Anda di halaman 1dari 9

FABRIKASI, FALSIFIKASI DAN PLAGIARISME

SEBAGAI BANTUK
PENYIMPANGAN MORAL DAN ETIKA ILMIAH

Disusun Oleh :
Nama

: Anisa Ika Septianingsih

NIM

: H0813015

Kelas

: Agribisnis 3-A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

A. PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Sebagin besar orang pasti mengenal, mengetahui dan pernah membuat
karya tulis, karangan maupun karya ilmiah terutama mahasiswa perguruan
tinggi. Salah satu nilai tertinggi karya tulis maupun karya ilmiah adalah
orisinalitas atau keaslian. Hal ini berarti sebuah karya tulis dan karya ilmiah
harus memiliki nilai kualitas dalam hal keaslian, objektivitas, dan kejujuran.
Makna asli bukan berarti semua ide, gagasan, dan pengetahuan yang
disampaikan seseorang dalam karya tulisnya tersebut, semuanya berasal dari
dirinya sendiri. Melainkan lebih pada kejujuran dalam mengemukakan
tulisannya. Apabila sebuah kata, kalimat, paragraf, ide, gagasan, atau
pendapat yang dimunculkan dalam tulisanya tersebut adalah milik orang lain,
maka etika ilmiahnya adalah mencantumkan sumber dengan jujur dan
objektif di mana ia mendapatkan kutipan tersebut. Kasus-kasus duplikasi,
penjiplakan, falsifikasi, fabrikasi atau plagiarisme muncul

karena nilai

kejujuran dan objektivitas ini dilanggar atau diabaikan.


Fakta mengatakan bahwa banyak dari kaum mahasiswa bahkan pengajar
yang melakukan pemalsuan (fabrikasi) atau rekaan (falsifikasi) dan
plagiarisme dalam mengerjakan suatu karya ilmiah dalam penelitian. Tidak
sedikit karya komposer indonesia yang diplagiat oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Begitu pun sebaliknya, banyak komposer dalam negeri
yang melakukan hal yang sama. Fabrikasi, falsifikasi dan plagiarisme
merupakan pelanggaran terhadap etika dana moral yang tidak tertulis. Banyak
pemicu yang menyebabkan pelanggaran atau penyimpangan terhadap
penyusunan karya ilmiah tersebut. Untuk itu diperlukan suatu cara
pencegahan yang tepat agar tidak terjadi lagi pelanggaran-pelanggaran
tersebut yang menyimpang etika dan moral.
2.

Tujuan
Tujuan yang dicapai pada penyusunan makalah ini adalah mengetahui
pengertian fabrikasi, falsifikasi dan plagiarisme sebagai penyimpangan moral

dan etika dalam penyusunan karya ilmiah, faktor-faktor penyebab terjadinya,


dampaknya baik bagi pelaku penyimpang maupun masyarakat umum, serta
cara menanggulangi dan mencegah pelanggaran tersebut.

B. PEMBAHASAN
Dalam menciptkan atau menghasilkan sebuah karya, perlu diperhatikan
kuantitas dan kualitasnya. Namun telah diketahui bahwa di Indonesia budaya
membaca dan menulis masih rendah, dibandingkan dengan budaya mendengar
dan melihat. Terutama dalam menulis karya ilmiah, yang pada saat ini sangat
minim jumlahnya. Kuantitas yang kurang itu diiringi pula oleh kualitas karya
yang juga masih kurang menggembirakan. Di antara jumlah karya ilmiah yang
sedikit tersebut terdapat pula karya yang melanggar kode etik kepenulisan.
Sebagai akademisi hendaklah dengan rasa tanggung jawab melahirkan karya yang
orisinal dan menjaga kebenaran informasi sehingga memberikan manfaat kepada
masyarakat pembaca. Akademisi juga dituntut untuk menjunjung tinggi temuan
atau pendapat orang lain, dan menyadari untuk tidak melakukan pelanggaran
ilmiah baik sengaja maupun tidak. Pelanggaran tersebut sebagai perilaku tidak
jujur mencakup baik perilaku tidak jujur dalam penelitian maupun perilaku curang
sebagai peneliti. Batasan ini tidak dapat dikenakan pada hal-hal kejadian yang
sejujurnya keliru, pertikaian pendapat sejujurnya, perbedaan dalam penafsiran
data ilmiah, dan selisih pendapat berkenaan dengan rancangan penelitian.
Pelanggaran etika dalam penulisan ilmiah antara lain adalah falsifikasi,
fabrikasi dan plagiarisme. Etika sendiri berarti konsep yang mengarah pada
perilaku yang baik dan pantas. Terkait dengan moralitas, pranata, norma, baik
kemanusiaan maupun agama. Pemalsuan data (Falsifikasi) dimaksudkan sebagai
mengubah suatu informasi supaya sesuai dengan keinginan penulis. Falsifikasi
biasanya dilakukan terhadap data yang diperoleh. Data, kemudian dirubah agar
selaras dengan simpulan yang ingin diambil dari sebua penelitian. Jika data tidak
difalsifikasi, dikhawatirkan simpulan yang diambil tidak sesuai dengan teori yang
adadan ini akan sulit mempertahankannya di depan pengujisehingga falsifikasi
dianggap sebagai jalan keluar terbaik. Rekaan data (Fabrikasi) adalah
menciptakan atau membuat informasi yang sebenarnya tidak ada. Fabrikasi juga
dilakukan terhadap data. Data yang difabrikasi disebut sebagai data fiktif.
Plagiarisme secara sederhana diartikan sebagai mengambil teks pendapat orang

lain tanpa memberikan acknowledgment (dalam bentuk sitasi) yang semestinya.


Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain
Seseorang yang melakukan salah satu dari tiga pelanggaran etika akademik
(falsifikasi, fabrikasi dan plagiarisme) bisa dikatakan memiliki cacat moral,
terlebih jika dilihat dari sudut pandang agama. Nilai keagamaan mencela
pelanggaran sebagai bagian dari ketidakjujuran, pencurian atau mengambil
kepunyaan orang lain tanpa hak. . Orang yang melakukan pelanggaran ini
menjadikan nuraninya menjadi keruh. Oleh karena itu, penulis hendaklah
memiliki nilai-nilai etika seperti jujur pada diri sendiri, memiliki nurasi yang
cerah, dan terbuka secara ilmiah dengan senantiasi melakukan verifikasi, serta
netral/tidak berpihak.
Dalam menulis baik karya tulis, karangan maupun karya ilmiah memerlukan
sebuah etika. Karena tulisan merupakan media untuk mengkomunikasikan
gagasan kepada orang lain. Kesalahpahaman mengakibatkan pesan yang hendak
disampaikan melalui tulisan tidak mengena. Kode etik penelitian merupakan
norma yang harus dipatuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya,
sedangkan kepengarangan adalah petunjuk tatacara dalam pencantuman urutan,
serta tanggung jawab penulis dalam suatu makalah ilmiah.
Pelanggaran terhadap fabrikasi, falsifikasi dan plagiarisme telah dilakukan
oleh hampir semua orang, baik dari kalangan mahasiswa, dosen atau pengajar
maupun masyarakt umum. Hal tersebut dapat berupa data sebuah penelitian, karya
tulis atau ilmiah, seni, budaya, musik dan lain sebagainya. Terutama dalam karya
ilmiah, yang sangat tidak dibenarkan dan menyimpang moral serta etika penulisan
karya itu sendiri. Penyimpangan-penyimpangan tersebut disebabkan beberapa
faktor yang mendorong tindak fabrikasi, falsifikasi dan plagiarisme. Terdapat
faktor intern atau dari dalam diri sendiri antara lain menginginkan jalan pintas
untuk menuju tujuannya (menghalalkan segala cara) dan tidak menghargai potensi
diri sendiri dan orang lain. Selain itu ada faktor intern atau dari luar atau
lingkungan, antara lain masyarakat , khususnya akademisi belum terlatih untuk
memulis, sanksi sosial bagi pelaku penyimpangan yang minim dan tidak jelas
sehingga sebagian masyarakat menganggap hal ini sebagai pelanggaran kecil,

pengakuan dan penghargaan tidak mendorong, ketidaktahuan mengenai ke tiga


perilaku tersebut serta penyalahgunaan teknologi modern.
Fabrikasi, falsifikasi dan plagiarisme memiliki dampak dan merugikan baik
bagi pelaku penyimpangan maupun masyarakat umum. Bagi pelaku pelanggaran
ini akan mendapatkan sanksi hukum maupun moral karena telah melakukan
penyimpangan terhadap etika penulisan karya ilmiah. Seperti hukum pidana,
hukum agama karena bertindak curang dan melakukan kebohongan serta dijauhi
masyarakat karena di cap sebagai penjiplak atau memalsu data sehingga membuat
hasil penelitian tidak sesuai dengan sebenarnya. Bagi plagiator juga dapat
menghambat kreatifitas, cenderung malas dan meragukan kemampuan diri sendiri
karena mengandalkan karya orang lain. Sedangkan untuk masyarakat umum,
falsisikasi dan fabrikasi menyebabkan pembaca akan menganggap bahwa hasil
penelitian tersebut benar, dan plagiator dapat dianggap penulis asli. Dengan kata
lain telah melakukan kebohongan publik yang sudah jelas menyimpang moral dan
agama. Dalam plagiarisme juga merugikan penulis aslinya karena karya
pemikiran yang dibuat melalui proses lama dan sulit dijiplak begitu saja.
Disebutkan pula dalam UU Hak Cipta mengenai sanksi pidana bagi plagiat
sebagaimana dalam pasal 72 ayat 1 yang berbunyi Barangsiapa dengan sengaja
dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat1
atau Pasal 49 ayat 1 dan 2 dipidan dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 bulan atau dengan denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 atau pidana
penjara paling lam 7 tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00.
Terus terang bahwa plagiarisme itu sulit dihilangkan sebagaimana sulitnya
menghilangkan tindakan-tindakan negatif (amoral) lainnya dalam kehidupan
sehari-hari. Tindakan manusia dalam kehidupannya merupakan ekspresi dari
penerapan pengetahuannya, ekspresi dari kepatuhannya terhadap norma, ekspresi
dari keterpaksaan untuk berbuat, ekspresi dari ketidaktahuan terhadap aturan yang
ada, dan ekspresi dari ketidakpatuhan terhadap norma.

Oleh karena itu,

kendatipun seseorang tahu tentang apa yang disebut plagiarisme serta dampak
negatifnya, bisa saja orang tersebut melakukan plagiarisme karena hal ini
menyangkut kualitas moral seseorang.

Namun dapat dilakukan dengan beberapa cara atau usaha untuk


menanggulangi dan mencegah pelanggaran tersebut, antara lain dengan
menumbuhkan intregritas dan kepercayaan diri pada diri mahasiswa sehingga
senantiasa bisa menjaga dan membentengi dari perbuatan copypaste tanpa
menyebutkan sumber asal, pemalsuan atau rekaan data penelitian. Dapat dimulai
dari pembiasaan kecil, seperti ketika mengerjakan ujian di biasakan untuk percaya
pada pemikirannya sendiri karena pekerjaan orang lain belum tentu benar. Dapat
juga dengan pengawasan dari tim penilai harus memperhatiakan mekanisme untuk
pengecekan tugas-tugas karya ilmiah atau karya tulis dan menyebarkan informasi
hasil penelitian dan karya tulis lainnya melalui publikasi dalam jurnal ataupun
buletin ilmiah. Selain itu, meningkatkan fungsi dan peranan pembimbing bagi
penelitian mahasiswa karena bagaimanapun hasil penelitian dari mahasiswa
merupakan pertaruhan karir dari si pembimbing.
Peraturan perundangan yang terkait dengan hak cipta sudah ada, dan
ketentuan dalam penulisan karya ilmiahpun sudah banyak dipublikasi, bahkan
mata kuliah Etika juga ada di kurikulum perguruan tinggi walaupun di kurikulum
pendidikan menengah dan pendidikan dasar sudah mulai terkikis. Ada juga mata
kuliah metode ilmiah yang membekali siswa untuk berpikir ilmiah, bertindak
ilmiah, dan agar siswa dapat melakukan kajian ilmiah untuk mencari kebenaran
ilmiah yang semuanya itu tidak terlepas dari kaidah kebenaran ilmiah. Perlu
diketahui juga bahwa pedoman penulisan karya ilmiah telah diterbitkan oleh
berbagai perguruan tinggi, aturan penulisan jurnal/buletin telah dibuat oleh dewan
redaksi, bahkan di setiap perguruan tinggi memiliki peraturan akademik dan kode
etik yang harus dipatuhi oleh semua warganya. Namun, kepatuhan seseorang
yang telah mengetahui aturan menjadi hal yang utama (nomor satu) untuk
mendidik anak didiknya dan masyarakat pada umumnya.

C. KESIMPULAN
a. Pelanggaran etika dalam penulisan ilmiah antara lain adalah falsifikasi
atau pemalsuan data yaitu mengubah suatu informasi supaya sesuai
dengan keinginan penulis, fabrikasi atau rekaan data yaitu
menciptakan atau membuat informasi yang sebenarnya tidak ada dan
plagiarism yang diartikan sebagai mengambil teks pendapat orang lain
tanpa memberikan acknowledgment (dalam bentuk sitasi) yang semestinya.
b. Fabrikasi, falsifikasi dan plagiarisme memiliki dampak bagi pelaku
penyimpangan maupun masyarakat umum seperti sanksi hukum
maupun moral dan hukum agama karena bertindak curang dan
melakukan kebohongan serta dijauhi masyarakat karena di cap sebagai
penjiplak atau memalsu data
c. mencegah pelanggaran tersebut, antara lain dengan menumbuhkan
intregritas dan kepercayaan diri pada diri mahasiswa sehingga
senantiasa bisa menjaga dan membentengi dari perbuatan copypaste
tanpa menyebutkan sumber asal, pemalsuan atau rekaan data penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E.Z. 1998. Dasar-dasar penulisan karangan ilmiah. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia (Grasindo)
Magnis Suseno. 1988. Kuasa dan Moral, Gramedia. Jakarta.
Magnis, Frans von. 1975. Etika Umum .Yayasan Kanisius. Jogjakarta
Majelis Profesor Riset. 2007. Kode Etika Peneliti, LIPI Press.Jakarta
Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Rifai, MA. (2001). Pegangan gaya penulisan, penyuntingan dan penerbitan karya
ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suryono IAS. 2008. Plagiarisme dalam penulisan artikel ilmiah. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
Suryono Isnani A. S. 2011. Pelanggaran Etika Penulisan dan Plagiarisme:
Bagaimana Menanggulanginya?. J Indon Med Assoc, Vol 61(5)

Anda mungkin juga menyukai