Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KONSEP TEKANAN

2.1 Pendahuluan
Untuk fluida diam, tekanan secara mekanis didenifisikan sebagai gaya yang bekerja
tegak lurus pada suatu satuan luas suatu permukaan, atau :

dF
p ¿ dA (1.1)

Definisi tekanan ini bersama – sama dengan tiga sifat tekanan yang akan dibahas berikut
ini menjadi prinsip dasar tekanan. Sifat – sifat tekanan yang dimaksud adalah :
a) Didalam suatu fluida yang diam, besarnya tekanan bergantung kepada posisi kedalaman.
Tetapi pada suatu posisi tertentu besarnya tekanan tidak bergantung kepada arah
perubahan tekanan terhadap kedalaman dinyatakan dengan :

d ¿ γ dh (2.1)
dimana : γ = berat jenis fluida
h = kedalaman atau tinggi kolam fluida.
Persamaan (1.2)juga menyatakan defenisi tekanan dalam ilmu hidrolika, dan digunakan
sebagai prinsip dasar pengukuran tekanan dengan manometer.
b) Tekanan tidak dipengaruhi oleh bentuk wadah dari fluida. Oleh sebab itu bentuk
tranduser tekanan tidak mempengaruhi hasil pengukuran (gambar 1.1)

Gambar 1.1 Wadah tekanan


Gambar 1.1 Tekanan tidak bergantung kepada wadah fluida, tekanan pada kedalaman 1
adalah
P2 = P2 + γ h.
c) Tekanan yang diberikan kepada suatu fluida dalam wadah melalui suatu permukaan
yang dapat bergerak akan diteruskan oleh fluida tersebut keseluruh permukaan batas.
Diatas telah dibahas dua definisi tekanan yaitu secara mekanis (persamaan (1.1)) dan
secara hidrolika (persamaan (1.2)). Teori kinetika gas menganggap tekanan pada suatu didinding
wadah disebabkan oleh adanya tumbukan molekul – molekul pada dinding tersebut. Oleh sebab
itu, menurut teori kinetika, tekanan sama dengan kinetik, energi molekul per satuan volume atau

2 KE 1
¿ ≡ ρ
p 3 V 3 C2 ¿ NRT (1.3)
dimana :
C = kecepatan molekul rata – rata
N = jumlah molekul,
R = konstanta gas spesifik
Dalam termodinamika,suatu kerja reversible dapat dinyatakan sebagai :

dW ¿ pdW (1.4)
Sedangkan kerja irrevesibel dapat dinyatakan :
dW ¿ pdW - δF (1.5)
Dimana δF adalah kerugian – kerugian akibat adanya irreversibilitas.
Berdasarkanpersamaan (1.5),tekanan secara termodinamika didefinisikan sebagai kerja
persatuan volume :
dW +δF
¿
p dW (1.6)

2.1.1 Tekanan Absolute dan Tekanan Relatif


Tekanan relative adalah harga mutlak dari tekanan fluida. Sedangkan tekanan relatife adalah
perbedaan antara tekanan absolut dengan tekanan atmosfir lokal. Vakum adalah tekanan relative
negatif atau harga tekanan atmosfir lokal dikurangi dengan tekanan absolute. Tekanan absolute
tidak pernah negative dan vakum tidak pernah melebihi tekanan atmosfir local. Hubungan antara
tekanan – tekanan yang dibahas diatas secara lebih jelas diperlihatkan oleh gambar 1.2.

2.1.2 Satuan Tekanan.


Dalan satuan inggris tempo dulu, tekanan absolut mempunyai satuan pound per inci persegi
(lb/in2) absolut (psia). Tekanan relatif mempunyai satuan yang sama dan dituliskan sebagai psig.
Dalam SI satuan tekanan adalah Newton per meter persegi (N/m2) atau di sebut juga pascal (Pa).
Tekanan juga dinyatakan dalam satuan tinggi kolom fluida ,seperti tinggi kolam air raksa.

Gambar 1.2 hubungan antara absolut, tekanan relatif dan vakum.


Sebagai contoh 1 atmosfir ekivalen dengan 760 mm air raksa yang menpunyai massa jenis
13,5955 gr/cm3.
2.2 ALAT UKUR TEKANAN
2.2.1 Alat Ukur Tekanan Standar
Prinsip kerja alat ukur tekanan standar merupakan dasar dari pengukuran. Alat ukur
tekanan stansdar ini biasanya digunakan untuk memperoleh tekanan – tekanan standar atau
mengkalibrasi alat ukur tekanan lainya. Alat – ukur standar yang akan dibahas antar lain :
Deathweight Piston Gauge, beberapa manometer dan barometer presisi, dan Mc Leod
Gauge. Pembahasan meliputi prinsip kerja alat, daerah pengukuran, dan faktor koreksi hasil
pengukuran.

2.1 Deathgweight Piston Gauge.


Penggunaan deathweight piston (DW gauge) untuk mengukur tekanan stasioner dengan
ketelitian yang tinggi sudah dimulai pada tahun 1893 oleh Amangat. Alat ini terdiri dari torak
dan silinder berdimensi presisi. Torak dapat bergerak bebas dalam selinder yang berisi fluida.
Selinder berhubungan dengan saluran yang mempunyai dua ujung. Pada satu ujungnya
diletakkan alat ukur tekanan yang akan dikaliberasi. Sedangkan ujungnya dihubungkan dengan
pompa atau plunyer. Pada saat bekerja, diatas torak diletakkan beberapa pemberat yang diketahui
beratnya. Tekanan yang ditimbulkan akan diteruskan oleh fluida ke alat ukur yang akan
dikaliberasi. Pompa atau plunyer berfungsi untuk memberikan tekanan yang cukup besar dalam
selinder untuk menahan berat torak dan pemberat agar piston masih mengapung dan bergerak
bebas dalam selinder. Tekanan system kemudian dapat diubah – ubah dengan menambah atau
mengurangi pemberat.
DW gauge untuk kisaran tekanan tinggi menggunakan minyak sebagai fluida kerjanya
(gambar 2.1.a). DW gauge tekanan tinggi ada yang dapat memberikan kisaran tekanan sampai
dengan 10000 psig. DW gauge tekanan rendah menggunakan gas sebagai fluida yang kerjanya
(2.1.b).DW gauge ini dapat memberikan tekanan sistim sekecil 0,01 psig. DW gauge yang
dibahas diatas dapat mendeteksi kenaikan tekanan 0,01% dari skala maksimumnya dengan
ketelitian pengukuran dapat mencapai 0,01 sampai 0,05 dari harga yang terbaca.
Tekanan yang dihasilkan didalam sistim, yang seharusnya sama dengan tekanan yang
ditunjukkan oleh alat ukur yang dikalibrasi,adalah :
Gambar (2.1). Beberapa jenis Deathweigh piston gauge
a. DW gauge kisaran tekanan tinggi
b. DW gauge kisaran tekanan rendah

Pada DW gauge terjadi kebocoran fluida kerja melalui celah antara torak dan selinder.
Film fluida yang terdapat dicelah ini membantu pelumasan dan mengurangi friksi antara torak
dan selinder. Adanya friksi ini dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. Untuk menghilangkan
friksi ini, biasanya piston atau selindernya diputar. Karena adanya kebocoran, tekanan dari sistim
harus tetap terjaga agar piston dan pemberat tetap mengambang. Hal ini biasanya dilakukan
dengan mengecilkan volume dari sistim untuk mengkompensasikan penurunan tekanan tekanan.
Selamanya torak mengapung dalam fluida dengan bebas, tekanan akan memenuhi perasamaan
(2.1).
Pengukuran pengukuran pada DW gauge ini ditimbulkan oleh karena adanya gaya angkat
oleh udara dan karena adanya perbedaan harga percepatan gravitasi. Untuk menghilangkan
adanya pengaruh gaya angkat udara,torak dan pemberat biasanya diletakkan dalam selubung
vakum (gambar 2.1.b). untu DW gauge yang tidak dilengkapi oleh ruang vakum, harga tekanan

yang diperoleh dari persamaan (2.1)harus di koreksi dengan suatu factor koreksi :

γ udara

Ctb = -
[ γ pemberat ] (2.2)

Tetapi karena
γ udara dipengaruhi oleh tekanan atau temperaturnya, maka Ctb bergantung
kepada tekanan atau temperatur udara, Berat biasanya dihitung berdasarkan percepatan gravitasi
32,1740 ft/s2. Tetapi harga percepatan gravitasi berubah dengan ketinggian dan posisi lintang.
Oleh sebab itu harga tekanan yang diperoleh dari persamaan (2.1) harus dikoreksi dengan factor
koreksi gravitasi :

g lokoal

Cg =
[ g stan dar
−1
] = - (2,637 x 103cos2 φ + 9,6 x10-8h + 5 x 105) (2.3)
Dimana :
φ= lintang dalam derajat,
h = ketinggian diatas permukaan laut,ft.
dengan demikian harga tekanan system yang sebenarnya adalah :

PDW = Po(1+ Ctb + Cg) (2.4)


Dimana :
Po = harga tekanan yang dihitung dari persamaan
Nomogram dari factor koreksi yang dibahas diatas dapat dilihat pada gambar 2.2
Sumber kesalahan lainnya adalah ketidakpastian luas penampang torak. Ketidak pastian
disebabkan karena dimensi torak akan berubah dengan adanya perubahan temperatur. Suatu
factor koreksi yang tetap juga harus diterapkan untuk mengkompensasi kesalahan ini.

Gambar 2.2 Nomogram factor koreksi gaya angkat udara dan posisi

2.2 Manometer.
Monomer sudah digunakan sejak tahun 1662 oleh Boyle untuk mengukur tekanan fluida
yang stasioner dengan akurat. Karena kontruksi yang sederhana dan bekerja berdasarkan prinsip
hidrolika, maka monometer banyak digunakan. Manometer mempunyai daerah pengukuran
sebesar 0,2 sampai 100 psig,dan mempunyai kesalahan pengukuran sebesar 0,02 sampai 0,2%
dari hasil pengukuran.
Manometer terdidri dari pipa transparan (biasanya gelas) berbentuk U yang terisi sebagian
dengan cairan. Air raksa dan air merupakan cairan manometer yang paling banyak digunakan
karena data mengenai berat jenisnya mudah peroleh. Untuk mengukur tekanan suatu fluida yang
mempunyai kerapatan cairan manometer yang tidak larut dalam cairan manometer, maka fluida
tersebut dihubungkan dengan salah satu ujung dari manometer,sedangkan ujung lainya
dihubungkan dengan tekanan fluida acuan (gambar 2.3). Perbedaan tekanan antara tekanan yang
tidak diketahui dengan tekanan acuan merupakan fungsi dari tinggi kolom cairan manometer.
Dengan menggunakan sifat tekanan yang telah dibahas bab I diperoleh p1 = p2 (pada suatu
ketinggian yang sama,tekanan adalah sama besar) atau

PA + γ A (hA + hB + Δh 1 ) = pB +
γ h
B B +
γ M
Δ h1

(2.5)
atau

( h A + hb )
(PA - PB) = γ M
[ 1+
γB
γM
hB
( )( ) ( )(
Δh 1

γA
γM Δh1
+1
)] Δh1 (2.6)

persamaan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

PA – PB = Ch γ M Δh 1 (2.7)
Dimana :

( h A + hb )
Ch =
[ 1+
γB
γM
hB
( )( ) ( )(
Δh 1

γA
γM Δh1
+1
)] Δh1 (2.8)
Adalah factor koreksi hidrolik yang memperhitungkan fluida – fluida lain selain cairan
manometer yang ada didalam manometer.
Harga berat jenis fluida – fluida yang terdapat dalam manometer berubah,jika
temperature system berubah.

Gambar 2.3 Manometer.


Perubahan harga berat jenis bagi air raksa dan air dapat dinyatakan oleh persamaan – persamaan
berikut :

0 .491154
−4
( γ s,t)air raksa = 1+1 , 01(t−32)10 (2.9)

2 −3 2 −6 3
62. 2523+0 , 978476 x 10 t−0 , 145 x 10 t +0 , 217 x 10 t
(
γ s ,t ) = 1728 (2.10)
Subskrip s,t menunjukkan bahwa harga berat jenis adalah pada kondisi gravitasi standar pada
temperature t. Temperature t di persamaan – persamaan diatas adalah dalam oF. Untuk kondisi
gravitasi yang standar , maka harga berat jenis diatas harus dikoreksi dengan factor gravitasi
seperti yang ditunjukkan pada nomogram (gambar 2.2). Dengan demikian harga jenis yang telah

dikoreksi (
γ c ) adalah :

(
γ c ) = γ s ,t (1+C ) (2.11)
g

1. Variasi temperatur sepanjang manometer akan menyebabkan terjadinya perubahan berat


jenis cairan sepanjang manometer dan kesalahan yang cukup berarti akan terjadi. Oleh sebab itu
adanya variasi temperature sepanjang manometer harus dihindari. Penguapan cairan manometer
akan menyebabkan pergeseran titik nol, tetapi hal ini dapat dengan mudah diatasi dan tidak akan
menyebabkan kesalahan pengukuran. meskipun demikian diusahakan agar tidak terjadi
penguapan ,dan yang lebih penting lagi, jangan menggunakan cairan manometer yang terdiri dari
campuran dari beberapa zat murni, karena jika terjadi penguapan maka berat jenis cairan akan
berubah.
2. Penyebab kesalahan pengukuran lainnya adalah adanya pengaruh kapiler. Seperti sudah
diketahui bahwa bentuk permukaan batas antara dua fluida yang diam dipengaruhi oleh gravitasi
dan gaya- gaya kohesi dan adhesi antara fluida – fluida dan dinding wadah. Pada sistim air-
udara-gelas, misalnya,minikus air adalah cekung menghadap keatas, atau air dikatakan
membasahi gelas. Pada situasi ini, gaya adhesi lebih dominan, dan air pada pipa kaca akan
tertarik keatas akibat gaya kapiler. Sebaliknya, pada system air raksa- udara - gelas,gaya kohesi
lebih dominan, miniskus air raksa adalah cekung menghadap kebawah, dan air raksa dalam pipa
gelas akan tertekan kebawah oleh gaya kapiler (gambar 2.4)
Gambar 2.4 pengaruh gaya kapiler pada air dan air raksa
2.3 Mikromanometer
Mikromanometer adalah manometer yang mempunyai ketelitian yang lebih tinggi. Pada
alat ini dapat terbaca tinggi kolom air mulai dari 0,0002 sampai 20 in dan dapat mendeteksi
tekanan mulai dari 0 sampai dengan 100 psig. Pada bagian ini akan dibahas tiga jenis
mikromanometer.

2.3.1 Mikrometer Prandtl


Gambar 2.6 menunjukkan mikromanometer type prandtl. Mikromanometer ini
mempunyai tabung manometrer disatu sisi dan reservoir disisi lain. Sebelum digunakan
permukaan cairan dan reservoir dibuat sama tinggi dengan permukaan cairan dalam tabung
manometer, yaitu pada posisi nol. Posisi nol ini ditandai dengan suatu garis pada tabung
manometer. Kemudian ujung resvoir dihubungkan dengan tekanan yang tidak diketehui. Jika P2
>P1 (lihat gambar 2.5), reservoir digerakkan kebawah relative terhadap tabung manometer,
dengan memutar ulir penuntun yang presisi. Reservoir terus diturunkan sehingga ketinggian air
pada tabung manometer kembali pada posisinya semula (posisi nol) hal ini dapat juga dilakukan
dengan cara menaikkan tabung manometer. Beda ketinggian antara permukaan cairan ditabung

manometer dengan yang reservoir ( Δh ) menyatakan beda tekanan (P2 >P1). Pada manometer
ini kesalahan miniskus dan kesalahan kapiler dapat dihindarkan karena miniskus selalu
dikembalikan keposisi semula. Micrometer type prandtl ini mempunyai ketelitian 0,001 in air,
dan biasanya digunakan sebagai alat pengkalibrasi.
Gambar 2.5 mikrometer prandtl

2.3.2 Mikromanometer Mikrometer


Manometer ini terdiri dari dua buah tabung yang besar yang pada bagian alasnya saling
dihubungkan dengan pipa U (gambar 2.6). karena tabung manometer besar, maka kesalahan
kapiler dapat ditiadakan. Ketinggian permukaan cairan pada masing-masing tabung diukur
dengan menggunakan mirometer. Hal ini dilakukan dengan menggerakkan jarum penunjuk
micrometer hingga menyentuh permukaan cairan. Kontak antara jarum dengan permukaan
cairan dapat dideteksi secara visual atau secara elektrik. Micrometer manometer mempunyai
ketelitian 0,001 in air, dan biasanya digunakan sebagai alat kalibrasi

Gambar 2.6 mikromanometer micrometer


2.3.3 Mikromanometer Udara
Manometer ini sangat sensitive, oleh sebab itu biasanya digunakan sebagai alat
pengkalibrasi. Manometer ini menggunakan udara sebagai fluida kerjanya. Dengan demikian
tidak terdapat kesalahan miniskus dan kesalahan kapiler. Gambar 2.7. menunjukkan skema dari
alat ini. Tekanan acuan diperbesar secara mekanik oleh aksi sentrifugal dari piringan berputar.
Putaran piringan diatur sedemikian rupa sehingga tekanan acuan yang telah diperbesar sama
dengan tekanan yang ingin dicari. Kondisi seimbang ini dapat diketahui melalui pengamatan
terhadap gerak partikel oil yang disemprotkan kedalam tabung pengamatan. Tabung ini
diletakkan diantara saluran tekanan yang tidak diketahui dan saluran tekanan acuan yang telah
diperbesar. Jika tekanan-tekanan setimbang, maka partikel minyak akan bergerak lurus kebawah.
Pada kondisi, beda tekanan antara tekanan yang akan diukur dengan tekanan acuan sebelum
2
diperbesar adalah : ΔP = Kpn
(2.14)
Dimana :
ρ= densitas udara acauan,
n = kecepatan putaran piringan.
K = konstanta yang bergantung kepada jari-jari piringan dan
celah antara piringan dengan selubung
Pada micrometer ini dapat diperoleh kenaikan tekanan sebesar 0,0002 in air
dengan kesalahan sebesasr 1 %.
Gambar 2.6 mikrometer udara

2.4 Barometer
Barometer sudah digunakan sejak tahun 1643 oleh Torricelli. Barometer dapat
mengukur/mengkalibrasi tekanan dengan kesalahan 0.001 sampai 0.03 % dari harga pembacaan.
Barometer terdiri dari tabung vakum yang dibenamkan dalam sumur /reservoir air raksa.
Reservoir air raksxa ini berhubungan dengan udara atmosfir disekelilingnya. Jenis barometer
yang paling banyak digunakan adalah jenis fortin (diambil dari nama nocholas fortin), dimana
tinggi air raksa dalam reservoir dapat diatur. Pengaturan ini dapat dilakukan dengan menaikkan
dasar reservoir yang terbuat dari kulit. Pengaturan tinggi permukaan air raksa ini dimaksudkan
agar diperoleh titik nol yang tetap. Kecuali pada celah pengamatan seluruh tabung vakum
(terbuat dari gelas) diselubungi oleh tabung logam yang mempunyai skala pada celah
pengamatan. Untuk memudahkan dan menaikkan ketelitian pembacaan, pada tabung logam
terdapat cincin penunjuk yang dapat digeser, cincin ini dilengkapi dengan skala vernier (nonius).
Jika akan digunakan, tinggi permukaan air raksa dalam reservoir dinaikkan dengan
menaikkan secrup pengatur hingga permukaan air raksa dalam menyentuh ujung penunjuk yang
terbuat dari gading (lihat gambar 2.7). kemudian ketinggian air raksa dalam tabung diamati
dengan menggunakan cincin penunjuk. Pembacaan pada skala dan vernier menunjukkan tinggi
kolom air raksa pada kondisi ruangan ( pada t dan percepatan gravitasi g ruangan). Sedangkan
tekanan barometer dapat dicari dari :
pbaro = ytchtc (2.15)
dimana :
Ytc = berat jenis air raksa pada t setelah dikoreksi dengan factor koreksi gfravitasi,
Htc = tinggi kolom air raksa pada temperature t setelah dikoreksi.
Hubungan antara tinggi kolom air raksa yang teramati (h tl) dengan tinggi air raksa yang telah
dikoreksi (htc) adalah :
Htc + htl + C1 (2.16)

Dimana C1 adalah factor koreksi yang merupakan temperature. Penggunaan factor


koreksi ini dimaksudkan untuk menghitungkan adanya pemuaian pada skala dan air raksa.
Pembuatan skala barometer biasaya dilakukan pada temperature standar t s = 62 ‘F, sedangkan
hubungan tinggi kolom air raksa dengan tekanan dilakukan pada temperature standar t 0 = 32 ‘F.
oleh sebab itu untuk pengukuran tekanan pada t ruang yang berbeda dengan temperature-
temperatur standart, hasil yang diperoleh harus dikoreksi dengan C1.
Factor koreksi ini dapat dinyatakan sebagai :
S ( t − t s) − m (t − t 0 )
C1 =
[ 1 + m ( t − t0 ) ] htl
(2.17)

dengan menganggap bahwa skala dibuat pada tabung tembaga dengan koefisien muai panjang S
= 10,2 x 10-6/’F, maka diperoleh

9 , 08 ( t − 26 ,63 ) 10−5
C1 =
[
1 + 1, 01 ( t − 32 )10−1
htl
] (2.18)

Gambar 2.7 barometer


Jika barometer diletakkan pada tempat yang mempunyai ketinggian yang berbeda dengan
tempat yang tekanan udaranya hendak dicari maka harga tekanan yang diperoleh dari barometer
(setelah dikoreksi dengan Ct) harus dikoreksi lagi dengan factor koreksi ketinggian. Factor
koreksi ini digunakan untuk mengkompensasi adanya beda tekanan akibat beda ketinggian.
Hubungan antara beda tekanan dan beda ketinggian dinyatakan oleh :
lokasi lokasi
dp
∫ =− ∫ dZ
baro γ udara baro (2.19)
jika factor koreksi ketinggian didefinisikan sebagai

Cz = Plokasi - Pbaro (2.20)

Dan udara dianggap sebagai gas ideal (P/ ρ = RT = konstan), dan γ = ( g/g ) ρ , maka
integrasi persamaan (2.19) menghasilkan :
Plokasi = Pbaro ex (2.21)
Dimana :
(Z baro −Z lokasi )
x=
( RT )udara g s
Dengan demikian factor koreksi :
x
C Z =Pbaro (ℓ −1) (2.23)

2.5 Mcleod Gauge.


Alat ukur ini ditemukan oleh Mcleod pada tahun 1817 dan bekerja berdasarkan hokum
boyle. Alat ukur ini biasa digunakan untuk mengukur vakum, dan mampu ukur kisaran tekanan
antara 1 sampai 10-5 mmHg absolute dengan kesalah 0,5 % untuk tekanan diatas 10 -3mmHg dan
3 % tekanan dibawah 10-3mmHg.
Mcleod gauge terbuat dari tabung-tabung gelas yang disusun sedemikian rupa sehingga
sample gas pada tekanan yang tidak diketahui dapat terjebak didalamnya dan kemudian
terkompresi secara isothermal oleh naiknya air raksa. Akibat tekanan sample gas
(vakum)diperbesar dan dapat terukur dengan prinsip manometer. Alat ini diilustrasikan pada
gambar 2.8. air raksa pada mulanya berada dalam ruangan dibawah batas cutoff. Mcleod gauge
kemudian dihubungkan dengan gas yang akan diukur tekanannya (P1). Kemudian permukaan air
raksa dinaikkan (dengan cara meneken reservoir atau menaikkan reservoir) sehingga mengisi
tabung gelas dan menjebak sample gas yang mempunyai volume awal V1 = V + ahc, dimana a
adalah luas tabung pengukur C (lihat gambar 2.8)
Permukaan air raksa terus dinaikkan sehingga mengisi tabung referensi B sampai ke zero
level. Pada kondisi ini air raksa pada tabung pengukuran C akan mencapai ketinggian h, dan
sample gas mencapai volume akhirnya V2 = ah, dan tekanan diperbesar menjadi P2 = P1 + h.
dengan menerapkan hokum boyle :
p1 V 1 =P 2 V 2 (2.24)
diperoleh :
2
ah
p1 =
V 1 −ah (2.25)

jika ah sekali dibanding dengan V1 maka persamaab (2.25) menjadi :


ah
p1 =
V1 (2.26)
Dari persamaan-persamaan diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa jika perbandingan V1/V2
besar ; maka akan pembesaran tekanan P1 menjadi lebih besar demikian juga beda ketinggian h
yang dihasilkan. Oleh sebab itu diinginkan mcleod gauge yang mempunyai tabung pengukur C
yang sekecil-kecilnya. Tetapi seperti telah diketahui, pada tabung yang kecil dapat timbul
kesalahan kapiler yang besar. Untuk tabung dengan diameter dibawah 1 mm, penyimpangan
beda ketinggian karena efek kapiler yang cukup besar.
Gambar 2.8 McLeod gauge

Hasil pengukuran dengan Mcleod gauge tidak perlu dikoreksi. Meskipun demikian ada beberapa
hal yag perlu diperhatikan dengan penggunaan alat ini. Diusahakan agar tidak ada uap air yang
terperangkap dalam tabung pengukuran C. Uap air yang terkomperesi akan menempati ruang
yang besar alam tabung dan akan menyebabakan pembacaan tekanan menjadi terlalu rendah.
Karena Mcleod gauge tidak dapat melakukan pengukuran yang kontinyu, maka kondisi stedi
harus dicapai.

3. Alat-Alat Ukur Tekanan Konvensional


Berdasarkan prinsip kerjanya, alat ukur yang akan dibahas dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu alat ukut tekanan mekanik dan alat ukur tekanan elektrik.

3.1. Alat Ukur Tekanan Mekanik


Alat ukur tekanan yang akan dibahas adalah manometer-manometer sumur,miring, dan
Zimmerli, tabung bourdon, below serta diafragma.
3.1.1. Manometer Sumur (Well Type Manometer)
Keuntungan dari manometer sumur ini adalah pengamatan tinggi kolom cairan
manometer hanya dilakukan pada satu tabung saja, tentunya dengan menganggap bahwa
perubahan ketinggian cairan disumur dapat diabaikan. Dengan menggunakan notasi yang
ditunjukkan pada gambar 3.1.,dapat dituliskan

p2 −p 1=γ(h 1 +h2 ) (3.1)

karena
h1 d =h2 D (3.2)

maka
d
[ ]
p1 −p 2=γh1 1+
D (3.3)
jika D jauh lebih besar dari d (D/d > 500) maka perubahan ketinggian cairan dalam sumur dapat
diabaikan.
3.1.2. manometer miring
pada manometer miring pengamatan juga haya dilakukan pada satu tabung manometer
saja. Prinsip kerja dan susunan alat manometer miring mirip dengan manometer sumur hanya
saja tabung manometer berada dalam posisi miring.
Gambar 3.1.manometer sumur

Hal ini dimaksudkan agar perpindahan cairan dapat menjadi lebih besar. Dengan demikian
memudahkan pembacaan dan sekaligus menaikkan ketelitian pembacaan (dalam orde 0,01 in).
dengan melihat pada gambar 3.2.,besarnya beda tekanan diberikan oleh :
p2− p1 =γ (h1 +h 2 )sin α (3.4)
sudut α biasanya sekitar 100.

3.1.3. Manometer Zimmerli


manometer ini juga mempunyai kemampuan baca yang tinggi untuk kisaran tekanan
rendah. Kisaran tekanan yang dapat diukur adalah 0 – 10 mmHg dan dapat mengukur kenaikan
tekanan sebesar 0,1 mmHg. Manometer ini terdiri dari tiga tabung gelas yang saling
berhubungan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.3. mula-mula air raksa hanya berada dalam
tabung acuan dan tabung pengukuran.

Gambar 3.2. manometer miring


Kemudian manometer ini dihubungkan dengan tekanan yang diukur. Sesata setelah dihubungkan
sebagian air raksa akan terdesak dan memasuki tabung ketiga dan meninggalkan ruang kosong
diantara tabung ini dengan tabung acuan. Tekanan pada ruang kosong ini mendekati nol
absolute. Oleh sebab itu beda ketinggian air raksa pada tabung referensi dan tabung ukur (h),
menyatakan tekanan absolute yang dicari.
Gambar 3.3. manometer Zimmerli

3.1.4. Tabung Bourdon


Pada alat ukur tekanan ini,fluida yang akan diukur tekanannya dimasukkan kedalam
tabung kecil yang berpenampang oval. Satu ujung dari tabung ini ditahan tetap sedangkan ujung
lainnya tetap bergerak. Tabung ini melengkung membentuk busur lingkaran. Ujung tabung yang
bebas dihubungkan dengan jarum penunjuk melalui suatu laingkage yang hampir tampa friksi
(gambar 3.4.). jika fluida bertekanan masuk kedalam tabung, maka penampang tabung yang
lonjong ini cendrung menjadi bulat, akibatnya tabung akan bertambah panjang atau jari-jari
kelengkungannnya akan bertambah besar. Membesarnya jari-jari kelengkungan tabung akan
menyebabkan ujung bebas dari tabung ini bergerak menarik lingkage, dan jarum penunjuk akan
berputar pada skala yang sudah dikalibrasi. Posisi jarum pada skala akan menunjukkan tekanan
fluida.
Tekanan dalam selubung tabung bourdon adalah sama dengan tekanan atmosfir local.
Oleh sebab itu tekanan yang ditunjukan oleh jarum penunjuk adalah tekanan relative. Tabung
bourdon yang dapat mengukur tekanan absolute diperlihatkan pada gambar 3.5. alat ini
mempunyai dua tabung bourdon. Tabung bourdon yang pertama dihubungkan dengan tekanan
fluida yang diukur (sensing tube), sedang tabung bourdon yang kedua disumbat pada kedua
ujungnya. Tekana didalam tabung bourdon yang kedua adalah mendekati absolut nol. Tekanan
dalam selubung tetap sama dengan tekan atmosfir sekeliling. Tabung bourdon secara umum
mempunyai kesalahan sebesar 0,1% dari harga yang terbaca pada skala.
Gambar 3.4.tabung bourdon untuk mengukur tekanan relative

Gambar 3.5. Tabung bourdon untuk mengukur tekanan absolute

3.1.5. Bellows
Alat ukur tekan yang mengguunakan bellows sebagai sensor-trandusernya diilustrasikan
pada gambar 3.6. Fluida yang akan diukur tekanannya dimaksukan kesatu sisi dari bellows.
Akibatnya bellows akan terdefleksi. Pegas didalam bellows akan menahan defleksi lebih jauh.
Simpangan yang terjadi kemudian diteruskan dan diperbesar oleh lingkage kejarum penunjuk.
Besarnya tekanan fluida ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala yang telah dikalibrasi.
Gambar 3.6.bellows gauge

3.1.6. Diafragma
Diafragma juga biasa digunakan sebagai sensor-tranduser untuk mengukur tekanan. Alat
ini diilustrasikan pada gambar 3.7. bentuk diafragma dapat rata,berlekuk-lekuk atau cekung.
Pemilihan bentuk mana yang tepat, bergantung kepada kekuatan dan besarnya defleksi yang
didinginkan. Untuk alat ukur yang lebih presisi biasanya digunakan sepasang diafragma yang
disatukan sehingga membentuk kapsul. Fluida yang akan diukur tekanannya dimaksukkan
kedalam kapsul, sedangkan diluar kapsul tekanan dapat sama dengan tekanan atmosfir atau
tekanan acuan lainnya.
Gambar 3.7. Alat ukur kapsul diaframa

3.2. Alat ukur tekanan elektrik.


Alat ukut tekanan elektrik ada yang mempunyai sensor-tranduser yang aktif ada pula
yang pasif. Sensor tranduser yang aktif mengeluarkan potensial listrik pada saat bekerja.

3.2.1. Piezoelektrik.
Salah satu alat ukur tekanan aktif adalak piezoelektrik. Tranduser ini berupa kristal yang
menghasilkan tegangan listrik dipermukaannya bila mendapat regangan pada suatu arah tertentu.
Prinsip kerja Piezoelektrik ini ditemukan pada tahun 1880an oleh Curie bersaudara. Contoh dari
kristal Piezoelektrik adalah quart, garam Rochelle, barium-titanat,dll. Selubung kristal dibuat
sedemikian rupa sehingga Piezoelektrik akan mengeluarkan tegangan listrik maksimumnya jika
dikenai tekanan pada ujung selubung, dan tidak merespon jika tekanan datangnya dari arah lain.

3.2.2.Strain gauge
strain gauge adalah salah satu contoh dari alat ukur elektrik yang pasif. Strain gauge
sebenarnya adalah kawat logam yang akan berubah tahanan listriknya bila mengalami regangan.
Strain gauge biasanya digunakan bersama-sama dengan diafragma atau sel tekanan (pressure
call). Gambar 3.9a dan 3.9b, menunjukan contoh diafragma dan sel tekanan yang dimaksud.
Pada diafragma (gambar 3.9a) digunakan dua buah strain gauge, satu digunakan untuk
mendeteksi regangan, sedangkan yang lainnya untuk kompensasi temperature. Pada sel tekanan
(gambar 3.9b), digunakan empat buah strain gauge. Dua strain gauge digunakan untuk
mendeteksi regangan sedangkan yang lainnya untuk kompensasi temperature. Pemakaian dua
strain gauge untuk mendeteksi regangan yang dimaksud unruk memperbesar signal keluaran
(output)
Strain gauge biasanya dihubungkan dengan rangkaian elektronik yang disebut jembatan
wheatstone sedemikian rupa sehingga satu atau beberapa kaki dari jembatan tersebut ditempati
oleh strain gauge. Bagi sel tekanan yang menggunakan empat buah strain gauge, keempat strain
gauge tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentu rangkaian wheatstone. Dengan
memberikan beda potensial listrik kejembatan wheatstone, perubahan tahanan listrik pada strain
gauge akan memberikan perubahan potensial listrik keluaran yang telah dikalibrasi akan
menunjukkan harga tekanan yang diukur.

Gambar 3.9. penggunaan strain gauge pada diafragma dan sel tekanan
3.2.3. Pirani Gauge

Pirani gauge adalah alat untuk mengukur tekanan rendah, alat ini bekerja berdasarkan
perubahan konduktivutas termal gas yang akan diukur tekanannya. Prinsip kerja pirani gauge
diilustrasikan pada gambar 3.10.a. Suatu elemen pemanas listrik (biasanya terbuat dari tungsten,
atau platinum) ditempatkan pada tabung yang dihubungkan dengan ruang vakum yang akan
diukur tekanannya. Panas yang keluar dari filament,bergantung kepada konduktivitas termal gas
dan temperature filament. Semakin rendah tekanan gas, semakin rendah konduktivitas termalnya
dan akibatnya temperature dari filament akan emakin tinggi. Temperature filament sebenarnya
dapat diukur dengan termokopel, teta[I pada pirani yang diukur adalah perubahan tekanandari
filament (yang berubah dengan adanya perubahan temperature). Perubahan tahanan ini dapat
diukur dengan menggunakan jembatan wheatstone. Panas yang dilepaskan oleh filament juga
bergantung kepada temperature udara lingkungan, digunakan dua buah filament yang
dihubungkan secara seri sepertiyang ditunukan pada gambar 3.10.b. Mula-mula kedua filament
divakumkan kemudian ditempatkan pada ruangan tempat mengukur. Kemudian jembatan
wheatstone diature sehingga tercapai kondisi nol. Kemudian filament pengukur dihubungkan
dengan ruangan yang akan diukur tekanannya.

Pirani gauge ini hanya dapat mengukur kisaran takanan absolute antara 0,1 sampai
dengan 100 pa. Karena kerapatan gas tidak banyak berubah pada tekanan tinggi, maka pirani
hanya dapat mengukur tekanan vakum.

3.2.4. Ionization Gauge


Ionization gauge juga merupakan alat ukur tekanan vakum, hanya saja kisaran tekanan
vakum yang dapat diukur lebih besar dibandingkan dengan kemampuan pirani gauge. Alat ini
mampu mengukur tekan vcakuk samapai dengan10-12 torr. Alat ukur ini diilustrasikan pada
gambar 3.11. Katode yang dipanaskan dengan listrik akan mengeluarkan alektron-elektron.
Electron ini akan dipercepat oleh grid yang bermuatan positif. Ketika electron tersebut bergerak
menujuk grid, gas yang akan diukur tekanannya akan terionisasi. Ion-ion positif dari gas ini
kemudian akan bergerak dan berkumpul dipelat yang bermuatan negative, akibatnya akan
mengalir arus ip dalam rangkaian elektronik. Electron-elektron dan ion negative gas akan
berkumpul digrid, hal ini akan menyebabkan mengalirnya arus ig. kemudian besarnya tekanan
gas dicari dari hubungan :

ip
p=
Si g (3.5)

dimana S adalah konstanta yang bergantung kepada geometris tabung dan jenis gas yang diukur.

Gambar 3.11. Ionization Gauge

Anda mungkin juga menyukai