Teori Tektonik Lempeng dan Pengaruh Pergeseran Lempeng Secara Global
Dosen :
Danar Guruh Pratomo, ST, MT, PhD
Oleh :
Khariz Syaputra 3514100027
TANGGAL PENGUMPULAN 27 September 2017
Departemen Teknik Geomatika
Fakultas Tenik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2017 TEORI TEKTONIK LEMPENG DAN PENGARUH PERGESERAN LEMPENG SECARA GLOBAL
A. Pengertian Tektonik Lempeng
Kata tektonik dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan perubahan kedudukan dan bentuk lapisan-lapisan batuan. Kedudukan lapisan- lapisan batuan mengalami berbagai macam perubahan karena gaya-gaya yang bekerja di dalam kulit bumi (Bambang dkk, 1977: 105). Teori yang menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobile) dikenal dengan teori tektonik lempeng (Djauharii, 2014: 121). Sementara itu lempeng merupakan kerak bumi dan dibagi menjadi dua yaitu lempeng samudra yang sifatnya lebih lunak dan lempeng benua yang sifatnya lebih keras dari pada lempeng samudra. Lempeng merupakan object yang bergerak dan di gerakan oleh tenaga konveksi dari dalam bumi. Dapat disimpulkan bahwa tektonik lempeng merupakan pergerekan lempeng bumi dikarenakan arus konveksi di dalam mantel bumi dan terjadi secara terus menerus.
B. Perkembangan Teori Lempeng Tektonik
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai. Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair. Teori Tektonik Lempeng berasal dari hipotesis continental drift yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya. Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi. Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
C. Prinsip Utama Pergeseran Lempeng
D. Teori Pergeseran Lempeng 1. Teori Kontraksi (Contraction Theory), 1596 1650 oleh Descartes, dilanjutkan oleh Suess (1831 1914) Menurut Rene Descartes, bumi mengalami pendinginan dalam jangka waktu yang sangat lama. Massa yang panas bertemu dengan udara dingin membuatnya mengerut. Zat yang berbeda-beda menyebabkan pengerutan yang tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang lain, sehingga ini menjadi penyebab terjadinya pengerutan itu tidak sama bentuknya di setiap daerah, sehingga terbentuk gunung dan lembah. Teori ini banyak dikritik, karena tidak mungkin penurunan suhu (pembentuk pegunungan dan lembah) berlangsung sangat drastis. Kenyataannya, di dalam bumi masih terdapat unsur pijar dan lapisan bumi yang terus mengalami pergerakan. Terbentuknya tanggul dasar samudera terdapat di tempat dua lempeng merenggang. Terbentuknya tanggul itu akibat produk vulkanisme yang bertumpuk sepanjang celah. Tanggul seperti itu terdapat di Lautan Atlantik, memanjang dari dekat Kutub utara samapai mendekati kutub Selatan. Celah ini menjadikan benua Amerika bergerak saling menjauh dengan benua Eropa dan Afrika. Di Samudera Pasifik terdapat tanggul di bagian Tenggara samudera ini, membujur ke Utara sampai ke teluk California. Di bagian Selatan Samudera Hindia, tanggul seperti itu memanjang dari barat ke Timur, mendorong lempeng dasar Samudera Hindia atau lempeng Indo-Australia kea rah utara . Pergeseran lempeng tsb mendorong anak benua India yang berasal dari dekat Antarktika bertabrakan dengan lempeng benua Asia dan menyebabkan pembentukan Pegunungan Himalaya. Di daerah dua lempeng saling bertumbukan, terjadi beberapa fenomena yaitu : a. Lempeng dasar samudera menunjam ke bawah lempeng benua b. Terbentuk palung laut di tempat tumbukan itu c. Pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan d. Terdapat aktivitas vulkanisme, intrusi, dan ekstrusi e. Merupakan darah hiposentra gempa dangkal dan dalam f. Penghancuran lempeng akibat pergesekan lempeng g. Timbunan sedimen campuran yang dalam geologi disebut batuan bancuh ( mlange, bhs Perancis) Di daerah dua lempeng saling menjauh terdapat beberapa fenomena, seperti : a. Perenggangan lempeng yang disertai pertumbukan kedua tepi lempeng tersebut b. Pembentukan tanggul dasar samudera di sepanjang tempat perenggangan lempeng c. Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal dan hamparan leleran lava encer d. Aktivitas gempa di dasar laut dan sekitarnya. Daftar Acuan : Anonim. 2013. Profil Badan Informasi Geospasial. PUSTAKA Virtual Tata Ruang dan Pertanahan. (https://www.scribd.com/document/182585375/Profil-Badan- Informasi-Geospasial-BIG, diakses 2 September 2017). Rifai, Riyan S. 2014. Sekilas Tentang BMKG. (https://www.scribd.com/doc/57824138/SEKILAS-TENTANG-BMKG, diakses 2 September 2017). Syirazi, Muhammad. 2016. Sejarah Dishidros. (https://www.scribd.com/document/320444882/Sejarah-Dishidros, diakses 2 September 2017).