Anda di halaman 1dari 17

Proses Ekstraksi Bijih Emas

UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 2020


Apa itu Emas?
Emas murni merupakan sebuah
unsur dengan lambang Au dan
juga adalah merupakan bagian
dari mineral (native gold).
Emas memiliki sifat tahan
korosi, penghantar panas yang
baik dan sifat-sifat unik lainnya.
Emas dimanfaatkan
untuk perlengkapan pesawat
ruang angkasa, produksi
perangkat elektronik, investasi,
terapi kecantikan dan
kesehatan, serta kegunaan
lainnya.

Sumber foto : www.newst.com


http://www.miningmes.com/characteristics-of-native-gold-flotation/
Proses Pembentukan Emas
Aktivitas vulkanis gunung berapi menyebabkan air magma

mencapai permukaan bumi, kemudian terjadi kontak dengan

air meteorik yang menempati zona-zona retakan batuan


Sumber foto : www.newst.com beku. Retakan tersebut dengan berjalannya waktu tertutup

oleh akumulasi endapan logam-logam yang mengandung

ion-ion kompleks yang mengandung emas, tembaga, perak

dan lainnya yang kemudian membentuk jalur emas atau urat

emas endapan deposit primer.

Sedangkan aktivitas pengkonsentrasian logam yang

dipengaruhi oleh faktor ekternal (lingkungan) seperti proses

weathering (pelapukan akibat iklim), inorganic

sedimentasion, dan organic sedimentation membentuk

endapan deposit sekunder.

Sumber foto :
http://carapengolahanemas.blogspot.co.id
Mineral Emas
Mineral emas adalah mineral dimana emas
terdapat sebagai unsur utama.
Proses Ekstraksi Emas
A. Proses Pengecilan Ukuran Bijih
Target :
Batuan hasil proses penambangan  74 µm (atau sesuai
derajat liberasi mineral)
Tujuan :
Liberasi mineral berharga dari pengotornya
1. Crushing
Ukuran batuan ~ 0.5 m menjadi ~ 5 cm
2. Grinding
Ukuran batuan ~ 5 cm menjadi ~ 0.075 mm
Proses Ekstraksi Emas
B. Proses Pelindian (Leaching)
Target :
% kelarutan emas (dan perak) yang optimal
Tujuan :
Pelarutan selektif emas (dan perak) pada bijih

Reaksi Pelindian :

◦ Ion komplek yang larut dan stabil


Proses Ekstraksi Emas
C. Proses Pemisahan Emas/Perak Hasil Pelindian
Target :
% recovery emas/perak yang optimal
Tujuan :
Adsorpsi emas/perak hasil proses pelindian
agar dapat dipisahkan dengan tailing solid

Reaksi adsorpsi oleh karbon aktif:

Emas/perak hasil Carbon aktif Emas/perak yg diadsorpsi


leaching
carbon aktif
Proses Ekstraksi Emas
D. Proses Elusi
Adalah proses pelepasan ion komplek Au(CN)2- dan Ag(CN)2- dari
karbon melaleui beberapa tahapan dengan menggunakan cyanida
konsentrasi tinggi pada temperatur reajsi diatas temperature
ruangan. Melalui proses ini terbentuk larutan kaya yang mengandung
ion emas/perak, sedangkan karbon aktif diaktifasi untuk dapat
digunakan kembali.
E. Proses Recovery
Metoda recovery emas yang paling umum adalah sementasi dan
elektrowining. Tujuannya adalah mengendapkan kembali emas/perak
dari larutan kaya hasil proses elusi.
Proses sementasi menggunakan serbuk seng, sedangkan proses
elekrowinning menggunakan arus listrik. Hasil proses kedua metoda
ini adalah cake (Au, Ag, dan pengotor) yg siap dilebur.
Reaksi sementasi dengan serbuk seng;

Reaksi elektrowinning di katoda:


Proses Ekstraksi Emas
D. Smelting
Proses peleburan pada temperature 1200 0C
dengan penambahan beberapa element,
dimana produk proses ini adalah dore bullion
(paduan Au, Ag dan beberapa logam lainnya)
dengan kadar bervariasi tergantung jenis ore
dan kadar logam berharga didalamnya.
E. Refining
Bulion refining bertujuan untuk pemisahan
emas dan logam lainnya sehingga diperoleh
emas murni (99,99%).
Karakteristik Bijih Emas dan Korelasinya terhadap Metode
Pengolahannya
 Metode pengolahan bijih emas sangat bergantung pada tipe bijih emas yang
akan diolah.
 Berdasarkan karakteristik bijih emas terhadap proses pengolahannya, tipe
bijih emas diklasifikasikan sebagai ; bijih free milling dan bijih refractory.

 Bijih free milling adalah bijih emas yang relatif mudah


diolah dengan persen perolehan (*recovery / persen
ekstraksi) > 90% dengan ukuran partikel.
• Partikel emas dapat dibebaskan dengan penggerusan P80
200 mesh
• Umumnya merupakan bijih oksida dengan mineral utama Free milling ore
silika
 Bijih refractory adalah bijih emas yang ketika diolah memberikan persen
perolehan < 90%, bahkan bila diolah tanpa proses perlakuan awal (pretreatmen)
seringkali persen perolehan < 50%
Refractory ore
https://www.icmj.com/magazine/article/testing-ores-for-free-gold-1592/
Proses Sianidasi (1)
Proses utama dalam jalur ektraksi emas adalah proses leaching/pelarutan dengan menggunakan sianida atau disebut juga
dengan proses sianidasi.
Proses ini sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu konsentrasi sianida, konsentrasi oksigen terlarut, pH, temperatur,
kecepatan pengadukan, derajat liberasi emas, dan adanya ion logam lain di larutan.

◦ Konsentrasi Oksigen Terlarut dan Sianida


Oksigen dan sianida merupakan reagen utama dalam proses sianidasi emas. Oksigen berperan sebagai oksidator yang mengoksidasi
atom Au dan Ag menjadi ion Au+ dan Ag+. Konsentrasi oksigen terlarut di dalam larutan sianida dapat ditingkatkan dengan
menghembuskan udara, udara kaya oksigen, oksigen murni atau menginjeksi hidrogen peroksida (H2O2). Perpindahan massa oksigen
dari udara ke larutan sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dan densitas slurry. Laju perpindahan massa oksigen akan menurun
ketika densitas slurry meningkat dan ukuran partikel mengecil (Yannopoulos, 1991).
Ion sianida berfungsi untuk membentuk anion kompleks Au(CN)− − + +
2 dan Ag(CN)2 sehingga ion Au dan Ag tetap stabil di dalam
larutan. Konsentrasi sianida dapat dikontrol dengan penambahan senyawa garam sianida seperti NaCN atau KCN. Ketika konsentrasi
sianida tinggi, laju pelarutan emas akan bergantung pada konsentrasi oksigen terlarut. Sebaliknya, jika konsentrasi sianida rendah, laju
pelarutan emas akan ditentukan oleh konsentrasi sianida. Konsumsi sianida dan oksigen dalam proses pelindian sangat ditentukan
oleh mineralogi bijih yang diolah.
Proses Sianidasi (2)
◦ Temperatur
Ketika temperatur dinaikan, aktivitas ion dan laju difusi spesi-spesi reagen pelindi akan meningkat tetapi kelarutan oksigen di dalam fasa cair
akan menurun. Caruso (1975) melaporkan bahwa laju pelarutan emas akan meningkat 20% sampai 25% ketika temperatur pelindian dinaikan
sampai 85°C walaupun konsentrasi oksigen terlarut pada temperatur 85°C setengah dari jumlah konsentrasi oksigen terlarut pada temperatur
25°C. Namun, sianidasi pada temperatur yang lebih tinggi tidak efektif untuk mengolah bijih berkadar rendah karena peningkatan temperatur
saat sianidasi akan meningkatkan biaya operasional proses pelindian yang secara ekonomi tidak sebanding dengan hasil emas yang dapat
direkoveri. Oleh karena itu, proses sianidasi konvensional dilakukan pada temperatur ambient.
Pelindian pada temperatur tinggi digunakan untuk mengolah material yang mengandung emas berkadar tinggi seperti misalnya konsentrat
emas dari proses konsentrasi gravitasi. Proses ini dapat dikombinasikan dengan penggunaan reagen pelindi yang tinggi dan/atau dengan
tekanan tinggi atau biasa disebut sianidasi intensif. Proses sianidasi intensif dilakukan jika material mengandung emas berukuran kasar yang
mengakibatkan waktu tinggal yang lama jika diproses dengan metode sianidasi konvensional, emas terinklusi di dalam mineral yang larut di
dalam larutan sianida yang menyebabkan konsumsi reagen dalam proses sianidasi tinggi, atau emas membentuk paduan dengan logam lain
yang tidak dapat larut dalam proses sianidasi konvensional.

◦ pH
Proses sianidasi umumnya dilakukan pada pH lebih dari 9,4 untuk menjaga ion CN tidak hilang dan terkonversi menjadi HCN. Tipikal proses di
pabrik pengolahan emas beroperasi pada rentang pH antara 10-11 (Marsden, 2009). Pada pH yang lebih tinggi, laju pelarutan emas dapat
menurun akibat adsorpsi ion-ion OH di permukaan mineral. Hal ini menyebabkan luas permukaan emas yang dapat kontak dengan reagen
sianida menurun. Pengaturan pH larutan dapat dilakukan dengan menambahkan kalsium hidroksida (Ca(OH)2), natrium hidroksida (NaOH),
atau lime (CaO).
Proses Sianidasi (3)
◦ Mineralogi dan Komposisi Kimia Bijih

Selain dengan emas dan perak, ion sianida juga dapat bereaksi membentuk kompleks dengan base metals (Fe, Cu,
Zn, As dan Sb). Mineral sulfida seperti pyrrhotite dan marchasite, mineral tembaga, seng, arsenik, dan antimon
dapat bereaksi dengan sianida. Hal ini menyebabkan tingginya konsumsi sianida selama proses pelindian. Laju
pelarutan emas dan perak akan terhambat akibat terjadinya kompetisi dengan base metals ketika konsentrasi
sianida di larutan terbatas.

Bijih atau konsentrat yang bersifat refraktori tidak dapat diolah dengan metode sianidasi konvensional. Sifat
refraktori bijih dapat disebabkan oleh emas yang terinklusi di dalam mineral sulfida yang non-poros, adanya
mineral emas telluride, adanya mineral sulfida yang mengonsumsi sianida dan oksigen, dan adanya material
carbonaceous.
Metoda pra-olah untuk meningkatkan persen
perolehan pada proses sianidasi (1)
Ultrafine grinding
Roasting oUltrafine grinding
adalah treatment terhadap bijih bila dibutuhkan derajat liberasi dibawah 50
Biooksidasi micron.
Beberapa bijih refraktori diketahui bahwa emas terasosiasi pada mineral-mineral
Pressure oxidation tertentu ataupun emas berukuran sangat halus sehingga ketika proses pelarutan,
reagent pelarut tidak dapat bereaksi dengan partikel-partikel emas yang terinklusi
tersebut.
Proses ultrafine grinding meningkatkan liberasi melaui pembebasan secara fisik
emas yang terinklusi sehingga pada proses selanjutnya partikel emas dapat
terakses untuk dapat dilarutkan.
Beberapa penelitian dan studi lapangan menunjukkan bahwa ultrafine grinding
efektif meningkatkan persen ektraksi pada proses sianidasi. Hanya saja metoda ini
membutuhkan biaya yang tinggi.
Metoda pra-olah untuk meningkatkan persen
perolehan pada proses sianidasi (2)
oRoasting / Pemanggangan
Proses roasting dilakukan dengan rotary kiln atau
fluidized bed roaster pada temperature > 800 °C.
Metoda ini cukup efektif untuk melepaskan ikatan emas
dari sulfur dan membuat bijih menjadi porous dengan oPressure oxidation
mengubah sulfur pada bijih menjadi gas SO2.
Presure oxidation dilakukan pada autoclave pada temperatur
Pada bijih pregrob, proses roasting juga dapat dan tekanan tinggi, dimana slurry dicampur dengan oksigen
melepaskan karbon menjadi gas CO2. dengan kemurnian tinggi.
Kelemahan dari proses ini adalah membutuhkan biaya Bijih sulfida yang teroksidasi kemudian membebaskan partikel
yang cukup tinggi dalam proses pemanggangan dan emas sehingga laju reaksi emas secara normal bisa 10% lebih
adanya masalah lingkungan akibat emisi gas SO2 dan tinggi dibanding proses pre-treatment melalui proses roasting.
CO2.
Proses oksidasi ini menghasilkan asam sulfat, ferric sulfate dan
jarosite. Kelemahan proses ini adalah terbentuknya silver
jarosite yang menyebabkan besarnya kemungkinan kehilangan
silver selama proses. Selain itu harus ada proses penanganan
limbah cair yang terbentuk ketika proses.
Metoda pra-olah untuk meningkatkan persen
perolehan pada proses sianidasi (3)
oBiooksidasi
Proses biooksidasi merupakan alternatif proses pre-treatment bijih emas sulfida yang sudah
banyak dipakai dalam skala industri saat ini. Metoda ini menarik karena dinilai efektif, relatif
ekonomis dan ramah lingkungan.
Proses biooksidasi disebut juga bio-liberasi. Beberapa jenis bakteri mendapatkan energi dengan
cara mengoksidasi sulfida dan besi. Emas yang terjebak dalam mineral sulfida teroksidasi melalui
bantuan bakteri ini dengan reaksi umum sebagai berikut;

Pelarutan mineral sulfida menyebabkan emas terliberasi sehingga proses sianidasi dapat
berlangsung dengan lebih baik. Selain itu dihasilkannya ion feri yang merupakan oksidator
kuat sehingga dapat membantu oksidasi Au native menjadi Au+ .

Anda mungkin juga menyukai