Anda di halaman 1dari 13

GEODINAMIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Geologi Dinamis adalah bagian dari Ilmu Geologi yang
mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini
berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang
diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber
dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang menghasilkan
vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya arus konveksi,
gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan
dan pegunungan. Dalam perioda abad ke 20, bagian dari ilmu geologi
ini dapat dikatakan sedang berada dalam puncak perkembangannya
yang semakin mempesona bagi para pakar ilmu kebumian, yaitu
dengan dicetuskannya Konsep Tektonik Global Yang Baru (The New
Global Tectonic) dengan Teori Tektonik Lempengnya. Teori ini telah
menimbulkan suatu revolusi dalam pemikiran-pemikirannya dan telah
banyak mempengaruhi cabang-cabang lainnya dari ilmu geologi
seperti petrologi, stratigrafi, geologi struktur, tektonik serta
implikasinya terhadap pembentukan cebakan mineral, minyak bumi
dan
sebagainya.

Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic Plate theory) pada tahun 1968
merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang menunjukkan terjadinya evolusi
bentuk permukaan bumi.Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso.
Berdasarkan teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang
berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi
selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang
berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi. Litosfer sebagai lapisan paling luar dari
badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit manusia dan merupakan lapisan kerak bumi
yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng
yang kaku dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer
mempunyai ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi
berukuran kecil pada arah vertikal (ketebalan). Kedua lempeng tersebut berada di atas
lapisan astenosfer dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun.
Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya cairan
astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk menggerakkan
lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan tenaga endogen yang
telah menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi ini litosfer terpecahpecah menjadi sekitar 12 lempeng. Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta
ilmiah, terutama dari data penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba,
kegempaan, pendugaan paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng
tektonik sebenarnya merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori
Apungan Benua, Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori
Sesar Mendatar, sebagaimana telah dijelaskan pada teori-teori di atas.

BAB II
PEMBAHASAN

Teori Lempeng Tektonik atau Plat Tektonik (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori
dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya
bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah
mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu
dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang
dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat
litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di
bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir
seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi,
bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya
bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,
terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempenglempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan
yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan),
ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan
gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah
sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100
mm/a.
Perkembangan Teori
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakankenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti
pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam
teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang
berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika
Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini
akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu
banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui
jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan
penjelasan yang sesuai.

Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian
ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan
dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang
merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh
juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan
menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup
panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Lempeng Tektonik berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912, dan dikembangkan lagi dalam bukunya The
Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benuabenua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh
sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti bongkahan es dari
granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih
padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan,
teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat
bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris
Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di
bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah
kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan
dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda
usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania
tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun
selanjutnya justru lebih mengarah ke pengembangan teori lempeng tektonik yang
menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling)
batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar
atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman
(subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik
lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan
kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang
hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic
reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan
dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi midoceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam
teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng

sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan
prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang
pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini.
Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan
telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui
dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis
dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Prinsip-prinsip Utama
Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer
berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih
dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu,
litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga
memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik.
Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel,
dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu
yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci
tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan
tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang
mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa
mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge,
ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng
Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di
atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan sima, gabungan
dari silikon dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut sial, gabungan dari silikon dan
aluminium.
Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki
ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak
benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di
mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan
kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera.

Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti
Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan
dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri
dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan
material pembentuknya.

Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan


perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.

Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit
silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera
dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya
berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik,
sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip
yang dikenal dengan isostasi.

Hipotesis Apungan Benua

Saat perkembangan pembuatan peta dunia pada awal tahun 1900-an, seorang ahli
meteorologi dari Jerman, Alfred Wegener mengemukakan sebuah hipotesis tentang
Apungan Benua (Hypothesis of Continental Drift). Dia mengemukakan bahwa dulunya
ada sebuah super-kontinen, disebut Pangaea, yang pecah jutaan tahun yang lalu,
kemudian benua-benua pecahannya perlahan bergerak menuju Posisinya saat ini.
Bukti-bukti dari Wegener

Bukti pertama yang diajukan oleh Wegener adalah adanya kesamaan garis pantai antara
Benua Amerika Selatan dengan Benua Afrika. Apabila kedua benua tersebut disatukan,
maka garis pantainya akan serasi satu sama lain. Kemudian ia juga mengajukan bukti
dokumentasi fosil Mesosaurus yang sejenis dan hanya ditemukan di kedua sisi benua
tersebut. Diyakini bahwa Mesosaurus ini ketika hidupnya tidak akan dapat melintasi
samudera yang luas di antara kedua benua ini. Sisa-sisa organisme yang ditemukan
tampaknya menjadi bukti menyatunya dua benua ini selama Masa Paleozoikum dan Awal
Mesozoikum. Lihat gambar di bawah ini. Bukti selanjutnya, jajaran pegunungan yang
terpotong oleh samudera. Gambar di bawah menunjukkan jajaran pegunungan pada kedua
sisi Samudera Atlantik.

BAB III
PENUTUP

1)
2)
3)

4)

3.1 Kesimpulan
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Lempeng tektonik ialah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di
bawahnya dan bebas bergerak untuk menggesek satu sama lain.
Lempengan-lempengan tersebut saling menjauh, mendekat dan bertabrakan sehingga
membentuk relief-relief di kerak bumi serta dapat menimbulkan ada-nya gempa bumi.
Terjadinya gunung api di wilayah Indonesia disebabkan oleh pinggiran lem-pengan IndiaAustralia bertabrakan dengan lempengan Eurasia sehingga lem-pengan tersebut longsor
jauh ke dalam bumi di bawah Indonesia. Lalu suhu yang tinggi melelehkan pinggiran
lempengan tersebut dan menghasilkan mag-ma yang muncul melalui retakan di
permukaan bumi dan akhirnya memben-tuk gunung-gunung api.
TEORI KONTRAKSI

Teori ini dikemukakan oleh James Dana & Elie De Baumant.

Teori ini menyatakan bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena proses
pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas.

Pengerutan-pengerutan itu mengakibatkan bumi menjadi tidak rata.

5) TEORI APUNGAN BENUA (CONTINENTAL DRIFT)

Teori ini dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener (1912).

Menurut Wegener, dipermukaan bumi pd awalnya hanya terdapat sebuah benua


besar (Pangea) & sebuah samudera yg luas (Tethys Ocean).

Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah ekuator & barat
hingga mencapai posisi seperti sekarang.
GAMBAR APUNGAN BENUA

6) TEORI LAURASIA - GONDWANA

Teori ini dikemukakan oleh E. Zuess & Frank B. Taylor (1910).

Mereka menyatakan bahwa pd mulanya hanya terdapat dua benua besar di bumi
(Laurasia & Gondwana).

Kedua benua tesebut kemudian bergerak perlahan ke arah ekuator sehingga


terpecah-pecah membentuk benua-benua yg tampak seperti sekarang.

BUKTI TEORI LAURASIA-GONDWANA

7) TEORI ARUS KONVEKSI

Teori ini dikemukakan oleh Harry Hess (1923).

Teori ini menyatakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di dalam
lapisan astenosfer yg agak kental.

Aliran konveksi yg merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak


bumi menjadi lunak.


rata.

Gerak aliran dari dalam tersebut mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak

ARUS KONVEKSI

8) TEORI PERGESERAN DASAR SAMUDERA

Teori ini dikemukakan oleh Robert Diezt.

Merupakan hasil pengembangan dari teori Konveksi.

Penelitian topografi dasar laut menemukan bukti-bukti tentang terjadinya


pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar ke kedua sisinya.

PERGESERAN DASAR SAMUDERA

9) TEORI LEMPENG TEKTONIK

Teori ini dikemukakan oleh Mc. Kenzie & Robert Parker .

Merupakan penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya.

Teori ini menyatakan bahwa kerak bumi & litosfer yg mengapung di atas
astenosfer dianggap satu lempeng yg saling berhubungan.

Aliran arus konveksi yg keluar dari punggung laut menyebar ke kedua sisinya,
sedangkan bagian lainnya akan masuk kembali ke dalam & bercampur dgn materi di
lapisan itu.

Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan yg ditandai dgn


adanya palung laut & pulau vulkanis.
LEMPENG-LEMPENG DI BUMI
Pada saat ini di permukaan bumi terdapat 6 lempeng utama, yaitu :
1. Lempeng Eurasia, wilayahnya meliput Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya termasuk
Indonesia.
2. Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, dan
setengah bagian barat Lautan Atlantik.
3. Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan Atlantik,
dan barat laut Lautan Hindia.
4. Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik.
5. Lempeng Indo-Australia, wilayanhnya meliputi lempeng Lautan Hindia serta sub
kontinen India dan Australia bagian barat.
6. Lempeng Antartika, wilayahnya meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan
Antartika.
GAMBAR LEMPENG TEKTONIK

Anda mungkin juga menyukai