of autonomy is as important a part of
becoming an adult as is establishing a sense of identity 8 Definisi tersebut
menjelaskan bahwa kemandirian merupakan masalah psikososial yang muncul
ke permukaan dan muncul kembali selama seluruh siklus hidup. Remaja
membangun kemandirian merupakan sebuah proses untuk menjadi orang
dewasa, sama pentingnya dengan membangun identitas.
Erikson dalam Desmita9 menyatakan kemandirian adalah usaha untuk
melepas diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan jati diri melalui
proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.
Senada dengan pernyataan di atas, Enung memaparkan kemandirian
merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama
perkembangan, dan individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam
menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga pada akhirnya mampu
berfikir dan bertindak sendiri.10
7 Ali dan Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: bumi Aksara, 2011) h.111
8 Laurence Steinberg. Adolescence (New York: McGraw-Hill Inc, 2002) h 288
9 Desmita. Psikologi perkembnagan Peserta didik. H, 185
10 Enung Fatimah. Psikologi Perkembangan perkembangan peserta didik (Bandung: Pustaka setia,
2010), h 142

Sedangkan Chaplin menjelaskan bahwa kemandirian adalah kebebasan


individu untuk memilih, memerintah, meguasai dan menentukan dirinya
sendiri.11 Kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan fisik yang dapat
memicu perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan
pemikiran logis tentang cara berfikir yang mendasari tingkah laku, serta
perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orangtua dan aktivitas
individu.12
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah kemampuan melepaskan diri dari ketergantungan emosi pada orang
lain terutama orangtua, mampu mengambil keputusan dan berkomitmen pada
keputusan yang diambil, serta mampu bertingkah laku sesuai nilai yang
diyakini dan berlaku pada lingkungan.

2. Aspek Kemandirian Perilaku


a.

Kemandirian Tingkah Laku (behavioral Autonomy)


Kemandirian tingkah laku adalah the capacity to make independent
decisions and follow throuht with them13 Definisi tersebut menjelaskan
bahwa aspek kemandirian tingkah laku merupakan kapasitas untuk
membuat keputusan secara mandiri dan menindaklanjuti mereka (orang
tua). Kemandirian dalam tingkah laku berarti bebas untuk berbuat atau
bertindak tanpa bergantung pada orang lain. Namun, berfikir dan

11 Chaplin, JP. Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2002)
12 Desmita. Psikologi perkembangan Peseta Didik. (bandung: Rosdakarya, 2010) h.184
13 Ibid, h, 294
8

membuat keputusan berdasarkan pertimbangan saran dan pendapat orang


lain.
Kemandirian tingkah laku bukan hanya untuk melakukan sesuatu
dengan bebas, tetapi juga kemampuan untuk mempertimbangkan dan
memutuskan tingkah laku yang dilandasi dengan tanggung jawab.
Kemandirian tingkah laku pada dasarnya telah dimulai sejak kewenangan
yang diberikan oleh orangtua terhadap anak untuk berbuat atau
melakukan sesuatu secara mandiri.
Secara psikologis, remaja yang ingin mendapatkan kemandirian
dalam hal bertingkah laku secara perlahan-lahan, maka diberikan
kepercayaan secara bertahap. Kepercayaan secara bertahap akan
memberikan situasi yang kondusif terhadap peningkatan kemandirian
tingkah laku remaja, Steinberg membagi menjadi tiga domain yaitu:

1) Perubahan dalam kemampuan pengambilan keputusan

Remaja mampu mengambil keputusan dengan sendiri berdasarkan


saran dari orang lain, remaja dapat merubah pendapat karena ada
informasi yang dianggap sesuai dengan dirinya dan menghargai serta
berhati-hati terhadap saran yang diterima remaja, ia mampu
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang yang mungkin
terjadi14

2) Perubahan dalam kerentanan terhadap pengaruh orang lain

14 Laurence, Steinberg. 297


9

Remaja menghabiskan banyak waktu di luar keluarga sehingga


nasehat dan pendapat dari teman merasa lebih penting. Ia mampu
menyelesaikan perbedaan pendapat dan membuat kesimpulan,
bertanggung jawab atas tindakannya, serta remaja mengetahui secara
tepat kapan harus meminta saran dari orang lain.15

3) Perubahan dalam rasa kepercayaan diri

Remaja yang percaya diri yaitu mampu mengekpresikan rasa


percaya diri dalam tindakan dengan berinisiatif dan mampu mengatur
hidupnya sendiri.16

3. Faktor Faktor yang mempengaruhi Kemandrian

Sebagaimana aspek-aspek psikologis lain, kemandirian bukanlah sematamata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir.
Perkembangan kemandirian juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang
datang dari lingkungan, selain potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai
keturunan dari orangtua.
Ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelasi bagi
perkembangan kemandirian, yaitu sebagai berikut.17

15 Laurence Steinberg 299


16 Laurence Steinberg 304
17 Ali Mohammad, Asrori Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Bumi Aksara.
Jakarta. Hal 118

10

a. Pola asuh orangtua.

Cara orangtua mengasuh atau mendidik remaja akan mempengaruhi


perkembangan kemandirian remaja. Orangtua yang terlalu banyak melarang
atau mengeluarkan kata-kata jangan kepada remaja tanpa disertai dengan
penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian
remaja. Sebaliknya, orangtua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi
keluarga akan dapat mendorong kelancaran perkembangan remaja. Demikian
juga, orangtua yang cenderung sering membanding-bandingkan anak yang
satu dengan lain juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan
kemandirian anak.

b. Sistem pendidikan di sekolah.

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi


pendidikan dan cenderung menentukan indoktrinasi tanpa argumentasi akan
menghambat perkembangan kemandirian remaja. Proses pendidikan turut
menentukan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman yang dapat
menghambat perkembangan kemandirian remaja. Proses pendidikan yang
lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian
reward, dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan
kemandirian remaja.

c. Sistem kehidupan di masyarakat.

11

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya


hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang
menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat
menghambat kelancaran yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja
dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan merangsang
dan mendorong perkembangan kemandirian remaja.

C.

Remaja
1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Bangsa primitive memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam
rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu
mengadakan reproduksi18
Menurut WHO, remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan
individu dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual
sekundernya (fisik) sampai ia mencapai kematangan seksual serta
mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa. Pada masa remaja terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial-ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri19
Menurut Clarke&Friedman dalam Hendriati masa remaja merupakan
masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa
18 Elizabeth, Hurlock . 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (edisi terjemahan). Jakarta: Erlangga, h 206
19 Saefullah. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Bandung: Pusaka Setia, 2012, h 264

12

remaja, individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.


perubahan yang nampak adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang
pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula
dengan perkembangan kapasitas reproduksi. Remaja juga berubah secara
kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada
periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari
orangtua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai
orang dewasa20
Monks menyatakan bahwa masa remaja dibagi menjadi tiga yaitu
remaja awal (12-15 tahun), remaja tengah (15-18 tahun) dan remaja akhir
(18-21 tahun)21

2. Tugas Perkembangan Remaja

Pada usia remaja terdapat tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh
individu. Pada akhir remaja, diharapkan tugas-tugas tersebut telah terpenuhi
sehingga individu siap memasuki masa dewasa dengan peran-peran dan tugastugas baru sebagai orang dewasa. Havighurs dalam Syarif22 mengemukakan
beberapa tugas perkembangan yang penting pada remaja yaitu:
1) Mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenisnya secara lebih

matang
2) Mencapai perasaan seks yang diterima secara sosial
3) Menerima keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif

20 Hendrianti Agustiani. Psikologi perkembangan Pendekatan Ekologi KAitannya dengan Konsep


Diri dan penyesuaian Diri pad Remaja (Bandung: Refika Adita, 2009) h, 28
21 F.J Monks, dkk, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002), h 266
22 Syarif Hidayat. Perkembangan Peserta Didik (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2014), h 157

13

4) Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa


5) Mencapai kebebasan ekonomi
6) Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan
7) Menyiapkan perkawinan dan kehidupan keluarga
8) Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi

warga Negara yang berkompeten


9) Menginginkan dan mencapai tingkahlaku yang bertanggung jawab secara

moral dan sosial


10) Memahami suatu perangkat tata nilai yang digunakan sebagai pedoman

tingkah laku

Menurut Ohlsen, tugas perkembangan yang harus dimiliki oleh remaja yaitu:
1. Memahami dan menerima penampilan, kemampuan, bakat, minat dan

tanggung jawab
2. Mencoba mengambil keputusan tentang gaya hidup, mengklarifikasi

pilihan dan konsekuensi remaja, memeriksa apa yang menjadi prioritas


dan membuat pilihan
3. Mulai memantapkan nilai-nilai moral
4. Belajar

untuk

memulai,

mengembangkan

dan

mempertahankan

persahabatan dan hubungan yang akrab

14

5. Mengenali kapan keputusan yang harus dibuat, mengambil keputusan,

dan mengimplementasikan keputusan yang telah diambil


6. Menjadi tidak tergantung secara emosional kepada orangtua dan orang-

orang lain dalam hidup


7. Mengenali kesepakatan yang dapat meningkatkan pencapaian hidup dan

mengembangkan keterampilan dan mengevaluasi kesempatan


8. Membuat pilihan karier dan mengimplementasikan
9. Meningkatkan kekuatan ego, meningkatkan pengembangan kompetensi

dan rasa percaya diri untuk dapat mengatasi masalah


10. Menerima dirinya sendiri23

D. Upaya-upaya Pengembangan Kemandirian Siswa dan Implikasi Bagi

Pendidikan
Kemandirian adalah kecakapan yang berkembangan sepanjang rentang kehidupan
individu, yang sangat dipengaruhi oleh factor-faktor pengalaman dan pendidikan.
Oleh sebab itu pendidikan di sekolah dan guru perlu melakukan upaya-upaya
pengembangkan dalam meningkatkan kemandirian siswa, di antaranya :
1. Mengembangkan

proses

belajar

mengajar

yang

demokratis,

yang

memungkinkan anak merasa dihargai


2. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan

dalam berbagai kegiatan sekolah


3. Memberi

kebebasan

kepada

anak untuk mengekplorasi

lingkungan,

mendorong rasa ingin tahu mereka

23 Jeanet Murad Lesmana. Dasar-dasar konseling. Jakarta ui-press, 2008, h 171


15

4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak

membedaka-bedakan anak yang satu dengan yang lain


5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemandirian adalah kemampuan melepaskan diri dari ketergantungan


emosi pada orang lain terutama orangtua, serta mampu mengambil keputusan
dan berkomitmen pada keputusan yang diambil, dan bertingkah laku sesuai nilai
yang diyakini dan berlaku pada lingkungan.
Memperoleh kemandirian merupakan salah satu tugas perkembangan
bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut, remaja belajar dan berlatih dalam
membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai
dengan keputusan sendiri, oleh sebab itu diperlukan dukungan dari orang tua
maupun guru dalam meningkatkan kemandirian remaja.

24 Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h 190


16

Selama

masa

remaja

perkembangan

kemandirian

biasanya

berakselerasi karena perubahan fisik dan kognitif yang cepat, memperluas


hubungan sosial, dan hak-hak dan tanggung jawab tambahan. Kemandirian dan
peningkatan pengambilan keputusan pribadi, diri dan identitas secara bertahap
berkonsolidasi, dan mempengaruhi, perilaku, dan kognisi semakin mandiri.
Kegagalan dalam tugas-tugas ini dapat menandai berbagai masalah perilaku
diakui secara luas dan kesulitan lainnya.
Hal yang menjadi fokus penulis adalah mengenai kemandirian remaja
tingkat SMA, yang terdiri dari permasalahan siswa berdasarkan aspek
kemandirian emosional, perilaku, dan nilai. Permasalahan kemandirian
emosional dimana terdapat kecenderungan remaja kurang dapat membuat
keputusan untuk menyelesikan masalah mereka.
Yang kedua permasalahan perilaku, dimana remaja yang memiliki
kemandirian perilaku (behavioral autonomy) bebas dari pengaruh pihak lain
dalam menentukan pilihan dan keputusan, dan terakhir aspek kemandirian nilai,
ketika remaja memiliki kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip
tentang benar dan salah.
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah dideskripsikan, penulis
tentu saja menguraikan upaya-upaya yang diberikan guna untuk meningkatkan
kemandirian siswa, upaya yang pertama adalah upaya meningkatkan
kemandirian siswa dilihat dari aspek kemandirian emosional antara lain
menciptakan parsitipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga, pola asuh orang

17

tua, menciptakan kehangatan hubungan degan remaja, serta komunikasi.


Selanjutnya upaya dalam meningkatkan kemandirian dilihat pada aspek
kemandirian tingkahlaku antara lain adalah memberikan kebebasan kepada
remaja, mengembangkan proses belajar, mendorong remaja berpartisipasi aktif,
mendorong

mampu

mengambil

keputusan,

menciptakan

keterbukaan,

bertanggungjawab serta memberikan kesempatan kepada remaja. Sedangkan


upaya dalam meningkatkan kemandirian pada aspek kemandirian nilai antara
lain konsistensi dalam menerapkan aturan dan menanamkan nilai-nilai, penerima
kedatangan remaja tanpa harus membeda-bedakan ketika remaja datang dengan
berbagai masalahnya dan berempati kepada remaja, tidak mencela hasil karya
remaja betapapun kurang bagusnya karya tersebut.

B. Saran
1. Guru

Diharapkan guru mata pelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang


menarik dan kondusif serta pembelajaran yang demokratis sehingga siswa
dapat berperan aktif, mengemukakan pendapat, mengambil keputusan secara
bertanggung jawab, sehingga akan membantu siswa dalam kemandiriannya.

2. Orang Tua

Diharapkan orang tua dapat mendukung, mendampingi, serta


memberikan arahan kepada anaknya dalam upaya untuk membentuk
18

kemandirian, karena keluarga merupakan awal pembentukan kemandirian


anak, dan diharapkan orang tua pun dapat bekerja sama dengan guru dengan
memantau, memberi bimbingan, dan memberikan masukan antara satu dengan
yang lainnya. Selain itu orangtua harus dapat menghargai pendapat remaja,
mengkomunikasikan segala permasalahan dengan baik, tidak hanya
berdasarkan atas keinginan pribadi.

3. Di lingkungan masyarakat

Pengurus di lingkungan masyarakat hendaknya membuat kegiatan


yang bermanfaat dengan melipatkan para remaja dilingkungan masyarakat
setempat dengan pengawasan orang dewasa, seperti mengaktifkan karang
taruna

4. Siswa

Diharapkan siswa dapat mengembangkan kemandirian dan melatih


kemandirian

dalam

kehidupan

sehari-hari,

seperti

mengekspresikan

kemampuan dan ide-ide kreatif yang dimiliki secara mandiri dengan turut
aktif dan ikut serta dalam setiap kegiatan atau kompetisi yang diadakan oleh
sekolah maupun diluar sekolah. Selain itu para remaja harus mengatahui
informasi karier, dan potensi diri yang dimilikinya sehingga dapat
mempermudah dalam menentukan jurusan apa yang akan dipilih.

19

Anda mungkin juga menyukai