Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

0SEANOGRAFI UMUM

Disusun oleh :

Nama : Febri Dandi

Nim : 2102050009

Parodi : Sosial Ekonomi Perikanan

FEKULTAS ILMU KELAUTAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2022
TEORI BIG BANG

Teori Big Bang adalah terkaan penciptaan alam semesta yang paling diyakini para
ilmuwan saat ini. Ledakan besar yang terjadi pada 13,7 miliar tahun lalu itu dipercaya
merupakan awal perjalanan seisi alam semesta.
Teori Big bang menggambarkan penciptaan alam semesta sebagai sebuah ekspansi
materi yang kemudian meledak seperti balon raksasa yang terus diisi udara. Sisa ledakan
tersebut kemudian masing-masing menjadi bibit terbentuknya galaksi, sistem tata surya, dan
berbagai objek pengisinya.
Para kosmolog dan ahli fisika menyebut alam semesta saat ini masih terus meluas
sebagai efek dari ledakan Big Bang. Bahkan kecepatan perluasannya diyakini terus
bertambah. Para ilmuwan juga telah menemukan jejak termal yang diprediksi dari Big
Bang, radiasi gelombang mikro kosmik yang menyelimuti alam semesta. Dalam jejak termal
tersebut tidak ditemukan objek yang lebih tua dari 13,7 miliar tahun, ini menunjukkan bahwa
alam semesta lahir pada sekitar waktu itu (saat fenomena Big Bang).
Teori Big Bang tradisional menyatakan bahwa alam semesta dimulai dari singularitas,
atau titik kepadatan dan suhu tak terbatas yang sifatnya sulit dipahami pikiran manusia.
Namun teori tersebut tidak secara akurat menggambarkan sesuatu yang jelas, karena ide
singularitas didasari teori relativitas umum Einstein.
"Masalahnya adalah, tidak ada alasan apa pun untuk mempercayai relativitas umum dalam
masa itu," kata Sean Carroll, fisikawan teoretis di Caltech.
"Itu akan salah, karena tidak memperhitungkan mekanika kuantum. Dan mekanika kuantum
pasti akan menjadi penting begitu Anda mencapai tempat itu dalam sejarah alam semesta,"
imbuhnya.
Masa-masa awal alam semesta masih cukup buram, namun para ilmuwan mencoba menelisik
masa di sekitar 10 hingga minus 36 detik setelah Big Bang.
Pada periode tersebut, para ilmuwan yakin alam semesta mengalami inflasi atau perluasan
yang sangat singkat dan membentuk ukuran signifikan. Alam semesta disebut mengembang
lebih cepat dari kecepatan cahaya dan berlipat ganda dalam ukuran mungkin 100 kali atau
lebih, dalam rentang kurang dari satu detik.
"Inflasi adalah 'ledakan' Big Bang," kata Filippenko, seperti dikutip dari Space.
"Sebelum inflasi, hanya ada sedikit hal, sangat mungkin, berkembang sedikit. Membutuhkan
sesuatu seperti inflasi untuk membuat alam semesta besar," tambahnya
TEORI PERGESERAN BENUA

Hipotesis pergeseran benua (bahasa Inggris: continental drift) merupakan gagasan


bahwa benua-benua di Bumi berpindah, terlihat seperti "bergeser" di dasar laut. Meski telah
dikemukakan sejak abad ke-16, hipotesis ini baru disampaikan secara ilmiah oleh Alfred L.
Wegener dalam buku berjudul The Origin of Continent and Oceans (1912).[1] Isinya, benua
tersusun dari batuan sial yang terapung pada batuan sima yang lebih besar berat jenisnya.
Pergerakan benua itu menuju khatulistiwa dan juga ke arah barat.

Wegener mendapati bahwa timur Amerika Selatan cocok jika dihubungkan dengan


barat Afrika, memberi petunjuk bahwa semua benua dahulu pernah bersatu. Wegener
mencari bebatuan dan fosil di dua sisi benua yang berbatasan dengan Samudra Atlantik untuk
membuktikan hipotesisnya. Dia berhasil menemukan bukti-bukti tersebut tetapi tidak dapat
menjelaskan mekanisme pergerakan benua dan gagasannya ditentang oleh organisasi seperti
American Petroleum Society.[2] Hipotesisnya tidak diacuhkan hingga kematiannya pada 1930.
[3]

Hipotesis utamanya adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang


disebut Pangaea (artinya "semua daratan") yang dikelilingi oleh Panthalassa ("semua
lautan"). Selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang
lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini.

Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya tidak
dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat mengapung di atas bumi
yang padat dan mengapa ini terjadi. Pemahaman para ilmuwan pengkritik adalah
bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal. Tidaklah mungkin gaya vertikal ini
mampu menyebabkan benua yang besar tersebut pecah. Pada masa itu belum dijumpai bukti-
bukti yang meyakinkan. Wegener mengumpulkan bukti lainnya berupa kesamaan garis
pantai, persamaaan fosil, struktur dan batuan. Namun, tetap saja usaha Wegener sia-sia
karena Wagener tidak mampu menjelaskan dan meyakinkan para ahli bahwa gaya utama
yang bekerja adalah gaya lateral bukan gaya vertikal.

Pada tahun 1960-an, ditemukan bahwa magma berada di sepanjang garis lempeng


tektonik.menandakan dasar laut bergeser seperti yang diperkirakan Wegener.
TEORI PERGESERAN DASAR LAUT

pada tahun 1961, teori ilmuwan tentang punggung dasar laut . zona lemah di
bumidimana lantai samudra terbagi menjadi dua menurut panjang punggung dasar laut.
Magma barujauh di dalam Bumi naik dengan mudah melalui zone-zone yang
lemah dan pada akhirnya meledak sepanjang punggung dasar laut kemudian
menciptakan kerak yang berhubungan dengan laut. ahligeologi dasar laut AS, Robert
Diesz mengemukakan hipotesa Hess. Perkembangan penelitian topografi dasar laut
membawa bukti-bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggungan
dasarlaut kedua sisinya. Penyelidikan umur sedimen dasar laut mendukung hipotesa tersebut
dimana semakin jauhdari pungggungan dasar laut makin tua umurnya. Artinya ada gerakan
yang arahnya dari punggungan dasarlaut. Beberapa contoh punggungan dasar laut
tersebut adalah:Punggungan Laut Tengah, Punggungan Pasifik Timur, Punggungan
Antlantik-India,danPunggungan Pasifik-Antlantik.Hipotesis tentang pergeseran dasar laut ini
didukung oleh beberapa bukti:(1) Daerah (batu karang) yangdekat dari punggung dasar
laut adalah sangat muda, dan akan semakin tuaketika semakin jauh dari punggung dasar
laut.(2) Batu karang yang termuda di punggung dasar laut sekarang ini adalah yang berada di
daerah kutub.(3) belang dari paralel batu karang untuk punggung dasar laut merubah di
dalam polaritas yang magnetis(normal-terbalik-normal, dll.),
Plate Tectonic Theory

Plate Tectonic Theory Prinsip utama dari Teori Tektonik Lempeng adalah bahwa
Bumi ini tersusun oleh lempeng-lempeng yang bergerak. Suatu lempeng dapat berupa kerak
samudera, kerak benua, atau gabungan dari kedua kerak tersebut. Adanya pergerakan
lempeng ini disebabkan oleh adanya arus konveksi, yaitu berupa perpindahan energi panas
yang terjadi di lapisan astenosfer. Sebelum peta dasar laut Tharp-Heezen diterbitkan pada
tahun 1977, para ilmuwan memiliki sedikit pemahaman tentang fitur geologis yang menjadi
ciri dasar laut, terutama dalam skala global. Data dan pengamatan yang diwakili oleh peta
Tharp-Heezen menjadi faktor penting dalam penerimaan teori lempeng tektonik dan
pergeseran benua. Teori lempeng tektonik menyatakan bahwa kerak luar bumi yang padat,
litosfer, dipisahkan menjadi lempenglempeng yang bergerak di atas astenosfer, bagian atas
mantel yang cair. Lempeng samudera dan benua bersatu, menyebar, dan berinteraksi pada
batas-batas di seluruh planet ini. Penerapan Teori Tektonik Lempeng yang salah satunya
diaplikasikan melalui modelmodel tektonik lempeng, walaupun sederhana, tetapi telah
mampu memecahkan banyak masalah geologi yang semula sulit dipecahkan, salah satunya
yaitu dalam bidang eksplorasi dan bencana alam. Model Tektonik lempeng mampu
mengidentifikasi kemungkinan keterdapatan bahan galian pada suatu tempat. Indonesia
contohnya, Endapan emas di Indonesia banyak berasosiasi dengan model tektonik tipe
konvergen (Magmatic Arc), sedangkan timah, khusunya daerah gugusan kepulauan Riau
hingga Bangka Belitung dan sekitarnya banyak berasosiasi dengan zona Kolisi Lempeng
Benua (Continental Collision). Dalam bidang kebencanaan,model Tektonik Lempeng juga
mampu mempredeksi potensi terjadinya bencana geologi secara regional, sehingga dapat
dilakukan usaha untuk mengurangi akibat dari bencana tersebut atau disebut dengan mitigasi
bencana. Teori Tektonik Lempeng salah satunya melahirkan istilah “Ring Of Fire” atau
Negara yang dilalui oleh pertemuan dua lempeng yang saling bertubrukan sehingga
berpotensi terjadinya letusan gunung api dan gempa bumi. Daerah-daerah di Indonesia yang
dilalui jalur ini diantaranya Sisi Barat Pulau Sumatra, dan Sisi Selatan Pulau Jawa.
Pemerintah Indonesia pun sampai saat ini masih menjadikan teori Tektonik Lempeng sebagai
panduan utama dalam menentukan perencanaan dan arah kebijakan mitigasi bencana. Teori
Tektonik Lempeng memang semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas di
antara para ahli kebumian, teori ini benar-benar telah memberikan sumbangsih yang sangat
besar dalam bidang keilmuan, lebih jauh terhadap perkembangan peradaban manusia, salah
satunya negara kita Indonesia. Para ahli kebumian kitapun juga akhirnya mengetahui bahwa
Gugusan Kepulaun Indonesia sendiri terbentuk oleh proses-proses pergerakan lempeng,
dengan kata lain, melalui pemahaman yang baik akan teori ini, kita dapat memprediksi
potensi sumber daya mineral dan kebencanaan di Indonesia yang pada akhirnya bertujuan
untuk kesejahteraan bangsa. Ada 3 jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan
tersebut bergerak relative terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan
dengan fenomena yang berbeda dipermjukaan. 1. Batas transform terjadi jika lempengan
bergerak dan mengalami pergesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesaran
transform. Gerakan relative kedua lempeng bisa sinistral ke kiri disisi yang berlawanan
dengan pengamat. Ataupun deksternal.sisi kanan di sisii yang berawanan dengan pengamat.
2. Batas divergen terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid oceanic
ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas devergen. 3. Batas konvergen
terjadi ketika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bwah yang lain atau tabrakan benua, jika kedua
lempeng mengandung kerak benua. Mengapa lempeng bergerak?? Karena lapisan didalam
bumi berupa cairan sehingga pempengan tampak seperti mengapung di cairan tersebut.
Kemudian dibagian dalam bumi berupa lapisan yang sangat panas. Sehingga inti bumi lebih
panas saat keatas dia menjadi lebih dingin akan terjadi arus konveksi di lapisan bumi.
Lempeng di bumi dibagi menjadi 7 lempeng yaitu: 1. Lempeng afrika yang meliputi afrika 2.
Lempeng benua Eurasia yang meliputi asia dan eropa 3. Lempeng benua amerika selatan
meliputi amerika selatan 4. Lempeng beau Australia yang meliputi autralia hingga india 5.
Lempeng benua amerika utara yang meliputi amerika utara dan Siberia 6. Lempeng samudra
pasifik yang meliputi samudra pasifik 7. Lempeng benua antartika yang meliputi antartika.
Daftar Pustaka

Baca artikel CNN Indonesia "Teori Big Bang: Penciptaan Alam Semesta Dimulai dari
Singularitas" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220211082021-
199-757812/teori-big-bang-penciptaan-alam-semesta-dimulai-dari-singularitas

https://id.wikipedia.org/wiki/Pergeseran_benua#:~:text=Hipotesis%20pergeseran
%20benua%20(bahasa%20Inggris,%22bergeser%22%20di%20dasar%20laut.

https://www.coursehero.com/file/21146676/TEORI-PERGESERAN-DASAR-LAUT

Anda mungkin juga menyukai