Anda di halaman 1dari 13

IDENTIFIKASI PENYEBAB GERAKANTANAH DENGAN PENYELIDIKAN

GEOLOGI TEKNIK DAN PENGUKURAN GEOLISTRIK METODE


WENNER PADA PERUMAHAN TAMAN SENTOSA DAN SEKITARNYA
KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNG PATI KOTA
SEMARANG

Oleh :
Fachry Afif Fauzan*, Prakosa Rachwibowo*,Wahju Krisna*,
(corresponding email: agistazendi@yahoo.co.id)

* Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang terjadi di Perumahan Taman Sentosa,


Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang dan sekitarnya adalah gerakantanah
yang terjadi pada lokasi tersebut yang menjadi lokasi penelitian. Kejadian
gerakantanah yang terjadi cukup mengganggu aktifitas masyarakat dan merusak
infrastruktur bangunan serta jalan yang ada. Penyebab dan klasifikasi
gerakantanah tersebut perlu diketahui secara baik sehingga dapat dilakukan
penanggulangan gerakantanah yang tepat terhadap lokasi penelitian. Tujuan dari
penelitian ini adalah menentukan litologi lokasi penelitian, klasifikasi
gerakantanah, dan penyebab gerakantanah yang terjadi berdasarkan analisis
pengukuran geolistrik metode Wenner dan pemetaan geologi teknik.
Geolistrik merupakan metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui
kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan variasi nilai resistivitas jenis
batuannya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah geolistrik metode
Wenner, dengan 4 titik pengukuran geolistrik yang tersebar di sekitar lokasi
penelitian. Proses pengolahan data dilakukan menggunakan software IPI2win
untuk mengetahui nilai resistivitas batuan. Sedangkan pemetaan geologi teknik
adalah penyelidikan material permukaan menggunakan peta kontur dengan
memperhatikan sifat geologi teknik material dengan hasil akhir berupa peta
geologi teknik.
Hasil interpretasi litologi berdasarkan nilai resistivitas batuan, dapat
dikelompokkan menjadi batulempung (< 10 Ωm) dan batupasir (10-100 Ωm) dan
tidak ditemukan adanya ketidakmenerusan litologi yang menjadi penciri
keberadaan struktur geologi. Sedangkan hasil penyelidikan geologi teknik
permukaan ditemukan pada lokasi penelitian batulempung sisipan batupasir dan
lempung kepasiran dan tidak ditemukan adanya struktur geologi. Batulempung
sisipan batupasir 75% komposisinya memiliki ukuran butir 0,06 mm dan 25%
dibawah 0,02 mm. Sedangkan lempung kepasiran terdiri dari 90% komposisi
lempung dengan ukuran butir dibawah 0,02 mm dan 10% pasir dengan ukuran
butir 0,06 mm.

1
Setelah dilakukan analisis terhadap data-data geolistrik dan geologi teknik
yang didapat diketahui bahwa jenis gerakantanah yang terjadi pada lokasi
penelitian adalah rayapan (creep) yang disebabkan oleh keberadaan material
lempung pada lokasi penelitian.

Kata Kunci : Geolistrik metode Wenner, Pemetaan geologi teknik: Jenis


gerakantanah, Penyebab gerakantanah.

I. PENDAHULUAN Perumahan Taman Sentosa


1.1 Latar Belakang Kelurahan Sukorejo Kecamatan
Sebagai ibu kota provinsi Jawa Gunung Pati Kota Semarang. Letak
Tengah Kota Semarang menjadi geografis daerah penelitian yaitu
pusat pemerintahan, bisnis, dan jasa berada pada koordinat 07o01’35” -
bagi masyarakat Jawa Tengah. Oleh 07o01’39” LS dan 110o23’20” -
karenanya keamanan dan ketertiban 110o23’28” BT Lokasi penelitian
kota menjadi penting untuk dijaga memiliki ketinggian / elevasi rata –
dan diawasi. Beberapa ancaman dari rata 54 – 66 meter di atas permukaan
keamanan tersebut ada di Kota laut.
Semarang adalah persoalan Untuk mencapai lokasi
gerakantanah yang terjadi di penelitian dibutuhkan kurang lebih
beberapa daerah yang memiliki 15 menit dari Pasar Jatingaleh
morfologi perbukitan. Beberapa Semarang dengan menggunakan
infrastruktur dan fasilitas umum kendaraan roda empat. Dari Pasar
terkena gejala alam ini sehingga Jatingaleh menuju barat ke arah barat
mengganggu aktifitas masyarakat (melewati kampus Unika) hingga
yang tinggal disekitarnya dan menemukan pertigaan jalan kurang
dikhawatirkan bila sampai terjadi lebih sekitar 5 Km. Setelah sampai di
korban jiwa maupun harta. Oleh pertigaan jalan menuju arah selatan
karenanya dirasa perlu untuk sekitar 1,5 km akan ditemukan lokasi
dilakukan studi potensi gerakan penelitian di sebelah timur jalan raya
tanah di Kota Semarang, khususnya dengan penanda gapura dari
di daerah yang memiliki potensi Perumahan Taman Sentosa.
gerakantanah tinggi.
Termasuk salah satu daerah III. MAKSUD DAN TUJUAN
yang telah mengalami gerakantanah Maksud penelitian ini adalah
adalah Perumahan Taman Sentosa untuk mengetahui penyebab
Kelurahan dan sekitar Sukorejo gerakantanah, berdasarkan data
Kecamatan Gunung Pati Kota survei geolistrik metode Wenner dan
Semarangyang menjadi lokasi survei geologi teknik di daerah
penelitian. penelitian. Sedangkan tujuannya 1.
Mengetahui lapisan-lapisan
batuan penyusun bawah permukaan
II. LOKASI PENELITIAN
pada lokasi penelitian berdasarkan
Lokasi penelitian terlretak di
data nilai tahanan jenis hasil
Lokasi penelitian berada di

2
pengukuran geolistrik metode interpretasi data geolistrik yang
Wennerdan survei geologi teknik. akan digunakan sebagai dasar
Mengetahui jenis gerakantanah yang pengolahan dan pembahasan studi
terjadi di lokasi penelitian. penyebab gerakantanah di
Mengetahui penyebab gerakantanah Perumahan Taman Sentosa
pada lokasi penelitianberdasarkan Kecamatan Gunung Pati Kota
identifikasi data geolistrik Semarang.
metodeWenner dan survei geologi Tujuan melakukan pemetaan
teknik. geologi teknik adalah untuk
IV. GEOLOGI REGIONAL mengetahui sebaran material tanah
Lokasi penelitian masuk dalam dan batuan secara lateral,
Formasi Kalibeng pada Zona mengetahui jenis gerakantanah, dan
Kendeng. Zona Kendeng meliputi sifat fisik material. Sedangkan
deretan pegunungan dengan arah interpretasi data geolistrik untuk
memanjang barat-timur yang terletak mengetahui sebaran litologi baik
langsung di sebelah utara sub zona secara vertikal maupun horizontal
Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh pada lokasi penelitian. Hasil akhir
batuan sedimen laut dalam yang analisis data diharapkan dapat
telah mengalami deformasi secara diketahui penyebab gerakantanah
intensif membentuk suatu baik dilihat dari faktor pengontrol
antiklinorium. Pegunungan ini dan pemicu yang terjadi pada lokasi
mempunyai panjang 250 km dan penelitian.
lebar maksimum 40 km (de
Genevraye & Samuel, 1972)
membentang dari gunungapi V. HASIL dan PEMBAHASAN
Ungaran di bagian barat ke timur Geomorfologi Daerah Penelitian
melalui Ngawi hingga daerah Kondisi geomorfologi pada lokasi
Mojokerto. Di bawah permukaan, penelitiantermasuk ke dalam
kelanjutan zona ini masih dapat bentuklahan bergelombang landai
diikuti hingga di bawah selatan terdenudasi.Daerah penelitian berada
Madura. pada Formasi Kalibeng. Formasi ini
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng tersusun atas litologi batupasir,
merupakan endapan laut dalam di batupasir tuffan, batulempung, dan
bagian bawah yang semakin ke atas batugamping.Litologi yang dominan
berubah menjadi endapan laut yang menyusun daerah penelitian
dangkal dan akhirnya menjadi didominasi oleh satuan batupasir dan
endapan non laut. Endapan di Zona batulempung serta hasil
Kendeng merupakan endapan pelapukannya. Jenis litologi ini
turbidit klastik, karbonat dan terdapat pada lokasi pengambilan
vulkaniklastik. titik geolistrik.
Pada lokasi penelitian tidak
METODOLOGI ditemukan keberadaan
Metode penelitian yang gawirpenjajaran mataair, dan bentuk
digunakan dalam penelitian ini alam lain yang umumnya
adalah dengan cara melakukan mencirikan keberadaan sebuah
pemetaan geologi teknik dan struktur geologi patahan. Proses

3
denudasi terjadi pada lokasi b.Lempung Kepasiran
penelitian dan dikontrol oleh proses Ditemukan adanya material
eksogenik. Proses proses eksogenik lempung kepasiran pada lokasi
yang berlangsung meliputi erosidan penelitian, tepatnya pada STA 4 dan
pelapukan. Erosi yang berlangsung STA 5. Material ini adalah hasil
karena pengaruh air permukaan (air pelapukan dari batulempung sisipan
hujan). Proses pelapukan yang terjadi batupasir yang tersingkap di lokasi
disebabkan oleh panas matahari dan penelitian.
vegetasi/tumbuhan. Proses Perubahan yang berasal dari
pelapukanyang berlangsung pelapukan tersebut secara perlahan –
menyebabkan batuan yang ada lahan enunjukkan perubahan yang
berubah menjadi tanah. bertingkat serta mempunyai
5.1 Litologi Material Penyusun pengaruh dan erat hubungannya
Daerah Penelitian terhadap sifat mekanik batuan. Hasil
a. Batulempungsisipan batupasir dari pengamatan langsung
Satuan ini tersingkap dengan baik dilapangan, endapan residual yang
pada stasiun pengamatan 1, 2, dan 3. ada di daerah penelitian ini adalah
Satuan batuan ini mempunyai material lempung kepasiran. Terdiri
kenampakan fisik dengan warna abu- dari 90% komposisi lempung dengan
abu kehitaman, tingkat pelapukan ukuran butir dibawah 0,02 mm dan
ringan hingga segar, tingkat 10% pasir dengan ukuran butir 0,06
kekerasan agak keras hingga keras mm.
(Wesley 1977), butiran tidak mudah Lempung kepasiranpada lokasi
terurai (consolidated material), pada penelitian berwarna coklat
komponen tanah terdapat serabut kehitaman, bersifat lepas sampai
akar tumbuhan yang bercampur setengah lepas. Satuan ini merupakan
dengan mineral teroksidasi. hasil dari pelapukan batuan dasar
.Batuan juga telah mengalami berupa batulempung sisipan
hancuran yang cukup tinggi batupasir. Lempung kepasiran
disebabkan perubahan cuaca yang memiliki ukuran lempung dengan
terjadi di lokasi penelitian. tekstur relatif kasar berukuran pasir.
Pelamparan batuan ini secara umum
berarah N 300°E / 15°.

Batupasir

Batulempung

Gambar 1 Litologi batulempung dan


Gambar 2 Lempung kepasiran pada
batupasir di lokasi penelitian pada
STA 5
STA 1.

4
5.2 HasilPenyelidikan Geolistrik b. Titik Pengukuran GL 2
Untuk mengetahui potensi Titik pengukuran pertama
gerakan tanah dari lokasi penelitian berada pada elevasi 81,99
maka dilakukan penyelidikan meter,lapisan teratas berupa
geolistrik dengan empat titik batupasir, secara berurutan semakin
pengukuran di lokasi penelitian ke arah buttom adalah batupasir,
untuk mengetahui kondisi geologi Batulempung, batupasir,
bawah permukaan secara mendetail, Batulempung. Lapisan batupasir
baik litologi maupun struktur geologi yang berada dipermukaan hingga
lokasi penelitian. kedalaman 0,7152 meter dengan nilai
Pada penelitian ini digunakan tahanan jenis sebesar 17,9-40,68Ωm.
metode geolistrik Wenner, kemudian pada kedalaman 0,7152
disebabkan data batuan bawah meter hingga 6,3752 meter berupa
permukaan yang dibutuhkan tidaklah batulempung dengan nilai tahanan
terlalu dalam, terlebih metode ini jenis sebesar 0,876 Ωm - 9,563 Ωm.
juga lebih mudah dalam perhitungan Selanjutnya terdapat lapisan
dan pengolahan data. batupasir dari kedalaman 6meter -
a. Titik Pengukuran GL 1 15.8272meter dengan nilai tahanan
Titik pengukuran pertama jenis batuan sebesar 12,42 Ωm –
berada pada elevasi 59,7 meter.Hasil 12,58 Ωm. kemudian lapisan terakhir
dari pengukuran geolistrik ini berada pada kedalaman
ditemukan urutan stratigrafi dari top 15.8272meter -34.9942meter berupa
ke arah botto adalah batupasir, lempung dengan nilai tahanan jenis
batulempung, batupasir, dan terakhir 1,243- 9,261Ωm.
batulempung. Berikut tabel hasil
pengukuran geolistrik pada titik
GL1.

Gambar 3 Hasil pengukuran Gambar 4 Hasil pengukuran


geolistrik titik GL1 geolistrik titik GL2

5
c.Titik Pengukuran GL 3 d. Titik Pengukuran GL 4
Titik pengukuran berikutnya
Titik pengukuran ketiga
berada pada elevasi 66,44
berada pada elevasi 54,86
meter,lapisan teratas berupa
meter,lapisan teratas berupa
batupasir yang berada dipermukaan
batupasir, secara berurutan semakin
hingga kedalaman 0,782 meter
ke arah buttom adalah batupasir,
dengan nilai tahanan jenis sebesar
batulempung, batupasir, dan
13,4-14,7Ωm. Berikutnya pada
batulempung, Lapisan batupasir yang
kedalaman 0,782 hingga 4,404meter
berada dipermukaan berada hingga
berupa batulempung dengan nilai
kedalaman 1,297 meter dengan nilai
tahanan jenis sebesar 0,263 – 3,63
tahanan jenis sebesar 14,49- 81,67
Ωm. Selanjutnya pada kedalaman
Ωm, kemudian pada kedalaman
4,404 meter hingga 6,465 meter
1,297 hingga 2,917 meter berupa
terdapat lapisan batupasir dengan
batulempung dengan nilai tahanan
nilai tahanan jenis 10,1 – 11,1 Ωm.
jenis sebesar 0,155 – 8,36 Ωm,
Kemudian pada kedalaman 6,465
kemudian pada kedalaman 2,917
meter hingga 30,15 meter berupa
meter hingga 3,437 meter terdapat
batulempung dengan nilai tahanan
lapisan batupasir dengan nilai
jenis sebesar 0,657 – 7,531Ωm.
tahanan jenis 10,1-11,1 Ωm, dan
lapisan terakhir pada kedalaman
3,437 meter hingga 14,927 meter
berupa batulempung dengan nilai
tahanan jenis sebesar 0,33-8,06Ωm.

Gambar 5 Hasil pengukuran Gambar 6 Hasil pengukuran


geolistrik titik GL4
geolistrik titik GL3

6
5.3 Struktur Geologi Lokasi gerakantanah menjadi masalah yang
Penelitian harus dapat dipahami secara kritis
Hasil survei lapangan pada lokasi dan sistematis, terutama ditinjau dari
penelitian tidak ditemukan adanya bidang ilmu geologi.Gerakan massa
penciri keberadaan sebuah struktur tanah/ batuan merupakan proses
geologi pada lokasi penelitian, baik pergerakan material penyusun lereng
seperti gawir, penjajaran mata air, meluncur atau jatuh ke arah kaki
gores garis, ketidakmenerusan lereng karena kontrol gravitasi bumi.
litologi, dan sebagainya. Begitu juga Dalam pengertian di atas, material
dengan hasil korelasi struktur penyusun lerengadalah tanah atau
geologi memperlihatkan bahwa batuan pembentuk suatu lereng
litologi yang ada pada lokasi (Karnawati, 2005). Di lokasi
penelitian bersifat menerus dan penelitian sendiri gerakantanah
berkorelasi dengan baik. Sesuai terjadi di sisi barat dari jalan raya
dengan geologi regional bahwa lokasi penelitian.
lokasi penelitian tidak terdapat Dilihat dari kondisi penciri gerakan
struktur geologi hususnya struktur tanah di lokasi penelitian, berupa
geologi berskala mayor. longsoran yang tidak memiliki
5.4 Penggunaan Lahan bidang gelincir, retakan-retakan pada
Pada lokasi penelitian dibangun tembok bangunan, gelombang kecil
sebuah perumahan yang terdiri dari pada jalan,dan tiang listrik yang
beberapa rumah dengan jumlah yang miring sehingga dapat diindikasikan
dapat dikatakan sedikitdan gerakantanah yang terjadi di lokasi
seluruhnya telah ditinggal oleh penelitian adalah rayapan (creep).
penghuninya. Sedangkan semak Rayapan merupakan jenis tanah
belukar banyak terdapat disekitar longsor yang bergerak lambat,
perumahan dengan intensitas yang berdasarkan pengamatan dilapangan
cukup lebat. material longsorannya berupa
Semak belukar lempung pasiran.Gerakantanah ini
juga telah diantisipasi dengan
dibangunnya dinding penahan di
sebelah jalan raya agar dampak
Bangunan Perumahan gerakantanah tidak begitu masif.

5.6Faktor Penyebab Gerakan


Tanah di Lokasi Penelitian
Semak belukar Sebagaimana yang telah diketahui
Gambar 7 Tata Guna Lahan Daerah penyebab gerakantanah dibagi
Penelitian menjadi dua, yaitu faktor-faktor yang
mengontrol gerakantanah yang
5.5Gerakantanah di Lokasi menjadikan tanah rentan untuk
Penelitian bergerak dan faktor pemicu
Gerakan tanah merupakan salah satu gerakantanah yang menyebabkan
jenis bencana geologi yang tanah yang telah rentan untuk
dampaknya menimbulkan kerugian bergerak menjadi bergerak hingga
yang cukup besar. Fenomena akhirnya terjadi longsoran. Berikut

7
pembahasan kedua aspek kontrol dengan permukaan tanah atau batuan
penyebab gerakantanah pada lokasi dan makin mengecil intensitasnya
penelitian. secara gradasi ke arah bawah lapisan.
5.7 Faktor Pengontrol Gerakan Aktivitas pengembangan ini
Tanah mengakibatkan lempung naik
Faktor pengontrol terjadinya gerakan melawan gaya gravitasi sesuai dengan
tanah pada lokasi penelitian adalah intensitas pengembangan masing-
kondisi geomorfologi, material masing lapisan. Kemudian lempung
penyusun lereng, dan tata guna tersebut akan menyusut kembali
lahan, hidrogeologi. ketika lempung mengalami
a. Kondisi Geomorfologi Daerah pemanasan oleh sinar matahari,
Penelitian khususnya terjadi secara masif pada
Daerah penelitian termasuk kedalam musim kemarau sehingga lempung
bentuklahan bergelombang miring menyusut karena kehilangan
(Zuidam, 1983). Menurut Karnawati kandungan air, kondisi ini
(2005) kondisi geomorfogitersebut menyebabkan lempung turun ke arah
umumnya menjadi faktor kontrol bawah lereng mengikuti gaya
gerakantanah tipe rayapan, sehingga gravitasi. Hasil dari gerakan keduanya
sesuai dengan kondisi pada lokasi adalah gerakan perlahan lereng turun
penelitian dimana gerakantanah yang ke arah bawah yang biasa dikenal
terjadi juga bertipe rayapan. dengan istilah rayapan.
b. Kondisi Material Penyusun Besarnya intensitas kembang susut
Lereng pada tiap lapisan berbeda, makin
Pada daerah penelitian jenis batuan dekat dengan tanah atau batuan maka
dan tanah yang dijumpai dilapangan intensitas tersebut semakin besar, dan
berupa satuan batulempung pasiran sebaliknya. Sehingga gerakantanah
dan material tanah lempung pasiran tipe rayapan ini lebih terlihat pada
yang merupakan endapan residu dari lapisan-lapisan yang dekat dengan
batulempung pasiran. Material yang permukaan.
menjadi dominan pada lokasi Selain kondisi fisik dari material
penelitian adalah material lempung lempung sendiri, gerakantanah
dengan sisipan sedikit material pasir. rayapan pada lokasi penelitian juga
Material lempung ini sangat didukung oleh ketebalan batulempung
mendukung terjadinya gerakantanah yang cukup tebal yaitu sebesar 15 m
khususnya tipe rayapan. Menurut sampai 35 m sesuai hasil pengukuran
Harry (2006) batulempung memiliki geolistrik dan memiliki arah
karaketristik yang dapat pelamparan batuan yang sejajar
mengakibatkan suatu gerakantanah dengan arah kemiringan lereng.
hususnya creep disebabkan sifat
fisiknya. c. Kondisi Geologi
Saat material lempung mengalami Kondisi geologi lokasi penelitian
kontak dengan air secara cukup masif, yang menjadi faktor kontrol
khususnya di waktu musim hujan, gerakantanah adalah perlapisan
lempung akan mengembang dengan batuan yang miring searah
intensitas pengembangan paling besar kemiringan lereng. Hal ini dapat
terjadi pada lapisan yang terdekat terlihat jelas melalui hasil

8
pengukuran geolistrik yang telah menyebabkan gerakantanah yang
dilakukan dimana ditemukan berada di daerah penelitian itu
perlapisan batuan pada lokasi terjadi.
penelitian yang memiliki kemiringan
yang sejajar dengan kemiringan 5.8 Faktor Pemicu Gerakan Tanah
lereng. Kondisi perlapisan tersebut a.Infiltirasi Air hujan Kedalam
memudahkan massa tanah dan Lereng
batuan untuk bergerak mengikuti Curah hujan di dilokasi penelitian
gaya gravitasi. yang cukup tinggi, 10-13 mm per
d.Tata Guna Lahan daerah hariyang diklasifikasikan sebagai
penelitian daerah dengan curah hujan tinggi
Lokasi penelitian terdiri dari lokasi (BMKG, 2012). Menurut Karnawati
perumahan dan lahan-lahan kosong (2005) intensitas hujan dibawah 20
yang ditumbuhi oleh semak belukar. mm per hari seperti yang terjadi pada
Perumahan yang ada pada lokasi lokasi penelitian termasuk daerah
penelitian yaitu Perumahan Taman dengan tipe hujan normal yang dapat
Sentosa dibangun dengan jumlah terjadi gerakantanah bila hujan turun
rumah yang sedikit, meskipun begitu dalam jangka waktu yang cukup
rumah-rumah yang ada pada lama khususnya pada pertengahan
perumahan tersebut tetap musim hujan.
berkontribusi untuk memperlemah Akumulasi air dalam jumlah banyak
ketahanan lereng disebabkan oleh pada lokasi penelitian
tekanan beban rumah pada lereng. mengakibatkan penjenuhan pada
Selain itu, pada lereng yang terdapat lereng dan bersifat menekan (tekanan
di daerah penelitian terdapat semak- air pori naik) sehingga terjadi
semak berupa rumput liar. Rumput- pengurangan kuat geser tanah serta
rumput liar tersebut dari segi akar merenggangkan ikatan antar butir
memiliki akar yang cenderung (kohesi) tanah yang berakibat tanah
bersifat serabut. Menurut Karnawati dapat bergerak ke bawah lereng.
(2005), tanaman yang bersifat
serabut akan mengakibatkan tanah b.Getaran
menjadi gembur. Peningkatan Getaran memicu longsoran dengan
kegemburan tanah ini akan cara melemahkan atau memutuskan
menambah daya resap tanah terhadap hubungan antar butir partikel-partikel
air, akan tetapi air yang meresap ke penyusun tanah/ batuan pada lereng.
dalam tanah tidak dapat banyak Keadaan lalulintas di lokasi
terserap oleh akar-akar tanaman penelitian yang cukup ramai di atas
serabut, akibatnya air hanya akan lereng yang tidak stabil dapat
terakumulasi dalam tanah dan menimbulkan getaran-getaran.
akhirnya menekan dan melemahkan Getaran tersebut memicu terjadinya
ikatan-ikatan antar butir tanah. longsoran dengan cara melemahkan
Dengan melihat intensitas curah atau memutuskan hubungan antar
hujan ke dalam kategori cukup tinggi butir partikel-partikel tanah
sehingga air yang diserap ke dalam penyusun lereng. Getaran-getaran
tanah cukup banyak, hal ini yang tersebut berperan dalam menambah
menjadi salah satu faktor yang gaya penggerak dan sekaligus

9
mengurangi gaya penahan sehingga
menyebabkan tanah menjadi tidak
stabil.

KESIMPULAN
1. Hasil analisis dan interpretasi 2. Dilihat dari kondisi
data geolistrik berdasarkannilai gerakantanah di lokasi penelitian
tahanan jenis, maka dapat diketahui dengan kenampakan dampak
batuan penyusun lokasi penelitian gerakantanah berupa retakan-retakan
serta ketebalannya pada masing- pada tembok bangunan di lokasi
masing titik pengukuran geolistrik. peneitian, jalan yang bergelombang,
Berikut berupa hasil analisis serta terdapatnya tiang listrik yang
interpretasi batuan pada tiap titik miring di lokasi maka dapat
pengukuran. disimpulkan bahwa gerakantanah
 Titik GL1 : Lapisan batupasir yang terjadi di lokasi penelitian
berada dipermukaan hingga adalah jenis rayapan (creep).
kedalaman 1,797meter. kemudian 3. Gerakantanah pada lokasi
selanjutnya batulempung dengan penelitian dikontrol oleh kondisi
ketebalan 0,68 m. Selanjutnya geomorfologi lereng berupa berupa
batupasir dengan ketebalan 0,96 m. bergelombang landai yang
terakhir lapisan batulempung dengan mendukung terjadinya gerakantanah
ketebalan 11.49 m. tipe rayapan, penggunaan lahan
 Titik GL2 : Lapisan batupasir berupa pemukiman dan perkebunan,
berada dipermukaan hingga sifat material lereng berupa lempung
kedalaman 1,192meter. kemudian pasiran dan batulempung pasir yang
selanjutnya batulempung dengan memiliki sifat fisik yang dapat
ketebalan 9,44 m. Selanjutnya menyebabkan gerakantanah tipe
batupasir dengan ketebalan 5,18 m. rayapan yang rentan untuk
terakhir lapisan batulempung dengan mengalami penurunan kekuatan gaya
ketebalan 19,16 m. penahan material. Sedangkan aspek-
 Titik GL3 : Lapisan batupasir aspek yang memicu gerakantanah
berada dipermukaan hingga adalah infiltirasi air hujan kedalam
kedalaman 1,297meter. kemudian lereng dan getaran yang dapat
selanjutnya batulempung dengan mempercepat peningkatan gaya
ketebalan 1,62 m. Selanjutnya penggerak pada lereng serta
batupasir dengan ketebalan 0,52 m. mempercepat pengurangan gaya
terakhir lapisan batulempung dengan penahan gerakan pada material
ketebalan 11.49 m. sehingga batuan dapat bergerak dari
 Titik GL4 : Lapisan batupasir posisi awalnya ketika gaya penahan
berada dipermukaan hingga telah terlampaui oleh gaya peluncur.
kedalaman 0,782meter. kemudian DAFTAR PUSTAKA
selanjutnya batulempung dengan Bemmelen, R.W.Van. 1949. the
ketebalan 3,622 m. Selanjutnya geology of Indonesia v IA, the
batupasir dengan ketebalan 2,60 m. hague. Gov. printinf office,
terakhir lapisan batulempung dengan Martinus Nijhoff, 732p.
ketebalan 23,685 m.

10
Boyd, T.M. 1996. Resistivity Rock. Matuala, M. 1981. Rock and soil
New York : McGray-Hill description and classification
bookURL:http://galitzin.mines.edu for engineering geological
/INTROGP/ mapping report by the IAEG
BMKG Jateng. 2012. Peta Evaluasi Commission on Engineering
Curah Hujan dan Sifat Hujan. Geological Mapping. Bulletin of
[online access 1 Agustus 2012]: the Engineering Geology and the
URLhttp://www.bmgjateng.com Endvironment no 24. Jerman:
Hardiyatmo, H.C. 2002. Mekanika Springer-Verlag, inc.
Tanah 1. Gadjah Mada University Legget, Robert F. 1962. Geologi and
Press. Jogjakarta. Engineering. New York : McGray-
Hardiyatmo, H.C. 2006. Hill book company, inc.
Penanganan Tanah Longsor dan Thanden,Sumadirja. 1996.Peta
Erosi. Gadjah Mada University Geologi lembar Magelang dan
Press. Jogjakarta Semarang. Direktorat Geologi.
Hunger, Oldrich. Leroueil, Serga. Bandung
Picarelli, Luciano. 2014. The Todd, D.K. 1959. Groundwater
Varnes Classification of Landslide Hydrology. New York : associate
types, un Apdate. Springer. Professor of Civil Engineering
Amerika Serikat. California University, John Wiley
Karanth, K.R. 1987. Groundwater & Sons.
Assessment. New Delhi : Tata Suharyadi. 2009. Pengantar Geologi
McGraw-Hill Book Publishing Teknik. Biro Penerbit UGM:
Co. Yogyakarta
Karnawati, D. 1996, Bencana Alam Varnes, D.J. 1978. Slope Movement
Gerakan Tanah di Indonesia. Type and Processes in Landslide
Jakarta : BPPT. Analysis and Control.
Karnawati, D. 2005.Bencana Alam Transportation Research Board,
Gerakan Massa Tanah di National Academy of Science,
Indonesia dan Upaya Wasington: pp. 11-13.
Penanggulangannya. Yogyakarta: Wesley, L.D., 1977, Mekanika
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Tanah Edisi ke 6, Badan Penerbit
Teknik Universitas Gadjah Mada. Pekerjaan, Jakarta
Marks, P. 1957. Stratigraphic Zuidam, Van, R.A., 1983, Aspects of
Lexicon of Indonesia. Publikasi The Applied Geomorphologic
Keilmuan No. 31. Seri Geologi. Map of Republic of Indonesia,
RepublikIndonesia Kementerian ITC, The Netherlands.
Perekonomian Pusat
Djawatan Geologi Bandung:
Bandung, Indonesia

11
LAMPIRAN

Hasil pengukuran geolistrik titik GL1 Hasil pengukuran geolistrik titik GL2

Hasil pengukuran geolistrik titik GL 3 Hasil pengukuran geolistrik titik GL4

12
Peta geologi teknik lokasi penelitian

Sayatan geologi teknik lokasi penelitian

13

Anda mungkin juga menyukai