Anda di halaman 1dari 16

TUGAS I DAN II

K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

INSPEKSI SBO – AUDIT K3 DAN KEADAAN DARURAT

Oleh :

NAMA : ASSYIFA KURNIANDA


NPM : 07381811018

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “K3 dan Hukum
Ketenagakerjaan” dengan judul “Inspeksi SBO – Audit K3 dan Keadaan Darurat”. Tugas
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah K3
dan Hukum Ketenagakerjaan. Selama pelaksanaan pengerjaan tugas dan studi literatur dari
internet, penyusun mendapatkan bimbingan dari indihome, dukungan dan saran yang
bermanfaat dari diri sendiri . Maka dari itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T, yang telah memberikan penulis kesadaran diri untuk belajar dan
menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa.
2. Wifi Indihome, yang telah memberikan penulis kemudahan dan kelancaran dalam
mencari berbagai referensi literatur dari internet .

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah bebas ini masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan tugas ini
sangat diharapkan oleh penulis. Semoga tugas makalah bebas ini menjadi manfaat bagi yang
membacanya.

Ternate, 19 Maret 2021

Assyifa Kurnianda
NPM.07381811018

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Definisi K3 dan SMK3


1.1.1. Definisi K3
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Kondisi
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakantermasuk rendah. Padahal tenaga kerja adalah faktor penting bagi kegiatan
perusahaan, karena perusahaan tidak bisa lepas dari yang namanya tenaga kerja.Menurut
Anjani, et, al. (2014:2)menjelaskan bahwa faktor keamanan dan perlindungan dalam bekerja
menjadi faktor yang mempengaruhi untuk bekerja. Pada saat karyawan mendapatkan
keamanan dan perlindungan saat bekerja mereka akan melakukan pekerjaan dengan baik
dengan perasaan yang tenang. Melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu faktor dalam memberi jaminan perlindungan dalam bekerja yang
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Menurut (Depnakes: 2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)adalahsegala daya
upaya pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah,menanggulangi dan mengurangi
terjadinya kecelakan dan dampak melaluilangkah-langkah identifikasi, analisis dan
pengendalian bahaya denganmenerapkan pengendalian bahaya secara tepat dan
melaksanakan perundang-undangantentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(K3).Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)menurut Prawirosentono Suyadi(2002:91)
adalah”menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjaminkesehatan dan
keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan di wilayah kerjaperusahaan dapat berjalan
lancar”.

1.1.2. Tujuan Penerapan K3


Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ialah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara
fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dengan
seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.

3
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Luckyta,
2012)
1.1.3. Definisi SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dankesehatan
kerja(K3)guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. (Permen,
2008).Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja(SMK3)adalah suatu struktur,
tanggung jawab, praktek dan suatu prosedur sumberdaya perusahaan untuk menerapkan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ILO, 1998).

Menurut PP No. 50 tahun 2012 SMK3 adalah sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup hal-hal sebagai berikut;struktur organisasi, perencanaan,
pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja(K3)dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pemahaman tentang sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang benar dari semua aspek sangat
berguna untuk pencegahan kecelakaan dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi
meningkat dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan
kecelakaan.

1.1.4. Tujuan SMK3


Sistem Manajemen K3 merupakan sistem manajemen yang memiliki tujuan utama yaitu
memberikan perlindungan pada pekerja, bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan yang
harus dipelihara dan dijaga keselamatannya (Suardi, 2007). Tujuan Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3)menurut PP No.50 tahun 2012 (pasal 2):

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang


terencana, terstrukturdan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja/serikat buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktifitas.

Tujuan dari penerapan SMK3 dapat digolongkan sebagai berikut:


1. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasiSistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) menjadi alat ukur pencapain kinerja K3 serta untuk

4
mengetahui sejauh mana penerapan K3 diberlakukan di suatu organisasi. Cara yang
digunakan yaitu dengan membandingkan pencapaian K3 dengan beberapa persyaratan
yang telah ditetapkan. Pengukuran dapat diketahui oleh suatu organisasi jika organisasi
telah melakukan audit internal maupun eksternal. Persyaratan SMK3 yang diberlakukan
di Indonesiayaitu SMK3 berdasarkan PP No.50 tahun 2012.
2. Sebagai sertifikasiSMK3 dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3.
Sertifikat biasanya diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi,
organisasi yang sudah mendapatkan sertifikat dinyatakan sudah baik dalam menerapkan
SMK3 di organisasinya.
3. Sebagai dasar pemberian penghargaan (awards) SMK3 seringkali dijadikan tolak ukur
dalam memberikan penghargaan pada suatu organisasi, penghargaan biasanya diberikan
oleh pemerintah atau lembaga lain sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap
pencapaian kinerja K3 yang baik. Organisasi yang mendapatkan penghargaan akan
mendapatkan citra baik di mata masyarakat dianggap telah mengutamakan aspek
keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya.
4. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasiSMK3 menjadi acuan dalam
mengimplementasikan K3, dan dasar dalam mengembangkan manajemen K3
diorganisasi karena sudah dianggap terstandar didunia(Ramli, 2010).

1.2.Proses SMK3
Terdapat dua unsur pokok dalam Sistem Manajemen K3 yaitu terletak pada proses
manajemen dan elemen-elemen implementasi. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana suatu
manajemen itu dijalankan. Elemen SMK3 sebagai komponen-komponen yang saling
berkaitan dan membentuk satu kesatuan. Elemen-elemen SMK3 tersebut antara lain
tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan
sumber daya. Seringkali dalam menentukan suatu kebijakan K3, perencanaan, objektif dan
program biasanya dipertimbangkan melalui elemen-elemen SMK3 (Ramli,
2010).Pendekatan yang digunakan dalam proses manajemen K3 adalah pendekatan PDCA
(plan-do-check-action). Langkah awal dalam menetapkan Sistem manajemen K3 dari tahap
perencanaan, suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien tanpa
perencanaan yang matang. Perencanaan diawali dengan suatu komitmen kuat dari pihak
manajemen(Ramli, 2010).Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 proses SMK3,
terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam proses SMK3 dan sifatnya memiliki
kesinambungan saling keterkaitan antar bagian. Berikut proses penerapan SMK3 dalam PP
No. 50 tahun 2012:
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan Rencana K3
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan
5. Peninjauan ulang dan peningkatan kinerja SMK3(Indonesia, 2012).

5
Gambar 1.1 Siklus Plan-do-check-action

1.3.SMK3 Menurut PP No.50 Tahun 2012


Tahapan manajemen dalam SMK3 berdasarkan Pertauran Pemerintah No. 50 tahun 2012
yaitu meliputi:
1. Penetapan kebijakan K3Tahap penetapan kebijakan K3 adalah merupakan tahap awal
dalam penerapan SMK3. Kebijakan K3 yang disusun sebaiknya berdasarkan tinjauan
terhadap aspek K3 diperusahaan awal yang dikonsultasikan kepada pekerja. Kebijakan
yang telah disusun sebaiknya ditetapkan oleh top manajemen yang secara jelas
menyatakan tujuan dan sasaran K3 selalu dikomunikasikan kepada pekerja atau pihak
terkait lainnya, dan selalu dijamin ketersediaannya dan terpelihara. Kebijakan sebaiknya
kebijakan K3 yang selalu relevan dan selalu diperbaharui. Penempatan organisasi K3
pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan akan dapat mempermudah
jalannya SMK3 diperusahaan, serta didukung dengan penyediaan anggaran,
tenagakerjadan sarana yang memadai. Pimpinan perusahaan harus menunjukkan
bentukkomitmennya dalam menerapkan sistem ini agar pelaksanaan SMK3 selalu
mendapatkan dukungan dari pimpinan.
2. Perencanaan K3Tahap perencanaan merupakan tahap yang cukup penting dalam SMK3.
Tahap perencanaan harus disusun pengusaha berdasarkan data kongkrit dari kondisi
perusahaan seperti hasil penelaahan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko. Perencanaan disusun juga berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya, akan tetapi harus dipertimbangkan dari sisi
sumberdaya yang ada. Poin yang sebaiknya dimasukkan dalam tahap perencanaan yaitu

6
tujuan dan sasaran, skala prioritas berdasarkan risiko tertinggi, upaya pengendalian
bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaiandan
sistem pertanggung jawaban yang dikomunikasikan.
3. Pelaksanaan rencana K3Tahap pelaksanaan akan sangat berkaitandengan sumber daya
manusia dansarana dan prasarana. Sumber daya yang digunakan harus memiliki
kualifikasi dan sarana prasarana harus memadai sehingga dapat menunjang jalannya
SMK3 diperusahaan.
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
pemantauan dan evaluasi kinerja baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Audit
internal SMK3 secara berkala dapat mengetahui pecapaian kinerja SMK3 sehigga
perusahaan dapatmengetahui kekurangan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3Menjamin kesesuaian dan keefektifan SMK3
dapat dilakukan melalui tahap peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 agar proses
SMK3 selalu berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan. Tinjauan yang
dilakukan harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap semua unsur perusahaan.

7
BAB II
INSPEKSO SBO AUDIT K3 DAN KEADAAN DARURAT

2.1. Inspeksi Program K3


2.1.1. Definisi Inspeksi Program K3
Inspeksi adalah identifikasi dan pengamatan terhadap kondisi peralatan, lingkungan
kerja, prosedur kerja,dan perilaku karyawan di tempat kerja. Inspeksi adalah sistem yang baik
untuk menemukan suatu masalah dan menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan
kerugian lain yang dapat muncul. (Bird, Frank E. and George L. Germain, 1990). Inspeksi
dimanfaatkan disegala bidang ilmu termasuk K3 untuk memastikan upaya dan program
keselamatan berjalan secara berkesinambungan. Inspeksi K3 sangat berperan dalam
mengidentifikasi dan mengontrol bahaya ditempat kerja maupun dirumah sebelum
menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan. Dalam peraturan pemerintah inspeksi
tempat kerja diatur dalam Permenaker nomor 05 Tahun 1996 tentang SMK3 pada lampiran
I: Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3. Dijelaskan bahwa perusahaan harus menetapkan
dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja, frekuensi inspeksi dan pengujian harus sesuai
dengan obyeknya. Perlu diingat bahwa inspeksi memiliki perbedaan secara konsep dengan
audit. Inspeksi lebih cenderung menangkap gap/temuan bersifat lokal atau sesaat berupa
kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman. Sedangkan audit yang berasal dari kata audi
(mendengarkan) menyelesaikan temuan secara sistemik mulai dari kebijakan/policy, standar
operasional hingga pada penerapan.

2.1.2. Tujuan Inspeksi


Tujuan Inspeksi program K3 adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa pemenuhan standar K3 yang berlaku.
2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi kesehatan & Keselamatan pekerja dan
lingkungan kerja.
3. Memahami problema yg timbul diantara pekerja.
4. Untuk menentukan upaya perbaikan atau penyempurnaan dari kegiatan kesehatan kerja
yang dilaksanakan.
5. Mengidentifikasi potensi permsalahan pada pekerja atau tempat kerja yang tidak
diantisipasi sewaktu merancang atau menganalisis tugas
6. Mengidentifikasi kekurangan pada peralatan (unsafe condition)
7. Mengidentifikasi tindakan pekerja tidak aman (unsafe practices)
8. Mengidentifikasi efek dari perubahan (modifikasi) pada proses material atau peralatan
(melihat apa yang tejadi).

8
9. Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada koreksi (remedial actions) yang telah
dilakukan terhadap potensi permasalahan baru.

Memberikan informasi kepada manajemen tentang :


1. Kondisi peralatan (yang baik dan yang rusak)
2. Tata letak peralatan dan housekeeping (pengaturan tata letak yang salah, tumpukan material)
3. Peralatan /tools (yang baik dan yang rusak)
4. Kondisi lingkungan kerja (spills, leaks) Menunjukkan komitmen manajemen.

2.2. Jenis Inspeksi


2.2.1. Inspeksi Informal
Inspeksi Informal meliputi :
1. Merupakan inspeksi yang tidak terencana
2. Inspeksi yang bersifat sederhana
3. Dilakukan atas kesadaran orang-orang yang menemukan atau melihat masalah K3 di
dalam pekerjaanya sehari – hari
4. Jika ditemukan masalah maka langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan segera dapat
dilakukan tindakan korektif.
5. Keterbatasan : Inspeksi tidak dilakukan secara sistematik sehingga tidak bisa mencakup
gambaran permasalahan secara keseluruhan.
6. Akan sangat efektif bila inspeksi informal ini dijadikan kebijakan manajemen.
7. Masalah-masalah yang ditemukan langsung dapat didokumentasikan berupa catatan
singkat / foto sesuai prosedur dan di buat laporan secara sederhana.

2.2.2. Inspeksi Rutin atau Umum


Inspeksi rutin meliputi :
1. Direncakan dengan cara WALK-THROUGH SURVEY keseluruh area kerja dan bersifat
komprehensif
2. Jadwal pelaksanakan rutin ( Sudah ditentukan : 1x bulan)
3. Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga kerja dengan pihak manajemen.
4. Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat menggunakan ahli K3 dari luar
perusahaan yang akan membantu memberikan saran-saran tentang penanganan masalah-
masalah K3 di tempat kerja.
5. Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada area khusus sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan seseorang yang mempunyai keahlian khusus.
6. Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap permasalahan yang telah
diidentifikasi dari hasil survey harus selalu tercatat dan dibukukan.

9
7. Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus ditandatangani oleh penanggung jawab
kegiatan inspeksi
8. Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan harus disampaiakan kepada pihak
manajemen, sehingga langkah perbaikan segera dilakukan.

2.2.3. Inspeksi Khusus


Direncanakan hanya untuk diarahakan kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti : Mesin-
mesin, alat kerja dan tempat-tempat khusus yang meiliki resiko kerja tinggi. Langkah dalam
membuat daftar inventarisasi objek inspeksi khusus adalah :
1. Kategorikan dan buat daftar objek yang dianggap penting & krusial di perusahaan
2. Rencanakan atau gambarkan area yang menjadi tanggung jawab masing-masing unit kerja
3. Susun daftar inventarisasi dengan baik dan terstruktur.
4. Buatlah Recordkeeping : Identifikasi setiap mesin & peralatan, indikasi apa yang akan di
inspeksi, identifikasi siapa petugas dan penanggung jawab inspeksi dan berapa sering
dilakukan inspeksi.

2.3. Langkah – Langkah Efektifitas Aktivitas Program K3 di Tempat Kerja

Tahap 1. Mulai dengan sikap & perilaku positif


Persiapan 2. Rencanakan inspeksi
3. Tentukan apa yang dilihat & pahami apa yang akan dicari
4. Buat checklist & siapkan peralatan serta bahan inspesksi.
5. Lihat laporan inspeksi sebelumnya

Pelaksanaan 1. Berpedoman pada peta pabrik ( Work place mapping ) &


Inspeksi checklist
2. Cek setiap point checklist
3. Ambil tindakan perbaikan sementara bila ada masalah K3
4. Jelaskan hasil temuan
5. Klasifikasikan hazard & tentukan faktor penyebab.

Pengembangan 1. Perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya kerugian


Upaya nyata. Upaya pengendalian dapat terus dikembangkan dari
Perbaikan waktu ke waktu sampai ditemukan sistem pengendalian yang
efektif.

10
Tindakan 1. Membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang harus
Korektif dikerjakan
2. Monitoring terhadap program perbaikan dan anggaran beaya
sampai implementasi perbaikan selesai
3. Verifikasi / pembuktian bahwa tindakan perbaikan dimulai
sesuai jadwal yang telah direncanakan.
4. Monitoring selama pengembangan tindakan korektif
5. Lakukan uji kelayakan setelah selesai implementasi sarana
perbaikan

Laporan 1. Suatu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai bahan
Inspeksi informasi dan komunikasi yang efektif .

Review 1. Lakukan tindakan review terhadap implementasi sarana


perbaikan secara
2. berkala untuk memastikan bahwa tidak ada masalah lain yang
ditimbulkan.

2.3.1. Prosedur Inspeksi Program K3


Inspeksi program K3 diantaranya :
1. Rencanakan dengan cara pengamatan singkat lapangan (walk throuhh survey) ke seluruh
area kerja dan bersifat komprehensif.
2. Buat jadwal pelaksanaan selama 1 tahun
3. Lakukan bersama-sama petugas K3, IPSRS dan keamanan
4. Laksanakan inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada area yang dapat menyebabkan
kebakaran.
5. Catat dan bukukan setiap permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey
6. Laporkan hasil inspeksi dalam bentuk laporan tertulis dan disampaikan ke direktur umum
operasional

2.4. Pengertian Audit


Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi,
sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek
dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang
telah disetujui dan diterima. Audit Sistem adalah sebuah proses yang sistematis dalam

11
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa sebuah sistem
informasi berbasis komputer yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya.
Audit (K3) adalah pengujian kritis secara sistematis terhadap penerapan Manajemen K3
diseluruh kegiatan perusahaan, dengan tujuan untuk meminimisasi kerugian. Audit merupakan
alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerpan SMK3 di tempat kerja,
pemeriksaan secara sistimatik, dilakukan secara independen, dilakukan oleh Badan Audit
independen minimal 1 kali/3 tahun.
Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) merupakan
kegiatan rutin yang harus dilaksanakan oleh manajemen perusahaan.Hasil dari audit akan
memberikan gambaran mengenai keberhasilan tingkat implementasi SMK3 dan rekomendasi
mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki atau keberhasilan yang perlu dipertahankan atau
lebih di tingkatkan .Menurut Arens dan James, “Audit adalah suatu proses dengan apa
seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari
ketserangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan”.

2.4.1. Tujuan Program Audit


Tujuan program audit yaitu :
1. untuk menentukan efektifitas program K3 perusahaan, dan mengukur upaya pencegahan
kerugian
2. Memperkuat program dan standar organisasi
3. Mengingatkan manajer pada setiap tingkatan untuk mendorong perbaikan kinerja
4. Laporan audit dapat mengupayakan perbaikan dan perhatian terhadap kondisi substandard
5. Mendapat informasi pada saat yang tepat sebelum kejadian yang merugikan terjadi, sehingga
dapat melakukan kontrol utk perbaikan pada tingkat awal Identifikasi terhadap kelemahan
program

12
2.4.2. Jenis Audit di Program K3
Dalam pelaksanaan Audit terbagi atas dua jenis, yaitu Audit Internal dan Audit
Eksternal.
2.4.2.1.Audit Internal
Pelaksanaan audit internal diantaranta :
1. Pemeriksaan oleh perusahaan sendiri tanpa menghilangkan obyektifitas
2. Pelaksanaan tidak terlalu formal
3. Bertujuan untuk menilai/ melakukan evaluasi terhadap program
4. Memberi masukan kepada manajemen dalam rangka mengembangkan sistem manajemen
K3
5. Mempersiapkan untuk pelaksanaan audit eksternal yang akan dilaksanankan oleh konsultan
pihak luar. Contoh : Process Safety Management Audit (PSM Audit Team), Environmental,
Health and Safety Management System Audit (SMLK3 Audit Team).

2.4.2.2.Audit Eksternal
Pelaksanaan audit eksternal , diantaranya :
1. Audit yang dilakukan oleh badan independen atau konsultan
2. Pemeriksaan dilakukan secara formal
3. Tujuan audit untuk menilai secara obyektif terhadap sistem manajemen K3
4. Penilaian oleh badan independen akan memperoleh pengakuan baik secara nasional maupun
internasional. Contoh: Audit SMK3 Depnaker, Audit OHSAS 18001

13
2.5.Perbedaan Audit dan Inspeksi

Audit Inspeksi

 Upaya mencari ketidaksesuaian di  Upaya menemukan sumber


dalam sistem di mana kegiatan bahaya dengan memeriksa standar yang
dilakukan terhadap area keseluruhan berhubungan dengan bahaya
sistem K3 yang ada di perusahaan. tersebut.
 Mengukur efektifitas dari  Menemukan kesesuaian dari suatu obyek.
pelaksanaan suatu sistem.  Difokuskan terhadap suatu obyek.
 Difokuskan terhadap suatu sistem  Penekanan terhadap hasil akhir.
 Penekanan terhadap proses.  Metode pelaksanaan: pengujian secara teknis
 Metode pelaksanaan: tinjauan dan mende
ulang, mencari kesesuaian dan
observasi.

2.6.Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah kejadian atau insiden tidak terduga atau tidak direncanakan yang
berakibat membahayakan manusia; mengganggu kelancaran operasi; atau mengakibatkan
kerusakan fisik atau lingkungan, yang harus dicegah dan ditanggulangi secara cepat dan
tepat agar akibat yang ditimbulkannya dapat ditekan sekecil mungkin. Cara terbaik adalah
dengan membuat perencanaan tanggap darurat sebagai langkah persiapan dan
penanggulangan keadaan darurat. Hanya sedikit orang yang dapat berpikir secara jernih dan
logis saat keadaan darurat terjadi, maka sangat penting bagi manajemen dan seluruh pekerja
untuk merencanakan dan menerapkan prosedur tanggap darurat di perusahaan.
Perencanaan atau rencana tanggap darurat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
tim manajemen dan pekerja yang bertujuan untuk mengantisipasi datangnya keadaan darurat
sehingga semua orang di tempat kerja mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan
untuk selamat. Tujuan perencanaan tanggap darurat ini adalah untuk membimbing setiap
individu yang berada pada situasi kecelakaan atau keadaan darurat guna mencegah atau
meminimalkan cedera, kerusakan aset serta kerugian material. Dapat juga mencegah atau
meminimalkan dampak lingkungan akibat kecelakaan atau keadaan darurat tersebut.Ketika
sedang mengembangkan perencanaan tanggap darurat di perusahaan, hal pertama yang harus
Anda lakukan adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang kemungkinan terjadi di tempat
kerja, yang dapat menimbulkan keadaan darurat. Jika Anda memiliki lebih dari satu area
kerja dengan kegiatan berbeda-beda, maka setiap lokasi harus memiliki rencana tanggap
darurat.

14
Menurut OSHA, perencanaan tanggap darurat minimal harus mencakup hal-hal
sebagai berikut:

1. Prosedur pelaporan kecelakaan, kebakaran, atau keadaan darurat lainnya


2. Kebijakan dan prosedur evakuasi, mencakup jalur evakuasi, tim evakuasi (floor warden) di
setiap lantai, denah evakuasi atau sarana evakuasi lainnya.
3. Skema atau daftar nomor telepon penting yang harus dihubungi saat keadaan darurat
4. Prosedur tindakan darurat mulai dari pra kejadian, saat terjadi keadaan darurat, dan pasca
kejadian. Prosedur juga mencakup pembahasan tentang peralatan darurat, peralatan
pemadam kebakaran, alarm, peralatan P3K, hingga prosedur emergency shutdown. Sistem
emergency shutdown adalah suatu sistem yang digunakan dalam industri perminyakan
sebagai sistem pelindung (safety) dari bahaya-bahaya seperti kebakaran, dan tekanan
berlebih yang dapat menyebabkan ledakan. Biasanya sistem ini beroperasi apabila keadaan
darurat dengan mematikan sistem proses.
5. Susunan tim tanggap darurat mencakup koordinator, tim evakuasi, petugas P3k, dan petugas
lain yang diperlukan.
Penentuan lokasi tempat berkumpul (assembly point) dan prosedur pelaporan yang
menyatakan bahwa semua pekerja sudah dievakuasi juga perlu dipertimbangkan.

Perencanaan tanggap darurat yang dibuat harus mencakup cara memperingatkan atau
memberitahu seluruh pekerja, tamu dan pihak yang berada di dalam gedung tentang
terjadinya keadaan darurat. Langkah-langkah yang sebaiknya Anda lakukan antara lain:
1. Memasang alarm sebagai tanda terjadinya keadaan darurat dan pastikan seluruh pekerja
mengetahui sinyal alarm keadaan darurat
2. Merancang sistem komunikasi darurat untuk menyampaikan informasi keadaan darurat dan
menghindari kesimpangsiuran informasi
3. Memastikan bahwa alarm dapat didengar dan kotak alarm dalam keadaan baik dan lokasinya
bebas hambatan. Pastikan pekerja yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan
alarm.
Secara umum, langkah-langkah menyiapkan rencana tanggap darurat terbagi menjadi
lima, diantaranya:
1. Identifikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat − Anda harus
mengidentifikasi secara spesifik akan potensi bahaya berdasarkan tipe kegiatannya.
2. Langkah-langkah pencegahan − Tindakan pencegahan harus dirancang secara detail dan
jelas untuk setiap jenis potensi bahaya. Misalnya membuat langkah pencegahan kebakaran,
ledakan, atau tumpahan bahan kimia.
3. Perencanaan tanggap darurat − Perusahaan harus menentukan satu atau lebih perencanaan
darurat yang didasarkan pada kompleksitas serta kebutuhan. Pastikan semua pekerja
mengetahui perencanaan tanggap darurat ini. Penting bagi mereka untuk mengetahui
tindakan pencegahan dan apa yang harus dilakukan saat keadaan darurat terjadi.

15
4. Pelatihan dan uji coba − Perusahaan harus melatih para pekerjanya tentang langkah-langkah
pencegahan dan perencanaan tanggap darurat. Pelatihan secara berkala harus dilakukan
untuk memastikan pekerja melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan darurat yang
ditetapkan.
5. Evaluasi dan perbaikan − Anda harus memperhitungkan kesenjangan antara perencanaan
tanggap darurat dan hasil uji coba yang telah dilakukan. Bila dalam perencanaan tanggap
darurat masih terdapat kekurangan atau tidak sesuai yang diharapkan, maka perbaikan dalam
perencanaan tanggap darurat perlu dilakukan.

Umumnya, pelatihan tanggap darurat bagi pekerja mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Peran dan tanggung jawab individu/ pekerja yang ditunjuk jadi tim tanggap darurat
2. Ancaman, bahaya, dan tindakan protektif yang harus dilakukan
3. Prosedur pemberitahuan, peringatan, dan komunikasi
4. Prosedur tanggap darurat
5. Prosedur evakuasi
6. Lokasi dan penggunaan alat pemadam kebakaran, kotak alarm, pintu darurat, alat bantu
pernapasan, tempat membilas mata, dan semua peralatan darurat lain
7. Prosedur emergency shutdown.

16

Anda mungkin juga menyukai