Anda di halaman 1dari 2

LEMPENG TEKTONIK

Anggapan lama pernah ada pada abad-abad yang lampau bahwa bumi
adalah sesuatu yang rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada
kedudukannya yang tetap tidak berpindah-pindah. Setelah ditemukannya benua
Amerika dan dilakukan pemetaan pantai di Amerika dan Eropa ternyata terdapat
kesesuaian morfologi dari pantai-pantai yang dipisahkan oleh Samudera Atlantik.
Hal ini menjadi titik tolak dari konsep-konsep yang menerangkan bahwa benua-
benua tidak tetap akan tetapi selalu bergerak. Konsep-konsep ini dibagi menjadi tiga
menurut perkembangannya (van Krevelen, 1993):

1. Konsep yang menerangkan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh


peristiwa yang katastrofik dalam sejarah bumi. Konsep ini dikemukakan oleh
Owen dan Snider pada tahun 1857.
2. Konsep apungan benua atau continental drift yang mengemukakan bahwa
benua-benua bergerak secara lambat melalui dasar samudera, dikemukakan
oleh Alfred Wegener (1912). Akan tetapi teori ini tidak bisa menerangkan
adanya dua sabuk gunung api di bumi.
3. Konsep paling mutakhir yang dianut oleh para ilmuwan sekarang yaitu Teori
Tektonik Lempeng. Teori ini lahir pada tahun 1960+. Tektonik Lempeng ini
dipicu oleh adanya Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan
bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid Oceanic Ridge : MOR) yang
diajukan oleh Hess (1962).

Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan Gondwana
kemudian kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua besar
(supercontinent) yang disebut Pangaea dan satu samudera luas atau yang disebut
Panthalassa (270 juta tahun yang lalu). Dari supercontinent ini kemudian terpecah
lagi menjadi Gondwana dan Laurasia (150 juta tahun yang lalu) dan akhirnya
terbagi-bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh manusia
sekarang.

Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu


Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranean yang keduanya melewati Indonesia.
Mekanisme penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik
Lempeng sebagai berikut :

1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi


(convection current) dari mantle (lapisan di bawah kulit bumi yang berupa
lelehan). Arah arus ini tidak teratur, bisa dibayangkan seperti pergerakan
udara/awan atau pergerakan dari air yang direbus. Terjadinya arus konveksi
terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang menimbulkan panas.
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan
arus interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus
kulit bumi yang berada di atasnya. Magma yang menembus ke atas karena
adanya arus konveksi ini akan membentuk gugusan pegunungan yang sangat
panjang dan bercabang-cabang di bawah permukaan laut yang dapat diikuti
sepanjang samudera-samudera yang saling berhubungan di muka bumi.
Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Mid
Oceanic Ridge atau Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat
keluarnya material dari mantle ke dasar samudera. MOR mempunyai
ketinggian melebihi 3000 m dari dasar laut dan lebarnya lebih dari 2000 km,
atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di
daerah benua. MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-
selatan dari lautan Arktik melalui poros tengah samudera Atlantik ke sebelah
barat Benua Afrika dan melingkari benua itu di selatannya menerus ke arah
timur ke Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia dan sampai di
Samudera Pasifik. Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini
karena aliran material dari mantle. Batuan dasar samudera yang baru
terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena desakan dari
magma mantle yang terus-menerus dan juga ‘hanyut’ oleh arus mantle.
Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak
terus menjauh dari daerah poros pematang dan ‘mengarungi’ samudera.
Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor
Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung
Samudera yang memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena yang
dapat dijelaskan oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya proses
penunjaman (subduksi). Oleh karena peristiwa Sea Floor Spreading maka
kerak samudera akan bertemu dengan kerak benua sehingga kerak
samudera yang mempunyai densitas lebih besar akan menunjam ke arah
bawah kerak benua. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan
terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan, dan juga akan terbentuk
kepulauan sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan.
Kerak samudera yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle dan
sebagian mengalami mixing dengan kerak benua membentuk larutan silikat
pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada kerak benua sampai 30 km di
bawah permukaan bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka
jumlah magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga
akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke
permukaan bumi membentuk deretan gunung api.

Kondisi Geologi Dinamis Indonesia

Kepulauan Indonesia terbentuk karena proses pengangkatan sebagai akibat dari


penunjaman (subduksi). Lempeng (kerak) yang saling berinteraksi adalah Kerak
Samudera Pasifik dan Hindia yang bergerak sekitar 2-5 cm per tahun terhadap
Kerak Benua Eurasia dan Filipina (Gambar 9). Jadi Indonesia merupakan tempat
pertemuan 4 lempeng besar sehingga Indonesia merupakan daerah yang memiliki
aktivitas kegempaan yang tertinggi di dunia. Terdapat dua sabuk gunung api yang
melewati Indonesia yaitu Sirkum Mediteranean sebagai akibat penunjaman Kerak
Samudera Hindia ke dalam Kerak Benua Eurasia, dan Sirkum Pasifik sebagai akibat
penunjaman Kerak Samudera Pasifik ke dalam Kerak Benua Eurasia/Filipina. Dari
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa gunung api selalu bergerak (dalam
skala waktu geologi) mengikuti pergerakan benua-benua karena adanya dinamisme
mantle bumi (arus konveksi).

Anda mungkin juga menyukai