Anda di halaman 1dari 32

 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang


Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,
 perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam
 pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara

segar perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara
lembab harus dikeluarkan oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan
 beberapa faktor tersebut diatas, maka kebutuhan udara segar di tambang
 bawah tanah kadang-kadang lebih besar dari pada 200 cfm/orang atau
 bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat ini
sudah banyak yang menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10  –   20 ton
udara segar per ton mineral tertambang.

1.2  Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum Ventilasi ini, diharapkan praktikan
dapat :
a.  Memahami teori aliran udara pada system ventilasi tambang bawah
tanah.
 b.  Melakukan pengukuran kecepatan udara.
c.  Melakukan pengukuran faktor kehilangan jumlah udara.
d.  Menghitung kuantitas udara yang dihasilkan oleh fan.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 1/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

BAB II
DASAR TEORI

2.1.  Perubahan Energi Didalam Aliran Fluida


Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak
( steady), artinya tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi
waktu. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah
 penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi, yang keduanya dihitung

 berdasarkan perbedaan energi.


Hukum konservasi energi menyatakan bahwa energi total di dalam
suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu
 bentuk ke bentuk lainnya.

Gambar 2.1
Sistem Aliran Fluida

Perhatikan gambar 2.1, dimana;


Energi total 1 = energi total 2 + kehilangan energi … … … … … … .. (1) 
Atau;
Energi masuk sistem = energi keluar sistem
Jadi didapat persamaan yang disebut persamaan Bernouli :
(P1/w) + (V12/2g) + ( Z1) = (P2/w) + (V22/2g) + ( Z2) + Hl … .. … … (2)

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 2/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Dimana :
(P/w) = energi statik /head statik
(V2/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan
Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi
spesifik dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida,
maka suku-suku tersebut dapat dinyatakan sebagai „presure head‟ atau
„head‟ saja. 
Sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi :

Ht1  = Ht2 + Hl … … … … … … … … … … … … … … (3) 


Dan Persamaan (2) menjadi :
Hs1 + Hv1 + Hz1  = Hs2 + Hv2 + Hz3 + Hl … … … … … … … (4) 
Dimana ;
Hs = head statik
Hv = head kecepatan
Hz = head potensial

Energi potensial dapat dihitung dengan cara memasukkan besaran


 perbedaan tinggi, yakni;
P = w1 H1  = w2 H2
Dimana :
P = tekanan, dalam Pa atau lbs/sq.ft.
W1 = bobor isi udara, dalam kg/m3 atau lbs/cuft.
H = head, dalam m atau ft.
3
Dengan bobot isi air = 62,4 lb/ft , pengaruh berda tinggi untuk kolom
1 inci air pada kondisi udara standar adalah :
H1 = (w2 H2/ w1) = ((62,4 lb/ft3)(1 in)/ (0,0750 lb/ft3))
= 532 in = 69,3 ft udara
Jadi untuk udara diatas permukaan air laut, suatu kenaikan elevasi
sebesar 69,3 ft akan menaikkan head potensial Hz sebesar 1 in dan sebagai
kompensasinya head   statik akan turun juga sebesar 1 in. Dalam praktek,
konversi sebesar 70 ft udara ekuivalen dengan 1 in air.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 3/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Jika head   potensial (Hz) diperhitungkan dalam persamaan (4) maka


head statik dinyatakan dalam tekanan  gauge. Oleh karena itu head   statik
diukur dari datum tertentu.
Gambar 3.2 menunjukkan perhitungan energi aliran udara untuk
susunan saluran udara yang diletakkan secara mendatar dan tegak.
  Untuk posisi mendatar :
HT1  = Hs1  + Hv1  + Hz1 
HT2  = Hs2  + Hv2  + Hz2 
HT1  = HT2  + HL 
Dengan menggunakan tekanan absolut :
(4 + 408) + 1 + 0 = ( 1 + 408 ) + 1 + 0 + 3
413 = 413
Dengan tekanan gage :
4 +1 +0 = 1 +1 +0 +3
5 = 5

Gambar 2.2
Susunan Saluran Udara Mendatar dan Tegak
  Untuk posisi tegak :
HT1  = HT2  + HL 
Dengan tekanan absolut :
(4 + 408) + 1 + 0 = (1 + 407 ) + 1 + 1 + 3
413 = 413
Dengan tekanan gage :

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 4/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

4 + 1 + 0   1 + 1 + 1 + 3

5   6
Perhitungan dengan tekanan gage salah karena tidak
mempertimbangkan perubahan datum yang terjadi karena perubahan
elevasi.
Pada prakteknya penggunaan tekanan absolut dalam perhitungan
ventilasi membuat rumit. Oleh karena itu diterapkan konvensi penggunaan
tekanan gage sebagai basis perhitungan dengan cara menghilangkan Hz 
dalam semua perhitungan.
Dengan demikian persamaan energi yang disederhanakan menjadi :
Ht1  = Ht2  + HL 
Hs1 + Hv1  = Hs2 + Hv2  + HL  ..… … … … … … … … … (5) 
Persamaan ini berlaku selama pengukuran dan perhitungan head
statik didasarkan pada tekanan gage. Namun persamaan tersebut tidak
 berlaku untuk ventilasi alam dimana Hz tidak bisa diabaikan.  

2.2.  Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang

a.  Head Loss 
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang
ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk
mendapatkan aliran yang tunak ( stead y), digunakan untuk
menimbulkan perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran (H L).
 Head loss dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen,
yaitu : „ friction loss (H f )‟ dan „ shock loss (H x)‟. Dengan demikian head

loss adalah:
HL  = Hf   + Hx  … … … … … … … … …… … … (6) 
 Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear
melalui saluran dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock
loss adalah kehilangan head yang dihasilkan dari perubahan aliran atau
luas penampang dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik
keluaran dari sistem, belokan atau percabangan, dan halangan-halangan

yang terdapat pada saluran.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 5/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

 b. Mine Head  


Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan
untuk mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran
yang diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi
aliran.
Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin
dan satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut „mine
head‟, yaitu perbedaan tek anan yang harus ditimbulkan untuk
menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.
1)   Mine statik head (mine H  s )

Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk


mengatasi seluruh kehilangan head   aliran. Hal ini sudah termasuk
semua kehilangan dalam head loss yang terjadi antara titik masuk
dan keluaran sistem dan diberikan dalam bentuk persamaan:
Mine Hs  =  HL  =  (Hf + Hx)
2)   Mine velocity head (mine Hv)
Dinyatakan sebagai velocity head   pada titik keluaran

sistem. Velocity head   akan berubah dengan adanya luas


 penampang dan jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari
 bobot iisi udara dan kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan
suatu head loss  komulatif, namun untuk suatu sistem merupakan
kehilangan, karena energi kinetik dari udara dilepaskan ke
atmosfer.
3)   Mine total head (mine H T ) 

Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam


sistem ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine
 statik  (Hs) dan velocity head (Hv), yaitu :
Mine HT  = mine Hs  + mine Hv

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 6/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

2.3. Gradien Tekanan (Gradien Hidrolik)


Penampilan berbagai komponen head dari persamaan umum energi
secara grafis dapat menjelaskan gradien tekanan. Gambar 3.3
menunjukkan gradien tekanan untuk suatu sistem aliran udara sederhana.
Tampak dari gambar tersebut bahwa ada 3 gradien yang jelas, yaitu :
elevasi, statik + elevasi (termasuk tekanan atmosfer) dan head total. Dalam
ventilasi tambang, hanya gradien tekanan statik dan total yang di plot.
Efek elevasi dapat diabaikan dan datum yang digunakan paralel dengan
garis tekanan barometrik.
Pengaliran udara melalui sistem tekan (boeling ) dilakukan dengan

meletakkan sumber penekan udara di lubang masuk dan menaikkan


tekanan udara tambang hingga diatas tekanan atmosfer (lihat gambar 3.4).
Pada gambar 3.4 tampak bahwa perubahan tekanan ditunjukkan oleh head
kecepatan (Hv), head gesek (Hf), subskrip a, b, c, menggambarkan posisi
saluran, sedangkan subskrip d, e, dan f masing-masing mewakili kondisi
shock losses akibat pengembangan, penyempitan, dan pengeluaran. Perlu
diperhatikan bahwa pada sistem ini semua head positif kecuali pada bagian

masuk.

Gambar 2.3
Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 7/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Gambar 2.4
Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan
Untuk menggambarkan sistem gradien tekanan perlu
memperhatikan beberapa hal berikut :
  Head tekanan total selalu nol pada bagian masuk sistem, tetapi positif
dan sama dengan head kecepatan di bagian keluar.
  Head keamanan statik selalu negatif dan sama dengan head kecepatan
 pada bagian masuk tetapi nol pada bagian keluar.
  Head total pada setiap titik digambarkan dahulu, dan head statik
 berikutnya yang sama dengan pengurangan head total terhadap head
kecepatan.
Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar
disebut sistem ventilasi exhaust . Penggambarannya dilakukan sama
dengan sistem tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik
mula (lihat gambar 3.5).
Pada sistem „booster‟,  sumber pembuat tekanan (fan) diletakkan
antara bagian masuk dan bagian keluar. Umumnya fan akan menerima
udara di bawah tekanan atmosfer dan mengeluarkan di atas tekanan
atmosfer (lihat gambar 3.6).

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 8/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Gambar 2.5
Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust

Gambar 2.6
Gradien Tekanan Pada Sistem „Booster‟ 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 9/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

2.4. Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan


Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran :
laminer, entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk
menentukan keadaan aliran adalah bilangan Reynold (NRe). Bilangan
Reynold untuk aliran laminer adalah   2000 dan untuk turbulent di atas
4000.
 NRe  = ( D V )/(  ) = ( D V ) / () … … … … … …… … … … (7) 
Dimana:
  = rapat massa fluida (lb.det2/ft4 atau kg/m3)
  = viskositas kinematik (ft2/detik atau m3/detik)
  = viskositas absolut (= ; lb detik/ft2 atau a.detik)
D = diameter saluran fluida (ft atau m)
V = kecepatan aliran fluida (ft/detik)
Untuk udara pada temperatur normal  = 1.6 x 10-4 ft2/detik
atau 14.8 x 10-6 m2/detik.
Maka:
 NRe  = 6.250 DV atau,
 NRe  = 67.280 DV untuk SI
Dengan menganggap bahwa batas bawah aliran turbulent
dinyatakan dengan NRe = 4.000, maka kecepatan kritis dari suatu dimensi
saluran fluida dapat ditentukan dengan :
Vc = (60 NRe)/ 6.250 D = (60)(4000)/ (6.250 D) = 38,4 / D (fpm)
Atau kira-kira Vc   40 / D
Aliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang
 bawah tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang
dipakai di tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu
menghasilkan aliran turbulent.
Distribusi kecepatan dan bilangan Reynold didalam suatu saluran
 bulat ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut.

10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 10/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Gambar 2.7
Distribusi Kecepatan Aliran Di Dalam Lubang Bulat

Kecepatan maksimum terjadi pada pusat lubang, tetapi bilangan


Reynoldnya berbeda-beda. Yang paling penting untuk ventilasi adalah
kecepatan rata-rata, karena itu pengukuran kecepatan pada garis sumbu
saja tidak cukup. Karena bilangan Reynold di dalam suatu sistem ventilasi
tambang biasanya lebih besar dari pada 10.000, kecepatan rata-rata
seringnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
V = 0.8 Vmax. 

11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 11/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan Perlengkapan Yang Digunakan


Peralatan dan perlengkapan yang dipakai dalam praktikum Ventilasi
ini adalah :

1.  Rangkaian ventilasi beserta fan 


2.  Psikometer
3.  Anemometer
4.  Stop Watch
5.  Alat tulis

3.2 Kegiatan Pengukuran

3.2.1 Lokasi Pengukuran


Pelaksanaan praktikum ventilasi guna pengambilan data di Laboratorium
Ventilasi Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta pada
tanggal 31 Mei 2013.

3.2.2 Persiapan Alat dan Lokasi Pengukuran


a. Mengambil perlengkapan dan peralatan untuk pengukuran udara di lokasi
yang ditentukan.
 b. Melakukan pengukuran kecepatan udara dengan anemometer   dan
 stopwatch
c. Melakukan pengukuran Ht, Hv, dan Hs 

12

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 12/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

3.2.3 Pengukuran (Pengoperasian Alat)


a. Cek dan pastikan rangkaian ventilasi bawah tanah siap diopersikan.
 b. Nyalakan fan dengan menekan tombol ON dan atur kecepatannya
c. Ada 3 rangkaian yang digunakan pada simulasi :
- rangkaian 1 : seri dengan 1 lubang keluaran udara
- rangkaian 2 : ada percabangan
- rangkaian 3 : seri tetapi ada 2 lubang keluaran udara

13

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 13/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1 Hasil Pengambilan Data


Tampak atas

Gambar 4.1
Rangkaian Ventilasi A

14

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 14/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Tampak atas 

Gambar 4.2
Rangkaian Ventilasi B

Tampak Samping

Gambar 4.3
Splitting dan Junction pada lintasan G-H Rangkaian Ventilasi B

15

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 15/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Tabel 4.1
Tabel Hasil Pengambilan Data Jaringan A
Shock Loss
L v Ht Hv
 No. Section W (ft) H (ft) φ (ft)  Sumber Le Catatan
(ft) (ft/min) (in) (in)
(ft)
1 AB 1.32 3.28 - -
2 BC 1.32 3.28 - -
3 Contraction,
CD 0.49 0.49 4.92  gradual 1
4 DE 0.49 0.49 4.1 - -
5 EF 0.49 0.49 4.1 - - 2381.28 0.55 0.31
6  Bend, right,
FG 0.49 0.49 4.1 1
round
Kondisi satu jalur,
7  Bend, DE' & GH' ditutup
GH 0.49 0.49 4.1 obtuse, 15
 sharp
8 (Bend,
obtuse,
 sharp) + 15 +
HI 0.66 0.66 3.61 (Discharge) 65 +
+ 20
(Expansion,
abrupt)

16

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 16/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

4.2. Perhitungan Data Jaringan Ventilasi A  


Konversi
1 m/s= 196.8 ft/min
1 m= 3.28 ft
1 cm= 0.0328 ft
1 cm= 0.39 in

1. Perhitungan Debit Udara


V = 12.1 m/s
= 2381.28 ft/min
A=WxH
= 0.49 ft x 0.49 ft
= 0.24 ft²
Q = v x A 
= 2381.28 ft / min x 0.24 ft²

= 571.507 ft³/min

2. Perhitungan Julang Kecepatan (Hv)


Hv = w x ( v / 1098)²

= 0.075 lb/cuft x (2381,28 ft/min / 1098)² 


= 0.35 in

3.  Perhitungan Julang Statik (H s) dan Julang Total (H T)


Hl = H f  + H x
= [( K P (L+Le) Q²]
5.2 A³ 
Hs = ΣHl
HT = H s + Hv 

17

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 17/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Tabel 4.2
Perhitungan Julang Statik (H s) dan Julang Total (HT) Jaringan Ventilasi A

 No. Section W (ft) H (ft) φ (ft) L (ft) Le (ft) L+Le (ft) P (ft) A (ft³) Q (ft) K (lb.min²/ft⁴) Hl  (in)

1 AB 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0


2 BC 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0
3 CD 0.49 0.49 4.92 1 5.92 1.96 1.18 510.106 15 x 10  ¹⁰ 0.0006
4 DE 0.49 0.49 4.1 15 19.1 1.96 0.24 510.106 15 x 10 ̄̄  ¹⁰ 0
5 EF 0.49 0.49 4.1 0 4.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10 ̄ ¹⁰ 0
6 FG 0.49 0.49 4.1 1 5.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10̄  ¹⁰ 0.1362
7 GH 0.49 0.49 4.1 30 34.1 1.96 0.24 510.106 25 x 10 ̄ ¹⁰ 0.4252
8 FG 0.66 0.66 3.61 145 148.61 2.64 0.44 510.106 25 x 10 ̄ ¹⁰ 0.5042
Hs = Σ Hl   1.0662
HT = 1.0662 + 0.35
 = 1.4 in

18

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 18/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Tabel 4.3
Tabel Hasil Pengambilan Data Jaringan B
Shock Loss
L v Ht Hv
 No. Section W (ft) H (ft) φ (ft)  Sumber Le Catatan
(ft) (ft/min) (in) (in)
(ft)
1 AB 1.32 3.28 - -
2 BC 1.32 3.28 - -
3 Contraction,
CD 0.49 0.49 4.92  gradual 1
4  Bend,
DE 0.49 0.49 4.1 obtuse, 15
Sharp
5 EF 0.49 0.49 4.1 - - 2125.44 0.43 0.23
6  Bend, right,
FG 0.49 0.49 4.1 1 Kondisi satu jalur,
round
DE' & GH' terbuka
7 Splitting,
GH 0.49 0.49 4.1  straight, 30
branch
8 (Juction,
 straight
branch) + 60 +
HI 0.66 0.66 3.61 (Discharge) 65 +
+ 20
(Expansion,
abrupt)

19

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 19/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

4.3. Perhitungan Data Jaringan Ventilasi B  


Konversi
1 m/s= 196.8 ft/min
1 m= 3.28 ft
1 cm= 0.0328 ft
1 cm= 0.39 in

1. Perhitungan Debit Udara


V = 10.8 m/s
= 2125.44 ft/min
A=WxH
= 0.49 ft x 0.49 ft
= 0.24 ft²
Q = v x A 
= 2125.44 ft / min x 0.24 ft²

= 510.106 ft³/min

2. Perhitungan Julang Kecepatan (Hv)


Hv = w x ( v / 1098)²

= 0.075 lb/cuft x (2125.44 ft/min / 1098)² 


= 0.28 in

4.  Perhitungan Julang Statik (H s) dan Julang Total (H T)


Hl = H f  + H x
= [( K P (L+Le) Q²]
5.2 A³ 
Hs = ΣHl
HT = H s + Hv 

20

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 20/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Tabel 4.4
Perhitungan Julang Statik (H s) dan Julang Total (H T) Jaringan Ventilasi B

 No. Section W (ft) H (ft) φ (ft) L (ft) Le (ft) L+Le (ft) P (ft) A (ft³) Q (ft) K (lb.min²/ft⁴) Hl  (in)

1 AB 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0


2 BC 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0
3 CD 0.49 0.49 4.92 1 5.92 1.96 1.18 510.106 15 x 10 ̄ ¹⁰ 0.0005
4 DE 0.49 0.49 4.1 15 19.1 1.96 0.24 510.106 15 x 10 ̄ ¹⁰ 0.2032
5 EF 0.49 0.49 4.1 0 4.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10 ̄ ¹⁰ 0
6 FG 0.49 0.49 4.1 1 5.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10 ̄ ¹⁰ 0.1085
7 GH 0.49 0.49 4.1 30 34.1 1.96 0.24 510.106 25 x 10 ̄ ¹⁰ 0.6048
8 FG 0.66 0.66 3.61 145 148.61 2.64 0.44 510.106 25 x 10 ̄ ¹⁰ 0.5761
Hs = Σ Hl   1.4931
HT = 1.4931 + 0.28
 = 1.77 in

21

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 21/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

22

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 22/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

BAB V

HASIL ANALISA

5.1.  Perhitungan Head Loss


 Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan (Hv), gesekan
(Hf ) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran (H x).Jadi dalam suatu

sistem ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan sebagai berikut :


H s  =  HL 

=  (Hf  + Hx)
Hv  = Hv pada keluaran
Dan
Ht  = Hs  + Hv 
a.  Velocity head

Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat


dianggap suatu kehilangan. Velocity head   merupakan fungsi dari
kecepatan aliran udara, yakni:
Hv  = (V2)/(2g) … … … … …………………………… (8) 
Dimana:
Hv   = velocity head
V = kecepatam aliran (fps)
G = percepatan gravitasi (ft/dt2)
Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :
Hv = ((w V2)/(5,2)(64,4)(60)2) = w ((V)/ (1.098))2
Atau :
Hv  = ((V)/(4.000))2 
Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar
400 fpm ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi. Untuk
mempermudah perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan
dapat menggunakan nomogram.

23

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 23/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

b.   Friction Loss


Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui
lubang bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari
total kehilangan (head loss). Friction loss merupakan fungsi dari
kecepatan aliran udara, kekasaran muka lubang bukaan, konfigurasi yang
ada di dalam lubang bukaan, karakteristik lubang bukaan dan dimensi
lubang bukaan.
Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran
 berbentuk lingkaran adalah:
HL = f (L/D)(V2/2g) … … … … … … … … … … … … … (9) 
Dimana:
L = panjang saluran
D = diameter saluran (ft)
V = kecepatan (fpm)
F = koefisien gesekan
Untuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam bentuk
saluran, diperoleh dengan menyatakan head loss  dalam bentuk radius
hidrolik (hydroulic radius) R H, yaitu perbandingan antara luas penampang
A terhadap perimeter atau keliling P dari saluran. Untuk saluran
 berbentuk lingkaran, R H adalah:
R H  = A/P = (1/4. D2)/.D = D/4
Dengan demikian maka diperoleh persamaan :
HL  = f (L/4 R H)(V2/2g)
Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai rumus
Atkinson) didapat sebagai berikut :
Hf   = (f/5,2)(l/4R H)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/R H)(V2)
= (KPLV2) / (5,2 A) = (KSV2)/ (5,2 A)
karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi;
Hf   = (KPLQ2) / (5,2 A3)
Dimana :

Hf   = friction loss (inch water)

24

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 24/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

V = kecepatan ali r an

K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)


A = luas penampang saluran (ft2)
S = rubbing surface (ft2) = PL
P = keliling saluran (ft)
L = panjang saluran (ft)
Q = debit udara (cfm)
Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang berhubungan
dengan koefisien gesek dalam aliran umum fluida. Untuk bobot isi udara
standard:
K   (800)(10)-10 f
Sebenarnya di dalam aliran turbulen nilai f berubah sesuai dengan
 NRe. Tetapi pada ventilasi tambang K dianggap konstan dan besarnya
untuk berbagai kondisi lubang bukaan tambang bawah tanah bukan
 batubara dapat dilihat pada tabel 5.1.

25

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 25/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

Tabel 5.1
Faktor Gesek K untuk Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanak Bukan
Batubara

c.  Shock Loss


Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah aliran
dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan merupakan
tambahan terhadap friction losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10 %
- 30 % dari head loss total di dalam ventilasi tambang, tetapi tetap harus
diperhatikan.
Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada dasarnya
 berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan atau
 berbanding lurus dengan velocity head . Perhitungan shock loss dapat
dilakukan secara langsung sebagai berikut :
Perhitungan  shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari velocity
head, yakni
Hx = X Hv
Dimana;
Hx = shock loss

26

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 26/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

X = faktor shock loss

Formula untuk menentukan faktor shock loss ter lihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss (ft)
Sumber Le
Feet Meter
Bend, acute, round 3 1
Bend, acute, sharp 150 45
Bend, right, round 1 1
Bend, right, sharp 70 20
Bend, obtuse, round 1 1
Bend, obtuse, sharp 15 5
Doorway 70 20
Overcast 65 20
Inlet 20 6
Discharge 65 20
Contraction, gradual 1 1
Contraction, abrupt 10 3
Expansion, gradual 1 1
Expansion, abrupt 20 6
Splitting, straight branch 30 10
Splitting, straight branch (90o) 200 60
Junction, straight branch 60 20
Junction, deflected branch (90o) 30 10
Mine car or skip (20 % of airway area) 100 30
Mine car or skip (40 % of airway area) 500 150

d.  Kombinasi Friction dan Shock Loss


Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka ;

HL  = Hf   + Hx 

27

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 27/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

= (KP (L + Le)Q2)/ 5,2 A3 


dimana ;
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk density udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft2)
L = panjang saluran (ft)

Sehingga dari data yang didapat dapat dianalisa bahwa rangkaian tersebut :
Rangkaian A……………… 
Rangkaian B ……………… 

28

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 28/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pada tambang batu bara bawah tanah, diasumsikan bisa terjadi berbagai
 jenis bencana/ kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan pada industri

lain. Sebagai contoh misalnya; di Jepang pernah terjadi beberapa kali kecelakaan
tambang batu bara bawah tanah. Diantaranya yang paling mengerikan adalah
ledakan gas dan debu batu bara. Sudah barang tentu, penyebabnya adalah
keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Oleh karena itu,
 perencanaan ventilasi merupakan masalah khas tambang batu bara bawah tanah
yang perlu ditentukan dengan perencanaan yang sungguh-sungguh
Dalam rangka penentuan rencana pembuatan ventilasi tambang,
sebaiknya dipertimbangkan persyaratan-persyaratan seperti di bawah ini:
  Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan
untuk pengembangan pit kedepan, dapat dilakukan secara ekonomis, dan
konstruksinya dibuat dengan memiliki kelonggaran (kelebihan) udara
ventilasi secukupnya, untuk mengantisipasi pertambahan atau perkembangan
 pit di kemudian hari, serta peningkatan gas yang mungkin timbul akibat dari
 penambangan batubara.
  Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi pada jenis ventilasi utama
adalah sistem diagonal . Sedangkan pembuatan vertical shaft, khusus
dilakukan terhadap kondisi penambangan bagian dalam. Selain itu, pada
tempat yang sulit dilakukan penggalian vertical shaft (misalnya tambang batu
 bara dasar laut), diharapkan memiliki inclined shaft khusus dengan
 penampang berbentuk lingkaran. Selain itu konstruksinya dibuat sedemikian
rupa agar tahanan ventilasi utama menjadi sekecil mungkin, dan
memungkinkan mengambil ventilasi cabang sebanyak mungkin dari
terowongan ini.

29

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 29/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

  Setelah dilakukan pengecekan pada 2 jalur ventilasi didapat kesimpulan

sebagai berikut :
Rangkaian A memiliki:
a.  Berdasarkanm pengamatan menggunakan Pilot Tube 
-  Ht : 0.55 in
-  Hv : 0.31 in
-  Hs :0.24 in
-  v : 2379 ft/min
 b.  Berdasarkan Perhitungan Matematis
-  Ht : 1.4 in
-  Hv : 0.35 in
-  v : 2381,82 ft/min

Rangkaian B memiliki:
a Berdasarkanm pengamatan menggunakan Pilot Tube 
-  Ht : 0.43 in
-  Hv : 0.24 in
-  Hs :0.19 in
-  v : 2105 ft/min
 b. Berdasarkan Perhitungan Matematis
-  Ht : 1.77 in
-  Hv : 0.28 in
-  v : 2125,44 ft/min

6.2 Saran
a.  Penjelasan materi dan perhitungan agar lebih detail lagi
 b.  Alat yang ada agar dapat dipelihara dengan baik agar dapat bermanfaat dalam
 jangka waktu yang panjang.

30

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 30/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, dkk.2013. “ Buku Panduan Praktikum Ventilasi Tambang”.


Yogyakarta : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

31

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 31/32
 

5/28/2018 Ve ntila si Ta mba ng - slide pdf.c om

LAMPIRAN

32

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ve ntila si-ta mba ng-562429e 381a 15 32/32

Anda mungkin juga menyukai