Anda di halaman 1dari 5

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN

TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

TUGAS 1 TEKTONIKA

OLEH :
DODDY DARMASYAH
F 121 20 112
PALU
2023
SEJARAH PERKEMBANGAN TEKTONIK LEMPENG
Teori tektonik lempeng mulai berkembang sejak meteorolog German, Alfred
Wegener, mengenalkan Teori Pergeseran Benua atau Continental Drift pada tahun 1912.
Teori itu menyatakan bahwa pada mulanya, semua benua bergabung menjadi satu
dalam supercontinent yang bernama Pangea.

Supercontinent ini terpisah menjadi beberapa bagian dan bergerak ke arah yang
berbeda yang kemudian diberi nama Laurasia dan Gondwana karena adanya gaya yang
mendorong pergeserannya. Kedua benua ini Kembali terpecah hingga terbentuklah
benua-benua yang kita ketahui seperti saat ini.

Untuk mendukung teorinya, Wegener mengemukakan bukti-bukti yang


mendukung teori Continental Drift miliknya, seperti:

1. Kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika bagian


timur.
2. Kesamaan ckarakteristik hewan di India dan Madagaskar.
3. Kesamaan fosil tanaman dan hewan di India, Afrika Selatan, Australia,
Amerika Serikat, dan antartika.
4. Kesamaan jenis dan struktur batuan di Amerika Selatan dan Afrika Barat.
5. Adanya bukit/ridge di tengah Samudra Atlantik.
6. Adanya pergeseran medan magnet bumi.
7. Ditemukannya sisa deposit glasial era Perm-Karbon di benua-benua tadi.

Terlepas dari bukti-bukti yang dikemukakan Wegener, ia tidak mampu


menjelaskan alasan apa yang mendasari pergerakan benua terebut hingga saling
menjahi satu sama lain sehingga banyak dipertanyakan oleh parah ahli. Meloncat ke
tahun 1950-an, pasca Perang Dunia II, kapal-kapal dengan perlengkapan sonar melintasi
lautan untuk mengumpulkan pemetaan profil dasar laut pemetaan bawah laut ini
menghasilkan banyak pemenuan baru, salah satunya adalah ditemukannya pegunungan
besar di bawah laut dengan Panjang lebih dari 16.000 km di Samudra Atlantik yang
kemudian dikenal dengan nama Mid-Atlantic Ridge atau Punggungan Atlantik tengah.
Penemuan-penemuan ini mendorong munculnya teori baru yang dikenal dengan Teori
Pemekaran Lantai Samudra atau Sea Floor Spreading yang diajukan oleh seorang ahli
geofisika Amerika, Harry Hess, pada tahun 1960. Hess menyatakan bahwa bahan cair
dari mantel bumi terus mengalir di sepanjang puncak pegunungan di tengah Samudra.
Saat magma mendingin, magma didorong menjauhi sisi punggung bukit. Proses
penyebaran ini menciptakan dasar laut baru. Dasar laut baru tersebut kemudian masuk
secara perlahan ke bawah kerak benua dan mengalami penggerusan.

Banyak bukti yang mendukung Teori Seafloor Spreading. Misalnya saja pada
studi yang dilakukan dengan termal probe yang mengindikasikan adanya aliran panas
melalui sedimen dasar laut yang pada umumnya sebanding dengan aliran yang melalui
benua kecuali di atas pegunungan di tengah samudra, di mana aliran panas pada
beberapa lokasi berukuran tiga hingga empat kali nilai normal. Penelitian juga
mengungkapkan bahwa puncak punggungan dicirikan oleh kecepatan gelombang
seismik yang sangat rendah, yang dapat dikaitkan dengan ekspansi termal dan fraktur
mikro yang berhubungan dengan upwelling magma. Dari sinilah Teori Tektonik Lempeng
mulai diterima dan dikenal seperti sekarang dengan persebaran seperti gambar di
bawah.
PRINSIP TEORI TEKTONIK LEMPENG

Setelah mengetahui sejarah perkembangannya, kita dapat mengetahui bahwa


prinsip utama dari teori ini adalah bumi tersusun atas lempeng-lempeng yang bergerak.
Lempeng tersebut dapat berupa kerak Samudra, kerak benua, ataupun gabungan dari
kedua lempeng tersebut. Lantas apa yang menyebabkan lempeng tersebut bergerak?
Jawabannya adalah karena adanya arus konveksi yang berupa perpindahan panas pada
lapisan astenosfer. Pergerakan lempeng tersebut menyebabkan terjadinya interaksi
antar satu lempeng dengan lempeng lainnya yang berpusat di sepanjang batas dari
lempeng-lempeng itu. Interaksi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Gerak Konvergen

Gerakan ini terjadi ketika dua empeng bertemu dan saling mendekat. Gerak
konvergen dapat menyebabkan fenomena subduksi dan kolisi. Subduksi sendiri
merupakan proses dimana lempeng yang lebih tipis masuk ke bawah lempeng yang lebih
tebal. Contoh fenomenanya berupa terciptanya Palung Jawa akibat proses subduksi
antara kerak benua dengan kerak Samudra pada Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan
kolisi merupakan tumbukan dua lempeng yang menyusul adanya proses subduksi.
Contoh fenomena kolisi adalah terciptanya Pegunungan Himalaya pada kontinen India
yang berkolisi dengan kerak benua pada lempeng Eurasia.

Subduksi sendiri merupakan proses dimana lempeng yang lebih tipis masuk ke bawah
lempeng yang lebih tebal. Contoh fenomenanya berupa terciptanya Palung Jawa akibat
proses subduksi antara kerak benua dengan kerak Samudra pada Pulau Jawa bagian
selatan. Sedangkan kolisi merupakan tumbukan dua lempeng yang menyusul adanya
proses subduksi. Contoh fenomena kolisi adalah terciptanya Pegunungan Himalaya pada
kontinen India yang berkolisi dengan kerak benua pada lempeng Eurasia.

Gerak Divergen

Gerakan ini terjadi ketika dua lempeng bumi saling menjauh satu sama lain.
Gerak divergen dapat menyebabkan adannya mid-oceanic ridge ataupun rift valley.
Rift valley merupakan fenomena ketika lempeng benua terbelah menjadi dua karena
adanya intrusi magma di tengah lempeng tersebut. Intrusi magma biasanya disebabkan
oleh gerak arus konveksi yang mendorong lempeng tersebut ke dua arah yang berbeda.

Gerak Transform

Gerak transform merupakan gerakan yang terjadi ketika dua lempeng


bergesekan dengan arah yang berbeda.

Gerak transform dapat menimbulkan patahan yang menyebabkan terjadinya gempa


bumi tektonik (transform fault). Yang membedakan gerak transform dengan strike slip
adalah pada gerak transform terjadi pergerakan antar dua lempeng. Sedangkan pada
strike slip terjadi pergerakan dalam satu lempeng yang sama.

Anda mungkin juga menyukai