Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang
Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,
perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam
pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara
segar perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara
lembab harus dikeluarkan oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan
beberapa faktor tersebut diatas, maka kebutuhan udara segar di tambang
bawah tanah kadang-kadang lebih besar dari pada 200 cfm/orang atau
bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat ini
sudah banyak yang menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 20 ton
udara segar per ton mineral tertambang.

1.2 Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum Ventilasi ini, diharapkan praktikan
dapat :
a. Memahami teori aliran udara pada system ventilasi tambang bawah
tanah.
b. Melakukan pengukuran kecepatan udara.
c. Melakukan pengukuran faktor kehilangan jumlah udara.
d. Menghitung kuantitas udara yang dihasilkan oleh fan.






2

BAB II
DASAR TEORI


2.1. Perubahan Energi Didalam Aliran Fluida
Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak
(steady), artinya tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi
waktu. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah
penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi, yang keduanya dihitung
berdasarkan perbedaan energi.
Hukum konservasi energi menyatakan bahwa energi total di dalam
suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu
bentuk ke bentuk lainnya.

Gambar 2.1
Sistem Aliran Fluida
Perhatikan gambar 2.1, dimana;
Energi total 1 = energi total 2 + kehilangan energi .. (1)
Atau;
Energi masuk sistem = energi keluar sistem
Jadi didapat persamaan yang disebut persamaan Bernouli :
(P
1
/w) + (V
1
2
/2g) + ( Z
1
) = (P
2
/w) + (V
2
2
/2g) + ( Z
2
) + Hl .. (2)


3

Dimana :
(P/w) = energi statik /head statik
(V
2
/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan
Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi
spesifik dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida,
maka suku-suku tersebut dapat dinyatakan sebagai presure head atau
head saja.
Sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi :
H
t1
= H
t2
+ Hl (3)
Dan Persamaan (2) menjadi :
H
s1
+ H
v1
+ H
z1
= H
s2
+ H
v2
+ H
z3
+ Hl (4)
Dimana ;
H
s
= head statik
H
v
= head kecepatan
H
z
= head potensial
Energi potensial dapat dihitung dengan cara memasukkan besaran
perbedaan tinggi, yakni;
P = w
1
H
1
= w
2
H
2
Dimana :
P = tekanan, dalam Pa atau lbs/sq.ft.
W
1
= bobor isi udara, dalam kg/m
3
atau lbs/cuft.
H = head, dalam m atau ft.
Dengan bobot isi air = 62,4 lb/ft
3
, pengaruh berda tinggi untuk kolom
1 inci air pada kondisi udara standar adalah :
H
1
= (w
2
H
2
/ w
1
) = ((62,4 lb/ft
3
)(1 in)/ (0,0750 lb/ft
3
))
= 532 in = 69,3 ft udara
Jadi untuk udara diatas permukaan air laut, suatu kenaikan elevasi
sebesar 69,3 ft akan menaikkan head potensial H
z
sebesar 1 in dan sebagai
kompensasinya head statik akan turun juga sebesar 1 in. Dalam praktek,
konversi sebesar 70 ft udara ekuivalen dengan 1 in air.
4

Jika head potensial (H
z
) diperhitungkan dalam persamaan (4) maka
head statik dinyatakan dalam tekanan gauge. Oleh karena itu head statik
diukur dari datum tertentu.
Gambar 3.2 menunjukkan perhitungan energi aliran udara untuk
susunan saluran udara yang diletakkan secara mendatar dan tegak.
- Untuk posisi mendatar :
H
T1
= H
s1
+ H
v1
+ H
z1

H
T2
= H
s2
+ H
v2
+ H
z2

H
T1
= H
T2
+ H
L

Dengan menggunakan tekanan absolut :
(4 + 408) + 1 + 0 = ( 1 + 408 ) + 1 + 0 + 3
413 = 413
Dengan tekanan gage :
4 + 1 + 0 = 1 + 1 + 0 + 3
5 = 5

Gambar 2.2
Susunan Saluran Udara Mendatar dan Tegak
- Untuk posisi tegak :
H
T1
= H
T2
+ H
L

Dengan tekanan absolut :
(4 + 408) + 1 + 0 = (1 + 407 ) + 1 + 1 + 3
413 = 413
Dengan tekanan gage :
5

4 + 1 + 0 = 1 + 1 + 1 + 3
5 = 6
Perhitungan dengan tekanan gage salah karena tidak
mempertimbangkan perubahan datum yang terjadi karena perubahan
elevasi.
Pada prakteknya penggunaan tekanan absolut dalam perhitungan
ventilasi membuat rumit. Oleh karena itu diterapkan konvensi penggunaan
tekanan gage sebagai basis perhitungan dengan cara menghilangkan H
z

dalam semua perhitungan.
Dengan demikian persamaan energi yang disederhanakan menjadi :
H
t1
= H
t2
+ H
L

H
s1
+ H
v1
= H
s2
+ H
v2
+ H
L
.. (5)
Persamaan ini berlaku selama pengukuran dan perhitungan head
statik didasarkan pada tekanan gage. Namun persamaan tersebut tidak
berlaku untuk ventilasi alam dimana H
z
tidak bisa diabaikan.

2.2. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang
a. Head Loss
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang
ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk
mendapatkan aliran yang tunak (steady), digunakan untuk
menimbulkan perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran (H
L
).
Head loss dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen,
yaitu : friction loss (H
f
) dan shock loss (H
x
). Dengan demikian head
loss adalah:
H
L
= H
f
+ H
x
(6)
Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear
melalui saluran dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock
loss adalah kehilangan head yang dihasilkan dari perubahan aliran atau
luas penampang dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik
keluaran dari sistem, belokan atau percabangan, dan halangan-halangan
yang terdapat pada saluran.
6

b. Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan
untuk mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran
yang diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi
aliran.
Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin
dan satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut mine
head, yaitu perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk
menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.
1) Mine statik head (mine H
s
)
Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk
mengatasi seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah termasuk
semua kehilangan dalam head loss yang terjadi antara titik masuk
dan keluaran sistem dan diberikan dalam bentuk persamaan:
Mine H
s
= E H
L
= E (H
f
+ H
x
)
2) Mine velocity head (mine Hv)
Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran
sistem. Velocity head akan berubah dengan adanya luas
penampang dan jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari
bobot iisi udara dan kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan
suatu head loss komulatif, namun untuk suatu sistem merupakan
kehilangan, karena energi kinetik dari udara dilepaskan ke
atmosfer.
3) Mine total head (mine H
T
)
Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam
sistem ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine
statik (H
s
) dan velocity head (H
v
), yaitu :
Mine H
T
= mine H
s
+ mine H
v




7

2.3. Gradien Tekanan (Gradien Hidrolik)
Penampilan berbagai komponen head dari persamaan umum energi
secara grafis dapat menjelaskan gradien tekanan. Gambar 3.3
menunjukkan gradien tekanan untuk suatu sistem aliran udara sederhana.
Tampak dari gambar tersebut bahwa ada 3 gradien yang jelas, yaitu :
elevasi, statik + elevasi (termasuk tekanan atmosfer) dan head total. Dalam
ventilasi tambang, hanya gradien tekanan statik dan total yang di plot.
Efek elevasi dapat diabaikan dan datum yang digunakan paralel dengan
garis tekanan barometrik.
Pengaliran udara melalui sistem tekan (boeling) dilakukan dengan
meletakkan sumber penekan udara di lubang masuk dan menaikkan
tekanan udara tambang hingga diatas tekanan atmosfer (lihat gambar 3.4).
Pada gambar 3.4 tampak bahwa perubahan tekanan ditunjukkan oleh head
kecepatan (Hv), head gesek (Hf), subskrip a, b, c, menggambarkan posisi
saluran, sedangkan subskrip d, e, dan f masing-masing mewakili kondisi
shock losses akibat pengembangan, penyempitan, dan pengeluaran. Perlu
diperhatikan bahwa pada sistem ini semua head positif kecuali pada bagian
masuk.

Gambar 2.3
Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana




8




Gambar 2.4
Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan
Untuk menggambarkan sistem gradien tekanan perlu
memperhatikan beberapa hal berikut :
- Head tekanan total selalu nol pada bagian masuk sistem, tetapi positif
dan sama dengan head kecepatan di bagian keluar.
- Head keamanan statik selalu negatif dan sama dengan head kecepatan
pada bagian masuk tetapi nol pada bagian keluar.
- Head total pada setiap titik digambarkan dahulu, dan head statik
berikutnya yang sama dengan pengurangan head total terhadap head
kecepatan.
Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar
disebut sistem ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan sama
dengan sistem tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik
mula (lihat gambar 3.5).
Pada sistem booster, sumber pembuat tekanan (fan) diletakkan
antara bagian masuk dan bagian keluar. Umumnya fan akan menerima
udara di bawah tekanan atmosfer dan mengeluarkan di atas tekanan
atmosfer (lihat gambar 3.6).
9


Gambar 2.5
Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust


Gambar 2.6
Gradien Tekanan Pada Sistem Booster




10

2.4. Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan
Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran :
laminer, entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk
menentukan keadaan aliran adalah bilangan Reynold (N
Re
). Bilangan
Reynold untuk aliran laminer adalah s 2000 dan untuk turbulent di atas
4000.
N
Re
= ( D V )/( ) = ( D V ) / (u) (7)
Dimana:
= rapat massa fluida (lb.det
2
/ft
4
atau kg/m
3
)
u = viskositas kinematik (ft
2
/detik atau m
3
/detik)
= viskositas absolut (=u ; lb detik/ft
2
atau a.detik)
D = diameter saluran fluida (ft atau m)
V = kecepatan aliran fluida (ft/detik)
Untuk udara pada temperatur normal u = 1.6 x 10
-4
ft
2
/detik
atau 14.8 x 10
-6
m
2
/detik.
Maka:
N
Re
= 6.250 DV atau,
N
Re
= 67.280 DV untuk SI
Dengan menganggap bahwa batas bawah aliran turbulent
dinyatakan dengan N
Re
= 4.000, maka kecepatan kritis dari suatu dimensi
saluran fluida dapat ditentukan dengan :
Vc = (60 N
Re
)/ 6.250 D = (60)(4000)/ (6.250 D) = 38,4 / D (fpm)
Atau kira-kira Vc ~ 40 / D
Aliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang
bawah tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang
dipakai di tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu
menghasilkan aliran turbulent.
Distribusi kecepatan dan bilangan Reynold didalam suatu saluran
bulat ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut.
11


Gambar 2.7
Distribusi Kecepatan Aliran Di Dalam Lubang Bulat

Kecepatan maksimum terjadi pada pusat lubang, tetapi bilangan
Reynoldnya berbeda-beda. Yang paling penting untuk ventilasi adalah
kecepatan rata-rata, karena itu pengukuran kecepatan pada garis sumbu
saja tidak cukup. Karena bilangan Reynold di dalam suatu sistem ventilasi
tambang biasanya lebih besar dari pada 10.000, kecepatan rata-rata
seringnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
V = 0.8 V
max.




12

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM



3.1 Peralatan dan Perlengkapan Yang Digunakan
Peralatan dan perlengkapan yang dipakai dalam praktikum Ventilasi
ini adalah :
1. Rangkaian ventilasi beserta fan
2. Psikometer
3. Anemometer
4. Stop Watch
5. Alat tulis

3.2 Kegiatan Pengukuran
3.2.1 Lokasi Pengukuran
Pelaksanaan praktikum ventilasi guna pengambilan data di Laboratorium
Ventilasi Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta pada
tanggal 31 Mei 2013.

3.2.2 Persiapan Alat dan Lokasi Pengukuran
a. Mengambil perlengkapan dan peralatan untuk pengukuran udara di lokasi
yang ditentukan.
b. Melakukan pengukuran kecepatan udara dengan anemometer dan
stopwatch
c. Melakukan pengukuran H
t
, H
v
, dan H
s


13

3.2.3 Pengukuran (Pengoperasian Alat)
a. Cek dan pastikan rangkaian ventilasi bawah tanah siap diopersikan.
b. Nyalakan fan dengan menekan tombol ON dan atur kecepatannya
c. Ada 3 rangkaian yang digunakan pada simulasi :
- rangkaian 1 : seri dengan 1 lubang keluaran udara
- rangkaian 2 : ada percabangan
- rangkaian 3 : seri tetapi ada 2 lubang keluaran udara

14

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Hasil Pengambilan Data
Tampak atas
















Gambar 4.1
Rangkaian Ventilasi A








15

Tampak atas
















Gambar 4.2
Rangkaian Ventilasi B

Tampak Samping







Gambar 4.3
Splitting dan Junction pada lintasan G-H Rangkaian Ventilasi B

16

Tabel 4.1
Tabel Hasil Pengambilan Data Jaringan A
No. Section W (ft) H (ft) (ft)
L
(ft)
Shock Loss
v
(ft/min)
Ht
(in)
Hv
(in)
Catatan Sumber Le
(ft)
1 AB

1.32 3.28 - -

Kondisi satu jalur,
DE' & GH' ditutup

2 BC

1.32 3.28 - -

3
CD 0.49 0.49

4.92
Contraction,
gradual
1

4 DE 0.49 0.49

4.1 - -

5 EF 0.49 0.49

4.1 - - 2381.28 0.55 0.31
6
FG 0.49 0.49

4.1
Bend, right,
round
1

7
GH 0.49 0.49

4.1
Bend,
obtuse,
sharp
15

8
HI 0.66 0.66

3.61
(Bend,
obtuse,
sharp) +
(Discharge)
+
(Expansion,
abrupt)
15 +
65 +
20



17

4.2. Perhitungan Data Jaringan Ventilasi A
Konversi
1 m/s= 196.8 ft/min
1 m= 3.28 ft
1 cm= 0.0328 ft
1 cm= 0.39 in

1. Perhitungan Debit Udara
V = 12.1 m/s
= 2381.28 ft/min
A = W x H
= 0.49 ft x 0.49 ft
= 0.24 ft
Q = v x A
= 2381.28 ft / min x 0.24 ft
= 571.507 ft/min

2. Perhitungan Julang Kecepatan (Hv)
Hv = w x ( v / 1098)
= 0.075 lb/cuft x (2381,28 ft/min / 1098)
= 0.35 in

3. Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT)
Hl = Hf + Hx
= [( K P (L+Le) Q]
5.2 A
Hs = Hl
HT = Hs + Hv
18


Tabel 4.2
Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT) Jaringan Ventilasi A












1 AB 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0
2 BC 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0
3 CD 0.49 0.49 4.92 1 5.92 1.96 1.18 510.106 15 x 10 0.0006
4 DE 0.49 0.49 4.1 15 19.1 1.96 0.24 510.106 15 x 10 0
5 EF 0.49 0.49 4.1 0 4.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10 0
6 FG 0.49 0.49 4.1 1 5.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10 0.1362
7 GH 0.49 0.49 4.1 30 34.1 1.96 0.24 510.106 25 x 10 0.4252
8 FG 0.66 0.66 3.61 145 148.61 2.64 0.44 510.106 25 x 10 0.5042
Hs = Hl 1.0662
HT = 1.0662 + 0.35
= 1.4 in
Hl (in) Le (ft) L+Le (ft) P (ft) A (ft) Q (ft) K (lb.min/ft) No. Section W (ft) H (ft) (ft) L (ft)
19

Tabel 4.3
Tabel Hasil Pengambilan Data Jaringan B
No. Section W (ft) H (ft) (ft)
L
(ft)
Shock Loss
v
(ft/min)
Ht
(in)
Hv
(in)
Catatan Sumber Le
(ft)
1 AB

1.32 3.28 - -

Kondisi satu jalur,
DE' & GH' terbuka

2 BC

1.32 3.28 - -

3
CD 0.49 0.49

4.92
Contraction,
gradual
1

4
DE 0.49 0.49

4.1
Bend,
obtuse,
Sharp
15

5 EF 0.49 0.49

4.1 - - 2125.44 0.43 0.23
6
FG 0.49 0.49

4.1
Bend, right,
round
1

7
GH 0.49 0.49

4.1
Splitting,
straight,
branch
30

8
HI 0.66 0.66

3.61
(Juction,
straight
branch) +
(Discharge)
+
(Expansion,
abrupt)
60 +
65 +
20


20

4.3. Perhitungan Data Jaringan Ventilasi B
Konversi
1 m/s= 196.8 ft/min
1 m= 3.28 ft
1 cm= 0.0328 ft
1 cm= 0.39 in

1. Perhitungan Debit Udara
V = 10.8 m/s
= 2125.44 ft/min
A = W x H
= 0.49 ft x 0.49 ft
= 0.24 ft
Q = v x A
= 2125.44 ft / min x 0.24 ft
= 510.106 ft/min

2. Perhitungan Julang Kecepatan (Hv)
Hv = w x ( v / 1098)
= 0.075 lb/cuft x (2125.44 ft/min / 1098)
= 0.28 in

4. Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT)
Hl = Hf + Hx
= [( K P (L+Le) Q]
5.2 A
Hs = Hl
HT = Hs + Hv

21

Tabel 4.4
Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT) Jaringan Ventilasi B













1 AB 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0
2 BC 1.32 3.28 0 3.28 4.13 1.36 510.106 0
3 CD 0.49 0.49 4.92 1 5.92 1.96 1.18 510.106 15 x 10 0.0005
4 DE 0.49 0.49 4.1 15 19.1 1.96 0.24 510.106 15 x 10 0.2032
5 EF 0.49 0.49 4.1 0 4.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10 0
6 FG 0.49 0.49 4.1 1 5.1 1.96 0.24 510.106 30 x 10 0.1085
7 GH 0.49 0.49 4.1 30 34.1 1.96 0.24 510.106 25 x 10 0.6048
8 FG 0.66 0.66 3.61 145 148.61 2.64 0.44 510.106 25 x 10 0.5761
Hs = Hl 1.4931
HT = 1.4931 + 0.28
= 1.77 in
Hl (in) Le (ft) L+Le (ft) P (ft) A (ft) Q (ft) K (lb.min/ft) No. Section W (ft) H (ft) (ft) L (ft)
22







































23

BAB V
HASIL ANALISA



5.1. Perhitungan Head Loss
Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan (H
v
), gesekan
(H
f
) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran (H
x
).Jadi dalam suatu
sistem ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan sebagai berikut :
H
s
= H
L

= (H
f
+ H
x
)
H
v
= H
v
pada keluaran
Dan
H
t
= H
s
+ H
v

a. Velocity head
Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat
dianggap suatu kehilangan. Velocity head merupakan fungsi dari
kecepatan aliran udara, yakni:
H
v
= (V
2
)/(2g) (8)
Dimana:
H
v
= velocity head
V = kecepatam aliran (fps)
G = percepatan gravitasi (ft/dt
2
)
Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :
H
v
= ((w V
2
)/(5,2)(64,4)(60)
2
) = w ((V)/ (1.098))
2
Atau :
H
v
= ((V)/(4.000))
2

Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar
400 fpm ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi. Untuk
mempermudah perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan
dapat menggunakan nomogram.

24

b. Friction Loss
Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui
lubang bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari
total kehilangan (head loss). Friction loss merupakan fungsi dari
kecepatan aliran udara, kekasaran muka lubang bukaan, konfigurasi yang
ada di dalam lubang bukaan, karakteristik lubang bukaan dan dimensi
lubang bukaan.
Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran
berbentuk lingkaran adalah:
H
L
= f (L/D)(V
2
/2g) (9)
Dimana:
L = panjang saluran
D = diameter saluran (ft)
V = kecepatan (fpm)
F = koefisien gesekan
Untuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam bentuk
saluran, diperoleh dengan menyatakan head loss dalam bentuk radius
hidrolik (hydroulic radius) R
H
, yaitu perbandingan antara luas penampang
A terhadap perimeter atau keliling P dari saluran. Untuk saluran
berbentuk lingkaran, R
H
adalah:
R
H
= A/P = (1/4.t D
2
)/t.D = D/4
Dengan demikian maka diperoleh persamaan :
H
L
= f (L/4 R
H
)(V
2
/2g)
Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai rumus
Atkinson) didapat sebagai berikut :
H
f
= (f/5,2)(l/4R
H
)(0,075V
2
/2g(60)
2
) = (K/5,2)(L/R
H
)(V
2
)
= (KPLV
2
) / (5,2 A) = (KSV
2
)/ (5,2 A)
karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi;
H
f
= (KPLQ
2
) / (5,2 A
3
)
Dimana :
H
f
= friction loss (inch water)
25

V =kecepatan aliran
K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men
2
/ft
4
)
A = luas penampang saluran (ft
2
)
S = rubbing surface (ft
2
) = PL
P = keliling saluran (ft)
L = panjang saluran (ft)
Q = debit udara (cfm)
Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang berhubungan
dengan koefisien gesek dalam aliran umum fluida. Untuk bobot isi udara
standard:
K ~ (800)(10)
-10
f
Sebenarnya di dalam aliran turbulen nilai f berubah sesuai dengan
NRe. Tetapi pada ventilasi tambang K dianggap konstan dan besarnya
untuk berbagai kondisi lubang bukaan tambang bawah tanah bukan
batubara dapat dilihat pada tabel 5.1.
















26

Tabel 5.1
Faktor Gesek K untuk Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanak Bukan
Batubara

c. Shock Loss
Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah aliran
dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan merupakan
tambahan terhadap friction losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10 %
- 30 % dari head loss total di dalam ventilasi tambang, tetapi tetap harus
diperhatikan.
Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada dasarnya
berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan atau
berbanding lurus dengan velocity head. Perhitungan shock loss dapat
dilakukan secara langsung sebagai berikut :
Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari velocity
head, yakni
Hx = X Hv
Dimana;
Hx = shock loss
27

X = faktor shock loss

Formula untuk menentukan faktor shock loss ter lihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss (ft)
Sumber Le
Feet Meter
Bend, acute, round
Bend, acute, sharp
Bend, right, round
Bend, right, sharp
Bend, obtuse, round
Bend, obtuse, sharp
Doorway
Overcast
Inlet
Discharge
Contraction, gradual
Contraction, abrupt
Expansion, gradual
Expansion, abrupt
Splitting, straight branch
Splitting, straight branch (90
o
)
Junction, straight branch
Junction, deflected branch (90
o
)
Mine car or skip (20 % of airway area)
Mine car or skip (40 % of airway area)
3
150
1
70
1
15
70
65
20
65
1
10
1
20
30
200
60
30
100
500
1
45
1
20
1
5
20
20
6
20
1
3
1
6
10
60
20
10
30
150

d. Kombinasi Friction dan Shock Loss
Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka ;
H
L
= H
f
+ H
x

28

= (KP (L + L
e
)Q
2
)/ 5,2 A
3

dimana ;
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk density udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft
2
)
L = panjang saluran (ft)

Sehingga dari data yang didapat dapat dianalisa bahwa rangkaian tersebut :
Rangkaian A
Rangkaian B



















29

BAB VI
PENUTUP



6.1 Kesimpulan
Pada tambang batu bara bawah tanah, diasumsikan bisa terjadi berbagai
jenis bencana/ kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan pada industri
lain. Sebagai contoh misalnya; di Jepang pernah terjadi beberapa kali kecelakaan
tambang batu bara bawah tanah. Diantaranya yang paling mengerikan adalah
ledakan gas dan debu batu bara. Sudah barang tentu, penyebabnya adalah
keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Oleh karena itu,
perencanaan ventilasi merupakan masalah khas tambang batu bara bawah tanah
yang perlu ditentukan dengan perencanaan yang sungguh-sungguh
Dalam rangka penentuan rencana pembuatan ventilasi tambang,
sebaiknya dipertimbangkan persyaratan-persyaratan seperti di bawah ini:
- Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan
untuk pengembangan pit kedepan, dapat dilakukan secara ekonomis, dan
konstruksinya dibuat dengan memiliki kelonggaran (kelebihan) udara
ventilasi secukupnya, untuk mengantisipasi pertambahan atau perkembangan
pit di kemudian hari, serta peningkatan gas yang mungkin timbul akibat dari
penambangan batubara.
- Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi pada jenis ventilasi utama
adalah sistem diagonal . Sedangkan pembuatan vertical shaft, khusus
dilakukan terhadap kondisi penambangan bagian dalam. Selain itu, pada
tempat yang sulit dilakukan penggalian vertical shaft (misalnya tambang batu
bara dasar laut), diharapkan memiliki inclined shaft khusus dengan
penampang berbentuk lingkaran. Selain itu konstruksinya dibuat sedemikian
rupa agar tahanan ventilasi utama menjadi sekecil mungkin, dan
memungkinkan mengambil ventilasi cabang sebanyak mungkin dari
terowongan ini.
30

- Setelah dilakukan pengecekan pada 2 jalur ventilasi didapat kesimpulan
sebagai berikut :
Rangkaian A memiliki:
a. Berdasarkanm pengamatan menggunakan Pilot Tube
- Ht : 0.55 in
- Hv : 0.31 in
- Hs :0.24 in
- v : 2379 ft/min
b. Berdasarkan Perhitungan Matematis
- Ht : 1.4 in
- Hv : 0.35 in
- v : 2381,82 ft/min

Rangkaian B memiliki:
a Berdasarkanm pengamatan menggunakan Pilot Tube
- Ht : 0.43 in
- Hv : 0.24 in
- Hs :0.19 in
- v : 2105 ft/min
b. Berdasarkan Perhitungan Matematis
- Ht : 1.77 in
- Hv : 0.28 in
- v : 2125,44 ft/min


6.2 Saran
a. Penjelasan materi dan perhitungan agar lebih detail lagi
b. Alat yang ada agar dapat dipelihara dengan baik agar dapat bermanfaat dalam
jangka waktu yang panjang.


31

DAFTAR PUSTAKA



Sudarsono, dkk.2013. Buku Panduan Praktikum Ventilasi Tambang.
Yogyakarta : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
















32






LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai