Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME

GEOTEKTONIK

Nama : Nazirah Saina

NIM : 22022048

PENDAHULUAN:

1. Sejarah Perkembangan Teori Tektonik Lempeng


2. Ulasan Konsep/Teori Tentang Tektonik
3. Geosinklin
4. Plume Tektonik

1. SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI TEKTONIK LEMPENG

Sebelum abad ke-19, para ahli geologi menyatakan bahwa bumi mengalami pendinginan
atau kontraksi seiring berjalannya waktu, contohnya jalur-jalur pegunungan yang merupakan
akibat dari proses kontraksi gaya-gaya vertical di bawah pegunungan. Tidak ada yang
memikirkan kemungkinan bahwa pegunungan-pegunungan ini disebabkan gaya lateral sebab
model ini akan sangat bertentangan dengan model bumi yang stabil. Tetapi Alfred Wegener
berani menentang teori tersebut dan mengatakan bahwa pegunungan-pegunungan tersebut
disebabkan gaya lateral melalui proses pergerakan benua yang hanyut (Teixell, 2009).

Teori tektonik lempeng berasal dari hipotesis. Pergeseran benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. Dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of
Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang ada
sekarang dulu adalah suatu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-
benua tersebut dari inti bumi seperti ‘bongkahan es’ dari granit yang bermassa jenis rendah
yang mengembang diatas lautan basal yang padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan
perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak
yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian
kerak tersebut dapat bergerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geologi
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di
bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya.

Awal 1960, Harry Hess mengemukakan teori seafloor spreading yaitu di bawah kerak bumi
tersusun atas material ynag panas dan memiliki massa jenis yang rendah. Akibatnya material
tersebut naik ke punggung kerak samudera. Kemudian material bergerak ke samping Bersama
dasar kerak samudera, sehingga bagian dasar kerak samudera tersebut menjauh dari punggung
kerak samudera dan membentuk sebuah patahan.
Gambar 1. Teori Seafloor Spreading

Di dalam tektonik dikenal adanya dua pergerakan, yaitu gerak epirogenetik dan orogenetic yang
diklasifikasikan berdasarkan luas daerah dan kecepatan geraknya (Saleeby, 2013).

a. Gerak epirogenetik
Gerakan dari dalam bumi yang memiliki arah horizontal dan vertical sehingga membentuk
turun naiknya lapisan kulit bumi yang sangat lambat dan terjadi di suatu daerah yang luas.
Gerak ini yang membentuk kontinen atau benua. Gerak ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Epirogenetik positif: Gerakan menurunnya suatu daratan, sehingga terlibat
permukaan air laut naik.
2) Epirogenetik negatif: Gerakan naiknya suatu daratan, sehingga permukaan air laut
turun.

Gambar 2. Dua Jenis Gerakan Epirogenetik

b. Gerak orogenetic
Gerakan lempeng yang lebih cepat pada wilayah yang lebih sempit. Proses ini yang
membentuk pegunungan. Ada dua macam bentuk permukaan bumi akibat tenaga
orogenetic, yaitu:
1) Lipatan (fold)
Suatu bentuk rupa bumi yang mengalami pengerutan karena tektonik horizontal
pada kulit bumi yang sifatnya elastis. Lipatan yang terlipat ke atas dapat disebut
antiklin, sedangkan lipatan yang terlipat ke bawah disebut sinklin (sapiie, 2010).
Gambar 3. Jenis-Jenis Lipatan (Fold)

2) Patahan/sesar (fault)
Patahan adalah kulit bumi yang patah atau retak karena adanya pengaruh tenaga
horizontal atau tenaga vertikal pada kulit bumi yang tidak elastis. Bidang yang
mengalami keretakan atau patahnya kulit bumi disebut bidang patahan. Bidang patahan
yang telah mengalami pergeseran disebut faoult atau sesar. Pergeseran tersebut terjadi
secara vertikal atau horizontal. Macam-macam patahan/ sesar berdasarkan arah
geraknya adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Jenis-Jenis Sesar (Fault)


2. TEORI TEKTONIK LEMPENG
Teori tektonik lempeng dapat menjelaskan mengapa kerak bumi dapat bergerak, terbentuknya
patahan, pegunungan dan gunung berapi. Menerut teori tektonik lempeng, lapisan bumi terdiri
dari:
- Litosfer (lapisan batuannya kaku)
- Astenosfer (bentuknya fleksibel)

Lapisan bumi terdiri dari :

1. Kerak bumi (kerak benua dan kerak samudera)


2. Mantel bumi (mantel atas dan mantel bawah)
3. Inti bumi (inti luar berupa cairan dan inti dalam berupa padatan)

Gambar 5. Gerakan Arus Konveksi

MENGAPA LEMPENG-LEMPENG BISA BERGERAK?

Dari pelajaran seafloor spreading:

1. Lapisan dalam bumi merupakan cairan sedangkan lempeng bumi merupakan padatan. Jadi,
lempeng ini seperti mengapung di atas cairan.
2. Bagian dalam bumi terdapat lapisan yang sangat panas.
3. Suhu dalam bumi dengan suhu di luar lapisan bumi memiliki perbedaan suhu. Suhu dalam
bumi labih panas, sedangkan suhu luarnya lebih dingin.
4. Akan terjadi ARUS KONVEKSI, Ketika arus konveksi terjadi, suhu yang lebih tinggi/panas akan
naik dan mendesak suhu yang diatasnya (dingin) tsb.
5. Nah, ARUS KONVEKSI inilah yang bisa menyebabkan lempeng-lempeng bisa bergerak.
6. Lempeng-lempeng ini bisa bergerak menjadi dua bentuk Gerakan:
1) Saling menjauh (Divergen) = Patahan
2) Saling mendekat (Konvergen) = Tumbukan

3. TEORI GEOSINKLIN
Geosinklin : akumulasi tubuh sedimen yang tebal dan cepat dalam sebuah alur laut yang sempit
dan memanjang, lazimnya sejajar dengan tepi benua.
 Mulanya dikembangkan untuk memahami proses tektonik pembuntakan pegunungan
(orogenesa) namun kemudian mencakup proses pembentukan cekungan sedimenter.
 Teori ini sempat menjadi teori besar di bidang geologi, (1850-an s/d 1965-an) dan dianggap
sebagai “unifying theory” atau teori terpadu tentang geodinamika, dan Ketika eksplorasi
geologi laut berkembang pada saat teori tsb digantikan oleh teori tektonik lempeng (plate
tectonics) yang juga diklaim sebagai “grand unifying theory”.
 Teori geosinklin melihat bumi yang mengerut (contracting earth) dan kerak bumi bergerak
vertical (fixist): sedangkan teori tektonika lempeng memandang bumi yang mengembang
(expanding earth) dan kerak bumi bergerak lateral (mobilist).
 Kini teori tektonika lempeng pun perlahan mulai digantikan oleh teori “whole earth” yang
mengintegrasikan dinamika litosfer dan mantel.
 Teori geosinklin dicetuskan pertama kali oleh “James Hall” tahun 1857, berdasarkan
pengamatannya terhadap Peg. Appalachia, dimana sedimen di bagian tengah cekungan
(yang mengalami orogenesa) memiliki ketebalan 10x dibandingkan bagian tepi cekungan
yang tidak terkena deformasi.
 Hall mengusulkan penyebab pembentukan cekungan adalah pembebanan sedimen itu
sendiri.
 Perkembangan teori Hall:
“Sedimentasi yang sangat tebal kemudian menyebabkan adanya subdience, dan sumbu
palungnya akan menjadi barisan pegunungan. Adanya sudbience tersebut kemudian
menghasilkan adanya lapisan yang terlipatkan, namun oerlipatan tersebut bukan penyebab
dari naiknya sedimen tebal tsb menjadi pegunungan. Selain itu, adanya sedimentasi yang
tebal diatas palung/cekungan terdalam mengakibatkan adanya pergerakan material
subcrustal yang berada di bawah palung. Material tsb bergerak secara di bawah cekungan
sedimen dan forelandnya, sehingga daerah tsb naik”.
 Penamaan geosinklin diperkenalkan oleh Dana (1873) yang merupakan proses penurunan
kerak dimana sedimentasi terakumulasi (geosinklinal). Pada intinya, teori yang
dikemukakan oleh Dana menambahkan teori yang diperkenalkan oleh Hall.
 Teori Dana-Hall yang menyatakan bahwa barisan pegunungan merupakan kelahiran
geosinklin berdasarkan dua pendapat utama:
1. Determinasi lokasi barisan pegunungan yang akan terbentuk didasarkan kepada
adanya akumulasi sedimen pada suatu geosinklin.
2. Pegunungan menjadi rentan dalam proses yang relative singkat, selama perlapisan
terlipat dan tersesarkan.
 Menurut L. De Launay (1912)
Geosinklin: suatu zona penting yang panjang dimana endapan batyal secara menerus
diendapkan hingga mencapai suatu ketebalan, dimana pendalaman berjalan secara
simultan terhadap akumlasi.
 Dalam perkembangannya, terdapat beberapa pertambahan terhadap teori Hall-Dana:
1. Vulkanisme dan intrusi selama pertumbuhan geosinklin induk.
2. Isostatik mengontrol selama perlipatan akibat appression sedimen geosinklinal.
3. Metamorfisme dihasilkan dari kondisi geosinklin dan kejadian yang mengikuti
perlipatan.
4. Intrusi batolit, sintektonik dan epitektonik dan hubungannya antara intrusi batolitik
dan kejadian suksesi perlipatkan yang terdiri dari suatu revolusi orogenesa.
5. Endapan bersifat sebagai akibat dari successive cycles dari aktifitas gunung api selama
revolusi orogenesa.
4. PLUME TEKTONIK
Plume tektonik sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama kalinya oleh
Wilson 1963 dan Morgan 1971 saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan
Iceland. Saat itu, mantel plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel
yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saaat mencapai litosfer, dikenal
yang namanya plume heads dengan diameter 500-3000 km, dan plume tails yang diameternya
100-500 km yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantel plume, terutama
superplume, dalam evolusi geodinamika bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994)
yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory.
Hotspot tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan bumi. Mereka lebih banyak
tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean ridges), dan biasanya menghilang dari
wilayah-wilayah di dekat konvergen plate boundaries/subduction zones. Asal hotspots
umumnya dihubungkan ke mantel plumes (Wilson, 1963; Morgan, 19710), tetapi ada juga yang
berhubungan dengan interplate volcanism oleh plate tectonic processes (Anderson, 2000;
Foulger, 2003).

Gambar 6. Proses Plume Tektonik

Hubungan antara hotspot dan mantel plume terbaik ditunjukkna oleh Yellowstone.
Yellowstone adalah the bestknown continental hotspot. Beberapa studi telesismic tomography
telah dilakukan untuk wilayah ini (Evans, 1982; Saltzer and Humphreys, 1997; Schutt and
Humphreys, 2004; Yuan and Dueker, 2005). Hasil studi memperlihatkan 100-km diameter upper
mantle plume terlihat yang meluas dari Yellowstone volcanic caldera sampai kedalaman 500
km. mantle plume adalah lidah-lidah yang mencuat ke atas dari suatu massa superplume, dan
menerobos ke permukaan sebagai hotspot.
Tektonik lempeng dan plume mantel. Didalam pergerakan lempeng-lempeng, kerak benua
dan kerak samudera mengalami aktivitas tektonik ataupun aktivitas vulkanik Ketika kerak-kerak
tsb menjauh dari punggung tengah samudera. Tidak demikian halnya dengan “plume” yang
merupakan batuan panas asal mantel yang naik kepermukaan dan memungkinkan membentuk
gunungapi dan dapat membuat interior lempeng menjadi melengkung dan landai.
Contoh yang paling baik dari peristiwa aktivitas hotspot adalah rangkaian kepulauan Hawaii
yang berada di lautan Pasifik. Hawaii adalah suatu gugusan kepulauan yang terbentuk jauh dari
batas-batas lempeng dan diduga kepulauan ini berada diatas suatu gumpalan material panas
(hotspot) yang berasal dari plume mantel yang niak menerobos litosfer menghasilkan
gunungapi. Gunungapi dan geyser yang berada di taman nasional Yellowstone di bagian barat
Amerika Utara kemungkinan juga terletak diatas suatu plume mantel. Kegempaan di daerah
gunugapi yang terbentuk secara ini juga umum terjadi, tetpi gempa dengan episenter dalam
sangat jarang dirasakan di wilayah ini. Plume mantel (material pijar) asal dari mantel bumi yang
naik menerobos litosfer bumi dan dikenal sebagai hotspot.

Anda mungkin juga menyukai