Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,
perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam pengendalian
kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara segar perlu dipasok dan
pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab harus dikeluarkan oleh sistem
ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut diatas, maka kebutuhan
udara segar di tambang bawah tanah kadang-kadang lebih besar dari pada 200
cfm/orang atau bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah
saat ini sudah banyak yang menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 – 20 ton
udara segar per ton mineral tertambang.

1.2. Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum Ventilasi ini, diharapkan praktikan dapat:
1. Memahami teori aliran udara pada sistem ventilasi tambang bawah tanah.
2. Melakukan pengukuran kecepatan udara
3. Menghitung jumlah kehilangan energi, dalam jaringan ventilasi di
laboratorium.
4. Menghitung kuantitas udara yang dihasilkan oleh fan
5. Mengetahui perbedaan kuantitas udara yang dihasilkan oleh fan akibat
perbedaan kecepatan dan sudut bukaan regulator.

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 1


BAB II
DASAR TEORI

2.1. Perubahan Energi Di Dalam Aliran Fluida


Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak (steady),
artinya tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi waktu. Salah satu
tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas udara dan
rugi-rugi, yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan energi.

Hukum konservasi energi menyatakan bahwa energi total di dalam suatu sistem
adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya.

Gambar 2.1
Sistem Aliran Fluida
Sumber : Buku Panduan Praktikum

Perhatikan gambar 2.1, dimana;


Energi
Energitotal 1 =1energi
total total 2total
= energi + kehilangan energi.............................................. (1)
2 + kehilangan
Atau;
energi
Energi masuk sistem = energi keluar sistem

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 2


Jadi didapat persamaan yang disebut persamaan Bernouli :
2 2 2 2
(P(P
1/w) + +(V(V
1/w) 1 /2g) + +( Z
1 /2g) 1)1=
(Z ) =(P(P
2/w) + +(V(V
2/w) 2 /2g) + +( Z
2 /2g) (Z2)2+
) +HlHl.................................. (2)
Keterangan :
(P/w) = energi statik /head statik
(V2/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan

Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi spesifik
dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida, maka suku-
suku tersebut dapat dinyatakan sebagai ‘presure head’ atau ‘head’ saja.
Sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi :
HHt1 t1= =Ht2H+t2 Hl......................................................................................................
+ (3)
Dan Persamaan (2) menjadi :
HH + +HH
s1 s1 ++
v1 v1 Hz1Hz1= =Hs2H+s2 H+v2H+v2H+z3H+z3Hl...............................................................
+ (4)
Keterangan ;
Hs = head statik
Hv = head kecepatan
Hz = head potensial
Energi potensial dapat dihitung dengan cara memasukkan besaran
perbedaan tinggi, yakni;

P = w1 H1 = w2

Keterangan :
P = tekanan, dalam Pa atau lbs/sq.ft.
W1 = bobot isi udara, dalam kg/m3 atau lbs/cuft.
H = head, dalam m atau ft.
Dengan bobot isi air = 62,4 lb/ft 3, pengaruh berada tinggi untuk kolom 1 inci air
pada kondisi udara standar adalah :
H1 = (w2 H2/ w1) = ((62,4 lb/ft3)(1 in)/ (0,0750 lb/ft3))
= 532 in = 69,3 ft udara

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 3


Jadi untuk udara diatas permukaan air laut, suatu kenaikan elevasi sebesar 69,3
ft akan menaikkan head potensial Hz sebesar 1 in dan sebagai kompensasinya
head statik akan turun juga sebesar 1 in. Dalam praktek, konversi sebesar 70 ft
udara ekuivalen dengan 1 in air.

Jika head potensial (Hz) diperhitungkan dalam persamaan (4) maka head statik
dinyatakan dalam tekanan gauge. Oleh karena itu head statik diukur dari datum
tertentu.

Gambar 2.2 menunjukkan perhitungan energi aliran udara untuk susunan


saluran udara yang diletakkan secara mendatar dan tegak.
Untuk posisi mendatar :
HH
T1T1= =
Hs1H+s1 H+v1 +
Hv1Hz1+

HH
T2T2= =
Hs2H+s2 H+v2 +
Hv2Hz2+

HH
T1T1= =HH
T2T2+ +HH
L L

Dengan menggunakan tekanan absolute :


(4 + 408) + 1 + 0 = ( 1 + 408 ) + 1 + 0 + 3
413 = 413
Dengan tekanan gauge :
4+1+0 = 1+1+0+3
5 = 5

Gambar 2.2
Susunan Saluran Udara Mendatar dan Tegak
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 4


Untuk posisi tegak :
HT1HT2
HT1 = = +HT2HL+
Dengan tekanan absolute : (4 + 408) + 1 + 0 = (1 + 407 ) + 1 + 1 + 3
413 = 413
Dengan tekanan gauge :
4+1+0  1+1+1+3
5  6
Perhitungan dengan tekanan gauge salah karena tidak mempertimbangkan
perubahan datum yang terjadi karena perubahan elevasi.
Pada prakteknya penggunaan tekanan absolute dalam perhitungan ventilasi
membuat rumit. Oleh karena itu diterapkan konvensi penggunaan tekanan gauge
sebagai basis perhitungan dengan cara menghilangkan Hz dalam semua
perhitungan.
Dengan demikian persamaan energi yang disederhanakan menjadi :
HH
t1 t1==HH
t2 t2++HH
LL

HH + +Hv1Hv1= H
s1 s1 +s2H+v2 H+v2H+
= s2 H L ............................................................................ (5)

Persamaan ini berlaku selama pengukuran dan perhitungan head statik didasarkan
pada tekanan gauge. Namun persamaan tersebut tidak berlaku untuk ventilasi
alam dimana Hz tidak bisa diabaikan.

2.2. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang


1. Head Loss
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang ditimbulkan antar dua
titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk mendapatkan aliran yang tunak
(steady), digunakan untuk menimbulkan perbedaan tekanan dan mengatasi
kehilangan aliran (HL).
Head loss dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu : ‘friction
loss (Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’.
Dengan demikian head loss adalah:
HHL L==HHf f++HHx x.....................................................................................................(6)

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 5


Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear melalui saluran
dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock loss adalah kehilangan head
yang dihasilkan dari perubahan aliran atau luas penampang dari saluran, juga
dapat terjadi pada inlet atau titik keluaran dari sistem, belokan atau percabangan,
dan halangan-halangan yang terdapat pada saluran.

Gambar 2.3
Sumber shock loss 1
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Gambar 2.4
Sumber shock loss 2
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Gambar 2.5
Sumber shock loss 3
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 6


Gambar 2.6
Sumber shock loss 4
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

2. Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan untuk mengatasi
kehilangan head (head loss) dan menghasilkan aliran yang diinginkan, diperlukan
penjumlahan dari semua kehilangan energi aliran. Pada suatu sistem ventilasi
tambang dengan satu mesin angin dan satu saluran keluar, komulatif pemakaian
energi disebut ‘mine head’, yaitu perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan
untuk menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.
a. Mine statik head (mine Hs)
Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk mengatasi
seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah termasuk semua kehilangan
dalam head loss yang terjadi antara titik masuk dan keluaran sistem dan
diberikan dalam bentuk persamaan:
Mine Hs =  HL =  (Hf + Hx)

b. Mine velocity head (mine Hv)


Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran sistem. Velocity
head akan berubah dengan adanya luas penampang dan jumlah saluran dan
hanya merupakan fungsi dari bobot isi udara dan kecepatan aliran udara.
Jadi bukan merupakan suatu head loss komulatif, namun untuk suatu
sistem merupakan kehilangan, karena energi kinetik dari udara dilepaskan
ke atmosfer.

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 7


c. Mine total head (mine HT)
Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam sistem ventilasi.
Secara matematis, merupakan jumlah dari mine statik (Hs) dan velocity
Head yaitu :
Mine HT = mine Hs + mine Hv
2.3. Gradien Tekanan (Gradien Hidrolik)
Penampilan berbagai komponen head dari persamaan umum energi secara grafis
dapat menjelaskan gradien tekanan. Gambar 2.3 menunjukkan gradien tekanan
untuk suatu sistem aliran udara sederhana. Tampak dari gambar tersebut bahwa
ada 3 gradien yang jelas, yaitu : elevasi, statik + elevasi (termasuk tekanan
atmosfer) dan head total. Dalam ventilasi tambang, hanya gradien tekanan statik
dan total yang di plot. Efek elevasi dapat diabaikan dan datum yang digunakan
paralel dengan garis tekanan barometrik.

Pengaliran udara melalui sistem tekan (boeling) dilakukan dengan meletakkan


sumber penekan udara di lubang masuk dan menaikkan tekanan udara tambang
hingga diatas tekanan atmosfer.

Gambar 2.7
Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 8


Gambar 2.8
Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Untuk menggambarkan sistem gradien tekanan perlu memperhatikan beberapa hal


berikut :
1. Head tekanan total selalu nol pada bagian masuk sistem, tetapi positif dan
sama dengan head kecepatan di bagian keluar.
2. Head keamanan statik selalu negatif dan sama dengan head kecepatan pada
bagian masuk tetapi nol pada bagian keluar.
3. Head total pada setiap titik digambarkan dahulu, dan head statik berikutnya
yang sama dengan pengurangan head total terhadap head kecepatan.

Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar disebut sistem
ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan sama dengan sistem tekan, kecuali
bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik mula (lihat gambar 2.5).
Pada sistem ‘booster’, sumber pembuat tekanan (fan) diletakkan antara bagian
masuk dan bagian keluar. Umumnya fan akan menerima udara di bawah tekanan
atmosfer dan mengeluarkan di atas tekanan atmosfer (lihat gambar 2.6).

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 9


Gambar 2.9
Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Gambar 2.10
Gradien Tekanan Pada Sistem ‘Booster’
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

2.4. Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan


Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran : laminer,
entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk menentukan keadaan
aliran adalah bilangan Reynold (NRe). Bilangan Reynold untuk aliran laminer
adalah  2000 dan untuk turbulent di atas 4000.
NRe = ( D V )/(  ) = ( D V ) / () ....................................................... (7)

Keterangan:
 = rapat massa fluida (lb.det2/ft4 atau kg/m3)
 = viskositas kinematik (ft2/detik atau m3/detik)
 = viskositas absolut (= ; lb detik/ft2 atau a.detik)
D = diameter saluran fluida (ft atau m)
V = kecepatan aliran fluida (ft/detik)

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 10


Untuk udara pada temperatur normal  = 1.6 x 10-4 ft2/detik atau 14.8 x 10-6
m2/detik.
Maka:
NRe = 6.250 DV
atau,
NRe = 67.280 DV untuk SI

Dengan menganggap bahwa batas bawah aliran turbulent dinyatakan dengan


NRe = 4.000, maka kecepatan kritis dari suatu dimensi saluran fluida dapat
ditentukan dengan:

Vc = (60 NRe)/ 6.250 D = (60)(4000)/ (6.250 D) = 38,4 / D (fpm)


Atau kira-kira Vc  40 / D

Aliran turbulent hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang bawah tanah.
Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang dipakai di tambang,
oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu menghasilkan aliran turbulent.

Distribusi kecepatan dan bilangan Reynold didalam suatu saluran bulat


ditunjukkan pada gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.11
Distribusi Kecepatan Aliran Di Dalam Lubang Bulat
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 11


Kecepatan maksimum terjadi pada pusat lubang, tetapi bilangan Reynoldnya
berbeda-beda. Yang paling penting untuk ventilasi adalah kecepatan rata-rata,
karena itu pengukuran kecepatan pada garis sumbu saja tidak cukup. Karena
bilangan Reynold di dalam suatu sistem ventilasi tambang biasanya lebih besar
dari pada 10.000, kecepatan rata-rata seringnya dapat dinyatakan sebagai berikut :

V = 0.8 Vmax.

BAB III

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 12


PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Lokasi Pengambilan Data


Pada praktikum acara ini dilakukan pengukuran di Kampus II UPN “Veteran”
Yogyakarta, tepatnya di Laboratorium Ventilasi Tambang UPN “Veteran”
Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 2020.

3.2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan


Adapun peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam praktikum ventilasi
ini adalah :
1. Meteran

Gambar 3.1
Meteran
Sumber : google.com/gambar_meteran_jpg
2. Stopwatct
Gambar 3.2

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 13


Stopwatch
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

3. Vane Anemometer

Gambar 3.3
Vane Anemometer
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

4. Rangkaian jaringan ventilasi

Gambar 3.4
Rangkaian Jaringan Ventilasi
Sumber : Buku Panduan Praktikum

5. Alat tulis serta form penulisan data


3.3 Prosedur Pengambilan Data
1. Siapkan alat yang akan digunakan terlebih dahulu.
2. Ukur diamater, panjang, lebar dan tinggi dari jaringan yang sudah tersedia.
3. Nyalakan mesin, sehingga udara akan masuk melalui jaringan, dan atur
kecepatannya sebesar 3 dan 5.
4 Ukur kecepatan setiap saluran ( lubang yang sudah tersedia pada jaringan )
dengan menggunakan Vane Anemometer. Untuk rangakain seri, setiap
saluran yang bercabang ditutup , sedangkan untuk rangkain paralel semua
jaringannya dibuka.

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 14


5. Setelah 1 menit, lakukan pembacaan Vane Anemometer yang menunjukkan
angka tertentu kecepatan udara dalam jaringan yang diukur.
6. Masukkan data parameter yang diperoleh pada tabel pengisisan data yang
tersedia.

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1. Hasil Pengambilan Data

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 15


Gambar 4.1
Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

E’

D’

Gambar 4.2
Rangkaian Jaringan Ventilasi Paralel
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Gambar 4.3
Splitting dan Junction Pada Lintasan G-H-I Rangkaian Ventilasi Paralel
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 16


0⁰ 30⁰ 45⁰ 60⁰
90⁰

Gambar 4.4
Gambar tampak atas variasi bukaan regulator
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

Tampak Depan :

0⁰ 30⁰ 45⁰ 60⁰


90⁰

Gambar 4.5
Gambar tampak depan variasi bukaan regulator
Sumber : laboratoriumventilasiupnvyk.wordpress.com

4.2. Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Data Variasi Kecepatan Jaringan Ventilasi

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 17


Variasi Sudut Bukaan SHOCKLOSS 2 3
No. Section W ( ft ) H ( ft ) L ( ft ) V ( ft/min ) A ( ft ) Q ( ft /min ) Catatan
Kece patan DE' GH SUM BER Le ( ft )
1 3 Splitting, Straight, 0 0
Branch,
2 DE' 4 0 90 0,492 0,492 4,1 105 0 0,242 0
Contraction,
3 5 Abrupt, Dis charge 0 0
4 3 1333 322,671
5 EF 4 0 90 0,492 0,492 4,1 - 0 1983 0,242 480,013
6 5 2124 514,144
7 3 Bend, Obtuse, 654 158,310
8 HI 4 0 90 0,492 0,492 4,1 Sharp, Junction, 90 900 0,242 217,858
9 5 Straight, Branch 1293 312,989
10 3 Expansion, 605 260,150
11 IJ 4 0 90 0,696 0,696 3,28 Abrupt, 85 840 0,430 361,200
12 5 Discharge 1246 535,780
13 3 Splitting, Straight, 1421 343,973
Branch,
14 DE' 4 90 0 0,492 0,492 4,1 105 2077 0,242 502,767
Contraction,
15 5 Abrupt, Dis charge 2732 661,319
16 3 1089 263,608
17 EF 4 90 0 0,492 0,492 4,1 - 0 1704 0,242 412,477
18 5 2212 535,446
19 3 Bend, Obtuse, 747 180,822
20 HI 4 90 0 0,492 0,492 4,1 Sharp, Junction, 90 1610 0,242 389,723
21 5 Straight, Branch 2036 492,842
22 3 Expansion, 626 269,180
23 IJ 4 90 0 0,696 0,696 3,28 Abrupt, 85 994 0,430 427,420
24 5 Discharge 1108 476,440
25 3 Splitting, Straight, 1404 339,858
Branch,
26 DE' 4 90 90 0,492 0,492 4,1 105 2039 0,242 493,568
Contraction,
27 5 Abrupt, Dis charge 2544 615,811
28 3 1347 326,060
29 EF 4 90 90 0,492 0,492 4,1 - 0 1946 0,242 471,057
30 5 2541 615,085
31 3 Bend, Obtuse, 582 140,881
32 HI 4 90 90 0,492 0,492 4,1 Sharp, Junction, 90 950 0,242 229,961
33 5 Straight, Branch 1208 292,413
34 3 Expansion, 606 260,580
35 IJ 4 90 90 0,696 0,696 3,28 Abrupt, 85 921 0,430 396,030
36 5 Discharge 1158 497,940
37 3 Splitting, Straight, 0 0,000
Branch,
38 DE' 4 0 0 0,492 0,492 4,1 105 0 0,242 0,000
Contraction,
39 5 Abrupt, Dis charge 0 0,000
40 3 1481 358,497
41 EF 4 0 0 0,492 0,492 4,1 - 0 1741 0,242 421,433
42 5 2359 571,029
43 3 Bend, Obtuse, 1113 269,417
44 HI 4 0 0 0,492 0,492 4,1 Sharp, Junction, 90 1686 0,242 408,120
45 5 Straight, Branch 2293 555,053
46 3 Expansion, 636 273,480
47 IJ 4 0 0 0,696 0,696 3,28 Abrupt, 85 843 0,430 362,490
48 5 Discharge 1328 571,040

Sumber : Pengukuran saat Praktikum dan Perhitungan Data

Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Jaringan Seri

Sumber : Pengukuran saat Praktikum dan Perhitungan Data

Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Jaringan Paralel

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 18


Sumber : Pengukuran saat Praktikum dan Perhitungan Data

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 19


BAB V
HASIL ANALISIS

5.1. Analisis Kehilangan


Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan (Hv), gesekan (Hf)
dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran (Hx).Jadi dalam suatu sistem
ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan sebagai berikut :

H =
Hss = HHLL
 (H
==  (Hff ++ H
Hxx))

Hv = Hv pada keluaran
dan
HHTT== HHs s ++ HHvv

1. Friction Loss
Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui lubang bukaan di
tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari total kehilangan (head loss).
Friction loss merupakan fungsi dari kecepatan aliran udara, kekasaran muka
lubang bukaan, konfigurasi yang ada di dalam lubang bukaan, karakteristik lubang
bukaan dan dimensi lubang bukaan. Untuk friction loss pada ventilasi tambang
(dikenal sebagai rumus Atkinson) didapat sebagai berikut :
Hf = (f/5,2)(l/4RH)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/RH)(V2)
= (KPLV2) / (5,2 A) = (KSV2)/ (5,2 A)

karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi:

2 2) / (5,2 A
3 3)
HH = (KPLQ
f f= (KPLQ ) / (5,2 A )

Dimana :
Hf = friction loss (inch water)

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 20


V = kecepatan aliran
K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)
A = luas penampang saluran (ft2)
S = rubbing surface (ft2) = PL
P = keliling saluran (ft)
L = panjang saluran (ft)
Q = debit udara (cfm)

Koefisien K pada ventilasi tambang dianggap konstan dan besarnya untuk


berbagai kondisi lubang bukaan tambang bawah tanah bukan batubara pada
tabel 5.1.

Tabel 5.1
Faktor Gesek K untuk Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanah
Bukan Batubara

Sumber : laboratoriumventilasiupnyk.wordpress.com

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 21


Pada praktikum yang dilakukan digunakan saluran dengan dinding besi sehingga
nilai faktor gesek pada saluran yang lurus adalah 10x10-10 dan pada saluran yang
berupa belokan adalah 30x10-10 .

2. Shock Loss
Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah aliran dalam saluran
atau luas penampang saluran udara dan merupakan tambahan terhadap friction
losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10 % - 30 % dari head loss total di
dalam ventilasi tambang, tetapi tetap harus diperhatikan.
Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada dasarnya berkurangnya
tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan atau berbanding lurus dengan
velocity head. Perhitungan shock loss dapat dilakukan secara langsung.

Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari velocity head, yakni

Hx
Hx == XXHv
Hv

Dimana :
Hx = shock loss
X = faktor shock loss

3. Kombinasi Friction dan Shock Loss


Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka :

HHLL == HHf f ++ HHx x


2 3
= =(KP
(KP(L(L+ +LeL)Q
e)Q
2 )/ 5,2 A
)/ 5,2 A3

Dimana :
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk densitas udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft2)
L = panjang saluran (ft)

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 22


5.2. Jenis Kehilangan Dari Berbagai Sumber Shock Loss
1. Gesekan
Kehilangan karena gesekan terjadi apabila suatu aliran melewati pipa atau bukaan
dengan luas konstan, semakin halus luas permukaan yang dilewati maka
kehilangan gesekannya semakin kecil.
2. Kontraksi
Kehilangan karena kontraksi adalah kehilangan yang disebabkan oleh adanya
perubahan arah aliran atau perubahan luas penampang saluran.
3. Belokan
Terdapatya belokan pada suatu jaringan juga mempengaruhi kehilangan dari suatu
jaringan.
4. Tikungan
Terdapatya tikungan pada suatu jaringan juga mempengaruhi kehilangan dari
suatu jaringan.
5. Ukuran Pipa/Diameter
Perbedaan dan perubahan ukuran diameter maupun ukuran pipa berpengaruh
terhadap jumlah kehilangan udara pada suatu jaringan. Pada praktikum yang
dilakukan, shock loss dianalisis pada tiap section. Jika ada lebih dari satu jenis
shock loss maka panjang ekuivalen dijumlahkan sesuai dengan banyaknya sumber
shock loss.
6. Velocity head
Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat dianggap suatu
kehilangan. Velocity head merupakan fungsi dari kecepatan aliran udara, yakni:
22
HHv v== (V
(V)/(2g)....................................................................................................
)/(2g) (9)

Dimana:
Hv = velocity head
V = kecepatan aliran (fps)
G = percepatan gravitasi (ft/dt2)

Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :


2 2 2 2
HH
v = ((w
v = ((wVV)/(5,2)(64,4)(60)
)/(5,2)(64,4)(60))2=
) =ww((V)/
((V)/(1.098))
(1.098))2

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 23


atau :
2
HH
v v== ((V)/(4.000))
((V)/(4.000))2

Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar 400 fpm


ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inci. Untuk mempermudah
perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan dapat menggunakan
nomogram.

Pada praktikum yang dilakukan, velocity head pada rangkaian seri dihitung dari 3
section yaitu EF, HI, dan IJ. Sedangkan pada rangkaian paralel dihitung dari 4
section yaitu DE’, EF, HI, dan IJ. Pada pengukuran yang dilakukan terdapat
kesalahan saat dilakukan pengukuran kecepatan karena alat yang digunakan tidak
presisi. Selain itu saluran ventilasi tidak tertutup rapat.

Tabel 5.2
Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss

Le
Sumber
Feet Meter
Bend, acute, round 3 1
Bend, acute, sharp 150 45
Bend, right, round 1 1
Bend, right, sharp 70 20
Bend, obtuse, round 1 1
Bend, obtuse, sharp 15 5
Doorway 70 20
Overcast 65 20
Inlet 20 6
Discharge 65 20
Contraction, gradual 1 1
Contraction, abrupt 10 3
Expansion, gradual 1 1
Expansion, abrupt 20 6
Splitting, straight branch 30 10

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 24


Splitting, deflected branch (90o) 200 60
Junction, straight branch 60 20
Junction, deflected branch (90o) 30 10
Mine car or skip (20 % of airway area) 100 30
Mine car or skip (40 % of airway area) 500 150
Sumber : laboratoriumventilasiupnyk.wordpress.com

5.3. Analisis Jaringan


Hasil dari sudut bukaan regulator pada jaringan ventilasi mempengaruhi
kecepatan aliran udara. Secara umum semakin besar sudut maka akan semakin
besar pula kecepatan udaranya, kecuali pada section HI. Pada section HI ini justru
semakin besar sudut kecepatan semakin menjadi kecil. Luas bukaan dari setiap
section pada jaringan pun akan mempengaruhi luas dan debit dari aliran udara
yang masuk atau melewati jaringan. Sehingga pada praktikum ini dilakukan
pengamatan dan perhitungan mengenai bukaan katup (regulator) pada jaringan
ventilasi tambang bawah tanah yang di simulasikan di laboratorium.

5.4. Pengaruh Variasi Kecepatan Axial Fan Terhadap Debit Udara


Pengaruh kecepatan axial fan sangat penting untuk diperhatikan. Setelah
dilakukannya pengolahan data hasil praktikum dapat diambil kesimpulan yaitu
semakin besar kecepatan axial fan maka semakin besar pula debit udara yang
dihasilkan, sehingga kecepatan akan semakin besar pula. Jika kecepatan dan luas
besar tentunya debit yang dihasilkan pun akan besar.

5.5. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ht (Head Total)


Parameter yang mempengaruhi nilai Head total (Ht) diantaranya yaitu faktor
gesekan (K), keliling saluran (P), panjang saluran (L), panjang ekuivalen (Le),
dan luas (A) bukaan katup pada setiap sudutnya.

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 25


5.6. Grafik Hubungan Antara Debit dengan Sudut Bukaan
1. Grafik hubungan sudut bukaan dengan kecepatan

Grafik Hubungan Antara Kecepatan dengan Sudut Bukaan

3000

2500

2000
Kecepatan (ft/min)

1500 EF
DE`
1000 HI
IJ

500

0
0 30 45 60 90
Sudut Bukaan

2. Grafik hubungan sudut bukaan dengan debit

Grafik Hubungan Antara Debit dengan Sudut Bukaan


900

800

700

600
Debit (ft3/min)

500
EF
400 DE`
300 HI
IJ
200

100

0
0 30 45 60 90
Sudut Bukaan

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 26


BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Jaringan seri didefinisikan sebagai suatu jaringan yang mempunyai jalur saling
berkait ujung satu dengan ujung lainnya sehingga kuantitas udara yang mengalir
melalui setiap jalur adalah sama. Jaringan dianggap paralel apabila total udara
yang mengalir terbagi dalam masing-masing jalur udara. Dari hasil pegolahan data
dari pengukuran langsung diperoleh perbedaan kecepatan udara pada jaringan,
yang pada awalnya pada jaringan tersebut di didistibusikan kuantitas dan kualitas
udara dengan jumlah tertertu, perbedaan kecepatan itu sendiri dipegaruhi oleh
adanya perbedaan luas permukaan jaringan dan juga panjang dari jaringan itu
juga. Sehingga berpengaruh pada parameter-parameter yang akan dicari

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 27


selanjutnya yang berkaitan dengan kecepatan setiap bagian jaringan seperti debit
udara (Q), Head Loss (Ht), Head Static (Hs), Head Velocity (Hv), dan juga Head
Total (Ht).

Selain kecepatan yang berbeda, nilai parameter - parameter yang dicari itu juga
dipengaruhi oleh adanya kehilangan dari berbagai sumber Shock Loose seperti
adanya gesekan udara dengan luas permukaan dalam jaringan, adanya belokan,
adanya tikungan, perbedaan luas permukaan, dan sebagainya.

Jadi pada prinsipnya jaringan ventilasi hampir sama prinsipnya dengan jaringan
listrik, sehingga apabila pada suatu jaringan didistribusikan sejumlah udara
dengan jumlah tertentu, pada saat pengeluarannya tidak akan sama dengan jumlah
awal yang didistribusikan karena adanya faktor-faktor yang menyebabkan
kehilangan pada jaringan.

Dari hasil pegolahan data dari pengukuran langsung diperoleh perbedaan nilai
kecepatan setiap perbedaan sudut bukaan katup, yang berpengaruh pada debit
yang mengalir pada luasan yang sama, namun dapat berbeda luasannya pada
setiap section nya. Secara umum semakin besar sudut bukaan katup maka
kecepatan akan semakin besar karena luas penampangnya semakin besar juga,
begitu juga sebaliknya semakin besar sudut bukaan katup maka kecepatan akan
semakin kecil. Namun hal ini berbanding terbalik pada section HI dimana
semakin besar bukaan maka semakin kecil kecepatannya.
Parameter yang mempengaruhi nilai R ekuivalen diantaranya yaitu faktor gesekan
(K), keliling saluran (P), panjang saluran (L), panjang ekuivalen (Le), dan luas
(A) bukaan katup pada setiap sudutnya.

6.2. Saran
1. Alat yang digunakan harus dalam keadaan yang standar.
2. Sebaiknya dilengkapi materi yang sepadan dengan praktikum agar praktikan
memahami dengan baik.

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 28


DAFTAR PUSTAKA

[1] Sudarsono, Wiyono, Bagus. 2019. Diktat Kuliah Ventilasi Tambang. Program
Studi Sarjana Teknik Pertambangan. Fakultas Teknologi Mineral. UPN
“Veteran”. Yogyakarta.
[2] Anonim.(2020, Februari 3) Form Laporan Sementara Acara 2. Retrieved
from: www.laboratoriumventilasitambangupnvyk.com

Said Muhammad Razhi / 112.170.140 29

Anda mungkin juga menyukai