Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA PERUSAHAAN

PELEBURAN LOGAM PESERTA BPJS


KETENAGAKERJAAN KOTA
MEDAN TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh :

HERAWATI PURBA
NIM : 141000319

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA PERUSAHAAN
PELEBURAN LOGAM PESERTA BPJS
KETENAGAKERJAAN KOTA
MEDAN TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarkat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

HERAWATI PURBA
NIM: 141000319

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 04 September 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes.

Anggota : 1. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes.

2. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul ‘Analisis

Kecelakaan Kerja pada Perusahaan Peleburan Logam Peserta BPJS

Ketenagakerjaan Kota Medan Tahun 2017’ beserta seluruh isinya adalah benar

karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Herawati Purba

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan kerja,


termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat Kerja. Peleburan besi baja
merupakan kegiatan meleburkan besi baja sehingga dihasilkan tongkat besi
(billet) untuk selanjutnya dibentuk menjadi besi ulir, besi beton, dan besi nako.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecelakaan kerja pada
perusahaan peleburan logam peserta BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2017.
Penelitianini bersifat deskriptif untuk mengetahui bagaiman gambaran kecelakaan
kerja perusahaan peleburan logam di kota medan dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari laporan kecelakaan kerja. Seluruh kasus kecelakaan
kerja yang terjadi di perusahaan peleburan logam peserta BPJS ketenagakerjaan di
kota Medan tahun 2017 sebesar 184 kasus kecelakaan sekaligus menjadi sampel
penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Distribusi frekuensi kecelakan
kerja menurut jenis kelamin yang terbanyak yaitu laki-laki (100%), menurut umur
tertinggi yaitu 45-49 tahun (27,7%) menurut tempat terjadinya kecelakaan kerja di
tempat kerja (89,1%.) menurut waktu terjadinya kecelakaan kerja yaitu pada jam
06:01-12:00 (32,6%) menurut tindakan bahaya penyebab kecelakaan kerja yaitu
pada posisi saat bekerja tidak aman (27,2%). Menurut kondisi yang menimbulkan
bahaya dan menjadi pencetus terjadinya kecelakaan kerja yaitu pada pengaman
yang tidak sempurna (35,3%) menurut corak kecelakaan yang terjadi yaitu
Terpapar (21,7%) menurut sumber penyebab cidera yaitu Mesin (press, bor,
gergaji dll) (33,7%) menurut bulan yaitu pada bulan oktober sebanyak (19%).
Disarankan bagi Perusahaan Peleburan Logam untuk meningkatkan pengawasan
dan pembinaan terhadap perusahaan terkait perlengkapan safety, Pemakaian Alat
Pelindung Diri, Perbaikan mesin dan alat teknis lainya dan Memberikan
sosialisasi sebelum bekerja agar pekerja mengerti bahwasanya dalam bekerja
harus mengikuti aturan yang sudah dibuat oleh perusahaan. Bagi BPJS untuk
memberikan pelatihan dan sosialisasi dalam pengisisn laporan kecelakaan kerja
pada perusahaan peleburan logam agar data dapat diisi dengan lengkap.

Kata Kunci : Kecelakaan Kerja, Peleburan Logam, BPJS Ketenagakerjaan

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Work Accidents are accidents that occur related to work, including diseases that
arise due to work relationships, as well as accidents that occur on the way to and
from the Workplace. This research is descriptive, aiming to get how the
description of workplace accidents that occur in metal smelting companies that
become participants of Employment BPJS in 2017. all cases of workplace
accidents that occur in metal smelting companies BPJS workers in Medan in 2017
amounted to 259 accident cases as well as samples research. The results of this
study indicate that the highest frequency distribution of work accidents by sex is
male (99.2%), according to the highest age of 31-40 years as much (39.8%)
according to the place of work accidents as much (90.3% .) according to the time
of the occurrence of the work accident that is at 06: 01-12: 00 as much (39.0%)
according to the action of the cause of the work accident accident that is at the
position when working unsafe as much (23.9%). according to the conditions that
cause danger and trigger the occurrence of workplace accidents that are as many
as imperfect (33.6%) according to the pattern of the accident which is exposed to
as much (18.1%) according to the source of the injury, namely Machine (press,
drill, saws etc.) as much as (or 34.0%) according to the month in October as
much as (9.7%). The recommended for Metal Smelting Company to improve
supervision and guidance for companies related to safety equipment, Repair
machinery and other technical equipment and Conduct OSH Training before work
so that workers understand that in the work must follow the rules that have been
made by the company. For BPJS to provide training and outreach in filling out
work accident reports on metal smelting companies so that data can be filled in
completely.

Keywords: Work Accidents, Metal Smelting, Employment

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan kasih-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ANALISIS KECELAKAAN

KERJA PADA PERUSAHAAN PELEBURAN LOGAM PESERTA BPJS

KETENAGAKERJAAN KOTA MEDAN TAHUN 2017”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu,SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, Msi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Isyatun Mardhiyah Syahri, selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji,

terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama

penulisan skripsi.

5. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes, sebagai Anggota Penguji, terima kasih atas

bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Arfah Mardiana Lubis, sebagai Anggota Penguji, terima kasih atas bimbingan

dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

7. Dr. Muhamad Makmur Sinaga, M.S, selaku Dosen Penasehat Akademik

selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universirtas Sumatera Utara.

9. Kedua Orang Tua Penulis, E. Purba dan N. Sinaga yang sangat saya sayangi

dan kasih, yang telah memberikan perhatiannya, dukungannya dan yang

terus mendoakan saya selama ini.

10. Saudara-Saudaraku terkasih, kakaku Eka serta adikku Jaya, Ceni, Nando,

Padot, Kurnia dan Dani yang telah memberikan semangat dan dukungan yang

telah diberikan selama menjalani penulisan skripsi.

11. Seluruh keluarga besar dari pihak orang tua yang telah memberikan dukungan

doa dan semangat selama menjalani penulisan skripsi.

12. Sahabatku Lucky Seven Gita, Mona, Widya, Omi, Finolia dan Intan yang

telah banyak memberikan nasehat, dukungan dan motivasi selama menjalani

penulisan skripsi.

13. Sahabatku Rambung Merah Family Widya, Fiza, Afat, Aflah, Nevi, Anggi,

Hasan, muni, Marudut, Nanda, Riris, Natalia, Lutfi dan Sarah yang telah

memberikan semangat serta dukungan dan doa selama menjalani penulisan

skripsi.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14. Teman-teman PBL Tualang Ruth, lamtiar, Resya dan Sadikin yang telah

memberikan semangat dan dukungannya.

15. Teman-Teman peminatan K3 khususnya teman-teman LKP PT. PP, Maria,

Meike, Ira dan Feby yang telah memberikan semangat dan juga

dukungannya.

16. Yang kukasihi Klarisa yang telah memberikan motivasi serta semangat dan

doa selama menjalani skripsi.

17. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang dapat

membangun saya agar dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2018

Herawati Purba

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i


HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR ISTILAH xiv
RIWAYAT HIDUP xv

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang Masalah 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 9
Kecelakaan Kerja 9
Defenisis kecelakaan kerja 9
Teori kecelakaan kerja 10
Analisa sebab dan akibat kecelakaan 12
Sebab-sebab kecelakaan kerja 13
Faktor-faktor mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja 17
Klasifikasi kecelakaan kerja 18
Kerugian akibat kecelakaan kerja 19
Pencegahan kecelakaan kerja 21
Peleburan Logam 26
Tungku busur listrik 27
Tungku induksi 27
Tungku krusibel 28
Tungku kupola 28
BPJS Ketenagakerjaan 29
Jaminan kecelakaan kerja 31

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerangka Konsep 32

METODE PENELITIAN 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Lokasi penelitian 33
Waktu penelitian 33
Populasi dan Sampel 33
Populasi 33
Sampel 33
Variabel dan Defenisi Operasional 33
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Pengukuran 35
Metode Analisis Data 35

HASIL PENELITIAN 36
Deskripsi Lokasi Penelitian 36
Sejarah BPJS Ketenagakerjaan 36
Visi dan Misi 38
Tren Kecelakaan Kerja 39
Hasil Penelitian 39
Karakteristik Tenaga Kerja ( Jenis Kelamin dan Umur) 40
Tempat Terjadinya Kecelakaan Kerja 40
Waktu Terjadinya Kecelakaan 41
Tindakan Bahaya Penyebab Kecelakaan 41
Kondisi yang Menimbulkan Bahaya 42
Corak Kecelakaan yang Terjadi 42
Sumber Penyebab Cidera 43
Bulan Terjadinya Kecelakaan 44

PEMBAHASAN 46
Keterbatasan Peneliti 46
Determinan Kecelakaan Kerja 46
Distribusi Kecelakaan Kerja Karakteristik Tenaga Kerja
(umur dan Jenis Kelamin) 46
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Tempat Terjadinya
Kecelakaan Kerja 48
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Waktu Terjadinya
Kecelakaan Kerja 49
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Tindakan Bahaya

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penyebab Kecelakaan Kerja 50
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Kondisi yang
Menimbulkan Bahaya Kecelakaan Kerja 51
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Corak Kecelakaan
Kerja 51
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Sumber Penyebab
Kecelakaan Kerja 52
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Bulan Terjadinya
Kecelakaan Kerja 52

KESIMPULAN DAN SARAN 54


Kesimpulan 54
Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Distribusi Frekuensi Kecelakan Kerja Menurut Jenis Kelamin 40

2 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Umur 40


3 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Tempat
Terjadinya Kecelakaan Kerja 41

4 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Waktu


Terjadinya Kecelakaan Kerja 41

5 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Tindakan


Bahaya Penyebab Kecelakaan Kerja 42

6 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Kondisi yang


Menimbulkan Bahaya dan Menjadi Pencetus Terjadinya
Kecelakaan Kerja 42

7 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Corak Kecelakaan


yang Terjadi 43

8 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Sumber


Penyebab Cidera 44
9 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Bulan 44

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Kerangka Konsep ..................................................................... 36

2 Kasus kecelakaan kerja ...................... 39

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman


1 Formulir Laporan Kecelakaan Kerja
BPJS Ketenagakerjaan 57

2 Surat Izin Penelitian 61


3 Surat Keterangan Selesai Penelitian 62
4 Master Data 63
5 Output 72

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISTILAH

ASEM Asia-Europe Meeting


ASTEK Asuransi Sosial Tenaga Kerja
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BUMN Badan Usaha Milik Negara
DISNAKER Dinas Tenagakerja
HSE Health and Safety Executive
ILO International Labour Organization
ISP Inalum Smelthing Plant
JAMSOSTEK Jaminan Sosial Tenaga Kerja
JHT Jaminan Hari Tua
JKK Jaminan Kecelakaan Kerja
JKM Jaminan Kematian
JPK Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
OSH Occupational Safety and Health
P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
PMP Peraturan Mentri Perburuan
PP Peraturan Pemerintah
PT Perseroan Terbatas
SOP Standart Operasional Prosedure
UU Undang-Undang
YDJS Yayasan Dana Jaminan Sosial

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Herawati Purba berumur 22 tahun, dilahirkan di Lubuk

Batu Tinggal 24 April 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak kedua dari

lima bersaudara dari pasangan Bapak Erdinson Purba dan Ibu Nur Cahaya Sinaga.

Pendidikan formal dimulai di SD Negeri 017 Lubuk Batu Tinggal tahun

2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Pematang Raya tahun

2009-2011, sekolah menengah atas di SMA Swasta Eria Medan tahun 2012-2014,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2018

Herawati Purba

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia banyak industri-industri kecil dan menengah yang diantaranya

tumbuh adalah industri logam. Industri-industri kecil dan menengah di bidang

logam cukup banyak jumlahnya, tetapi cara pengelolaan industri ini pada

umumnya masih dikerjakan secara tradisional dengan keterbatasan kemampuan di

bidang teknik pengecoran logam. Hal tersebut memerlukan pengerahan tenaga

secara intensif pula dari para pekerja. Kurangnya keterampilan dan perilaku para

pekerja yang kurang perhatian akan bahaya pekerjaan merupakan akibat dari

sebab terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan

dan keselamatan kerja (Damanik, 2015).

Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

pada pasal 12 ayat 3 menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan memenuhi dan

mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan

perusahaan. Hal ini ditujukan untuk meniadakan kecelakaan di tempat kerja yang

disebut dengan Zero Accident. Setiap perusahaan harus terus menerus untuk

mencapai Zero Accident sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit

akibat kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan

dengan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian

pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat Kerja (Buntaro,

2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Menurut Permenaker Tahun 1998 dalam pasal 2 dan 3 tentang Tata cara

pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan kerja dengan formulir laporan kecelakaan

yang didalamnya terdapat poin tentang sumber kecelakaan, type kecelakaan,

penyebab kecelakaan. Angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi

dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa. Dirjen Pembinaan Pengawas

Ketenagakerjaan Kemnakertrans Muji Handaya mengatakan "Pada 2010,

kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.000 kasus. Dimana 1.200

kasus di antaranya, mengakibatkan pekerja meninggal dunia dalam hasil

Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National Occupational

Safety and Health (OSH) Strategis. Angka kecelakaan kerja tersebut, rata-rata ada

tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari. Apabila dibanding dengan negara

di Eropa, seperti Denmark dan Jerman, kasus kecelakaan kerja lebih banyak, yaitu

100.000 kasus, namun pekerja yang meninggal dunia hanya tercatat 500 orang.

Muji mengatakan, sebagian besar kecelakaan kerja di Indonesia justru tidak

dialami oleh pekerja di tempat kerja, melainkan terjadi di jalan raya saat pekerja

tersebut berangkat atau pulang kerja. "Sekitar 60 persen pekerja justru mengalami

kecelakaan kerja akibat kecelakaan lalu lintas, selebihnya diakibatkan penyebab

lain seperti ditempat kerja (Djumena, 2011).

Data Jamsostek, 2010 bahwa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi

memang masih tinggi, dimana pada tahun 2003 terjadi kecelakaan sebanyak

105.846 kasus, tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus, tahun 2005 sebanyak 96.081

kasus dan pada tahun 2006 terjadi kecelakaan sebanyak 70.069 kasus kecelakaan

kerja. Sepanjang tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus; tahun 2008 sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

94.736 kasus; tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus; tahun 2010 sebanyak 98.711

orang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pada tahun 2011, kecelakaan kerja

yang terjadi di seluruh indonesia mencapai 99.491 kasus dengan orang meninggal

sebanyak 2.144 orang dan mengalami cacat sebanyak 422 orang. Angka tersebut

tentunya masih sangat fantastis dan dapat dijadikan tolak ukur pencapain kinerja

K3 (Tarwaka, 2014).

Data BPJS Ketenagakerjaan, kasus kecelakaan kerja peserta Program

Jaminan Kecelakaan Kerja pada semester 1 tahun 2015 berjumlah 50.089 kasus,

yang menurun jika dibandingkan denga tahun sebelumnya mencapai 53.319

kasus. Penurunan kasus kecelakaan kerja dapat terjadi karena BPJS

Ketenagakerjaan turut aktif dalam mengadakan safety training untuk para pekerja,

khususnya untuk pekerja dengan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Namun,

peningkatan terjadi di Program Jaminan kematian dari 10.351 kasus pada 30 Juni

2014 menjadi 11.046 kasus pada 30 Juni 2015. Peningkatan kasus kematian

dikarenakan semakin banyak pekerja yang memasuki usia tua. Kecelakaan kerja

dapat terjadi di kegiatan aktivitas formal dan informal, data BPJS

Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 98.100 ribu kasus setiap tahunya terjadi di

indonesia denga jumlah angkatan kerja 121 juta orang. Dimana dari 98 ribu

tercatat 2.400 meninggal dunia, belum termasuk cacat tetap diantaranya cacat

anatomis dan cacat fungsi sebanyak 40%. Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat

merupakan fenomena gunung es, dimana adanya kemungkinan di lapangan

menunjukan tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi namun tidak tercatat

(BPJS, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Menurut Purnama yang dikutip oleh Fahlevi (2014) Jepang dan AS

melaporkan lebih dari 2 juta kecelakaan akibat pekerjaan setiap tahunnya.

Sedangkan perancis, Republik Federal Jerman dan Italia melaporkan lebih dari

sejuta kecelakan kerja setiap tahunya. Biro statistik buruh (bureau of labour

Statistic), menyatakan 5703 kecelakan fatal atau 3,9% pekerja dari tahun 2007.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardila dkk (2014) Kasus kecelakaan kerja

yang terjadi di inalum Smelthing Plant (ISP) PT Inalum Kuala Tanjung

disebabkan oleh tindakan tidak aman yaitu bekerja denga posisi atau sikap tubuh

tidak aman dan bekerja tidak mematuhi prosedur kerja dan ada juga yang

disebabkan oleh kondisi tidak aman yaitu peralatan yang tidak baik. Jenis

kecelakaan terjatuh atau terpeleset dan tertusuk merupakan jenis kecelakaan yang

lebih sering terjadi dibandingkan dengan tertumbuk/terkena benda dan kontak

dengan bahan berbahaya.

Berdasarkan penelitian Yanti yang dikutip oleh Pertiwi (2016), 98% dari

69 pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja, diantaranya terjatuh, terjepit dan

terkena benda tajam. Perilaku manusia menjadi faktor terjadinya kecelakaan kerja

dengan 55,1% berpengetahuan rendah; 46,4% memiliki sikap negatif; dan 68%

memiliki tindakan tidak baik. Perilaku keselamatan dalam bekerja berhubungan

langsung dengan perilaku karyawan demi mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Pelebura besi di PT Gunung

Garuda Kabupaten Bekasi menyebabkan terjadinya letupan percikan besi seberat

50 ton yang dimasak didalam kuali mengenai tubuh 12 karyawan. Satu karyawan

mengalami luka bakar sekitar 72%, empat korban lainya mengalami luka bakar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

sekitar 40% dan tujuh karyawan lainya mengalami luka ringan dan melakukan

pengobatan rawat jalan. Menurut ketua Bidang Advokasi PT Gunung Garuda,

Sarino kurangnya kualitas penunjang keamanan dan keselamatan atau K3 yang

diberikan oleh perusahaan kepada para pekerjanya dan pengawasan dari Dinas

Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bekasi yang tidak maksimal dan seolah-

olah tutup mata dengan beragam peristiwa yang berkaitan dengan permasalahan

K3 (Niman, 2015).

Penelitian dari Kulkarni (2007) tentang Surveilans cedera kerja studi di

industri peleburan logam di India dimana distribusi statistik kecelakaan pekerja

dengan tingkat kecelakaan dari 85,8 hingga 40,7 per seribu pekerja dari tahun

2000 hingga 2003, di tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 59,1 persen ini

dilihat dari distribusi statistik kecelakaan pekerja selama periode lima tahun

dimana sering terjadinya pada pekerja yang mendapat shift malam dan kurangnya

pengetahuan pekerja akan pentingnya K3 ditempat kerja.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan, terdapat 5 Perusahaan peleburan

logam yang merupakan peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan. Merupakan

jenis perusahaan yang mendaftarkan pekerjanya berdasarkan peserta penerima

upah dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja dengan tingkat resiko sedang

tergolong dalam kelompok usaha pabrik pengecoran besi dan pembuatan baja

yaitu dengan membayarkan iuran sebesar 0,89% dari upah sebulan. Perusahaan

Peleburan Logam yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan

merupakan industri yang bergerak dibidang industri penghasil besi ulir, besi

beton, dan besi nako. Pada proses peleburan besi baja terdapat tiga tahapan kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

yaitu tahap awal pada bidang kerja dapur besar, besi baja tua (scrap) dimasukkan

ke dalam tanur (dapur) untuk dilebur selama ± 90 menit dan mendapat suhu panas

1700 0C dan pencampuran bahan kimia berupa karbon, magnesium, mangan, dan

fosfor agar leburan besi baja memenuhi unsur kadar besinya, kemudian dituang ke

kuali. Tahapan selanjutnya, pada bidang kerja dapur kecil leburan besi baja yang

sudah ditampung di kuali dibawa ke dapur kecil untuk diolah sesuai kebutuhan

dan sebelum diolah dilakukan pemeriksaan kadar besinya, apabila belum

memenuhi maka pencampuran bahan kimia dilakukan sampai memenuhi unsur

kadar besinya. Tahapan terakhir yaitu leburan besi baja yang sudah memenuhi

unsur kadar besinya dibawa ke bidang kerja CCM (percetakan/pengecoran) untuk

dijadikan billet atau besi tongkat.

Berdasarkan penelitian terdahulu bahwasanya masih tingginya kasus

kecelakaan kerja khususnya peleburan logam, salah satunya di India yaitu sebesar

59,1 persen dan di Indonesia khususnya kota Medan sebesar 236 kasus pada

tahun 2016 dan 259 kasus pada tahun 2017. Berdasarkan hal ini maka peneliti

ingin menganalisis kecelakaan kerja khususnya perusahaan peleburan logam

peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah gambaran kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan

logam yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di kota Medan tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk

menganalis kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan logam peserta BPJS

Ketenagakerjaan di kota Medan tahun 2017.

Tujuan khusus. Antara lain adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik Pekerja (Umur dan Jenis Kelamin) dari data

kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan logam peserta BPJS

Ketenagakerjaan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui tempat kejadian kecelakaan kerja pada perusahaan

peleburan logam peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan.

3. Untuk mengetahui waktu terjadinya kecelakaan Kerja pada perusahaan

peleburan logam peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan.

4. Untuk mengetahui Tindakan Bahaya Penyebab kecelakaan Kerja pada

perusahaan peleburan logam peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan.

5. Untuk mengetahui kondisi kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan logam

yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

6. Untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan

peleburan logam yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

7. Untuk mengetahui sumber kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan logam

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

8. Untuk mengetahui bulan terjadinya kecelakaan kerja pada perusahaan

peleburan logam peserta BPJS Ketenagakerjaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan logam serta

menjadi bahan kajian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Pemilik Perusahaan Peleburan Logam

Sebagai bahan masukan bagi pemimpin peleburan logam dalam menentukan

langkah-langkah dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Bagi Peniliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalamn peneliti dalam menganalisa

permasalahan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja.

c. Bagi BPJS Ketenagakerjaan

Menjadi bahan masukan dalam pengembangan program terutama bagian

K3.

d. Bagi Akademik

Menjadi bahan masukan dalam pengkajian dan pengembangan kurikulum

terutama peminatan K3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Kecelakaan Kerja

Defenisi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah suatau kejadian yang

tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan

kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi

didalam suatu proses kerja industri atau berkaitan denganya (Tarwaka,2014).

Selain itu menurut Suma’mur (2009), kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang

berhubungan dengan kegiatan pada perusahaan yang berarti bahwa kecelakaan

yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan dan pada waktu melakukan pekerjaan

serta kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja.

Permenaker No.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan

kecelakaan, disebutkan bahwa kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Pengertian kecelakaan kerja yang tercantum dalam petunjuk teknis

penyelesaian jaminan kecelakaan kerja PT. Jamsostek Persero (Jamsostek, 2008)

adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk

penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang

terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke

rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan industri adalah

kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, karena untuk sampai pada

kecelakaan akibat kerja harus melalui prosedur investigasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Teori kecelakaan kerja. Menurut Buntarto (2015) beberapa teori

mengenai penyebab kecelakaan kerja telah dikemukakan oleh para ahli, antara

lain sebagai berikut;

1. Teori domino heinrich.

Menurut teori domino effect H.W Heinrich, kecelakaan terjadi melalui

hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan

kerja saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja serta

beberapa kerugian lainya. Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja,

antara lain: penyebab langsung kecelakaan kerja dan penyebab tidak langsung

kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaann kerja. Termasuk dalam

faktor penyebab langsung kecelakaan ialah kondisi tidak aman/bahaya (unsafe

condition) dan tindakan tidak aman (unsafe action). Faktor penyebab tidak

langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Faktor

pekerjaan meliputi pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak

sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada

upaya pengendalian di dalamnya, bebean kerja yang tidak sesuai. Faktor

pribadi antara lain: mental/kepribadian tenaga kerja tidak sesuai dengan

pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai. Faktor penyebab dasar

kecelakaan kerja antara lain lemahnhya manajemen dan pengendaliannya,

kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya

komitmen. Menurut teori efek domino H.W Heinrich penyebab kasus

kecelakaan kerja adalaah berasal dari faktor kelalaian manusia. Sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

10% lainya adalah dari faktor ketidaklayakan properti/aset/barang dan 2%

fakor lain-lain.

2. Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari

satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan,

kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab

terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.

3. Teori Gordon

Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara

korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang

kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah

satu dari faktor-faktor yang terlibat. Untuk lebih memahami mengenai

penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan,

dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.

4. Teori Reason

Reason menggambarkan kecelakan kerja terjadi akibat kurang terampilnya

pekerjaan dalam menggunakan alat ini dapat ditingkatkan dengan pelatihan-

pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.

5. Teori Frank E. Bird Petersen

Bird mengadakan modifikasi dengan teori domino (Heinrich) dengan

menggunakan teori manajemen, yaitu manajemen kurang kontrol, sumber

penyebab utama, gejala penyebab langsung (praktik dibawah standar), kontak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

peristiwa (kondisi dibawah standar), dan kerugian gangguan (tubuh maupun

harta benda).

Analisa sebab dan akibat kecelakaan. Adapun menurut Sucipto (2015),

80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian (unsafe human acts) dan kesalahan

manusia (human error). Kecelakaan dan kesalahan manusia tersebut meliputi

faktor usia, jenis kelamin, pengalaman kerja dan pendidikan. Kesalahan akan

meningkat ketika pekerja mengalami stress pada beban pekerjaan yang tidak

normal atau ketika kapasitas kerja menurun akibat kelelahan.

Ada tiga penyebaba utama kecelakaan kerja yaitu :

1. Peralatan kerja dan perlengkapanya.

2. Tidak tersedianya alat pengaman dan pelindung bagi tenaga kerja.

3. Keadaan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan

faktor kimia yang tidak sesuai denga persyaratan yang tidak diperkenankan.

4. Pekerja kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang cara kerja dan

keselamatan kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang kurang baik.

Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah dengan mengurangi faktor

bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan demikian akar

penyebabnya dapat diisolasi dan dapat menentukan langkah untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kembali. Akar penyebab kecelakaan dapat dibagi menjadi 2

kelompok :

1. Immediate Causes

kelompok ini terdiri dari dua faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

a. Unsafe acts (pekerjaan yang tidak aman) misalnya penggunaan alat

pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja yang

kurang baik, penggunaan peralatan yang tidak aman, melakukan gerakan

berbahaya.

b. Unsafe condition (lingkungan yang tidak aman) misalnya tidak tersedianya

perlengkapan safety yang tidak efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan

berantakan, pakaian yang tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia

dilingkungan kerja tidak memenuhi syarat.

2. Contributing Causes

a. Safety manajemen system, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak taat

pada peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada sosialisasi

tentang keselamatan kerja, faktor bahaya tidak terpantau, tidak tersedianya

alat pengaman dan lain-lain.

b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan kerja

kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian

terhadap keselamatan kurang, emosi tidak stabil, pemarahdan lain-lain.

c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak memenuhi

syarat, tuli, mata rabun dan lain-lain.

Sebab-sebab kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja secara umum

dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Sebab dasar/asal mula merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara

umum terhadap kejadian kecelakaan, misalnya ketidak harmonisan dalam

bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2. Sebab utama disebabkan adanya faktor dan persyaratan yang belum

dilaksanakan. Sebab utama dibagi atas :

a. Kondisi tidak aman (unsafe condition) yaitu kondisi tidak aman dari :

mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan, proses,sifat pekerjaan dan

cara kerja.

b. Tindakan tidak aman (unsafe action) yaitu perbuatan berbahaya dari

manusia, yang dalam beberapa hal dapat dilatar-belakangi antara lain oleh

faktor-faktor kurangnya pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang

tidak ketara, keletihan dan kelesuhan, sikap dan tingkah laku yang tidak

aman, kebingungan dan stres, sikap masa bodoh dan kurang adanya

kepuasan kerja.

Sedangkan menurut Syahrizal (2014) yang mengutip pendapat Benny dan

Achmadi, sebab kecelakaan kerja mengelompokkanya sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan Kerja (Work Environment)

a. Faktor Kimia disebabkan oleh bahan baku produksii, proses produksi dan

hasil produksi suatau kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat

digolongkan kepada benda-benda mudah terbakar, mudah meledak dan

lainya.

b. Faktor Fisik, misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun

di dalam ruangan, panas kebisingan dan lainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

c. Faktor Biologi dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang

dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan

produksi, dapat juga berupa binatang-binatang penggangu lainya pada saat

berada di lapangan atau kebun.

d. Faktor Ergonomi pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah

sesuai dengan keselamatn kerja sehingga pekerja dapat merasakan

kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai

perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan

peralatan.

e. Faktor Psikologis perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama

pekerja dalam lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahaan.

2. Faktor Pekerjaan

a. Jam kerja adalah jam kerja waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan

lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat

mengurangi kecelakaan kerja.

b. Pergeseran Waktu dari pagi, siang dan malam dapat dipengaruhi terjadinya

peningkatan kecelakaan akibat kerja.

3. Faktor Pekerja (human factor)

a. Umur Pekerja seperti penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan

bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan

akibat kerja. Ternyata golongna umur muda mempunyai kecenderungan

untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, kerena

mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

tertentu sering merupakan golongan perkerja dengan kasus kecelakaan kerja

tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh kerena kecerobohan atau kelalaian

mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.

b. Pengalaman bekerja sangant ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja.

Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam

bekerja. Pengalan bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.

Pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai

resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan

besarnya kemungkinaan terjadinya kecelakaan kerja.

c. Tingkat pendidikan dan keterampilan seseorang mempengaruhi cara

berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima

latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara

pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

d. Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini

didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengruhi pengalaman

kerjanya.

e. Kelelahan dapat mengakibatan kecelakaan kerja atau turunya produktifitas

kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologi maupun psikologis

dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan

fisiologis dalam tubuh. Kelelahan berakibat menurunya kemampuan kerja

dan kemampuan tubuh para pekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.

Menurut Sucipto (2014) kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh dua

faktor, yaitu :

1. Faktor Manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa

kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil

keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan

kecelakaan, ketidak cocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang

disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu

berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak

mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk

mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan.

Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat

pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak.

Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor

keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari

pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada

rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada

tempatnya, lantai yanng kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna

sehingga ruang kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehinggan

orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya

ruang gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Klasifikasi kecelakaan kerja. Menurut International Labour

Organization (ILO) dalam Buntarto (2015), kecelakaan akibat kerja ini

diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan yaitu:

1. Menurut jenis kecelakaan, seperti terjatuh, tertimpa benda, tertumbuk atau

terkena benda-benda, terjepit eleh benda, gerakan-gerakan melebihi

kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, dan sebagainya

2. Menurut Penyebab, seperti akibat dari mesin, bahan-bahan/zat-zat berbahaya

dan lingkungan kerja

3. Menurut sifat luka atau kelainan, seperti patah tulang, dislokasi (keseleo),

regang oto (urat), memar dan luka dalam yang lain, amputasi, luka di

permukaan, luka bakar, dan sebagainya.

4. Menurut letak kelainan atau luka di tubuh, misalnya kepala, leher, perut, dan

sebagainya.

Kerugian akibat kecelakaan kerja. Menurut Tarwaka (2014) setiap

kecelakaan adalah malapetaka, kerugian dan kerusakan kepada manusia, harta

benda atau properti dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan denga

kecelakaan sekurang-kurangnya berupa gangguan kinerja perusahaan dan

penurunan keuntungan perusahaan. Pada umunya kerugian akibat kecelakaan

kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja

perusahaan. Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat

dikelompokkan menjadi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

1. Kerugian/biaya langsung (Direct Coasts): yaitu suatu kerugian yang dapat

dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai denga tahap

rehabilitasi, seperti:

a. Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya.

b. Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan.

c. Biaya pengobatan dan perawatan.

d. Biaya angkut dan biaya rumah sakit.

e. Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan.

f. Upah selama tidak mampu bekerja.

g. Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dan lain-lain.

2. Kerugian/biaya tidak langsung atau terselubung (Indirect Coast); yaitu

merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang

tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakan,

biaya tidak langsung ini antara lain mencakup :

a. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan.

b. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa

simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan

pada korban, mengantar ke rumah sakit dan lain-lain.

c. Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target,

kehilangan bonus, dan lain-lain.

d. Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainya.

e. Biaya penyelidikan dan sosial lainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Dilain pihak, menurut tarwaka (2014) yang mengutip pendapat Bird and

Germain, membedakan jenis-jenis kerugian yang disebabkan karena kecelakaan

kerja secara lebih detail yaitu :

1. Waktu kerja hilang dari korban yaitu waktu produktif hilang oleh karena

pekerja mengalami cedera dan tidak dapat diganti dengan kompensasi atau

asuransi.

2. Waktu kerja hilang dari teman-teman korban yaitu waktu kerja hilang oleh

teman korban yang ada ditempat kejadian, membantu memberi perolongan

pada korban, waktu kerja hilang karena simpati atau rasa keingintahuan, dan

gangguan pekerjaan pada saat kejadian dan membicarakan kasus yang terjadi,

saling bercerita mengenai kejadian yang serupa, kasak-kusuk mengenai

kejadian kecelakaan.

3. Waktu kerja hilang dari supervisor yaitu waktu kerja hilang dari supervisor

untuk membantu dan memberi pertolongan korbann, investigasi penyebab

kecelakaan, seperti; investigasi awal, tindak lanjut, penelitian untuk upaya

pencegahan.

4. Kerugian umum yaitu waktu produktif hilang akibat kesedihan, shock, trauma,

proses kerja menjadi lambat

5. Kerugian properti yaitu biaya pengeluaran untuk emergensi, biaya untuk

penyelamatan dan pergantian peralatan dan material, biaya untuk perbaikan

material dan peralatan, biaya untuk waktu perbaikan dan pemindahan peralatan

menyebabkan penurunan produktivitas dan penurunan jadwal pemeliharaan

peralatan lainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja. Untuk mencegah

kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikanya “keselamatan kerja”.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan,

tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam melakukan pekerjaan yang

bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah

maupun rohaniah manusia, serta hasil karya budayanya tertuju pada kesejahteraan

masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya.Kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikuit : peraturan perundangan, yaitu

ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umunya,

perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasaan, pengujian

dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,

supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan (Sucipto, 2015).

1. Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan:

a. Pengamatan resiko ditempat kerja merupakan basis informasi yang

berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi di

tempat kerja.

Ada 2 (dua) tipe data untuk mengamati resiko bahaya di tempat kerja :

1) Pengukuran resiko kecelakaa, yaitu mengkalkulasi frekuensi kecelakaan

dan mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi sehingga dapat

mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian fatal pada setiap pekerja.

2) Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber pencemaran,

faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakaan dan

kecelakaan yang terjadi. Misalnya bekerja di ketinggian dengan resiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

terjatuh dan luka yang di derita pekerja atau bekerja di pemotongan

denga resio terpotong karena kontak dengan benda tajam dan lain-lain.

b. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja yaitu standar Operasional

Prosedur adalah pedoman kerja yanng harus dipatuhi dan dilakukan denga

benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan

yanng tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi,

kerusakaan peralatan dan kecelakaan.

2. Pengendalian faktor bahaya ditempat kerja yaitu sumber pencemaraan dan

faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan oleh proses produksi yang ada,

teknik/metode yang dipakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang

digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka

dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat mengurangi resiko

bahaya kecelakaan.

Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :

a. Eliminasi dan Subtitusi, yaitu mengurangi pencemaraan atau resiko bahaya

yang terjadi akibat proses produksi, mengganti bahan berbahaya yang

digunakan dalam proses produksi dengan bahan yang kurang berbahaya.

b. Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja denga faktor bahaya yang

ada di tempat kerja, membuat peredam untuk menisolasi mesin supaya

tingkat kebisingannya berjurang, memasang pagar pengaman mesin supaya

tingkat kebisingannya berkurang, memasang pagar pengaman mesin agar

pekerja tidak kontak langsung denga mesin, pemasangan ventilasi dan lain-

lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

c. Administrarive Control, yaitu pengaturan secara administrative untuk

melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai dengan

kemampuan dan keahliaanya, pengaturan shift kerja, penyedian alat

pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

d. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja yaitu

tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus

dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu

memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja tentang pentingnya

pelaksanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas kerja agar mereka

dapat melaksanakaan budaya keselamatan kerja di tempat kerja.

Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan memberi

pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada awal bekerja dan secara

berkala untuk penyegaraan dan peningkatan wawasan, pelatihan ini dapat

membantu tenaga kerja untuk melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya

yang ada ditempat kerjanya.

e. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja yaitu banyak

sekali faktor bahya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi tertentu

tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahya yang ada

di tempat kerja, untuk menghindari terjadinya kecelakaan maka perlu

dipasang rambu-rambu peringatan berupa papan peringatan, poster, batas

area aman dan lain sebagainya.

Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk

menanggulangi kecelakaan yang terjadi ditempat kerja yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

1. Penyediaan P3K yaitu peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan

yang mungkin terjadi di tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi korban

menjadi lebih parah apabila terjadi kecelakaan, peralatan tersebut harus

tersedia di tempat kerja dan mudah dijangkau, petugas yang bertanggung jawab

melaksanakan P3K harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan

ditempat kerja.

2. Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat

Kecelakaan kerja yang terjadi ditempat kerja terkadang tanpa kita sadari

seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan

iritasi pada kulit/ mata atau terjadinya kebakaran, untuk menanggulangi

keadaan tersebut perencanaan dan penyediaan peralatan/perlengkapan tanggap

darurat ditempat kerja sangat diperlukan seperti pemadam kebakaran, hidran,

peralatan emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup,

semua peralatan ini harus mudah dijangkau.

Selain itu penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilihat dari faktor

berikut :

a. Penelitian resiko (risk evolution) merupakan suatu proses untuk menentukan

pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan ataupun penyakit akibat

kerja yang ditimbulkan oleh lingkunga kerja ataupun pekerjaan.

b. Pelaksanaa Risk evolution meliputi : studi pengembangan, resiko dalam

operasi, perubahan dalam organisasi/ karyawan, kebersihan dan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

c. Analisis potensi-potensi bahaya yaitu sumber bahaya yang teridentifikasi

harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, untuk

selanjutnya dilakukan tindakan pengendalian terhadap potensi bahaya

tersebut.

d. standar-standar dan prosedur operasi (SOP) yaitu harus menetapkan dan

memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi pemahaman peraturan

perundangan dan persyaratan lainya berkaitan dengan keselamatan dan

kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan perusahaan/perkantoran yang

bersangkutan.

3. Bentuk aktifitas

a. Inspeksi dan tindakan lanjutannya

Tujuannya untuk menemukan secara dini segala yang bisa membahayakan

karyawan, proses dan lingkungan.

Inspeksi dilakukan untuk mengobservasi potensi-potensi bahaya yang ada yaitu :

1) Potensi bahaya fisik meliputi getaran, pencahayaan, bising, radiasi,

suhu/iklim kerja.

2) Potensi bahaya kimia meliputi pelarut, asbestos, silica, mineral oil,

mercuri.

3) Potensi bahaya biologi meliputi debu organik, jamur, serangga,

protozoa, bakteri,

4) Potensi bahaya ergonomis meliputi desain lokasu kerja yang buruk, tata

ruang kerja yang buruk, ketidak serasian jam kerja dan istirahat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

5) Pelatihan-pelatihan yaitu pelaksanaan pelatihan mencakup persyaratan

dan HSE yang telah dilaksanakan, dan rencana pelatihan ditetapkan

setiap tahun.

Dari uraian beberapa pakar diatas bahawa kecelakaan kerja dapat dicegah,

pada intinya perlu memperhatikan 4 faktor yakni :

1. Lingkungan

2. Manusia

3. Peralatan

4. Bahaya (hal-hal yang membahayakan)

Peleburan Logam

Peleburan logam merupakan aspek terpenting dalam operasi-operasi

pengecoran karena berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses

peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur-unsur paduan dan

material lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk terak dimasukkan kedalam

tungku. Fluks adalah senyawa inorganic yang dapat “membersihkan” logam cair

dengan menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor

(impurities).Fluks memiliki beberpa kegunaan yang tergantung pada logam yang

dicairkan, seperti pada paduan alumunium terdapat cover fluxes (yang

menghalangi oksidasi dipermukaan alumunium cair),.Cleaning fluxes, drossing

fluxes, refining fluxes, dan wall cleaning fluxes (Akuan, 2010)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Tungku-tungku peleburan yang biasa digunakan dalam industri

pengecoran logam adalah tungku busur listrik, tungku induksi, tungku krusibel,

dan tungku kupola. Karakteristik masing-masing tungku peleburan adalah

Tungku busur listrik. Laju peleburan tinggi laju produksi tinggi, polusi

lebih rendah dibandingkan tungku-tungku lain, memiliki kemampuan menahan

logam cair pada temperatur tertentu untuk jangka waktu lama untuk tujuan

pemaduan.

Tungku induksi. Digunakan pada industri pengecoran kecil, mampu

mengatur komposisi kimia pada skala peleburan kecil, terdapat dua jenis tungku

yaitu Coreless (frekuensi tinggi) dan core atau channel(frekuensi rendah, sekitar

60 Hz), biasanya digunakan pada industri pengecoran logam-logam non-ferro,

Secara khusus dapat digunakan untuk keperluan superheating (memanaskan

logam cair diatas temperatur cair normal untuk memperbaiki mampu alir),

penahanan temperatur (menjaga logam cair pada temperatur konstan untuk jangka

waktu lama, sehingga sangat cocok untuk aplikasi proses die-casting),

dan duplexing/tungku parallel (menggunakan dua tungku seperti pada operasi

pencairan logam dalam satu tungku dan memindahkannya ke tungku lain).

Tungku krusibel. Telah digunakan secara luas disepanjang sejarah

peleburan logam. Proses pemanasan dibantu oleh pemakaian berbagai jenis bahan

bakar, tungku ini bias dalam keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-

pindahkan dan dapat diaplikasikan pada logam-logam ferro dan non-ferro

Tungku kupola. Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana

baja vertical yang didalamnya terdapat susunan bata tahan api, muatan terdiri dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks. Kupola dapat beroperasi secara

kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah besar dan laju peleburan tinggi.

Muatan Kupola antara lain:

1. Besi kasar (20 % - 30 %)

2. Skrap baja (30 % - 40 %)

Kadar karbon dan siliko yang rendah adalah menguntungkan untuk

mendapat coran dengan prosentase Carbon dan Si yang terbatas. Untuk besi cor

kekuatan tinggi ditambahkan dalam jumlah yang banyak.

3. Skrap balik

Skrap balik adalah coran yang cacat, bekas penambah, saluran turun,

saluran masuk atau skrap balik yang dibeli dari pabrik pengecoran.

4. Paduan besi

Paduan besi seperti Fe-Si, Fe-Mn ditambahkan untuk mengatur

komposisi.Prosentase karbon berkurang karena oksidasi logam cair dalam

cerobong dan pengarbonan yang disebabkan oleh reaksi antar logam cair

dengan kokas.Prosentase karbon terutama diatur oleh perbandingan besi kasar

dan skrap baja.Tambahan harus dimasukkan dalam perhitungan untuk

mengimbangi kehilangan pada saat peleburan. Penambahan dimasukkan 10

sampai 20 % untuk Si dan 15 sampai 30 % untuk Mn. Prosentase

steel bertambah karena pengambilan steel dari kokas. Peningkatan kadar

belerang (steel) yang diperbolehkan biasanya 0,1 %.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

BPJS Ketenagakerjaan

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung

jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara.

Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program

jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang

didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang

panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja,

Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang

pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP

No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang

pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU

No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses

lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami

kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk

perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu

tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33

tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK),

yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk

mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan

wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya

adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

(JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek

sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek

memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga

kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus

penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya

penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.Selanjutnya pada akhir tahun 2004,

Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD

1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: “Negara

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja

sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun

produktivitas kerja.

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan

kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan

perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus

berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.Tahun 2011,

ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT

Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan

Pensiun mulai 1 Juli 2015.Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab

tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh

lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang

langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.Kini dengan sistem

penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya

memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan

kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Jaminan kecelakaan kerja. Memberikan perlindungan atas risiko-risiko

kecelakaaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi

dalam perjalanan dari rumah menuju tempat. Manfaat yaitu Perlindungan atas

risiko Kecelakaan Kerja mulai dari perjalanan pergi, pulang, dan ditempat bekerja,

serta perjalanan dinas, Perawatan tanpa batas biaya sesuai kebutuhan medis,

Santunan upah selama tidak bekerja (6 bulan pertama 100%, 6 bulan kedua 75%,

seterusnya hingga sembuh 50%), Santunan Kematian akibat kecelakaan kerja

sebesar 48x upah yang dilaporkan oleh perusahaan (pemberi kerja) atau peserta,

Bantuan Beasiswa untuk 1 orang anak Beasiswa pendidikan bagi satu orang anak

dari peserta yang meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap akibat

kecelakaan kerja sebesar Rp12 juta, Bantuan untuk kesiapan kembali bekerja

Pendampingan kepada peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

akibat kerja, mulai dari peserta masuk perawatan di rumah sakit sampai peserta

tersebut dapat kembali bekerja.

Kerangka Konsep

Karakteristik Pekerja (umur


dan jenis Kelamin

Tempat Kejadian
Kecelakaan Kerja

Waktu Terjadinya
Kecelakaan Kerja

Tindakan Bahaya
Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan Kerja
Kerja

Kondisi Kecelakaan Kerja

Corak Kecelakaan Kerja

Sumber Kecelakaan Kerja

Bulan Terjadinya
Kecelakaan Kerja

Gambar 2. Kerangka konsep analisis kecelakaan kerja pada peleburan logam


peserta BPJS Ketenagakerjaan kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitianini bersifat deskriptif, bertujuan untuk mendapatkan bagaiman

gambaran kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan peleburan logam yang

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan tahun 2017.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Lokasi penelitian di BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan.

Waktu. Waktu penelitianya dimulai pada April sampai Agustus.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kasus kecelakaan

kerja yang terjadi di perusahaan peleburan logam peserta BPJS ketenagakerjaan di

kota Medan tahun 2017 sebesar 184 kasus kecelakaan.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan data kecelakaan

kerja Perusahaan Peleburan Logam yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

Cabang Kota Medan Tahun 2017 yang terdiri dari 5 perusahaan dan terdapat 184

kasus pelaporan kecelakaan kerja.

Variabel dan Definisi Operasional

1. Jenis Kelamin adalah tipe seks tenaga kerja yang mendapat kecelakaan kerja

yang dinyatakan laki-laki dan perempuan

2. Umur adalah adalah usia tenaga kerja yang dihitung berdasarkan ulang tahun

terakhir pada saat penelitian dilakukan.

3. Tempat Kejadian Kecelakaan Kerja adalah lokasi terjadinya kecelakaan yaitu

didalam lokasi kerja, diluar lokasi kerja dan lalu-lintas.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

4. Waktu Terjadinya Kecelakaan Kerja adalah seluruh rangkaian saat ketika

proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsunya kejadian kecelakaan

kerja.

5. Tindakan Bahaya Penyebab Kecelakaan Kerja adalah Perbuatan yang

dilakukan pekerja yang dapat mengancam keselamatan pekerja.

6. Kondisi Kecelakaan Kerja adalah keadaan yang terjadi pada pekerja saat terjadi

kecelakaan kerja.

7. Jenis Kecelakaan adalah corak kejadian yang menyebabkan orang celaka

seperti terjatuh, tertimpa benda, tertumbuk atau terkena benda-benda, terjepit

oleh benda, gerakan-gerakan melebihi kemampuan, pengaruh suhu tinggi,

terkena arus listrik.

8. Sumber Kecelakaan Cedera adalah agen penyebab kecelakaan seperti mesin,

bahan-bahan/zat-zat berbahaya dan lingkungan kerja.

9. Bulan kecelakaan adalah Masa dimana terjadinya peristiwa yang menyebabkan

orang celakan

10. Kecelakaan Kerja adalah kejadian yang menyebabkan orang celaka yang

terjadi pada saat melakukan pekerjaan.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data

pelaporan kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan logam peserta BPJS

Ketenagakerjaan kota Medan tahun 2017. Data yang diambil berdasarkan

kelengkapan pada pengisian formulir laporan kasus kecelakaan kerja tahap I yang

terdiri dari karakteristik pekerja ( jenis kelamin dan umur), tempat kejadian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

kecelakaan kerja, waktu kecelakaan kerja, tindakan penyebab kecelakaan kondisi

yang menimbulkan kecelakaan kerja, jenis kecelakaan kerja, sumber penyebab

cedera kecelakaan kerja.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini tidak ada karena hanya

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data BPJS ketenagakerjaan kota

medan tahun 2017.

Metode Analisis Data

Teknik analisis data secara deskriptif merupakan teknik analisis yang

dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan

data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud membuat

generalisasi dari hasil penelitian. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi yang mana agar data dapat disajikan dengan lengkap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Sejarah BPJS ketenagakerjaan. Penyelenggaraan program jaminan

sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara - untuk

memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan

kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara

berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan

funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih

terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Sejarah terbentuknya PT

Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU

No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri

Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan

untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang

pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan

Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang

Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial

tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan dan

perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun

cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting

dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang

pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan

setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program

ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3

tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui

PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara

Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi

kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan

kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai

pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko

sosial.Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang

itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat

2, yang kini berbunyi: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Manfaat perlindungan tersebut dapat

memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam

meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan

kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan

perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus

berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.Tahun 2011,

ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT

Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero)

yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan

Pensiun mulai 1 Juli 2015.Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab

tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh

lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang

langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.Kini dengan sistem

penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya

memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan

kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Visi dan Misi

Visi. Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia,

terpercaya, bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.

Misi. Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang

memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya

bagi:

1. Tenaga Kerja : Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan

keluarga

2. Pengusaha : Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada

tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

3. Negara : Berperan serta dalam pembangunan

Tren Kecelakaan Kerja

40
35
30
25
Jumlah

20
15
10
5
0

Bulan

Gambar 2. Kasus kecelakaan kerja

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa kasus kecelakaan kerja

yang terjadi setiap bulanya naik- turun. Tidak dapat dikatakan bahwa kecelakaan

kerja yang terjadi apakah turun atau meningkat. Namun berdasarkan diagram

tersebut dapat dilihat bahwa kasus kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi

pada bulan Oktober sebanyak 35 kasus kecelakaan kerja, kasus kecelakaan

terbanyak kedua terjadi pada bulan Agustus sebanyak 28 kasus kecelakaan kerja,

dan kasus kecelakaan kerja terendah terjadi pada bulan Juni sebanyak 0 kasus.

Hasil Penelitian

Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh dari data kecelakaan

kerja pada Perusahaan peleburan Logam peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota

Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Karakteristik tenaga kerja. Karakteristik tenaga kerja dibagi atas dua

yaitu jenis kelamin dan umur.

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kecelakan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah kecelakaan Persen
Laki-laki 184 100,0
Perempuan 0 0

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa frekunsi kecelakaan kerja

terbanyak menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 257 orang atau 99.2%.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Umur
Umur (Tahun) Jumlah kecelakaan Persen
15-19 Tahun 0 0
20-24 Tahun 5 2,7
25-29 Tahun 11 6,6
30-34 Tahun 32 17,4
35-39 Tahun 33 17,9
40-44 Tahun 19 10,3
45-49 Tahun 51 27,7
50-54 Tahun 26 14,1
55-59 Tahun 7 3,8
>60 Tahun 0 0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi kecelakaan kerja

terbanyak menurut umur yaitu 31-40 tahun sebanyak 103 orang atau 39,8%.

Tempat terjadinya kecelakaan kerja. Mengikuti dari data BPJS

ketenagakerjaan Kota Medan Tahun 2017.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Tempat Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Lokasi Kecelakaan Jumlah Kecelakaan Persen
Tempat Kerja 164 89,1
Luar Tempat Kerja 11 6,0
Lalu Lintas 9 4,9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi kecelakaan kerja

terbanyak menurut lokasi kecelakaan yaitu tempat kerja sebanyak 234orang atau

90,3%.

Waktu terjadinya kecelakaan. Pengelompokan waktu terjadinya

kecelakaan mengikuti dari pengelompokan yang didapat dari data BPJS

Ketenagakerjaan Kota Medan Tahun 2017 .

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Waktu Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Waktu Kecelakaan (jam) Jumlah Kecelakaan Persen

06:01-12:00 75 40,8
12:01-18:00 60 32,6
18:01-24:00 38 20,7
00:01-06:00 11 6,0

Berdasarkan tabel diatas frekuensi kecelakaa kerja terbanyak menurut

waktu kecelakaan yaitu pada jam 06:01-12:00 sebanyak 101 kasus atau 39,0%.

Tindakan bahaya penyebab kecelakaan. Data BPJS Ketenagakerjaan.

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Tindakan Bahaya Penyebab
Kecelakaan Kerja
Tindakan Bahaya Penyebab Jumlah Kecelakaan Persen
Kecelakaan
Memakai peralatan yg berbahaya 5 2,7
Lupa menggunakan APD 29 15,8
Posisi saat bekerja tidak aman 50 27,2
Mengalami gangguan perhatian dan 44 23,9
Konsentrasi
Bekerja dengan kecepatan 11 6,0
membahayakan
Bongkar pasang barang/bongkar 27 14,7
muat barang
Bekerja dengan objek/benda berputar 7 3,8
Lalai 11 6,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Berdasarkan tabel diatas frekuensi kecelakaa kerja terbanyak menurut

tindakan bahaya penyebab kecelakaan kerja yaitu pada posisi saat bekerja tidak

aman sebanyak 62 kasus atau 23,9%.

Kondisi yang menimbulkan bahaya dan menjadi pencetus terjadinya

kecelakaan. Menurut data BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan tahun 2017

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Kondisi yang Menimbulkan
Bahaya dan Menjadi Pencetus Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kondisi yang Menyebabkan Jumlah Kecelakaan Persen
Kecelakaan
Pengaman yg tidak sempurna 65 35,3
Adanya kecacatan (disabilitas) 8 4,3
Penerangan yg tidak sempurna 1 5
Suasana kerja yang tidak aman 60 32,6
Getaran yang berbahaya 4 2,2
Perlengkapan yg digunakan tidak 2 1,1
aman
Penggunaan peralatan/bahan yang 10 5,4
tidak tepat
Adanya prosedur/ pengaturan yg 19 10,3
tidak aman
Tekanan udara yang tidak aman 7 3,8
Ada gerakan (perputaran) 8 4,3

Berdasarkan tabel diatas frekuensi kecelakaa kerja terbanyak menurut

kondisi yang menimbulkan bahaya yaitu pada pengaman yang tidak sempurna

sebanyak 87 kasus atau 33,6%.

Corak kecelakaan yang terjadi. Mengikuti data BPJS Ketenagakerjaan

Kota Medan Tahun 2017.

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Corak Kecelakaan yang Terjadi
Corak Kecelakaan yang Terjadi Jumlah Kecelakaan Persen

Terbentur 34 18,5
Tertangkap 34 18,5
Lanjutan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Corak Kecelakaan yang Terjadi Jumlah Kecelakaan Persen

Terpukul 23 12,5
Tergelincir 13 7,1
Terpapar 40 21,7
Jatuh dari ketinggian yg sama 17 9,2
Jatuh dari ketinggian yg berbeda 14 7,6
Penghisapan (penterapan) 6 3,3
Tersengat aliran listrik 3 1,6

Berdasarkan tabel diatas frekuensi kecelakaa kerja terbanyak menurut

corak kecelakaan kerja yaitu Terpapar sebanyak 47 kasus atau 18,1%.

Sumber penyebab cidera. Mengikuti Data BPJS Ketenagakerjaan Kota

Medan tahun 2017

Tabel 8
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Sumber Penyebab Cidera
Sumber Penyebab cidera Jumlah Kecelakaan Persen
Mesin (press, bor, gergaji dll) 62 33,7
Pengangkut/ pengangkat barang 6 3,3
Perkakas pekerjaan tangan 6 3,3
Bahan kimia 10 5,4
Faktor lingkungan 30 16,3
Bahan mudah terbakar dan benda 34 18,5
panas
Debu berbahaya 16 8,7
Binatang 1 ,5
Lift (barang/ orang) 9 4,9
Alat transmisi mekanik 3 1,6
Peralatan listrik 1 ,5
Radiasi dan bahan radioaktif 1 ,5
Permukaan lantai dilingkungan kerja 5 2,7

Berdasarkan tabel diatas frekuensi kecelakaa kerja terbanyak sumber

penyebab cidera yaitu Mesin (press, bor, gergaji dll) sebanyak 87 kasus atau

34,0%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Bulan kecelakaan kerja. Mengikuti data BPJS Ketenagakerjaan Kota

Medan tahun 2017.

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Bulan
Bulan Jumlah Persen
Kecelakaan
Januari 6 3,3
Februari 11 6,0
Maret 13 7,1
April 14 7,6
Mei 4 2,2
Juli 18 9,8
Agustus 28 15,2
September 16 8,7
Oktober 35 19,0
November 17 9,2
Desember 22 12,0

Berdasarkan tabel diatas frekuensi kecelakaa kerja terbanyak menurut

bulan yaitu pada bulan oktober sebanyak 42 kasus atau 9,7%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Keterbatasan Peneliti

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa keterbatasan

antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Formulir laporan analitik JKK-JKM yang menyebabkan terbatasnya

informasi sehingga harus menyesuaikan data yang sudah ada.

2. Terdapat data yang tidak lengkap dalam satu tahun dari formulir laporan

analitik JKK-JKM yaitu pada bulan Juni, dikarenakan Data di bulan tersebut

tidak dapat di akses (error).

Determinan Kecelakaan Kerja

Determinan kecelakaan kerja dalam penelitian ini yaitu Karakteristik

Pekerja (Umur dan Jenis kelamin), Tempat terjadinya kecelakaan kerja, Waktu

terjadinya kecelakaan Kerja, Tindakan bahaya penyebab kecelakaan kerja,

Kondisi yang menimbulkan bahaya, Corak kecelakaan kerja, Sumber penyebab

cidera dan di Bulan terjadinya kecelakaan.

Distribusi kecelakaan kerja karakteristik tenaga kerja( umur dan

jenis kelamin). Pada tabel 1 pada hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang

paling banyak mengalami kecelakaan kerja adalah pekerja yang berjenis kelamin

laki-laki yaitu 184 kasus (99,2%) dibandingkan pekerja berjenis kelamin wanita

yaitu 2 kasus (0,8%). Menurut Sucipto Hal ini terjadi karena di perusahaan

peleburan logam lebih banyak pekerja berjenis kelamin laki-laki dan didukung

dengan kurang berhati-hati dan kurang teliti dalam bekerja dibandingkan dengan

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

pekerja perempuan yang memiliki sikap lebih teliti, hati-hati, dan sabar dalam

bekerja.

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja yang paling banyak

dialami pekerja pada umur 45-49 tahun yaitu sebesar 51 kasus (27,7%), dan

paling sedikit pekerja pada umur 20-24 tahun yaitu 5 kasus (2,7%). Menurut

Sucipto (2014) umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian

kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang

lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan

golongan muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih

tinggi. Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat

kerja , hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Dalam

penelitian ini Kasus terbanyak dialami oleh pekerja yang usianya lebih dari 40

tahun. Karena pekerja yang lebih dari 40 tahu lebih banyak pekerja di perusahaan

peleburan logam darp pada pekerja dibawah 40 tahun sehingga yang mengalami

kecelakaan kerja lebih banyak usia diatas 40 tahun.

Hasil penelitian dari Kurniawan, 2015 tentang studi kasus kecelakaan kerja

pada pekerja pengeboran migas yaitu tidak ada hubungan antara umur pekerja

dengan kejadian kecelakaan kerja karena kecelakaan kerja dapat terjadi pada

golongan umur berapa saja. Artinya kecelakaan kerja yang terjadi tidak

bergantung pada kelompok umur tertentu pada pekerja. Hasil univariat

menunjukan golongan umur muda lebih banyak mengalamin kecelakaan kerja.

Banyaknya alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai

kecenderungan untuk mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

dengan golongan umur yang lebih tua. Kurang perhatian, kurang disiplin,

cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa merupakan beberapa

faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan kerja pada golongan

umur muda.

Distribusi kecelakaan kerja menurut tempat terjadinya kecelakaan

kerja. Pada tabel 3 pada hasil penelitian menurut tempat terjadinya kecelakaan

kerja tertinggi yaitu kecelakaan di tempat kerja sebanyak 164 kasus kecelakaan

kerja (89,1%) dan yang terendah yaitu kecelakaan di lalu lintas sebanyak 9 kasus

kecelakaan kerja (4,2%). Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan kerja yang

kurang mendukung dan faktor kelelahan juga dapat memicu terjadinya kecelakaan

baik diluar tempat kerja maupun didalam tempat kerja. Menurut Handayani

(2011) Kecelakaan di tempat kerja dapat menimpa dan membunuh lebih banyak

korban, baik pada pekerja sektor formal maupun pekerja sektor informal.

Menurut hasi penelitian dari Swaputri (2009) tentang analisis penyebab

kecelakaan kerja studi kasus di PT. Jamu Air Mancur bahwasanya kejadian

kecelakaan dalam tempat kerja diperoleh bahwa kecelakan umumnya terjadi di

waktu setelah jam istirahat datang atau setelah setengah hari kerja. Korban

terbanyak adalah yang mengalami terpeleset saat mencuci piring, gelas dan

membasuh muka. Dalam studi yang diadakan di inggris, ditemukan bahwa puncak

kecelakaan lokal terjadi sebelum waktu istirahat. Walaupun hal ini mungkin

disebabkan oleh faktor kelelahan, tetapi mungkin juga karena pekerja

mempercepat produksi pada saat-saat ini sebagai upaya mengejar target sebelum

istirahat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Distribusi kecelakaan kerja menurut waktu terjadinya kecelakaan

kerja. Pada tabel 4 pada hasil penelitian menurut waktu terjadinya kecelakaan

kerja tertinggi yaitu kecelakaan pada waktu 06:01-12:00 sebanyak 75 kasus

kecelakaan kerja (40,8%) dan yang terendah yaitu pada waktu 00:01-06:00

sebanyak 11 kasus kecelakaan kerja 6,0%). Hal ini disebabkan proses bekerja

yang banyak dilakukan pada jam 06:01-12:00 sehingga kecelakaan kerja

didapatkan pada waktu tersebut .

Menurut beberapa penelitian menemukan bahwa pekerja yang bekerja

pada shift pagi atau memulai pekerjaanya sebelum pukul 7 pagi cenderung

mempunyai waktu tidur yang lebih pendek pada malam harinya dan lebih

merasakan kantuk selama bekerja (Sallinen, 2010). Menurut Suma’mur (2009)

waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi,

efektifitas dan produktivitas kerjanya. Persoalan waktu kerja meliputi: lamanya

seseorang mampu bekerja secara baik, hubungan diantara waktu bekerja dan

istirahat, waktu bekerja sehari menurut periode siang (pagi, siang, sore) dan

malam.

Menurut Fachlevy (2016) hasil dari Penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bengkel mobil jam kerja

bengkel mobil kota kendari adalah 8 jamkerja/hari, namun pada kenyataanya

pekerja bengkel mobil kota kendari terkadang bekerja dalam sehari tidak penuh 8

jam hal ini dikarenakan pola kerja bengkel yang disesuaikan dengan orderan.

Lama kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktifitasnya. Lamanya

seseorang bekerja sehari pada umunya 6-8 jam. Dalam seminggu orang hanya bisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu kecenderungan timbulnya

hal-hal negatif akan semakin besar. Makin panjang waktu kerja makin besar

kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Penelitian di inggris

menunjukan baha dengan memperpendek jam kerja dapat meningkatkan

produktifitas setiap jam kerja. Sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja

mengakibatkan kecepatan kerja menjadi turun dan berkurangnya prestasi setiap

jamnya. Lamanya waktu kerja berkaitan dengan keadaan fisik tubuh pekerja.

Distribusi kecelakaan kerja menurut tindakan bahaya penyebab

kecelakaan kerja. Pada tabel 5 pada hasil penelitian menurut tindakan bahaya

penyebab kecelakaan kerja tertinggi yaitu posisi saat bekerja tidak aman yaitu

sebanyak 50 kasus kecelakaan kerja (27,2%) dan yang terendah yaitu memakai

peralatan yang berbahaya yaitu sebanyak 5 kasus kecelakaan kerja (2,7%). Hal ini

disebabkan oleh faktor-faktor kurangnya kurangnya pengetahuan dan

keterampilan, keletihan dan kelesuhan, sikap dan tingkah laku yang tidak aman .

Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok, yaitu

perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman

(unsafe condition). Work in safety Environment (WISE) yang menyatakan

kecelakaan kerja terjadi 98% akibat unsafe act dan sisanya akibat unsafe

condition. Hal ini berarti perilaku pekerja memegang peranan penting dalam

terjadinya kecelakaan (Kurniawan, 2016).

Distribusi kecelakaan kerja menurut kondisi yang menimbulkan

bahaya kecelakaan kerja. Pada tabel 6 pada hasil penelitian menurut kondisi

yang menimbulkan bahaya kecelakaan kerja tertinggi yaitu pengaman yang tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

sempurna yaitu sebanyak 65 kasus kecelakaan kerja (35,3%) dan yang terendah

yaitu penerangan yang tidak sempurna yaitu sebanyak 1 kasus kecelakaan kerja

(0,5%). Hal ini disebabkan oleh Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh

perusahaan tidak mencukupi dengan pekerja yang bekerja disana dan kurangnya

pengawasan terhadap pemakai Alat Pelindung Diri. Menurut hasil penelitian dari

Manalu (2017) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat

pelindung diri pada pekerja peleburan logam seperti helm, masker dan sarung

tangan hanya diberikan satu kali pada pekerja dan apabila rusak atau hilang

menjadi tanggung jawab pekerja itu sendiri. Sehingga pekerja memakai kain

untuk menggantikan masker, dan tidak memakai sarung tangan bila sudah rusak.

APD sepatu safety dan pakaian kerja dilakukan pergantian satu kali dalam setahun

bila diperlukan.Menurut Sucipto kondisi yang menimbulkan bahaya berupa

pelengkapan safety yang tidak effektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan

faktor fisik dan kimia dilingkungan kerja yag tidak memenuhi.

Distribusi kecelakaan kerja menurut corak kecelakaan kerja. Pada

tabel 7 pada hasil penelitian menurut corak kecelakaan kerja tertinggi yaitu

Terpapar yaitu sebanyak 40 kasus kecelakaan kerja (21,7%) dan yang terendah

yaitu tersengat aliran listrik yaitu sebanyak 3 kasus kecelakaan kerja (1,6%). Pada

perusahaan peleburan logam terpapar yaitu terpapar debu, terpapar zat kimia,

terpapar panas, terpapar percikan api. Hal ini disebabkan oleh faktor manusia

yaitu Pekerja yang bekerja dilapangan tidak memaksimalkan dalam pemakaian

alat pelindung diri dan kurangnya pengawasan yang dilakukan perusahaan untuk

memantau pemakai APD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Menurut Penelitian Ardila (2014) jenis kecelakaan terjatuh, terpeleset dan

tertusuk merupakan jenis kecelakaan yang sering terjadi dibandingkan dengan

jenis kecelakaan lainya. Menurut ILO jenis kecelakaan tersebut tergolong dalam

jenis kecelakaan minor dan moderate.

Distribusi kecelakaan kerja menurut sumber penyebab kecelakaan

kerja. Pada tabel 8 pada hasil penelitian menurut sumber penyebab kecelakaan

kerja tertinggi yaitu pada mesin ( press, bor, gergaji dll) yaitu sebanyak 62 kasus

kecelakaan kerja (33,7%) dan yang terendah yaitu peralatan listrik dan radiasi dan

bahan radioaktif yaitu sebanyak 1 kasus kecelakaan kerja (0,5%). Hal ini

disebabkan oleh faktor peralatan teknis seperti mesin-mesin yang tidak dirancang

dengan baik untuk dilengkapi dengan alat pengaman secukupnya dan adanya

penurunan produktifitas yang menimbulkan kelelahan yang akan menurunkan

kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja yang akan memberi peluang

terjadinya keelakaan kerja.

Menurut fachlevy (2016) kecelakaan timbul sebagai hasil gabungan dari

beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah faktor peralatan teknis,

lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.

Distribusi kecelakaan kerja menurut bulan terjadinya kecelakaan

kerja. Pada tabel 9 pada hasil penelitian menurut bulan terjadinya kecelakaan

kerja tertinggi yaitu pada bulan Oktober yaitu sebesar 35 kasus kecelakaan kerja

(19%) dan yang terendah yaitu pada bulan Mei yaitu sebesar 4 kasus kecelakaan

kerja (2,2%). Hal ini disebabkan oleh banyaknya peminatan pasar untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

pembangunan rumah yang dilakukan sehingga banyaknya pekerja yang bekerja

lembur untuk memenuhi target yang diinginkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 184 data laporan

kecelakaan kerja Perusahaan Peleburan Logam peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kota Medan tahun 2017 yaitu:

1. Distribusi frekuensi kecelakan kerja menurut jenis kelamin yang terbanyak

yaitu laki-laki sebanyak 184 orang atau 100% pada tahun 2017.

2. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut umur tertinggi yaitu 45-49 tahun

sebanyak 51 orang atau 27,7% pada tahun 2017.

3. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut tempat terjadinya kecelakaan

kerja sebanyak 164 orang atau 89,1% pada tahun 2017.

4. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut waktu terjadinya kecelakaan

kerja yaitu pada jam 06:01-12:00 sebanyak 75 kasus atau 40,8%pada tahun

2017.

5. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut tindakan bahaya penyebab

kecelakaan kerja yaitu pada posisi saat bekerja tidak aman sebanyak 50 kasus

atau 27,2% pada tahun 2017.

6. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut kondisi yang menimbulkan

bahaya dan menjadi pencetus terjadinya kecelakaan kerja yaitu pada pengaman

yang tidak sempurna sebanyak 65 kasus atau 35,3% pada tahun 2017.

7. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut corak kecelakaan yang terjadi

yaitu yaitu Terpapar sebanyak 40 kasus atau 21,7% pada tahun 2017.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

8. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut sumber penyebab cidera cidera

yaitu Mesin (press, bor, gergaji dll) sebanyak 62 kasus atau 33,7% pada tahun

2017.

9. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut bulan yaitu pada bulan oktober

sebanyak 35 kasus atau 19% pada tahun 2017.

Saran

1. Bagi Perusahaan peleburan Logam

a. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap perusahaan terkait

perlengkapan safety, Pemakaian APD Perbaikan mesin dan alat teknis

lainya.

b. Memberikan sosialisasi sebelum bekerja agar pekerja mengerti bahwasanya

dalam bekerja harus mengikuti aturan yang sudah dibuat oleh perusahaan.

2. Bagi BPJS Ketenagakerjaan

a. Memberikan pelatihan dan sosialisasi dalam pengisisn laporan kecelakaan

kerja pada perusahaan peleburan logam agar data dapat diisi dengan

lengkap.

b. Memberikan panduan cara pengisian laporan kecelakaan agar perusahaan

dapat mengisi dan melaporkan dengan tepat waktu sehingga data yang

didapatkan dari perusahaan dapat diolah dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Akuan, A. (n.d.). Teknik Pengecoran dan Peleburan Logam. Diakses April 10,
2018, dari https://www.scribd.com/doc/35148137/Modul-Pengecoran-
Peleburan-Logam-AA

Ardila, A.R., Halinda S.L., Eka L.M., (2014). Analisis Hasil Investigasi
kecelakaan kerja pada Inalum Smelthing Plant (ISP) PT Indonesia Asahan
Alumunium Kuala Tanjung. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Volume 4. Nomor 3. Diakses dari
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/12316

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Penyelenggaran jaminan Kesehatan Ketenagakerjaan. (2016).


Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Medan: anonim
Diakses April 18, 2018, dari
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/
Edisi%2012%20Januari%202016-web.pdf
Buntarto. (2015). Panduan praktis keselamatan dan kesehatan kerja untuk
industri. Yogyakarta: Pustakabarupress.
Damanik, L.H. (2015). Model pengendalian kesehatan tenaga kerja pada kegiatan
pengecoran logam tradisional studi kasus di kawasan industri batur Klaten-
Jawa Tengah. Jurnal Teknosains Vol 4. No. 2. Diakses dari
https://journal.ugm.ac.id/teknosains/article/view/7970

Departemen tenaga kerja dan transmigrasi. (2018). Tekan Angka Kecelakaan


Kerja. Jakarta: Anonim.

Djumena. (13 Oktober 2013). Kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi.


Diakses April 2, 2018, dari http://bisnis keuangan. kompas.com/

Fahlevi, M.I. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Terjadinya Kecelakaan Kerja pada Karyawan CV X di Kabupaten Aceh
Besar (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Handayani, W., Yuniar, L., Ice, Y.P., (2011). Kecelakaan kerja pada perajin Rotan
di Pitameh dan Tanah Sirah Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 5 No 2. Diakses dari
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/vie/147euipment

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Kulkarni, G.K. (2007). Occupational injury surveillance: A study in a metal


smelting industry. Journal of Occupational and Environmental
Medicine,Volume 11, Issue 3. Diakses dari
http://europepmc.org/articles/PMC3168165

Niman, M. (29 Juli 2015). Kecelakaan Kerja, 12 Karyawan PT Gunung Garuda


Bekasi Luka Bakar. Diakses April 9, 2018, dari
http://www.beritasatu.com/aktualitas/294602-kecelakaan-kerja-12-
karyawan-pt-gunung-garuda-bekasi-luka-bakar.html

Pratama, A.K. 2015. Hubungan karakteristik pekerja dengan Unsafe Action pada
tenaga kerja bongkar muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. Jurnal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Vol 4 No 1. Diakses dari http://e-
journal.unair.ac.id/IJOSH/article/view/1647

Peraturan Pemerintah Tenaga Kerja pasal 2 dan 3. (1998) Tata cara pelaporan
dan pemeriksaan kecelakaan kerja. Jakarta: Anonim.
Pertiwi P. 2016. Hubungan antara perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Aneka Adhilogam
Karya Ceper Klaten. Diakses April 12, 2018, dari
http://eprints.ums.ac.id/44301/3/BAB%20I.pdf.
Sucipto, C.D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Sum’mur, (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto.
Syahrizal. (2014). Analisis Startegi Penanggulangan Kecelakaan Kerja untuk
Mencapai Tingkat Kecelakaan Kerja Nihil (Zero Accident) pada PT Tasik
Raja. (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Urata,
Medan.

Tarwaka. (2014). Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat kerja.(Ed.ke-2).


Surakarta: Harapan Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1. (1970). Keselamatan kerja.
Jakarta: Anonim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Lampiran 1. Formulir Laporan Kecelakaan Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Master Data

No korban krbn trjdi terrjdi tindkn bhya crk sumr bln


1 1 3 1 3 6 1 10 12 1
2 1 8 1 1 5 4 9 3 1
3 1 8 1 1 2 4 2 3 1
4 1 7 1 2 6 6 2 12 1
5 1 7 1 1 3 4 9 12 1
6 1 5 1 3 4 4 8 1 1
7 1 7 1 3 4 4 5 1 2
8 1 5 1 1 3 1 8 5 2
9 1 7 1 1 4 4 12 1 2
10 1 8 1 1 4 1 1 3 2
11 1 3 3 1 4 12 11 5 2
12 1 5 1 2 7 4 2 10 2
13 1 3 1 1 4 4 2 1 2
14 1 8 1 1 7 10 2 10 2
15 1 7 3 3 4 12 11 1 2
16 1 5 1 4 8 1 2 6 2
17 1 5 1 2 3 4 1 1 2
18 1 4 1 1 4 10 2 1 3
19 1 6 1 3 3 1 10 6 3
20 1 6 1 2 3 4 2 6 3
21 1 2 1 2 5 4 2 2 3
22 1 5 1 4 3 5 2 11 3

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23 1 7 1 3 5 5 12 2 3
24 1 5 1 2 4 2 12 6 3
25 1 4 1 2 1 7 2 2 3
26 1 5 1 2 8 1 2 6 3
27 1 4 1 2 5 2 11 6 3
28 1 4 1 3 5 2 10 6 3
29 1 5 1 3 4 2 10 6 3
30 1 4 1 2 3 1 1 1 3
31 1 4 1 1 4 4 9 1 4
32 1 4 1 1 3 4 1 1 4
33 1 5 1 3 3 4 5 1 4
34 1 2 1 1 6 7 9 12 4
35 1 7 1 1 4 1 1 5 4
36 1 4 1 3 6 3 11 4 4
37 1 7 1 1 3 10 2 10 4
38 1 4 1 3 8 4 5 1 4
39 1 6 1 1 3 4 10 5 4
40 1 7 1 2 2 4 1 1 4
41 1 7 1 3 4 1 2 10 4
42 1 6 1 2 5 8 9 5 4
43 1 5 2 2 3 8 10 5 4
44 1 8 1 1 6 1 5 1 4
45 1 7 1 2 3 4 2 1 5
46 1 8 1 3 4 4 11 1 5
47 1 7 1 1 6 5 1 3 5

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48 1 4 1 1 3 1 11 4 5
49 1 8 1 1 6 4 9 1 7
50 1 5 1 2 2 1 9 5 7
51 1 7 1 2 6 1 10 12 7
52 1 4 2 2 7 12 2 10 7
53 1 3 1 1 3 1 11 5 7
54 1 8 1 2 2 7 9 6 7
55 1 8 1 2 2 8 9 6 7
56 1 9 1 3 4 4 5 1 7
57 1 4 1 2 2 4 2 1 7
58 1 7 2 1 4 1 11 5 7
59 1 5 1 1 6 1 1 2 7
60 1 7 1 2 3 4 8 16 7
61 1 3 1 1 3 4 1 1 7
62 1 6 1 2 4 4 1 6 7
63 1 5 1 4 1 1 9 12 7
64 1 3 1 1 3 1 11 5 7
65 1 9 2 2 3 8 8 16 7
66 1 5 1 2 6 1 1 2 7
67 1 6 1 2 4 1 1 5 8
68 1 7 1 2 4 8 9 1 8
69 1 5 1 4 2 1 2 4 8
70 1 7 3 1 4 12 8 1 8
71 1 9 1 1 6 8 9 1 8
72 1 6 2 1 4 10 2 10 8

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73 1 4 3 3 5 12 8 5 8
74 1 8 1 1 3 2 10 5 8
75 1 8 1 3 3 4 1 1 8
76 1 6 1 2 3 1 2 6 8
77 1 6 1 1 3 4 11 15 8
78 1 7 1 1 6 4 12 4 8
79 1 8 1 2 6 5 5 12 8
80 1 9 1 2 4 1 9 5 8
81 1 8 1 1 3 4 9 1 8
82 1 7 1 4 6 10 8 5 8
83 1 5 1 3 8 4 10 5 8
84 1 5 1 2 2 6 9 4 8
85 1 6 1 1 2 7 1 5 8
86 1 7 2 3 2 1 8 6 8
87 1 7 1 1 2 4 1 1 8
88 1 5 1 3 2 4 9 1 8
89 1 6 1 3 6 7 11 12 8
90 1 5 3 1 5 4 10 16 8
91 1 7 1 1 2 4 1 1 8
92 1 3 1 2 4 1 9 1 8
93 1 7 1 3 8 1 12 5 8
94 1 7 1 3 2 1 2 10 8
95 1 7 1 1 2 4 2 1 9
96 1 6 1 2 7 8 5 1 9
97 1 4 1 1 2 4 2 1 9

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98 1 7 1 1 6 7 1 13 9
99 1 7 1 1 2 1 9 4 9
100 1 7 1 3 7 7 9 1 9
101 1 7 1 2 4 4 5 1 9
102 1 4 1 1 3 4 9 6 9
103 1 4 2 2 1 8 12 4 9
104 1 4 1 2 3 1 1 6 9
105 1 7 1 1 4 1 8 5 9
106 1 8 1 2 4 4 5 6 9
107 1 7 1 1 6 1 1 2 9
108 1 4 1 1 8 1 10 5 9
109 1 6 1 1 7 7 9 1 9
110 1 8 2 1 8 1 10 5 9
111 1 6 1 2 4 2 2 1 10
112 1 2 1 1 4 2 8 1 10
113 1 7 1 3 2 8 13 6 10
114 1 7 3 1 4 12 10 5 10
115 1 3 1 1 3 4 13 1 10
116 1 5 1 2 3 4 1 1 10
117 1 7 1 3 3 1 1 6 10
118 1 8 1 2 3 4 9 6 10
119 1 8 1 1 4 4 2 1 10
120 1 5 3 3 4 8 11 5 10
121 1 7 1 3 4 4 8 1 10
122 1 7 1 3 3 1 1 6 10

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123 1 2 1 1 3 1 2 4 10
124 1 8 1 3 4 4 8 5 10
125 1 7 1 2 6 8 9 6 10
126 1 4 1 3 2 4 2 1 10
127 1 5 1 2 4 10 5 6 10
128 1 4 1 4 2 8 9 12 10
129 1 7 1 2 4 1 9 5 10
130 1 8 1 1 2 8 9 10 10
131 1 4 1 1 3 4 1 1 10
132 1 4 1 1 5 10 9 6 10
133 1 7 1 1 2 1 2 10 10
134 1 5 1 2 5 1 1 13 10
135 1 6 1 3 3 8 5 5 10
136 1 4 1 3 3 4 9 1 10
137 1 7 3 1 3 1 10 5 10
138 1 6 1 2 3 1 1 1 10
139 1 4 1 1 3 1 9 4 10
140 1 3 1 2 3 1 9 4 10
141 1 8 1 1 6 1 13 14 10
142 1 9 1 4 4 4 11 1 10
143 1 2 1 2 2 4 9 1 10
144 1 5 1 1 6 7 1 13 10
145 1 5 1 2 8 1 1 1 10
146 1 7 1 2 2 1 2 10 11
147 1 5 2 2 4 1 9 10 11

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


148 1 7 1 1 4 4 9 1 11
149 1 4 1 4 3 4 1 6 11
150 1 4 1 2 6 2 1 6 11
151 1 8 1 3 6 7 8 1 11
152 1 7 1 1 4 4 5 1 11
153 1 4 1 1 6 8 5 1 11
154 1 6 3 4 8 1 10 5 11
155 1 3 1 2 2 1 5 10 11
156 1 9 1 2 4 4 5 1 11
157 1 5 1 1 5 1 9 6 11
158 1 6 1 2 4 4 11 1 11
159 1 7 1 2 4 4 5 1 11
160 1 8 1 3 3 1 1 6 11
161 1 7 1 1 6 12 2 6 11
162 1 7 1 3 3 1 9 5 11
163 1 8 1 2 2 8 9 6 12
164 1 7 1 1 2 4 5 1 12
165 1 8 1 1 8 1 10 16 12
166 1 6 1 4 6 8 1 1 12
167 1 7 1 2 4 4 5 6 12
168 1 4 1 3 3 4 5 1 12
169 1 5 1 2 3 1 1 3 12
170 1 5 2 1 7 12 2 10 12
171 1 8 1 1 2 1 2 10 12
172 1 9 1 3 3 1 1 6 12

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


173 1 7 1 1 3 4 5 1 12
174 1 5 1 3 1 1 5 1 12
175 1 7 1 1 3 1 10 1 12
176 1 7 1 4 6 8 9 6 12
177 1 5 1 1 4 8 1 16 12
178 1 4 1 1 1 1 5 1 12
179 1 4 1 2 3 1 9 5 12
180 1 8 2 1 3 1 9 10 12
181 1 5 1 2 2 1 2 10 12
182 1 4 1 1 3 1 9 6 12
183 1 3 1 1 8 1 2 6 12
184 1 4 1 2 6 1 5 3 12

Keterangan: Korban= Jenis Kelamin :1 Laki-laki Trjdi= Lokasi Kecelakaan : 1 Tempat kerja

2 Perempuan 2 Luar tempat kerja

3 Lalu lintas

Krbn= Umur :(1= <10 Tahun) (2= 11-20 Tahun) (3= 21-30 Tahun) (4= 31-40 Tahun) (5= 41-50 Tahun) (6=>50
Tahun)

Terrjdi= Waktu Kecelakaan : (1= 06.00-12.00 ) (2= 12.00 - 18.00)

(3= 18.00 - 24.00) (4= 24.00 - 06.00)

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tindkn= Tindakan Bahaya : (0= tidak ada, 1= Memakai peralatan yang berbahaya, 2= Lupa menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), 3= Posisi saat bekerja tidak aman, 4= Mengalami gangguan
perhatian dan konsentrasi, 5= Bekerja dengan kecepatan yang membahayakan, 6=
Bongkar pasang barang/bongkar muat barang, 7= Bekerja dengan objek/benda berputar,
8= Lalai)

Bhya= Kondisi Bahaya : (0= tidak ada, 1= Pengamanan yang tidak sempurna, 2= Adanya kecacatan atau (disabilitas),
3= penerangan yang tidak sempurna, 4= suasana kerja yang tidak aman, 5= getaran yang
berbahaya, 6= perlengkapan yang digunaka tidak aman, 7=penggunaan peralatan/bahan
uang kurang tepat, 8= adanya posedur/pengaturan yang tidak aman, 9=ventilasi tidak
sempurna, 10= tekanan udara yang tidak aman, 11= Bising, 12= Ada gerakan atau
perputaran)

Crk= Corak Kecelakaan : (0= Tidak ada, 1= Terbentur 2= Tertangkap 3= Tenggelam 4= Tertimbun 5= Terpukul 6=
Tergigit 7= Terjepi 8= Tergelincir 9= Terpapar 10= Jatuh dari ketinggian yang sama 11=
Jatuh dari ketinggian berbeda 12= Penghisapan 13= Tersengat aliran listrik)

Sumr= Sumber penyebab : (0= tidak ada, 1= Mesin (press, bor, gergaji, dll , 2= Pengangkut/pengangkat barang , 3=
Perkakas pekerjaan tangan , 4= bahan kimia , 5= faktor lingkungan , 6= bahan muda
terbakar dan benda panas, 7= Penggerak mula dan pompa , 8= conveyor , 9= Pesawat
uap dan bejana tekanan , 10= Debu berbahaya , 11= Binatang , 12= Lift (barang/orang) ,
13= Peralatan Listrik , 14= Radiasi dan bahan radioaktif ,15= Permukaan lantai di
lingkungan kerja , 16= Alat transmisi mekanik)

Bln= Bulan : (1= Januari, 2= Februari, 3= Maret, 4= April, 5= Mei, 6= Juni, 7= Juli, 8= Agustus, 9= September, 10=
Oktober, 11= November, 12= Desember)

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lampiran 5. Output

Jenis Kelamin

jen-kel

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 184 100,0 100,0 100,0

Umur

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-24 tahun 5 2,7 2,7 2,7

25-29 tahun 11 6,0 6,0 8,7

30-34 tahun 32 17,4 17,4 26,1

35-39 tahun 33 17,9 17,9 44,0

40-44 tahun 19 10,3 10,3 54,3

45-49 tahun 51 27,7 27,7 82,1

50-54 tahun 26 14,1 14,1 96,2

55-59 tahun 7 3,8 3,8 100,0

Total 184 100,0 100,0

Lokasi Kecelakaan

lok-kec

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tempat kerja 164 89,1 89,1 89,1

luar tempat kerja 11 6,0 6,0 95,1

lalu-lintas 9 4,9 4,9 100,0

Total 184 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Waktu kecelakaan

wkt-kec

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 06:01-12:00 75 40,8 40,8 40,8

12:01-18:00 60 32,6 32,6 73,4

18:01-24:00 38 20,7 20,7 94,0

00:01-06:00 11 6,0 6,0 100,0

Total 184 100,0 100,0

Tindakan Bahaya Terjadinya Kecelakaan Kerja

tind-bhy

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid memakai peralatan yang


5 2,7 2,7 2,7
berbahaya

lupa menggunakan alat


29 15,8 15,8 18,5
pelindung diri (APD)

posisi saat bekerja tidak


50 27,2 27,2 45,7
aman
mengalami gangguan
44 23,9 23,9 69,6
perhatian dan konsentrasi

bekerja dengan kecepatan


11 6,0 6,0 75,5
membahayakan

bongkar pasang
barang/bongkar muat 27 14,7 14,7 90,2
barang

bekerja dengan objek/benda


7 3,8 3,8 94,0
berputar

lalai 11 6,0 6,0 100,0

Total 184 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Kondisi Bahaya Kecelakaan Kerja

kon-bhy

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pengaman yang tidak


65 35,3 35,3 35,3
sempurna

adanya kecacatan
8 4,3 4,3 39,7
(disabilitas)

penerangan yang tidak


1 ,5 ,5 40,2
sempurna

suasana kerja yang tidak


60 32,6 32,6 72,8
aman

getaran yang berbahaya 4 2,2 2,2 75,0

perlengkapan yang
2 1,1 1,1 76,1
digunakan tidak aman

penggunaan
peralatan/bahan yang tidak 10 5,4 5,4 81,5
tepat

adanya prosedur/pengaturan
19 10,3 10,3 91,8
yang tidak aman

tekanan udara yang tidak


7 3,8 3,8 95,7
aman
ada gerakan 8 4,3 4,3 100,0

Total 184 100,0 100,0

Corak Kecelakaan Kerja

cor-kec

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid terbentur 34 18,5 18,5 18,5

tertangkap 34 18,5 18,5 37,0

terpukul 23 12,5 12,5 49,5

tergelincir 13 7,1 7,1 56,5

terpapar 40 21,7 21,7 78,3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

jatuh dari ketinggian yang


17 9,2 9,2 87,5
sama

jatuh dari ketinggian yang


14 7,6 7,6 95,1
berbeda

penghisapan 6 3,3 3,3 98,4

tersengat aliran listrik 3 1,6 1,6 100,0

Total 184 100,0 100,0

Sumber Penyebab Kecelakaan Kerja

sum-cer

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid mesin(press bor, gergaji,dll) 62 33,7 33,7 33,7

pengangkut/pengangkat
6 3,3 3,3 37,0
barang

perkakas pekerjaan tangan 6 3,3 3,3 40,2

bahan kimia 10 5,4 5,4 45,7

faktor lingkungan 30 16,3 16,3 62,0

bahan mudah terbakar dan


34 18,5 18,5 80,4
benda panas

debu berbahaya 16 8,7 8,7 89,1


binatang 1 ,5 ,5 89,7

lift(barang orang) 9 4,9 4,9 94,6

alat transmisi mekanik 3 1,6 1,6 96,2

peralatan listrik 1 ,5 ,5 96,7

radiasi dan bahan radioaktif 1 ,5 ,5 97,3

permukaan lantai
5 2,7 2,7 100,0
dilingkungan kerja

Total 184 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Bulan terjadinya Kecelakaan Kerja

bulan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid januari 6 3,3 3,3 3,3

februari 11 6,0 6,0 9,2

maret 13 7,1 7,1 16,3

april 14 7,6 7,6 23,9

mei 4 2,2 2,2 26,1

juli 18 9,8 9,8 35,9

agustus 28 15,2 15,2 51,1

september 16 8,7 8,7 59,8

oktober 35 19,0 19,0 78,8

november 17 9,2 9,2 88,0

desember 22 12,0 12,0 100,0

Total 184 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai