Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “K3 dan Hukum
Ketenagakerjaan” dengan judul “Inspeksi SBO – Audit K3 dan Keadaan Darurat”. Tugas
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah K3
dan Hukum Ketenagakerjaan. Selama pelaksanaan pengerjaan tugas dan studi literatur dari
internet, penyusun mendapatkan bimbingan dari indihome, dukungan dan saran yang
bermanfaat dari diri sendiri . Maka dari itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T, yang telah memberikan penulis kesadaran diri untuk belajar dan
menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa.
2. Wifi Indihome, yang telah memberikan penulis kemudahan dan kelancaran dalam
mencari berbagai referensi literatur dari internet .
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah bebas ini masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan tugas ini
sangat diharapkan oleh penulis. Semoga tugas makalah bebas ini menjadi manfaat bagi yang
membacanya.
Assyifa Kurnianda
NPM.07381811018
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Luckyta,
2012)
1.1.3. Definisi SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dankesehatan
kerja(K3)guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. (Permen,
2008).Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja(SMK3)adalah suatu struktur,
tanggung jawab, praktek dan suatu prosedur sumberdaya perusahaan untuk menerapkan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ILO, 1998).
Menurut PP No. 50 tahun 2012 SMK3 adalah sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup hal-hal sebagai berikut;struktur organisasi, perencanaan,
pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja(K3)dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pemahaman tentang sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang benar dari semua aspek sangat
berguna untuk pencegahan kecelakaan dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi
meningkat dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan
kecelakaan.
4
mengetahui sejauh mana penerapan K3 diberlakukan di suatu organisasi. Cara yang
digunakan yaitu dengan membandingkan pencapaian K3 dengan beberapa persyaratan
yang telah ditetapkan. Pengukuran dapat diketahui oleh suatu organisasi jika organisasi
telah melakukan audit internal maupun eksternal. Persyaratan SMK3 yang diberlakukan
di Indonesiayaitu SMK3 berdasarkan PP No.50 tahun 2012.
2. Sebagai sertifikasiSMK3 dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3.
Sertifikat biasanya diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi,
organisasi yang sudah mendapatkan sertifikat dinyatakan sudah baik dalam menerapkan
SMK3 di organisasinya.
3. Sebagai dasar pemberian penghargaan (awards) SMK3 seringkali dijadikan tolak ukur
dalam memberikan penghargaan pada suatu organisasi, penghargaan biasanya diberikan
oleh pemerintah atau lembaga lain sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap
pencapaian kinerja K3 yang baik. Organisasi yang mendapatkan penghargaan akan
mendapatkan citra baik di mata masyarakat dianggap telah mengutamakan aspek
keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya.
4. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasiSMK3 menjadi acuan dalam
mengimplementasikan K3, dan dasar dalam mengembangkan manajemen K3
diorganisasi karena sudah dianggap terstandar didunia(Ramli, 2010).
1.2.Proses SMK3
Terdapat dua unsur pokok dalam Sistem Manajemen K3 yaitu terletak pada proses
manajemen dan elemen-elemen implementasi. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana suatu
manajemen itu dijalankan. Elemen SMK3 sebagai komponen-komponen yang saling
berkaitan dan membentuk satu kesatuan. Elemen-elemen SMK3 tersebut antara lain
tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan
sumber daya. Seringkali dalam menentukan suatu kebijakan K3, perencanaan, objektif dan
program biasanya dipertimbangkan melalui elemen-elemen SMK3 (Ramli,
2010).Pendekatan yang digunakan dalam proses manajemen K3 adalah pendekatan PDCA
(plan-do-check-action). Langkah awal dalam menetapkan Sistem manajemen K3 dari tahap
perencanaan, suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien tanpa
perencanaan yang matang. Perencanaan diawali dengan suatu komitmen kuat dari pihak
manajemen(Ramli, 2010).Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 proses SMK3,
terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam proses SMK3 dan sifatnya memiliki
kesinambungan saling keterkaitan antar bagian. Berikut proses penerapan SMK3 dalam PP
No. 50 tahun 2012:
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan Rencana K3
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan
5. Peninjauan ulang dan peningkatan kinerja SMK3(Indonesia, 2012).
5
Gambar 1.1 Siklus Plan-do-check-action
6
tujuan dan sasaran, skala prioritas berdasarkan risiko tertinggi, upaya pengendalian
bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaiandan
sistem pertanggung jawaban yang dikomunikasikan.
3. Pelaksanaan rencana K3Tahap pelaksanaan akan sangat berkaitandengan sumber daya
manusia dansarana dan prasarana. Sumber daya yang digunakan harus memiliki
kualifikasi dan sarana prasarana harus memadai sehingga dapat menunjang jalannya
SMK3 diperusahaan.
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
pemantauan dan evaluasi kinerja baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Audit
internal SMK3 secara berkala dapat mengetahui pecapaian kinerja SMK3 sehigga
perusahaan dapatmengetahui kekurangan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3Menjamin kesesuaian dan keefektifan SMK3
dapat dilakukan melalui tahap peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 agar proses
SMK3 selalu berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan. Tinjauan yang
dilakukan harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap semua unsur perusahaan.
7
BAB II
INSPEKSO SBO AUDIT K3 DAN KEADAAN DARURAT
8
9. Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada koreksi (remedial actions) yang telah
dilakukan terhadap potensi permasalahan baru.
9
7. Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus ditandatangani oleh penanggung jawab
kegiatan inspeksi
8. Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan harus disampaiakan kepada pihak
manajemen, sehingga langkah perbaikan segera dilakukan.
10
Tindakan 1. Membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang harus
Korektif dikerjakan
2. Monitoring terhadap program perbaikan dan anggaran beaya
sampai implementasi perbaikan selesai
3. Verifikasi / pembuktian bahwa tindakan perbaikan dimulai
sesuai jadwal yang telah direncanakan.
4. Monitoring selama pengembangan tindakan korektif
5. Lakukan uji kelayakan setelah selesai implementasi sarana
perbaikan
Laporan 1. Suatu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai bahan
Inspeksi informasi dan komunikasi yang efektif .
11
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa sebuah sistem
informasi berbasis komputer yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya.
Audit (K3) adalah pengujian kritis secara sistematis terhadap penerapan Manajemen K3
diseluruh kegiatan perusahaan, dengan tujuan untuk meminimisasi kerugian. Audit merupakan
alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerpan SMK3 di tempat kerja,
pemeriksaan secara sistimatik, dilakukan secara independen, dilakukan oleh Badan Audit
independen minimal 1 kali/3 tahun.
Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) merupakan
kegiatan rutin yang harus dilaksanakan oleh manajemen perusahaan.Hasil dari audit akan
memberikan gambaran mengenai keberhasilan tingkat implementasi SMK3 dan rekomendasi
mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki atau keberhasilan yang perlu dipertahankan atau
lebih di tingkatkan .Menurut Arens dan James, “Audit adalah suatu proses dengan apa
seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari
ketserangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan”.
12
2.4.2. Jenis Audit di Program K3
Dalam pelaksanaan Audit terbagi atas dua jenis, yaitu Audit Internal dan Audit
Eksternal.
2.4.2.1.Audit Internal
Pelaksanaan audit internal diantaranta :
1. Pemeriksaan oleh perusahaan sendiri tanpa menghilangkan obyektifitas
2. Pelaksanaan tidak terlalu formal
3. Bertujuan untuk menilai/ melakukan evaluasi terhadap program
4. Memberi masukan kepada manajemen dalam rangka mengembangkan sistem manajemen
K3
5. Mempersiapkan untuk pelaksanaan audit eksternal yang akan dilaksanankan oleh konsultan
pihak luar. Contoh : Process Safety Management Audit (PSM Audit Team), Environmental,
Health and Safety Management System Audit (SMLK3 Audit Team).
2.4.2.2.Audit Eksternal
Pelaksanaan audit eksternal , diantaranya :
1. Audit yang dilakukan oleh badan independen atau konsultan
2. Pemeriksaan dilakukan secara formal
3. Tujuan audit untuk menilai secara obyektif terhadap sistem manajemen K3
4. Penilaian oleh badan independen akan memperoleh pengakuan baik secara nasional maupun
internasional. Contoh: Audit SMK3 Depnaker, Audit OHSAS 18001
13
2.5.Perbedaan Audit dan Inspeksi
Audit Inspeksi
2.6.Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah kejadian atau insiden tidak terduga atau tidak direncanakan yang
berakibat membahayakan manusia; mengganggu kelancaran operasi; atau mengakibatkan
kerusakan fisik atau lingkungan, yang harus dicegah dan ditanggulangi secara cepat dan
tepat agar akibat yang ditimbulkannya dapat ditekan sekecil mungkin. Cara terbaik adalah
dengan membuat perencanaan tanggap darurat sebagai langkah persiapan dan
penanggulangan keadaan darurat. Hanya sedikit orang yang dapat berpikir secara jernih dan
logis saat keadaan darurat terjadi, maka sangat penting bagi manajemen dan seluruh pekerja
untuk merencanakan dan menerapkan prosedur tanggap darurat di perusahaan.
Perencanaan atau rencana tanggap darurat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
tim manajemen dan pekerja yang bertujuan untuk mengantisipasi datangnya keadaan darurat
sehingga semua orang di tempat kerja mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan
untuk selamat. Tujuan perencanaan tanggap darurat ini adalah untuk membimbing setiap
individu yang berada pada situasi kecelakaan atau keadaan darurat guna mencegah atau
meminimalkan cedera, kerusakan aset serta kerugian material. Dapat juga mencegah atau
meminimalkan dampak lingkungan akibat kecelakaan atau keadaan darurat tersebut.Ketika
sedang mengembangkan perencanaan tanggap darurat di perusahaan, hal pertama yang harus
Anda lakukan adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang kemungkinan terjadi di tempat
kerja, yang dapat menimbulkan keadaan darurat. Jika Anda memiliki lebih dari satu area
kerja dengan kegiatan berbeda-beda, maka setiap lokasi harus memiliki rencana tanggap
darurat.
14
Menurut OSHA, perencanaan tanggap darurat minimal harus mencakup hal-hal
sebagai berikut:
Perencanaan tanggap darurat yang dibuat harus mencakup cara memperingatkan atau
memberitahu seluruh pekerja, tamu dan pihak yang berada di dalam gedung tentang
terjadinya keadaan darurat. Langkah-langkah yang sebaiknya Anda lakukan antara lain:
1. Memasang alarm sebagai tanda terjadinya keadaan darurat dan pastikan seluruh pekerja
mengetahui sinyal alarm keadaan darurat
2. Merancang sistem komunikasi darurat untuk menyampaikan informasi keadaan darurat dan
menghindari kesimpangsiuran informasi
3. Memastikan bahwa alarm dapat didengar dan kotak alarm dalam keadaan baik dan lokasinya
bebas hambatan. Pastikan pekerja yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan
alarm.
Secara umum, langkah-langkah menyiapkan rencana tanggap darurat terbagi menjadi
lima, diantaranya:
1. Identifikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat − Anda harus
mengidentifikasi secara spesifik akan potensi bahaya berdasarkan tipe kegiatannya.
2. Langkah-langkah pencegahan − Tindakan pencegahan harus dirancang secara detail dan
jelas untuk setiap jenis potensi bahaya. Misalnya membuat langkah pencegahan kebakaran,
ledakan, atau tumpahan bahan kimia.
3. Perencanaan tanggap darurat − Perusahaan harus menentukan satu atau lebih perencanaan
darurat yang didasarkan pada kompleksitas serta kebutuhan. Pastikan semua pekerja
mengetahui perencanaan tanggap darurat ini. Penting bagi mereka untuk mengetahui
tindakan pencegahan dan apa yang harus dilakukan saat keadaan darurat terjadi.
15
4. Pelatihan dan uji coba − Perusahaan harus melatih para pekerjanya tentang langkah-langkah
pencegahan dan perencanaan tanggap darurat. Pelatihan secara berkala harus dilakukan
untuk memastikan pekerja melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan darurat yang
ditetapkan.
5. Evaluasi dan perbaikan − Anda harus memperhitungkan kesenjangan antara perencanaan
tanggap darurat dan hasil uji coba yang telah dilakukan. Bila dalam perencanaan tanggap
darurat masih terdapat kekurangan atau tidak sesuai yang diharapkan, maka perbaikan dalam
perencanaan tanggap darurat perlu dilakukan.
Umumnya, pelatihan tanggap darurat bagi pekerja mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Peran dan tanggung jawab individu/ pekerja yang ditunjuk jadi tim tanggap darurat
2. Ancaman, bahaya, dan tindakan protektif yang harus dilakukan
3. Prosedur pemberitahuan, peringatan, dan komunikasi
4. Prosedur tanggap darurat
5. Prosedur evakuasi
6. Lokasi dan penggunaan alat pemadam kebakaran, kotak alarm, pintu darurat, alat bantu
pernapasan, tempat membilas mata, dan semua peralatan darurat lain
7. Prosedur emergency shutdown.
16