Anda di halaman 1dari 6

Geografi

Teori Kontraksi, Ini Penjelasan Lengkapnya

Teori Kontraksi

Teori Kontraksi – Permukaan bumi adalah tempat tinggal manusia sebagai salah satu makhluk
hidup yang terus berkembang dari awal pembentukannya yang juga terus menuai tanggapan.
Itulah sebabnya tak heran jika sampai sekarang masih ada teori- teori konspirasi sekalipun
tentang bumi. Salah satunya teori yang mengungkapkan bahwa bumi terdiri dari beberapa
bagian atau lapisan, mulai dari kerak bumi yang merupakan lapisan terluar dari bumi itu sendiri.

Apakah pernah bertanya- Tanya mengapa permuakaan bumi kita sekarang terbentuk demikian?
Ada gunung lembang, bukit- bukit dataran tinggi, rendah dan sebagainya? Dalam kajian ilmu
geografi, banyak teori- teori yang menjelasakn tentang pembentukan permukaan bumi tersebut.
Salah satunya teori kontraksi yang popular hingga sekarang dan terus dikembangkan untuk
menemukan keterbaruan kondisi permukaan bumi tersebut.bisa simak penjelasan lengkapnya
berikut ini tentang teori kontraksi

Pengertian Teori Kontraksi

Permukaan bumi kita akan selalu mengalami pergerakan yang mungkin sering kita jumpai
contohnya fenomena gempa bumi, tanah longsor, dan penurunan permukaan tanah. Fenomena
alam tersebut menunjukan bahwa permukaan bumi itu bersifat sangat labil. Selain itu juga
menunjukan adanya dinamika yang terjadi di atas permukaan bumi. Dinamika ini adalah akibat
adanya aktivitas tenaga endogen dan eksogen dari jangka waktu tertentu.

Permukaan bumi ini terus mengalami perubahan bentuk karena adanya bentuk deformasi
lapisan batuan penyusun kulit bumi yang beragam. Jadi karena adanya gerakan berbagai
macam kulit bumi tersebut akhirnya banyak para ahli yang mengemukakan teorinya tentang
penjelasan permukaan bumi, termasuk teori kontraksi yang cukup populer menggambarkan
fenomena permukaan bumi. Lalu apa itu teori kontraksi?

Pengertian teori kontraksi adalah kajian ilmu geografi yang menyatakan bahwa kerak bumi
mengalami pengerutan karena adanya proses pendinginan di bagian dalam bumi karena
konduksi panas. Fenomena pengerutan- pengerutan tersebut akhirnya mengakibatkan bumi
menjadi tidak rata. Berdasarkan teori ini, bumi sudah mengalami pendinginan dalam jangka
waktu yang lama, di mana massa yang panas bertemu dengan udara dingin membuatnya
menjadi mengerut. Hal yang menyebabkan pengerutan menjadi tidak arata adalah kandungan
zat- zat yang berbeda di antara tempat yang satu dengan tempat lainnya. Itulah sebabnya
mengapa pada daerah satu dengan daerah lainnya berbeda bentuk permukaan tanahnya. Teori
kontraksi adalah salah satu teori permukaan bumi yang telah ditemukan oleh Descrates pada
sekitar tahun 1596 – 1650 dengan adanya proses dalam sebuah pendinginan di permukaan
bumi.
Dalam teori ini menunjukan penyebab terbentuknya relief berupa gunung, lembah, dan jenis
daratan lainnya yang membuat permuakaan bumi bisa semakin lama akan semakin susut dan
mengerut. Meskipun demikian, teori kontarksi ini juga mendapat banyak kritik karena tidak
mungkin penurunan suhu atau pembentukan pegunungan dan lembah berlangsung dengan
proses yang sangat darstis. Padahal kenyataannya dalam bumi masih banyak unsur pijar dan
lapisan yang akan terus mengalami pergerakan. Dari beberapa kekurangan teori kontraksi
tersebutlah akhirnya banyak teori- teori tentang permukaan bumi yang mencoba untuk
menyempurnakan penjelasan teori ini, atau memberikan penjelasan baru untuk
menggambarkan fenomena alam yang terjadi pada permukaan bumi. Untuk lebih memahami
teori kontraksi

Jenis Teori Kontraksi

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa ada beberapa jenis teori yang berkaitan
dengan teori kontraksi dalam menjelaskan fenomena permukaan bumi, seperti berikut ini:

1. Teori Kontraksi (Contraction Theory Atau Theory of a Shrinking Earth)

Teori ini dikemukakan pertama kali oleh James Dana di Amerika Serikat pada tahun 1847 dan
Elie de Baumant yang merupakan ilmuwan geografi asal Eropa. Kemudian pada tahun 1852
mereka berdua mengungkapkan pendapatnya tentang bumi bahwa pada kerak bumi tersebut
akan terus mengalami pengerutan karena terjadinya pendinginan di bagian bumi akibat dari
proses konduksi panas yang berlebihan di dalam lapisan bumi.

Pengerutan dan dengerutan tersebut dapat mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata.
Keadaan tersebut diumpamakan sama seperti buah apel yang jika bagian dalamnya mongering
maka permukaan kulitnya juga akan mengerut. Dalam perkembangan dunia pengetahuan, teori
inipun memperoleh banyak kritikan, antara lain menyatakan bahwa bumi tidak akan mengalami
penurunan suhu yang sangat drastis.

Jadi akibat terbentuknya pegunungan tinggi ataupun lembah-lembah yang ada di permukaan
bumi bukanlah fenomena yang sederhana dan terjadi dalam jangka waktu yang sangat cepat.
Bumi memiliki banyak unsur radioaktif yang akan selalu memancarkan panas untuk mendapat
tambahan panas bumi. Selain itu bumi juga memiliki reaksi-reaksi kimia antara mineral dan
pergeseran- pergeseran kerak bumi yang dapat menimbulkan panas yang cukup.

2. Teori Konveksi

Teori Kontraksi menyatakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah yang vertikal pada lapisan
atmosfer yang sedikit lebih kental. Aliran ini sangat berpengaruh dalam aliran di kerak bumi
sampai ke atas permukaan bumi. Aliran konveksi yang merambat akan terus menuju ke dalam
kerak bumi dan akan menyebabkan batuan pada lapisan kerak bumi menjadi lunak. Kemudian
gerak aliran dari dalam permukaan bumi menyebabkan permukaannya menjadi tidak rata.
Aliran konveksi dalam teori ini dijelaskan bisa terjadi karena lapisan kerak bumi memiliki
temperatur yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan lapisan yang ada di dalamnya.
Sehingga massa permukaan tersebut dengan temperature tinggi mengalir ke daerah yang
temperaturnya lebih rendah.

Salah seorang ilmuwan yang merupakan pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari
Princeton University yang dalam bukunya berjudul History of the Ocean Basin pada tahun 1962
mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid
oceanic ridge atau punggung tengah laut. Di puncak mid oceanic ridge tersebut lava ini
kemudian mengalir terus menerus dari dan menyebar ke kedua sisi dan membeku menjadi
bentuk kerak bumi yang baru.

3. Teori Pergeseran Dasar Laut

Seorang ahli Geologi dasar laut asal Amerika Serikat bernama Robert Diesz menciptakan teori
konveksi yang kemudian diungkapkan oleh Hees yang merupakan penelitian pada peta
topografi dasar laut yang mengemukakan bukti- bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar
laut pada arah punggung dasar laut dari masing-masing kedua sisinya. Penentuan umur pada
sedimen dasar laut ini menyimpulkan bawa teori ini semakin jauh dari punggung laut yang
umurnya semakin tua. Hal tersebut menunjukan bahwa ada geseran yang berasal dari
punggung dasar laut, seperti contoh berikut ini:

-Cost Pacific Rise

-Mid Atlantic Ridge

-Pacific Atlantic Ridge

-Atlantic Atlantic Ridge

4. Teori Laurasia – Gondwana Atau Teori Dua Benua

Teori Laurasia adalah salah satu teori permukaan bumi yang dikemukakan oleh Edward Zuess
dalam catatan bukunya yang berjudul The Face of The Earth tahun 1884 dan Frank B Taylor
tahun 1910 yang menunjukan bahwa pada awalnya hanya ada dua benua di kedua tubuh
permukaan bumi ini. Benua- benua tersebut kemudian diberi nama gondwana dan laurentia
atau laurasia. Kedua benua tersebut lalu terus bergerak dengan perlahan ke arah ekuator,
kemudian akan terpecah- pecah menjadi bentuk benua- benua baru seperti halnya yang
sekarang kita ketahui.

Benua Australia, Afrika, dan Amerika selatan awalnya menyatu dalam benua yang bernama
Gondwanaland dan benua- benua lainnya menyatu menjadi benua Laurasia. Teori Laura ini
banyak didukung oleh para ahli dengan beberapa alasan dan dasar ilmiah, seperti jika kita
perhatikan pada permukaan benua yang terpisah- pisah tersebut jika disatukan maka akan
tersusun benua gondwanaland dan laurasia dengan baik.
5. Teori Apungan Benua

Teori permukaan bumi yang masih berkaitan dengan teori kontraksi adalah yang teori apungan
benua dikemukakan oleh seseorang ahli bernama Alfred Lothar Wegener pada tahun 1912 di
dalam bukunya yang berjudul Oceans dan The Origin of the Continent’s. Wegener
mengungkapkan tentang perkembangan dari bentuk permukaan bumi yang berhubungan
langsung dengan adanya pergeseran benua secara perlahan- lahan.

Menurut Wegener, di dasar permukaan bumi awalnya hanyalah sebuah benua yang besar
bernama Pangea atau dalam bahasa Yunani berarti keseluruhan bentuk bumi dan sebuah
samudera bernama Panthalasa. Benua tersebut kemudian terus bergeser dengan perlahan ke
arah barat dan ekuator sampai mencapai posisinya seperti sekarang. Gerakan yang dimaksud
Wegener adalah disebabkan karena terjadi rotasi pada bumi sehingga menghasilkan gaya
sentrifugal yang membuat gerakan menjadi cenderung ke arah ekuator.

Selain itu adanya pula gaya tarik-menarik antara bulan dan bumi yang dapat menghasilkan
gerak ke arah barat. Gerakan ke arah barat ini terjadi seperti halnya saat terjadinya gelombang
pasang, yakni akibat dari revolusi bulan yang bergerak dari arah barat ke timur. Namun, sekitar
tahun 1960-an muncul komentar tentang teori ini yang menyatakan bagaimana mungkin pada
massa benua yang sangat besar dan berat bisa bergeser begitu signifikan di atas lautan yang
sangat keras.

6. Teori Lempeng Tektonik

Teori yang juga berkaitan dengan teori kontraksi adalah tentang lempeng tektonik yang
dikemukakan oleh para ahli geofisika asal Inggris bernama Robert Parker dan juga Me Kenzie.
Kedua ahli ini mempublikasi teori yang sempurna pada teori-teori sebelumnya, termasuk
pergeseran permukaan bumi dari dasar laut seperti contohnya pergeseran benua yang sangat
luas. Teori konveksi ini adalah satu kesatuan di dalam konsep yang sangat bagus dan sangat
penting.Teori ini juga dapat diterima oleh para ahli geologi, litosfer, dan Kerak bumi yang
mengambang di atas lapisan astenosfer yang dianggap satu lempeng yang saling berkaitan
satu sama lainya. Aliran teori konveksi yang keluar dari punggung laut kemudian akan meluas
ke kedua sisinya. Sedangkan pada bagian lainnya akan kembali lagi, kemudian masuk lagi pada
lapisan bumi yang bercampur dengan materi-materi lapisan lainnya.Daerah tempat masuknya
bentuk ini disebut sebagai patahan atau transform fault yang dibedakan dengan adanya pulau
vulkanis dan palung laut.

Saat ini di permukaan bumi ada enam lempeng utama seperti berikut ini:

1.Lempeng Eurasia meliputi wilayah Asia, Eropa, dan daerah pinggirannya termasuk juga
Indonesia

2.Lempeng Antartika meliputi wilayah lempeng Lautan Antartika dan kontinen Antartika

3.Lempeng Amerika meliputi wilayah Amerika selatan, Amerika utara Selatan, dan setengah lagi
bagian barat Lautan Adantik

4.Lempeng Afrika meliputi wilayah setengah bagian timur Lautan Atlantik Afrika, bagian barat
Lautan Hindia dan setengah bagian timur Lautan Atlantik

5.Lempeng Pasifik meliputi wilayah seluruh lempengan bumi di Lautan Pasifik

6.Lempeng India-Australia meliputi wilayah sub kontinen India di- Australia bagian barat dan
juga lempeng Lautan Hindia

Pergerakan pada lempeng tektonik bisa mengakibatkan terbentuknya permukaan bumi yang
berbeda- beda. Keragaman bentuk ini kemudian dipengaruhi oleh adanya kekuatan gerak
lempeng dan arah. Ada tiga kemungkinan kekuatan pergerakan dua lempeng, yakni sama- sama
lemah, sama- sama kuat, dan sangat kuat. Sedangkan yang lainnya bergerak lemah. Batas
lempengan tektonik diberi tanda dengan bentuk- bentuk alam karena aktivitas dari lempeng
tersebut. Batas- batas pada lempeng tektonik tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, seperti
berikut ini:

Batas Konvergen (Convergent Boundaries)

Konvergen adalah gerakan yang saling bertumbukan antar lempeng tektonik. Kemudian
perbatasan lempeng ini geraknya saling mendekati dari arah yang berlawanan. Pada perbatasan
konvergen, lempeng saling bertumbukan, sehingga muncul patahan yang menyebabkan
terbentuknya gunung apo dan palung laut. Seperti pada pertemuan lempeng Indo-Australia dan
lempeng Eurasia di Indonesia, sehingga membentuk jalur gunung api di Sumatera, Jawa, dan
Nusa Tenggara. Contoh lainnya sebagai berikut:

Tumbukan antara lempeng India dan lempeng benua Eurasia yang membentuk pegunungan
lipatan muda Himalaya yang merupakan pegunungan tertinggi di dunia dengan puncak
tertingginya adalah Mount Everest. Tumbukan lempeng Italia dengan Eropa yang membentuk
jalur di Pegunungan Alpen.Zona yang terbentuk dari jalur tumbukan antara lempeng benua dan
lempeng dasar samudra disebut dengan zona subduksi atau subduction zone. Seperti pada
tumbukan antara lempeng benua Amerika dan lempeng dasar Samudera Pasifik yang
membentuk Pegunungan Rocky dan Andes. Pada wilayah tersebut biasanya rawan terjadi
gempa bumi dan banyak ditemui gunung- gunung api.

Batas Divergen (Divergent Boundaries)

Divergen adalah gerakan yang saling menjatuhkan antar lempengan tektonik, seperti gerakan
menjauhnya lempeng afrika dan Amerika Selatan. Gerakan ini kemudian menciptakan batasan
lempeng yang bergerak dengan arah yang berlawanan atau saling menjauh satu sama lain.
Pada batasan ini, kedua lempengan tidak terpisahkan walaupun bergerak saling menjauh. Hal
tersebut terjadi karena di belakang setiap lempengan telah terbentuk kerak permukaan yang
baru. Contoh batasan divergen adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah Samudra
Pasifik dan Benua Afrika.
Contoh lainnya adalah terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang
lebih 1.200 km dari San Francisco di bagian utara sampai Los Angeles di selatan Amerika
Serikat. Zona yang membentuk jalur- jalur tempat bergesekannya lempeng- lempeng tektonik ini
disebut dengan Zona Sesar Mendatar atau zona transform. Artinya telah terjadi pergeseran
antara dua lempeng dengan arah yang berlawanan dan terjadi pergeseran yang tidak
menimbulkan penghilang atau pemunculan kerak bumi, namun terjadi patahan atau sesar.

Batas Menggunting (Shear Boundaries)

Pada batas menggunting ada bentuk dua perbatasan lempeng yang hanya saling bergesekan,
sehingga tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan yang signifikan. Contoh
batasan ini adalah patahan pada San Andreas di California.

Nah, itulah penjelasan tentang teori kontraksi dan teori- teori yang berkaitan dengan permukaan
bumi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai