Anda di halaman 1dari 56

REKAYASA KESTABILAN LERENG DI PERMUKIMAN

YANG BERADA DI DUSUN NGLINGGO BARAT,


DESA PAGERHARJO, KECEMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN
KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Skripsi Oleh:
PEMBIMBING I PEMBAHAS I
Dilla Octavianti Swastiningtyas
Ir. Suharwanto, M.T. Wisnu Aji Dwi Kristanto S.T., M.Eng.
114150059/TL

PEMBIMBING II PEMBAHAS II

Herwin Lukito, S.T., M.Si. Aditya Pandu Wicaksono, S.Si., M.Sc.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2021
Pokok BAHASAN

I Pendahuluan V Evaluasi Hasil Penelitian


Ii Ruang Lingkup Penelitian
Vi Arahan Pengelolaan
Iii Cara Penelitian

Iv Rona Lingkungan Hidup Vii Kesimpulan dan Saran


Latar Maksud dan Rumusan
Belakang Tujuan Masalah

pendahuluan

Peraturan Lokasi Tinjauan Batas Daerah


Perundangan Penelitian Pustaka Penelitian
LATAR BELAKANG
Kondisi Lereng Pasca GMT Akses Jalan tertutup material
Rumusan masalah, tujuan, dan manfaat
Rumuasan masalah Tujuan penelitian
1. Bagaimana kestabilan lereng 1. Mengetahui tingkat kestabilan
pasca terjadinya gerakan massa lereng dengan menggunakan
tanah dengan menggunakan Analisis Kesetimbangan Batas
metode kesetimbangan batas? dengan perhitungan metode Janbu
2. Bagaimana rekayasa teknik yang disedederhanakan untuk
kestabilan lereng yang menentukan nilai Faktor Keamanan
digunakan agar lereng pasca (Safety Factor).
terjadinya gerakan massa tanah 2. Memberikan arahan rekayasa
dapat stabil di daerah pengelolaan stabilitas lereng yang
penelitian? sesuai untuk menjaga kestabilan
lereng di daerah penelitian.
Manfaat penelitian
1. Memberikan informasi stabilitas lereng
pada permukiman yang berada di Dusun
Nglinggo Barat, Desa Pagerharjo,
Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Memberikan gambaran rekayasa teknik
pengelolaan yang sesuai agar lereng
stabil dan aman di permukiman yang
memiliki potensi gerakan massa tanah.
LOKASI
PENELITIAN
peraturan perundang - undangan
✓ Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
✓ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
✓ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
✓ Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang kawasan
Bencana Longsor.
✓ Peraturan Pemerintan Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
✓ Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.
✓ Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanah, Gempabumi, dan Tsunami.
✓ Pedoman Departemen Pekerjaan Umum Pd T-09-2005-b yang berkaitan tentang rekayasa
penanganan keruntuhan lereng pada tanah residu dan batuan.
✓ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.105/MENLHK/
SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung, Pemberian
Insentif, Serta Pembinaan dan Pengendalian Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
✓ Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 – 2032.
Tinjauan pustaka
lereng
Kestabilan lereng

gerakan massa tanah

Klasifikasi gerakan massa tanah

Analisis kestabilan lereng


Rekayasa teknik
BATAS
DAERAH
PENELITIAN
RUANG LINGKUP PENELITIAN
KRITERIA,
KARAKTERISTIK INDIKATOR, DAN
ASUMSI

LINGKUNGAN
KERANGKA
TERDAMPAK
ALUR PIKIR
KARAKTERISTIK PENELITIAN

Gawir Utama

Tubuh Longsor
LINGKUNGAN TERDAMPAK
Sketsa penampang longsor
Batas daerah penelitian

SITUASI
GMT
KRITERIA, INDIKATOR, DAN ASUMSI
KERANGKA
ALUR PIKIR
cara penelitian
Metode
penelitian dan Perlengkapan
parameter penelitian

Lintasan
pemetaan dan Tahap
titik sampling penelitian
metode dan parameter

Metode survei dan pemetaan

Metode pengambilan sampel


Satuan
lahan
Batas daerah penelitian

Lintasan
pemetaan
dan titik
sampling
Perlengkapan penelitian
Peta Tabung Sampel

Laptop
GPS Kamera

Kalkulator
Kompas Meteran

Alat Tulis
Palu Geologi
diagram
Alir penelitian
Rona lingkungan hidup

Komponen Komponen Biotis


Komponen
Geofisik - Kimia
Sosial
Komponen geofisik - kimia
iklim Curah Hujan
Nilai Q sebesar
0,5
yangTermasuk
dalam Iklim
Agak Basah
Batas daerah penelitian

peta
topografi
peta
kemiringan
lereng
peta
bentuk
lahan
tanah

Horizon O = 0,14 m

Horizon A = 0,6 m

Horizon B = 1,2 m
peta
jenis
tanah
Satuan batuan
a. b.

Singkapan Breksi Andesit pada Daerah Penelitian: a. di Sungai, b. di Tepi


Jalan

a. Kamera menghadap ke arah Timur; LP. 6; b. Kamera menghadap ke Utara; LP. 36


peta
satuan
batuan
Tata air
a. b. c.

Gambar 4. 1. Tata Air Permukaan di Daerah Penelitian a. Sungai Musiman, b. Mata air, c.
Tata Air Permukaan di Daerah Penelitian a.Air
Bak Penampungan Sungai Musiman, b. Mata
Sumber: Foto Penulis, 202; a. Kamera menghadap ke arah Utara, LP. 37; b. Kamera menghadap
air, c. Bakke Penampungan Air
arah Timur, LP. 39; c. Kamera menghadap ke arah Selatan, LP.31
bencana alam
Komponen biotis

flora

fauna
flora
fauna
komponen sosial
demografi Sosial ekonomi
95% sebagai buruh tani dan
sisanya di sektor pariwisata dan
perdagangan
komponen sosial
Sosial budaya Kesehatan masyarakat
Penggunaan
lahan
Evaluasi hasil penelitian

Analisis Kestabilan
Lereng

Rekayasa kestabilan
lereng
Analisis kestabilan lereng
Nilai faktor keamanan lereng
rekayasa kestabilan lereng
Arahan pengelolaan
Pendekatan Pendekatan
Teknologi Sosial

Pendekatan
Institusi
pendekatan teknologi
MENGUBAH GEOMETRI LERENG

Dengan Pembuatan
teras berisi 6 jenjang
Bidang olah selebar 8
m dan tinggi 4 m
REVEGETASI

Model Revegetasi Lereng di Daerah Penelitian


MENGENDALIKAN AIR PERMUKAAN

Dengan menutup Rekahan menggunakan materia lempung

Membuat saluran Drainase Vertikal dan Horizontal

Drainase Horizontal Drainase Vertikal


Model Pendekatan Teknologi di Daerah Penelitian
Pendekatan sosial DAN pendekatan institusi
Pendekatan sosial
1. Melakukan sosialisasi bahaya bencana alam ataupun non alam seperti
tanah longsor dan bencana lainnya di tingkat Desa ata Dusun.
2. Membangun kesadaran masyarakat dalam upaya mencegah bencana
dengan mengadakan sosialisasi tentang bahaya gerakan massa tanah
kepada masyarakat.
3. Melakukan sosialisasi dan penyusunan pedoman standar penyelamatan
diri saat terjadi gerakan massa tanah maupun bencana lainnya.
Pendekatan institusi
1. Pemerintah mengupayakan peningkatan kapasitas kelembagaan dan komunittas
dalam pencegahan dan mitigasi bencana dengan menyusun rencana pengawasan dan
pemantauan di daerah rawan gerakan massa tanah khususnya di Desa dengan tingkat
kerawanan gerakan massa tanah yang tinggi.
2. Pemerintah mempercepat pembangunan sarana prasarana dalam penanganan darurat
seperti pembangunan talud, perbaikan jalan akibat longsor, dan pembangunan
infrastruktur lainnya yang diakibatkan oleh bencana gerakan massa tanah.
3. Pemasangan rambu – rambu peringatan dini gerakan massa tanah agar masyarakat
bisa lebih sigap menghadapi bencana yang datang tiba – tiba.
ARAHAN
PENGELOLAAN
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Hasil analisis kesetimbangan batas (limit equilibrium)
dengan menggunakan metode perhitungan Janbu yang
disederhanakan melalui aplikasi Slide 6.0 diperoleh nilai
faktor keamanan sebesar 1,030 (labil). Setelah dilakukan
rekayasa teknik diperoleh nilai faktor keamanan sebesar
2,306 (stabil).
2. Reyasa teknik yang dilakukan pada lereng yang
bermasalah dengan cara pembuatan teras kebun,
pembuatan saluran drainase permukaan, revegetasi, dan
penutupan rekahan dengan material lempung.
SARAN
1. Perlu dilakukannya pemetaan daerah yang sering terjadi gerakan
massa tanah khususnya di lokasi penelitian dan metode analisis
pembanding untuk memperoleh perbandingan yang lebih akurat
dan mengetahui metode yang paling tepat digunakan di daerah
penelitian.
2. Pengolahan lahan untuk keperluan pemukiman dan pertanian
hendaknya memperhatikan faktor – faktor yang dapat
meningkatkan terjadinya gerakan massa tanah.
3. Perlunya mitigasi lebih lanjut, seperti pemasangan alat deteksi
gerakan massa tanah, dan melakukan stabilisasi atau perkuatan
terhadap lereng yang terjal karena apabila terjadi gerakan massa
tanah di permukiman sewaktu – waktu dapat membahayakan
warga disekitarnya.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai