SKRIPSI
Oleh :
HERAWATI PURBA
NIM : 141000319
SKRIPSI
Oleh :
HERAWATI PURBA
NIM: 141000319
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul ‘Analisis
Ketenagakerjaan Kota Medan Tahun 2017’ beserta seluruh isinya adalah benar
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Herawati Purba
iii
Work Accidents are accidents that occur related to work, including diseases that
arise due to work relationships, as well as accidents that occur on the way to and
from the Workplace. This research is descriptive, aiming to get how the
description of workplace accidents that occur in metal smelting companies that
become participants of Employment BPJS in 2017. all cases of workplace
accidents that occur in metal smelting companies BPJS workers in Medan in 2017
amounted to 259 accident cases as well as samples research. The results of this
study indicate that the highest frequency distribution of work accidents by sex is
male (99.2%), according to the highest age of 31-40 years as much (39.8%)
according to the place of work accidents as much (90.3% .) according to the time
of the occurrence of the work accident that is at 06: 01-12: 00 as much (39.0%)
according to the action of the cause of the work accident accident that is at the
position when working unsafe as much (23.9%). according to the conditions that
cause danger and trigger the occurrence of workplace accidents that are as many
as imperfect (33.6%) according to the pattern of the accident which is exposed to
as much (18.1%) according to the source of the injury, namely Machine (press,
drill, saws etc.) as much as (or 34.0%) according to the month in October as
much as (9.7%). The recommended for Metal Smelting Company to improve
supervision and guidance for companies related to safety equipment, Repair
machinery and other technical equipment and Conduct OSH Training before work
so that workers understand that in the work must follow the rules that have been
made by the company. For BPJS to provide training and outreach in filling out
work accident reports on metal smelting companies so that data can be filled in
completely.
iv
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat
Masyarakat.
skripsi ini, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, Msi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama
penulisan skripsi.
5. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes, sebagai Anggota Penguji, terima kasih atas
9. Kedua Orang Tua Penulis, E. Purba dan N. Sinaga yang sangat saya sayangi
10. Saudara-Saudaraku terkasih, kakaku Eka serta adikku Jaya, Ceni, Nando,
Padot, Kurnia dan Dani yang telah memberikan semangat dan dukungan yang
11. Seluruh keluarga besar dari pihak orang tua yang telah memberikan dukungan
12. Sahabatku Lucky Seven Gita, Mona, Widya, Omi, Finolia dan Intan yang
penulisan skripsi.
13. Sahabatku Rambung Merah Family Widya, Fiza, Afat, Aflah, Nevi, Anggi,
Hasan, muni, Marudut, Nanda, Riris, Natalia, Lutfi dan Sarah yang telah
skripsi.
vi
Meike, Ira dan Feby yang telah memberikan semangat dan juga
dukungannya.
16. Yang kukasihi Klarisa yang telah memberikan motivasi serta semangat dan
17. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang dapat
membangun saya agar dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
Herawati Purba
vii
Halaman
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang Masalah 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 9
Kecelakaan Kerja 9
Defenisis kecelakaan kerja 9
Teori kecelakaan kerja 10
Analisa sebab dan akibat kecelakaan 12
Sebab-sebab kecelakaan kerja 13
Faktor-faktor mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja 17
Klasifikasi kecelakaan kerja 18
Kerugian akibat kecelakaan kerja 19
Pencegahan kecelakaan kerja 21
Peleburan Logam 26
Tungku busur listrik 27
Tungku induksi 27
Tungku krusibel 28
Tungku kupola 28
BPJS Ketenagakerjaan 29
Jaminan kecelakaan kerja 31
viii
METODE PENELITIAN 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Lokasi penelitian 33
Waktu penelitian 33
Populasi dan Sampel 33
Populasi 33
Sampel 33
Variabel dan Defenisi Operasional 33
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Pengukuran 35
Metode Analisis Data 35
HASIL PENELITIAN 36
Deskripsi Lokasi Penelitian 36
Sejarah BPJS Ketenagakerjaan 36
Visi dan Misi 38
Tren Kecelakaan Kerja 39
Hasil Penelitian 39
Karakteristik Tenaga Kerja ( Jenis Kelamin dan Umur) 40
Tempat Terjadinya Kecelakaan Kerja 40
Waktu Terjadinya Kecelakaan 41
Tindakan Bahaya Penyebab Kecelakaan 41
Kondisi yang Menimbulkan Bahaya 42
Corak Kecelakaan yang Terjadi 42
Sumber Penyebab Cidera 43
Bulan Terjadinya Kecelakaan 44
PEMBAHASAN 46
Keterbatasan Peneliti 46
Determinan Kecelakaan Kerja 46
Distribusi Kecelakaan Kerja Karakteristik Tenaga Kerja
(umur dan Jenis Kelamin) 46
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Tempat Terjadinya
Kecelakaan Kerja 48
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Waktu Terjadinya
Kecelakaan Kerja 49
Distribusi Kecelakaan Kerja Menurut Tindakan Bahaya
ix
DAFTAR PUSTAKA 56
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
No Judul Halaman
xi
No Judul Halaman
xii
xiii
xiv
Batu Tinggal 24 April 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak kedua dari
lima bersaudara dari pasangan Bapak Erdinson Purba dan Ibu Nur Cahaya Sinaga.
2009-2011, sekolah menengah atas di SMA Swasta Eria Medan tahun 2012-2014,
Herawati Purba
xv
Latar Belakang
logam cukup banyak jumlahnya, tetapi cara pengelolaan industri ini pada
secara intensif pula dari para pekerja. Kurangnya keterampilan dan perilaku para
pekerja yang kurang perhatian akan bahaya pekerjaan merupakan akibat dari
sebab terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan
pada pasal 12 ayat 3 menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan memenuhi dan
perusahaan. Hal ini ditujukan untuk meniadakan kecelakaan di tempat kerja yang
disebut dengan Zero Accident. Setiap perusahaan harus terus menerus untuk
dengan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat Kerja (Buntaro,
2015).
Menurut Permenaker Tahun 1998 dalam pasal 2 dan 3 tentang Tata cara
Safety and Health (OSH) Strategis. Angka kecelakaan kerja tersebut, rata-rata ada
tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari. Apabila dibanding dengan negara
di Eropa, seperti Denmark dan Jerman, kasus kecelakaan kerja lebih banyak, yaitu
100.000 kasus, namun pekerja yang meninggal dunia hanya tercatat 500 orang.
dialami oleh pekerja di tempat kerja, melainkan terjadi di jalan raya saat pekerja
tersebut berangkat atau pulang kerja. "Sekitar 60 persen pekerja justru mengalami
memang masih tinggi, dimana pada tahun 2003 terjadi kecelakaan sebanyak
105.846 kasus, tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus, tahun 2005 sebanyak 96.081
kasus dan pada tahun 2006 terjadi kecelakaan sebanyak 70.069 kasus kecelakaan
kerja. Sepanjang tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus; tahun 2008 sebanyak
94.736 kasus; tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus; tahun 2010 sebanyak 98.711
orang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pada tahun 2011, kecelakaan kerja
yang terjadi di seluruh indonesia mencapai 99.491 kasus dengan orang meninggal
sebanyak 2.144 orang dan mengalami cacat sebanyak 422 orang. Angka tersebut
tentunya masih sangat fantastis dan dapat dijadikan tolak ukur pencapain kinerja
K3 (Tarwaka, 2014).
Jaminan Kecelakaan Kerja pada semester 1 tahun 2015 berjumlah 50.089 kasus,
Ketenagakerjaan turut aktif dalam mengadakan safety training untuk para pekerja,
khususnya untuk pekerja dengan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Namun,
peningkatan terjadi di Program Jaminan kematian dari 10.351 kasus pada 30 Juni
2014 menjadi 11.046 kasus pada 30 Juni 2015. Peningkatan kasus kematian
dikarenakan semakin banyak pekerja yang memasuki usia tua. Kecelakaan kerja
indonesia denga jumlah angkatan kerja 121 juta orang. Dimana dari 98 ribu
tercatat 2.400 meninggal dunia, belum termasuk cacat tetap diantaranya cacat
anatomis dan cacat fungsi sebanyak 40%. Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat
menunjukan tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi namun tidak tercatat
(BPJS, 2016).
Sedangkan perancis, Republik Federal Jerman dan Italia melaporkan lebih dari
sejuta kecelakan kerja setiap tahunya. Biro statistik buruh (bureau of labour
Statistic), menyatakan 5703 kecelakan fatal atau 3,9% pekerja dari tahun 2007.
Penelitian yang dilakukan oleh Ardila dkk (2014) Kasus kecelakaan kerja
disebabkan oleh tindakan tidak aman yaitu bekerja denga posisi atau sikap tubuh
tidak aman dan bekerja tidak mematuhi prosedur kerja dan ada juga yang
disebabkan oleh kondisi tidak aman yaitu peralatan yang tidak baik. Jenis
kecelakaan terjatuh atau terpeleset dan tertusuk merupakan jenis kecelakaan yang
Berdasarkan penelitian Yanti yang dikutip oleh Pertiwi (2016), 98% dari
terkena benda tajam. Perilaku manusia menjadi faktor terjadinya kecelakaan kerja
dengan 55,1% berpengetahuan rendah; 46,4% memiliki sikap negatif; dan 68%
50 ton yang dimasak didalam kuali mengenai tubuh 12 karyawan. Satu karyawan
mengalami luka bakar sekitar 72%, empat korban lainya mengalami luka bakar
sekitar 40% dan tujuh karyawan lainya mengalami luka ringan dan melakukan
diberikan oleh perusahaan kepada para pekerjanya dan pengawasan dari Dinas
olah tutup mata dengan beragam peristiwa yang berkaitan dengan permasalahan
K3 (Niman, 2015).
dengan tingkat kecelakaan dari 85,8 hingga 40,7 per seribu pekerja dari tahun
2000 hingga 2003, di tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 59,1 persen ini
dilihat dari distribusi statistik kecelakaan pekerja selama periode lima tahun
dimana sering terjadinya pada pekerja yang mendapat shift malam dan kurangnya
upah dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja dengan tingkat resiko sedang
tergolong dalam kelompok usaha pabrik pengecoran besi dan pembuatan baja
yaitu dengan membayarkan iuran sebesar 0,89% dari upah sebulan. Perusahaan
merupakan industri yang bergerak dibidang industri penghasil besi ulir, besi
beton, dan besi nako. Pada proses peleburan besi baja terdapat tiga tahapan kerja
yaitu tahap awal pada bidang kerja dapur besar, besi baja tua (scrap) dimasukkan
ke dalam tanur (dapur) untuk dilebur selama ± 90 menit dan mendapat suhu panas
1700 0C dan pencampuran bahan kimia berupa karbon, magnesium, mangan, dan
fosfor agar leburan besi baja memenuhi unsur kadar besinya, kemudian dituang ke
kuali. Tahapan selanjutnya, pada bidang kerja dapur kecil leburan besi baja yang
sudah ditampung di kuali dibawa ke dapur kecil untuk diolah sesuai kebutuhan
kadar besinya. Tahapan terakhir yaitu leburan besi baja yang sudah memenuhi
kecelakaan kerja khususnya peleburan logam, salah satunya di India yaitu sebesar
59,1 persen dan di Indonesia khususnya kota Medan sebesar 236 kasus pada
tahun 2016 dan 259 kasus pada tahun 2017. Berdasarkan hal ini maka peneliti
Perumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah gambaran kecelakaan kerja pada perusahaan peleburan
logam yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di kota Medan tahun 2017.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik Pekerja (Umur dan Jenis Kelamin) dari data
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
b. Bagi Peniliti
K3.
d. Bagi Akademik
Kecelakaan Kerja
tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan
kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi
Selain itu menurut Suma’mur (2009), kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan dan pada waktu melakukan pekerjaan
serta kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja.
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke
rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan industri adalah
kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, karena untuk sampai pada
mengenai penyebab kecelakaan kerja telah dikemukakan oleh para ahli, antara
antara lain: penyebab langsung kecelakaan kerja dan penyebab tidak langsung
condition) dan tindakan tidak aman (unsafe action). Faktor penyebab tidak
langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Faktor
pekerjaan meliputi pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak
sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada
pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai. Faktor penyebab dasar
fakor lain-lain.
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari
3. Teori Gordon
4. Teori Reason
harta benda).
80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian (unsafe human acts) dan kesalahan
faktor usia, jenis kelamin, pengalaman kerja dan pendidikan. Kesalahan akan
meningkat ketika pekerja mengalami stress pada beban pekerjaan yang tidak
3. Keadaan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan
faktor kimia yang tidak sesuai denga persyaratan yang tidak diperkenankan.
keselamatan kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang kurang baik.
kelompok :
1. Immediate Causes
pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja yang
berbahaya.
perlengkapan safety yang tidak efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan
berantakan, pakaian yang tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia
2. Contributing Causes
a. Safety manajemen system, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak taat
kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian
1. Sebab dasar/asal mula merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara
bekerja.
a. Kondisi tidak aman (unsafe condition) yaitu kondisi tidak aman dari :
cara kerja.
manusia, yang dalam beberapa hal dapat dilatar-belakangi antara lain oleh
tidak ketara, keletihan dan kelesuhan, sikap dan tingkah laku yang tidak
aman, kebingungan dan stres, sikap masa bodoh dan kurang adanya
kepuasan kerja.
a. Faktor Kimia disebabkan oleh bahan baku produksii, proses produksi dan
lainya.
b. Faktor Fisik, misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun
perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan
peralatan.
2. Faktor Pekerjaan
a. Jam kerja adalah jam kerja waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan
b. Pergeseran Waktu dari pagi, siang dan malam dapat dipengaruhi terjadinya
mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan
tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh kerena kecerobohan atau kelalaian
kerjanya.
Menurut Sucipto (2014) kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh dua
faktor, yaitu :
disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu
Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat
pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak.
keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari
rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada
tempatnya, lantai yanng kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna
sehingga ruang kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehinggan
orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya
3. Menurut sifat luka atau kelainan, seperti patah tulang, dislokasi (keseleo),
regang oto (urat), memar dan luka dalam yang lain, amputasi, luka di
4. Menurut letak kelainan atau luka di tubuh, misalnya kepala, leher, perut, dan
sebagainya.
benda atau properti dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan denga
kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja
dikelompokkan menjadi:
dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai denga tahap
rehabilitasi, seperti:
merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang
tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakan,
b. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa
Dilain pihak, menurut tarwaka (2014) yang mengutip pendapat Bird and
1. Waktu kerja hilang dari korban yaitu waktu produktif hilang oleh karena
pekerja mengalami cedera dan tidak dapat diganti dengan kompensasi atau
asuransi.
2. Waktu kerja hilang dari teman-teman korban yaitu waktu kerja hilang oleh
pada korban, waktu kerja hilang karena simpati atau rasa keingintahuan, dan
gangguan pekerjaan pada saat kejadian dan membicarakan kasus yang terjadi,
kejadian kecelakaan.
3. Waktu kerja hilang dari supervisor yaitu waktu kerja hilang dari supervisor
pencegahan.
4. Kerugian umum yaitu waktu produktif hilang akibat kesedihan, shock, trauma,
material dan peralatan, biaya untuk waktu perbaikan dan pemindahan peralatan
peralatan lainya.
tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam melakukan pekerjaan yang
maupun rohaniah manusia, serta hasil karya budayanya tertuju pada kesejahteraan
akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikuit : peraturan perundangan, yaitu
dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,
tempat kerja.
Ada 2 (dua) tipe data untuk mengamati resiko bahaya di tempat kerja :
mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian fatal pada setiap pekerja.
denga resio terpotong karena kontak dengan benda tajam dan lain-lain.
Prosedur adalah pedoman kerja yanng harus dipatuhi dan dilakukan denga
benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan
faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan oleh proses produksi yang ada,
digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka
bahaya kecelakaan.
pekerja tidak kontak langsung denga mesin, pemasangan ventilasi dan lain-
lain.
tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus
pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada awal bekerja dan secara
membantu tenaga kerja untuk melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya
sekali faktor bahya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi tertentu
tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahya yang ada
1. Penyediaan P3K yaitu peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan
tersedia di tempat kerja dan mudah dijangkau, petugas yang bertanggung jawab
melaksanakan P3K harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan
ditempat kerja.
Kecelakaan kerja yang terjadi ditempat kerja terkadang tanpa kita sadari
seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan
peralatan emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup,
berikut :
harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur
tersebut.
bersangkutan.
3. Bentuk aktifitas
suhu/iklim kerja.
mercuri.
protozoa, bakteri,
4) Potensi bahaya ergonomis meliputi desain lokasu kerja yang buruk, tata
ruang kerja yang buruk, ketidak serasian jam kerja dan istirahat.
setiap tahun.
Dari uraian beberapa pakar diatas bahawa kecelakaan kerja dapat dicegah,
1. Lingkungan
2. Manusia
3. Peralatan
Peleburan Logam
pengecoran karena berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses
peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur-unsur paduan dan
material lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk terak dimasukkan kedalam
tungku. Fluks adalah senyawa inorganic yang dapat “membersihkan” logam cair
dengan menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor
pengecoran logam adalah tungku busur listrik, tungku induksi, tungku krusibel,
Tungku busur listrik. Laju peleburan tinggi laju produksi tinggi, polusi
logam cair pada temperatur tertentu untuk jangka waktu lama untuk tujuan
pemaduan.
mengatur komposisi kimia pada skala peleburan kecil, terdapat dua jenis tungku
yaitu Coreless (frekuensi tinggi) dan core atau channel(frekuensi rendah, sekitar
logam cair diatas temperatur cair normal untuk memperbaiki mampu alir),
penahanan temperatur (menjaga logam cair pada temperatur konstan untuk jangka
peleburan logam. Proses pemanasan dibantu oleh pemakaian berbagai jenis bahan
bakar, tungku ini bias dalam keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-
baja vertical yang didalamnya terdapat susunan bata tahan api, muatan terdiri dari
susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks. Kupola dapat beroperasi secara
kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah besar dan laju peleburan tinggi.
mendapat coran dengan prosentase Carbon dan Si yang terbatas. Untuk besi cor
3. Skrap balik
Skrap balik adalah coran yang cacat, bekas penambah, saluran turun,
saluran masuk atau skrap balik yang dibeli dari pabrik pengecoran.
4. Paduan besi
cerobong dan pengarbonan yang disebabkan oleh reaksi antar logam cair
BPJS Ketenagakerjaan
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang
didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK),
adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.Selanjutnya pada akhir tahun 2004,
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
produktivitas kerja.
Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus
tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan
memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan
kecelakaaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan dari rumah menuju tempat. Manfaat yaitu Perlindungan atas
risiko Kecelakaan Kerja mulai dari perjalanan pergi, pulang, dan ditempat bekerja,
serta perjalanan dinas, Perawatan tanpa batas biaya sesuai kebutuhan medis,
Santunan upah selama tidak bekerja (6 bulan pertama 100%, 6 bulan kedua 75%,
sebesar 48x upah yang dilaporkan oleh perusahaan (pemberi kerja) atau peserta,
Bantuan Beasiswa untuk 1 orang anak Beasiswa pendidikan bagi satu orang anak
dari peserta yang meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap akibat
kecelakaan kerja sebesar Rp12 juta, Bantuan untuk kesiapan kembali bekerja
akibat kerja, mulai dari peserta masuk perawatan di rumah sakit sampai peserta
Kerangka Konsep
Tempat Kejadian
Kecelakaan Kerja
Waktu Terjadinya
Kecelakaan Kerja
Tindakan Bahaya
Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan Kerja
Kerja
Bulan Terjadinya
Kecelakaan Kerja
Jenis Penelitian
gambaran kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan peleburan logam yang
Cabang Kota Medan Tahun 2017 yang terdiri dari 5 perusahaan dan terdapat 184
1. Jenis Kelamin adalah tipe seks tenaga kerja yang mendapat kecelakaan kerja
2. Umur adalah adalah usia tenaga kerja yang dihitung berdasarkan ulang tahun
33
kerja.
6. Kondisi Kecelakaan Kerja adalah keadaan yang terjadi pada pekerja saat terjadi
kecelakaan kerja.
orang celakan
10. Kecelakaan Kerja adalah kejadian yang menyebabkan orang celaka yang
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
kelengkapan pada pengisian formulir laporan kasus kecelakaan kerja tahap I yang
terdiri dari karakteristik pekerja ( jenis kelamin dan umur), tempat kejadian
Metode Pengukuran
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data BPJS ketenagakerjaan kota
generalisasi dari hasil penelitian. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini
sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara - untuk
funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih
cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting
36
ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui
itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam
Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus
tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan
memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan
memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya
bagi:
1. Tenaga Kerja : Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
40
35
30
25
Jumlah
20
15
10
5
0
Bulan
yang terjadi setiap bulanya naik- turun. Tidak dapat dikatakan bahwa kecelakaan
kerja yang terjadi apakah turun atau meningkat. Namun berdasarkan diagram
tersebut dapat dilihat bahwa kasus kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi
terbanyak kedua terjadi pada bulan Agustus sebanyak 28 kasus kecelakaan kerja,
dan kasus kecelakaan kerja terendah terjadi pada bulan Juni sebanyak 0 kasus.
Hasil Penelitian
Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh dari data kecelakaan
Medan.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kecelakan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah kecelakaan Persen
Laki-laki 184 100,0
Perempuan 0 0
terbanyak menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 257 orang atau 99.2%.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Umur
Umur (Tahun) Jumlah kecelakaan Persen
15-19 Tahun 0 0
20-24 Tahun 5 2,7
25-29 Tahun 11 6,6
30-34 Tahun 32 17,4
35-39 Tahun 33 17,9
40-44 Tahun 19 10,3
45-49 Tahun 51 27,7
50-54 Tahun 26 14,1
55-59 Tahun 7 3,8
>60 Tahun 0 0
terbanyak menurut umur yaitu 31-40 tahun sebanyak 103 orang atau 39,8%.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Tempat Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Lokasi Kecelakaan Jumlah Kecelakaan Persen
Tempat Kerja 164 89,1
Luar Tempat Kerja 11 6,0
Lalu Lintas 9 4,9
terbanyak menurut lokasi kecelakaan yaitu tempat kerja sebanyak 234orang atau
90,3%.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Waktu Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Waktu Kecelakaan (jam) Jumlah Kecelakaan Persen
06:01-12:00 75 40,8
12:01-18:00 60 32,6
18:01-24:00 38 20,7
00:01-06:00 11 6,0
waktu kecelakaan yaitu pada jam 06:01-12:00 sebanyak 101 kasus atau 39,0%.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Tindakan Bahaya Penyebab
Kecelakaan Kerja
Tindakan Bahaya Penyebab Jumlah Kecelakaan Persen
Kecelakaan
Memakai peralatan yg berbahaya 5 2,7
Lupa menggunakan APD 29 15,8
Posisi saat bekerja tidak aman 50 27,2
Mengalami gangguan perhatian dan 44 23,9
Konsentrasi
Bekerja dengan kecepatan 11 6,0
membahayakan
Bongkar pasang barang/bongkar 27 14,7
muat barang
Bekerja dengan objek/benda berputar 7 3,8
Lalai 11 6,0
tindakan bahaya penyebab kecelakaan kerja yaitu pada posisi saat bekerja tidak
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Kondisi yang Menimbulkan
Bahaya dan Menjadi Pencetus Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kondisi yang Menyebabkan Jumlah Kecelakaan Persen
Kecelakaan
Pengaman yg tidak sempurna 65 35,3
Adanya kecacatan (disabilitas) 8 4,3
Penerangan yg tidak sempurna 1 5
Suasana kerja yang tidak aman 60 32,6
Getaran yang berbahaya 4 2,2
Perlengkapan yg digunakan tidak 2 1,1
aman
Penggunaan peralatan/bahan yang 10 5,4
tidak tepat
Adanya prosedur/ pengaturan yg 19 10,3
tidak aman
Tekanan udara yang tidak aman 7 3,8
Ada gerakan (perputaran) 8 4,3
kondisi yang menimbulkan bahaya yaitu pada pengaman yang tidak sempurna
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Corak Kecelakaan yang Terjadi
Corak Kecelakaan yang Terjadi Jumlah Kecelakaan Persen
Terbentur 34 18,5
Tertangkap 34 18,5
Lanjutan
Terpukul 23 12,5
Tergelincir 13 7,1
Terpapar 40 21,7
Jatuh dari ketinggian yg sama 17 9,2
Jatuh dari ketinggian yg berbeda 14 7,6
Penghisapan (penterapan) 6 3,3
Tersengat aliran listrik 3 1,6
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Sumber Penyebab Cidera
Sumber Penyebab cidera Jumlah Kecelakaan Persen
Mesin (press, bor, gergaji dll) 62 33,7
Pengangkut/ pengangkat barang 6 3,3
Perkakas pekerjaan tangan 6 3,3
Bahan kimia 10 5,4
Faktor lingkungan 30 16,3
Bahan mudah terbakar dan benda 34 18,5
panas
Debu berbahaya 16 8,7
Binatang 1 ,5
Lift (barang/ orang) 9 4,9
Alat transmisi mekanik 3 1,6
Peralatan listrik 1 ,5
Radiasi dan bahan radioaktif 1 ,5
Permukaan lantai dilingkungan kerja 5 2,7
penyebab cidera yaitu Mesin (press, bor, gergaji dll) sebanyak 87 kasus atau
34,0%.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Bulan
Bulan Jumlah Persen
Kecelakaan
Januari 6 3,3
Februari 11 6,0
Maret 13 7,1
April 14 7,6
Mei 4 2,2
Juli 18 9,8
Agustus 28 15,2
September 16 8,7
Oktober 35 19,0
November 17 9,2
Desember 22 12,0
Keterbatasan Peneliti
antara lain:
2. Terdapat data yang tidak lengkap dalam satu tahun dari formulir laporan
analitik JKK-JKM yaitu pada bulan Juni, dikarenakan Data di bulan tersebut
Pekerja (Umur dan Jenis kelamin), Tempat terjadinya kecelakaan kerja, Waktu
jenis kelamin). Pada tabel 1 pada hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang
paling banyak mengalami kecelakaan kerja adalah pekerja yang berjenis kelamin
laki-laki yaitu 184 kasus (99,2%) dibandingkan pekerja berjenis kelamin wanita
yaitu 2 kasus (0,8%). Menurut Sucipto Hal ini terjadi karena di perusahaan
peleburan logam lebih banyak pekerja berjenis kelamin laki-laki dan didukung
dengan kurang berhati-hati dan kurang teliti dalam bekerja dibandingkan dengan
45
pekerja perempuan yang memiliki sikap lebih teliti, hati-hati, dan sabar dalam
bekerja.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja yang paling banyak
dialami pekerja pada umur 45-49 tahun yaitu sebesar 51 kasus (27,7%), dan
paling sedikit pekerja pada umur 20-24 tahun yaitu 5 kasus (2,7%). Menurut
golongan muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih
tinggi. Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat
kerja , hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Dalam
penelitian ini Kasus terbanyak dialami oleh pekerja yang usianya lebih dari 40
tahun. Karena pekerja yang lebih dari 40 tahu lebih banyak pekerja di perusahaan
peleburan logam darp pada pekerja dibawah 40 tahun sehingga yang mengalami
Hasil penelitian dari Kurniawan, 2015 tentang studi kasus kecelakaan kerja
pada pekerja pengeboran migas yaitu tidak ada hubungan antara umur pekerja
dengan kejadian kecelakaan kerja karena kecelakaan kerja dapat terjadi pada
golongan umur berapa saja. Artinya kecelakaan kerja yang terjadi tidak
dengan golongan umur yang lebih tua. Kurang perhatian, kurang disiplin,
umur muda.
kerja. Pada tabel 3 pada hasil penelitian menurut tempat terjadinya kecelakaan
kerja tertinggi yaitu kecelakaan di tempat kerja sebanyak 164 kasus kecelakaan
kerja (89,1%) dan yang terendah yaitu kecelakaan di lalu lintas sebanyak 9 kasus
kecelakaan kerja (4,2%). Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan kerja yang
kurang mendukung dan faktor kelelahan juga dapat memicu terjadinya kecelakaan
baik diluar tempat kerja maupun didalam tempat kerja. Menurut Handayani
(2011) Kecelakaan di tempat kerja dapat menimpa dan membunuh lebih banyak
korban, baik pada pekerja sektor formal maupun pekerja sektor informal.
kecelakaan kerja studi kasus di PT. Jamu Air Mancur bahwasanya kejadian
waktu setelah jam istirahat datang atau setelah setengah hari kerja. Korban
terbanyak adalah yang mengalami terpeleset saat mencuci piring, gelas dan
membasuh muka. Dalam studi yang diadakan di inggris, ditemukan bahwa puncak
kecelakaan lokal terjadi sebelum waktu istirahat. Walaupun hal ini mungkin
mempercepat produksi pada saat-saat ini sebagai upaya mengejar target sebelum
istirahat.
kerja. Pada tabel 4 pada hasil penelitian menurut waktu terjadinya kecelakaan
kecelakaan kerja (40,8%) dan yang terendah yaitu pada waktu 00:01-06:00
sebanyak 11 kasus kecelakaan kerja 6,0%). Hal ini disebabkan proses bekerja
pada shift pagi atau memulai pekerjaanya sebelum pukul 7 pagi cenderung
mempunyai waktu tidur yang lebih pendek pada malam harinya dan lebih
seseorang mampu bekerja secara baik, hubungan diantara waktu bekerja dan
istirahat, waktu bekerja sehari menurut periode siang (pagi, siang, sore) dan
malam.
berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bengkel mobil jam kerja
pekerja bengkel mobil kota kendari terkadang bekerja dalam sehari tidak penuh 8
jam hal ini dikarenakan pola kerja bengkel yang disesuaikan dengan orderan.
seseorang bekerja sehari pada umunya 6-8 jam. Dalam seminggu orang hanya bisa
bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu kecenderungan timbulnya
hal-hal negatif akan semakin besar. Makin panjang waktu kerja makin besar
jamnya. Lamanya waktu kerja berkaitan dengan keadaan fisik tubuh pekerja.
kecelakaan kerja. Pada tabel 5 pada hasil penelitian menurut tindakan bahaya
penyebab kecelakaan kerja tertinggi yaitu posisi saat bekerja tidak aman yaitu
sebanyak 50 kasus kecelakaan kerja (27,2%) dan yang terendah yaitu memakai
peralatan yang berbahaya yaitu sebanyak 5 kasus kecelakaan kerja (2,7%). Hal ini
keterampilan, keletihan dan kelesuhan, sikap dan tingkah laku yang tidak aman .
perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman
kecelakaan kerja terjadi 98% akibat unsafe act dan sisanya akibat unsafe
condition. Hal ini berarti perilaku pekerja memegang peranan penting dalam
bahaya kecelakaan kerja. Pada tabel 6 pada hasil penelitian menurut kondisi
yang menimbulkan bahaya kecelakaan kerja tertinggi yaitu pengaman yang tidak
sempurna yaitu sebanyak 65 kasus kecelakaan kerja (35,3%) dan yang terendah
yaitu penerangan yang tidak sempurna yaitu sebanyak 1 kasus kecelakaan kerja
(0,5%). Hal ini disebabkan oleh Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh
perusahaan tidak mencukupi dengan pekerja yang bekerja disana dan kurangnya
pengawasan terhadap pemakai Alat Pelindung Diri. Menurut hasil penelitian dari
pelindung diri pada pekerja peleburan logam seperti helm, masker dan sarung
tangan hanya diberikan satu kali pada pekerja dan apabila rusak atau hilang
menjadi tanggung jawab pekerja itu sendiri. Sehingga pekerja memakai kain
untuk menggantikan masker, dan tidak memakai sarung tangan bila sudah rusak.
APD sepatu safety dan pakaian kerja dilakukan pergantian satu kali dalam setahun
pelengkapan safety yang tidak effektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan
tabel 7 pada hasil penelitian menurut corak kecelakaan kerja tertinggi yaitu
Terpapar yaitu sebanyak 40 kasus kecelakaan kerja (21,7%) dan yang terendah
yaitu tersengat aliran listrik yaitu sebanyak 3 kasus kecelakaan kerja (1,6%). Pada
perusahaan peleburan logam terpapar yaitu terpapar debu, terpapar zat kimia,
terpapar panas, terpapar percikan api. Hal ini disebabkan oleh faktor manusia
alat pelindung diri dan kurangnya pengawasan yang dilakukan perusahaan untuk
jenis kecelakaan lainya. Menurut ILO jenis kecelakaan tersebut tergolong dalam
kerja. Pada tabel 8 pada hasil penelitian menurut sumber penyebab kecelakaan
kerja tertinggi yaitu pada mesin ( press, bor, gergaji dll) yaitu sebanyak 62 kasus
kecelakaan kerja (33,7%) dan yang terendah yaitu peralatan listrik dan radiasi dan
bahan radioaktif yaitu sebanyak 1 kasus kecelakaan kerja (0,5%). Hal ini
disebabkan oleh faktor peralatan teknis seperti mesin-mesin yang tidak dirancang
dengan baik untuk dilengkapi dengan alat pengaman secukupnya dan adanya
kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja yang akan memberi peluang
beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah faktor peralatan teknis,
kerja. Pada tabel 9 pada hasil penelitian menurut bulan terjadinya kecelakaan
kerja tertinggi yaitu pada bulan Oktober yaitu sebesar 35 kasus kecelakaan kerja
(19%) dan yang terendah yaitu pada bulan Mei yaitu sebesar 4 kasus kecelakaan
kerja (2,2%). Hal ini disebabkan oleh banyaknya peminatan pasar untuk
Kesimpulan
yaitu laki-laki sebanyak 184 orang atau 100% pada tahun 2017.
2. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut umur tertinggi yaitu 45-49 tahun
kerja yaitu pada jam 06:01-12:00 sebanyak 75 kasus atau 40,8%pada tahun
2017.
kecelakaan kerja yaitu pada posisi saat bekerja tidak aman sebanyak 50 kasus
bahaya dan menjadi pencetus terjadinya kecelakaan kerja yaitu pada pengaman
yang tidak sempurna sebanyak 65 kasus atau 35,3% pada tahun 2017.
yaitu yaitu Terpapar sebanyak 40 kasus atau 21,7% pada tahun 2017.
53
yaitu Mesin (press, bor, gergaji dll) sebanyak 62 kasus atau 33,7% pada tahun
2017.
9. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja menurut bulan yaitu pada bulan oktober
Saran
lainya.
dalam bekerja harus mengikuti aturan yang sudah dibuat oleh perusahaan.
kerja pada perusahaan peleburan logam agar data dapat diisi dengan
lengkap.
dapat mengisi dan melaporkan dengan tepat waktu sehingga data yang
Akuan, A. (n.d.). Teknik Pengecoran dan Peleburan Logam. Diakses April 10,
2018, dari https://www.scribd.com/doc/35148137/Modul-Pengecoran-
Peleburan-Logam-AA
Ardila, A.R., Halinda S.L., Eka L.M., (2014). Analisis Hasil Investigasi
kecelakaan kerja pada Inalum Smelthing Plant (ISP) PT Indonesia Asahan
Alumunium Kuala Tanjung. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Volume 4. Nomor 3. Diakses dari
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/12316
Handayani, W., Yuniar, L., Ice, Y.P., (2011). Kecelakaan kerja pada perajin Rotan
di Pitameh dan Tanah Sirah Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 5 No 2. Diakses dari
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/vie/147euipment
55
Pratama, A.K. 2015. Hubungan karakteristik pekerja dengan Unsafe Action pada
tenaga kerja bongkar muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. Jurnal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Vol 4 No 1. Diakses dari http://e-
journal.unair.ac.id/IJOSH/article/view/1647
Peraturan Pemerintah Tenaga Kerja pasal 2 dan 3. (1998) Tata cara pelaporan
dan pemeriksaan kecelakaan kerja. Jakarta: Anonim.
Pertiwi P. 2016. Hubungan antara perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Aneka Adhilogam
Karya Ceper Klaten. Diakses April 12, 2018, dari
http://eprints.ums.ac.id/44301/3/BAB%20I.pdf.
Sucipto, C.D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Sum’mur, (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto.
Syahrizal. (2014). Analisis Startegi Penanggulangan Kecelakaan Kerja untuk
Mencapai Tingkat Kecelakaan Kerja Nihil (Zero Accident) pada PT Tasik
Raja. (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Urata,
Medan.
63
64
65
66
67
68
69
Keterangan: Korban= Jenis Kelamin :1 Laki-laki Trjdi= Lokasi Kecelakaan : 1 Tempat kerja
3 Lalu lintas
Krbn= Umur :(1= <10 Tahun) (2= 11-20 Tahun) (3= 21-30 Tahun) (4= 31-40 Tahun) (5= 41-50 Tahun) (6=>50
Tahun)
70
Bhya= Kondisi Bahaya : (0= tidak ada, 1= Pengamanan yang tidak sempurna, 2= Adanya kecacatan atau (disabilitas),
3= penerangan yang tidak sempurna, 4= suasana kerja yang tidak aman, 5= getaran yang
berbahaya, 6= perlengkapan yang digunaka tidak aman, 7=penggunaan peralatan/bahan
uang kurang tepat, 8= adanya posedur/pengaturan yang tidak aman, 9=ventilasi tidak
sempurna, 10= tekanan udara yang tidak aman, 11= Bising, 12= Ada gerakan atau
perputaran)
Crk= Corak Kecelakaan : (0= Tidak ada, 1= Terbentur 2= Tertangkap 3= Tenggelam 4= Tertimbun 5= Terpukul 6=
Tergigit 7= Terjepi 8= Tergelincir 9= Terpapar 10= Jatuh dari ketinggian yang sama 11=
Jatuh dari ketinggian berbeda 12= Penghisapan 13= Tersengat aliran listrik)
Sumr= Sumber penyebab : (0= tidak ada, 1= Mesin (press, bor, gergaji, dll , 2= Pengangkut/pengangkat barang , 3=
Perkakas pekerjaan tangan , 4= bahan kimia , 5= faktor lingkungan , 6= bahan muda
terbakar dan benda panas, 7= Penggerak mula dan pompa , 8= conveyor , 9= Pesawat
uap dan bejana tekanan , 10= Debu berbahaya , 11= Binatang , 12= Lift (barang/orang) ,
13= Peralatan Listrik , 14= Radiasi dan bahan radioaktif ,15= Permukaan lantai di
lingkungan kerja , 16= Alat transmisi mekanik)
Bln= Bulan : (1= Januari, 2= Februari, 3= Maret, 4= April, 5= Mei, 6= Juni, 7= Juli, 8= Agustus, 9= September, 10=
Oktober, 11= November, 12= Desember)
71
Lampiran 5. Output
Jenis Kelamin
jen-kel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lokasi Kecelakaan
lok-kec
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Waktu kecelakaan
wkt-kec
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
tind-bhy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
bongkar pasang
barang/bongkar muat 27 14,7 14,7 90,2
barang
kon-bhy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
adanya kecacatan
8 4,3 4,3 39,7
(disabilitas)
perlengkapan yang
2 1,1 1,1 76,1
digunakan tidak aman
penggunaan
peralatan/bahan yang tidak 10 5,4 5,4 81,5
tepat
adanya prosedur/pengaturan
19 10,3 10,3 91,8
yang tidak aman
cor-kec
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sum-cer
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pengangkut/pengangkat
6 3,3 3,3 37,0
barang
permukaan lantai
5 2,7 2,7 100,0
dilingkungan kerja
bulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent