Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul Praktikum : Entropi Sistem


B. Hari, Tanggal : Senin, 16 April 2018 pukul 13.00 WIB
C. Selesai Praktikum : Senin, 16 April 2018 pukul 15.30 WIB
D. Tujuan Praktikum : Mempelajari perubahan entropi sistem pada beberapa reaksi
E. Dasar Teori :
Entropi merupakan sifat ekstensif seperti volume dan energi dalam (U). Jadi
bergantung pada massa sistem yang diamati karena S merupakan sistem ekstransif.
Hubungan ini dapat diterapkan terhadap sistem dari segala ukuran ( Suyono, 1998).
Entropi zat padat bertambah apabila ia melebur menjadi zat cair dan semakin tinggi
apabila zat cair berubah menjadi gas. Sistem dan lingkungan pada suhu peralihan T dimana
kedua fasa berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Pada titik peralihan,
perpindahan energi diantara sistem dan lingkungan adalah terbalik. Pada tekanan tetap, titik
peleburan dari sebuah benda padat adalah suhu, dimana benda tersebut akan berubah wujud
menjadi cair. Akan tetapi, pada sisi lain, suatu benda akan membeku bila benda yang cair
tersebut berubah wujud menjadi padat (Sukardjo, 2002).
Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyatakan derajat
ketidakteraturan partikel. Jika suatu sistem dimasuki oleh kalor, maka entropi akan
bertambah. Begitu pula sebaliknya, jika kalor keluar maka entropi berkurang. Menentukan
entropi (S) suatu sistem tidak mudah, karena menyangkut energi yang dikandungnya. Akan
tetapi, besarnya perubahan entropi (DS) dalam suatu peristiwa dapat dihitung dari besarnya
kalor yang masuk atau kalor yang keluar. Kalor dapat menambah ketidakteraturan (entropi)
partikel sistem karena kalor bergantung pada suhu sistem. Akan tetapi, perubahan sistem
tidak bersifat linear, misalnya energi dalam (U) dan entalpi (H). Besaran nilai suhu entropi
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir, serta tidak dipengaruhi oleh jalan yang
ditempuh. Oleh karena itu, ∆S proses reversibel sama dengan irreversibel walaupun kalor
yang diserap tidak sama.
qir = ∆U + P (V2 + V1)
𝑉2
qr = ∆U + nRT ln 𝑉1

Perubahan entropi suatu proses dihitung dari qr bukan keluar dari qir baik pada proses
reversibel maupun irreversibel.
𝑞𝑟
∆S = 𝑇

Karena qr lebih besar dari qir maka berlangsung proses irreversibel.


𝑞𝑖𝑟
∆S > (Syukri, 1999)
𝑇

Halaman 1
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang menghasilkan kenaikan suhu dalam sistem
terisolasi atau dalam sistem tidak terisolasi, memberikan kalor ke sekeliling. Sehingga kalor
dilepaskan dari sistem ke lingkungan. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang
menghasilkan penurunan suhu dalam sistem terisolasi atau memperoleh kalor dari sekeliling
pada sistem tidak terisolasi. Sehingga kalor menyerap dari lingkungan ke sistem (Petrucci,
1987).
Proses reversibel adalah perubahan yang sangat seimbang dengan sistem dalam
keseimbangan dengan lingkungan pada setiap tahap. Sedangkan proses irreversibel (seperti
pendinginan hingga mencapai temperatur yang sama dengan temperatur lingkungan dan
pemuaian bebas dari gas) adalah proses spontan, sehingga proses tersebut disertai dengan
kenaikan entropi. Proses reversibel terjadi apabila setiap langkahnya sangat kecil di
sepanjang jalannya proses tersebut, tanpa menyebarkan energi sesara kacau, sehingga juga
ditanpai dengan kenaikan entropi; proses reversibel tidak menghasilkan entropi, melainkan
hanya memindahkan entropi dari satu bagian ke bagian lain (Atkins, 1986).
Perubahan entropi pada reaksi kimia dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif.
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif artinya mengamati perubahan fase yang terjadi setelah zat-zat
yang akan diuji direaksikan. Apakah terjadi perubahan fase, misal dari padat ke cair, cair ke
gas, padat ke gas ataupun sebaliknya. Perubahan fase akan menentukan suatu entropi naik
(∆S) positif atau (∆S) negatif yang dapat dilihat dari ketidakteraturan partikel suatu zat.
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah menentukan entropi lewat suatu perhitungan, yaitu
dengan rumus sebagai berikut :
𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣
dS = 𝑇

Jika keadaan sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2, maupun perubahan entropinya
adalah sebesar,
2 𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣
dS = ∫1 𝑇

Sedangkan pada proses isotermis adalah sebagai berikut


𝑞𝑟𝑒𝑣
∆S = (Tjahjani, 2018)
𝑇

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa entropi (S) merupakan sistem


yang terisolasi dalam proses spontan meningkat. Hal ini dinyatakan secara sistematis, ∆S
> 0 (Saito, 1996).

Halaman 2
Jika suhu diturunkan secara terus menerus, akan mengakibatkan entropi makin lama
makin mengecil. Suhu terendah adalah 0 K, sehingga diasumsikan pada suhu zat ini teratur.
Berdasarkan asumsi tersebut, disepakati suatu perjanjian yaitu hukum termodinamika. Pada
hukum ini, dilakukan pengukuran dan perhitungan kalor yang diserap suatu zat murni dari
suhu 0 K sampai suhu tertentu. Akhirnya dihitung entropi tersebut pada suhu 25℃ dan
tekanan 1 atm yang disebut entropi standar (Syukri, 1999).
∆S = 𝛴 entropi produk - 𝛴 entropi sistem
Jika terbentuk tempat panas, energi yang terlokalisasi akan menyebar secara
spontan dan menghasilkan entropi. Jika reaksi kimia berlangsung dalam sistem dengan
perubahan entalpi ∆𝐻, kalor yang memasuki lingkungan pada tekanan tetap adalah q’ =
−∆𝐻, sehingga energi lingkungannya adalah
∆𝐻
∆S’ = − 𝑇′

Akan dapat dilihat bahwa hubungan ini memegang peranan dalam penentuan perubahan
kimia spontan (Atkins, 1986).
Perubahan entropi suatu zat pada temperatur sembarang, dengan kapasitas
kalor yang sudah diukur pada rentang tertentu. Untuk gas, sering terjadi Cp tidak
tergantung pada temperatur disekitar rentang menengah sehingga pada tekanan tetap
adalah dengan rumus
𝑇𝑓 𝑑𝑇 𝑇𝑓
S(Tf) = S(Ti) + Cp∫𝑇𝑖 = S(Ti) + Cp ln
𝑇 𝑇𝑖

(Atkins, 1986).

Entropy is extensive properties such as volume and inner energy (U). So depending on
the mass of the system observed because S is an extraneous system. This relationship can be
applied to systems of all sizes (Suyono, 1998).
Entropy of solids increases when it melts into liquid and gets higher when the liquid
turns into gas. System and environment at T switching temperature where both phases are in
equilibrium at a pressure of 1 atm. At the transition point, the energy transfer between the
system and the environment is reversed. At fixed pressure, the melting point of a solid object is
temperature, where the object will change into liquid. However, on the other hand, an object
will freeze if the liquid object turns solid (Sukardjo, 2002).
Entropy is a thermodynamic quantity that states the degree of particle irregularity. If a
system is entered by heat, then entropy will increase. Likewise, vice versa, if heat exits, entropy

Halaman 3
decreases. Determining the entropy (S) of a system is not easy, because it involves the energy
it contains. However, the magnitude of the change in entropy (DS) in an event can be calculated
from the amount of heat entering or heat coming out. Heat can increase the irregularity (entropy)
of the system particles because heat depends on the temperature of the system. However, system
changes are not linear, for example in (U) and enthalpy (H) energy. The value of the entropy
temperature depends on the initial state and the final state, and is not influenced by the road
taken. Therefore, the reversible process is the same as irreversible even though the heat
absorbed is not the same.
qir = ∆U + P (V2 + V1)
𝑉2
qr = ∆U + nRT ln
𝑉1

Changes in entropy of a process are calculated from qr not out of qir both in reversible
and irreversible processes.
𝑞𝑟
∆S =
𝑇

Because qr is greater than qir, the irreversible process takes place.


𝑞𝑖𝑟
∆S > 𝑇

(Syukri, 1999)

An exothermic reaction is a reaction that produces a rise in temperature in an isolated


system or in a non-isolated system, giving heat to the surroundings. So that heat is released
from the system to the environment. While the endothermic reaction is a reaction that results in
a decrease in temperature in an isolated system or obtains heat from the surroundings in a
system not isolated. So that heat absorbs from the environment to the system (Petrucci, 1987).
A reversible process is a change that is very balanced with the system in balance with
the environment at each stage. Whereas the irreversible process (such as cooling to reach the
same temperature as the ambient temperature and free expansion of gas) is a spontaneous
process, so the process is accompanied by an increase in entropy. Reversible processes occur
when each step is very small along the course of the process, without spreading chaotic energy,
so that it is also coupled with an increase in entropy; reversible processes do not produce
entropy, but only move entropy from one part to another (Atkins, 1986).
Changes in entropy in chemical reactions can be done in two ways, namely qualitatively
and quantitatively.
a. Qualitative Analysis
Qualitative analysis means observing the phase changes that occur after the substances
to be tested are reacted. Is there a phase change, for example from solid to liquid, liquid to gas,
Halaman 4
solid to gas or vice versa. Phase changes will determine a positive up (∆S) or (∆S) negative
entropy that can be seen from the particle irregularities of a substance.
b. Quantitative Analysis
Quantitative analysis is determining the entropy through a calculation, namely by the
formula as follows:
𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣
dS = 𝑇

If the system state changes from state 1 to state 2, and the change in entropy is equal to,
2 𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣
dS = ∫1 𝑇

Whereas the isothermic process is as follows


𝑞𝑟𝑒𝑣
∆S = 𝑇

(Tjahjani, 2018)
The second law of thermodynamics states that entropy (S) is an isolated system in the
spontaneous process of increasing. This is expressed systematically, ∆S> 0 (Saito, 1996).
If the temperature is lowered continuously, it will cause entropy to shrink even further. The
lowest temperature is 0 K, so it is assumed at the temperature of this substance regularly. Based
on these assumptions, an agreement was agreed, namely the law of thermodynamics. In this
law, measurements and calculations of heat are absorbed by a pure substance from a
temperature of 0 K to a certain temperature. Finally entropy is calculated at a temperature of 25
℃ and a pressure of 1 atm called standard entropy (Syukri, 1999).
∆S = Σ product entropy - Σ system entropy
If a hot spot is formed, localized energy will spread spontaneously and produce entropy.
If a chemical reaction takes place in the system with an enthalpy change ∆H, the heat that enters
the environment at a fixed pressure is q '= -∆H, so the environmental energy is
∆𝐻
∆S’ = − 𝑇′

It will be seen that this relationship plays a role in the determination of spontaneous
chemical changes (Atkins, 1986).
Change in entropy of a substance at any temperature, with heat capacity that has been
measured at a certain range. For gas, it often happens that Cp does not depend on the
temperature around the intermediate range so that the fixed pressure is the formula
𝑇𝑓 𝑑𝑇 𝑇𝑓
S(Tf) = S(Ti) + Cp∫𝑇𝑖 = S(Ti) + Cp ln
𝑇 𝑇𝑖

(Atkins, 1986).

Halaman 5
F. Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi besar 3 buah
2. Termometer 0-100℃ 1 buah
3. Pengaduk spatula 1 buah
4. Tempat rol film 1 buah
5. Plastik 10 mL 1 buah
6. Gelas ukur 10 mL 1 buah

Bahan:
1. NaOH padat ½ sendok spatula
2. KNO3 padat ½ sendok spatula
3. Larutan HCl 0,1 M 5 mL
4. NH4Cl ½ sendok spatula
5. Aquades 20 mL
6. Serbuk Mg secukupnya
7. Ba(OH)2 padat 1 sendok spatula

G. Alur Kerja
1.
Tabung I
10 mL aquades
- Diukur suhunya
- Dicatat
Hasil
- Dimasukkan ½ sendok spatula NaOH padat
- Dikocok hingga larut
- Diukur suhunya
- Dicatat
Hasil

Halaman 6
Tabung II

10 mL aquades
- Diukur suhunya
- Dicatat
Hasil
- Dimasukkan ½ sendok spatula KNO3 padat
- Dikocok hingga larut
- Diukur suhunya
- Dicatat
Hasil

Tabung III

5 mL HCl 0,1 M
- Diukur suhunya
- Dicatat
Hasil
- Dimasukkan serbuk Mg yang sudah ditimbang
- Dikocok hingga larut
- Diukur suhunya
- Dicatat
Hasil

2.

Tempat plastik
(tempat rol film)
- Dimasukkan satu sendok spatula Ba(OH)2 padat
- Dimasukkan ½ sendok spatula NH4Cl padat yang sudah ditimbang
- Diukur suhunya
- Ditutup kotak tersebut
- Dikocok
-
Hasil
- Dibuka tutupnya
- Dicium bau gas yang terjadi
- Diukur suhunya
- Dicatat
Hasil
Halaman 7
H. Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. Tabung I Sebelum Pada percobaan

10 mL aquades Aquades : larutan tidak H2O (l) + NaOH (s)  NaOH (aq) tabung I, reaksi
- Diukur suhunya berwarna yang berlangsung
- Dicatat NaOH padat : padatan putih adalah eksoterm,
Hasil berwarna putih dengan ∆H = -1,694
- Dimasukkan ½ sendok spatula NaOH padat Massa NaOH : 0,1271 gram J dan reaksi berjalan
- Dikocok hingga larut Sesudah spontan dengan nilai
- Diukur suhunya Aquades suhunya 32℃ + ∆S = +0,05428 J/K
- Dicatat NaOH padat : padatan larut,
Hasil tidak berwarna
Suhu : 39℃
Tabung II
10 mL aquades Sebelum H2O (l) + KNO3 (s)  KNO3 (aq) Pada percobaan
- Diukur suhunya Aquades : larutan tidak tabung II, reaksi
- Dicatat berwarna yang berlangsung
Hasil KNO3 padat : serbuk adalah eksoterm,
- Dimasukkan ½ sendok spatula KNO3 padat Massa KNO3 padat : 0,0622 dengan ∆H = 0,0494
- Dikocok hingga larut gram J dan reaksi berjalan
- Diukur suhunya spontan dengan nilai
- Dicatat ∆S= +1,6 × 10-4 J/K
Hasil
Halaman 8
Sesudah
Aquades suhunya 31℃ +
KNO3 padat : padatan larut,
tidak berwarna
Suhu : 32℃

Sebelum 2 HCl (aq) + Mg (s)  MgCl2 (aq) Pada percobaan


Tabung III HCl : larutan tidak berwarna + H2(g) tabung III, reaksi
5 mL HCl 0,1 M Mg : serbuk berwarna hitam yang berlangsung
- Diukur suhunya Massa serbuk Mg : 0,0140 adalah eksoterm,
- Dicatat gram dengan
Hasil Sesudah ∆H = -0,01885 J dan
- Dimasukkan serbuk Mg yang sudah ditimbang HCl suhunya 33℃ + serbuk reaksi berjalan
- Dikocok hingga larut Mg: larutan keruh berwarna spontan dengan nilai
- Diukur suhunya putih dan terdapat ∆S = +6,1412 J/K
- Dicatat gelembung, endapan
Hasil berwarna hitam
Suhu : 34℃

Halaman 9
2. Sebelum Pada percobaan ini,
Tempat plastik
(tempat rol film) Ba(OH)2 : serbuk berwarna Ba(OH)2 (s) + 2 NH4Cl (s)  reaksi yang berlang-
- Dimasukkan satu sendok spatula Ba(OH)2 padat putih BaCl2 (s) + 2NH3 (g) + 2 H2O(aq) sung adalah endo-
- Dimasukkan ½ sendok spatula NH4Cl padat yang Massa Ba(OH)2 : 0,0692 term, dengan ∆H =
sudah ditimbang gram +6 × 10-2 J dan
- Diukur suhunya NH4Cl : kristal berwarna reaksi berjalan tidak
- Ditutup kotak tersebut putih spontan dengan nilai
- Dikocok Massa NH4Cl : 0,0461 gram ∆S = -2 × 10-4 J/K
Hasil Sesudah
- Dibuka tutupnya Ba(OH)2 ditambahkan
- Dicium bau gas yang terjadi NH4Cl : serbuk putih
- Diukur suhunya mencair dan memadat
- Dicatat berbau amoniak
Hasil Suhu awal : 33℃
Suhu akhir : 31℃

Halaman 10
I. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari perubahan entropi sistem pada
beberapa reaksi. Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyatakan derajat
ketidakteraturan partikel (Syukri, 1999). Percobaan pertama yaitu dengan menyiapkan 3
tabung reaksi, pada tabung reaksi 1 diisi dengan aquades larutan tidak berwarna sebanyak
10 mL kemudian diukur suhunya, sehingga diperoleh suhu aquades T 1 sebesar 320C.
Selanjutnya pada tabung reaksi 1, dimasukkan setengah sendok spatula NaOH padatan putih
yang sebelumnya telah ditimbang sebesar 0,1271 gram. Kemudian dikocok hingga larut dan
diukur suhunya, sehingga didapatkan suhu larutan T2 sebesar 390C. Pada hasil percobaan
dapat diketahui, adanya kenaikan suhu setelah padatan NaOH dilarutkan dalam aquades.
Kenaikan suhu larutan dalam tabung reaksi 1, dapat dirasakan pada dinding tabung reaksi
yang menjadi hangat, dan dapat diketahui kenaikan suhu larutan dalam tabung reaksi
menunjukkan adanya perubahan entropi sistem. Perubahan entropi sistem ditunjukan pula
dengan adanya perubahan fasa dari NaOH padatan menjadi larutan NaOH yang merupakan
perubahan dari sistem teratur ke sistem yang kurang teratur. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini adalah reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang menghasilkan kenaikan suhu dalam
sistem terisolasi atau dalam sistem tidak terisolasi, memberikan kalor ke sekeliling. Sehingga
kalor dilepaskan dari sistem ke lingkungan (Petrucci, 1987). Perubahan entropi dapat terjadi
karena adanya pengaruh dari entalpi (∆H) reaksi antara air degan padatan NaOH. Pada
percobaan ini, didapatkan nilai dari perubahan entropi (∆S) dari larutan NaOH sebesar
+0,05428 J/K atau +5,428 x 10-2 J/K dengan menggunakan persamaan yaitu :
𝑇2
∆S = n NaOH × Cp H2O In 𝑇1

Dan dari nilai perubahan entropi (∆S) yang didapat positif, ∆S > 0 dapat diketahui
bahwa reaksi tersebut berjalan spontan. Dari hasil perhitungan didapatkan pula nilai
perubahan entalpi (∆H) dengan menggunakan persamaan yaitu :
∆H = -∆S × T2
Diperoleh perubahan entalpi sebesar ∆H = -1,694 J, bernilai negatif sehingga
menunjukan bahwa pada larutan terjadi reaksi eksoterm. Dengan persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
NaOH (s) + H2O (l) → NaOH (aq) ∆S = +5,428 × 10-2 J/K
Percobaan pada tabung reaksi 2 memiliki prinsip kerja yang sama dengan
percobaan pada tabung reaksi 1, yaitu dengan diisi dengan aquades larutan tidak berwarna
sebanyak 10 mL kemudian diukur suhunya, sehingga diperoleh suhu aquades T1 sebesar
310C. Selanjutnya pada tabung reaksi II, dimasukkan setengah sendok spatula KNO3 padatan

Halaman 11
putih yang sebelumnya telah ditimbang sebesar 0,0662 gram. Kemudian dikocok hingga
larut dan diukur suhunya, sehingga didapatkan suhu larutan T2 sebesar 320C. Pada hasil
percobaan dapat diketahui, adanya kenaikan suhu setelah padatan KNO3 dilarutkan dalam
aquades. Kenaikan suhu larutan dalam tabung reaksi 2, dapat dirasakan pada dinding tabung
reaksi yang menjadi hangat, dan dapat diketahui kenaikan suhu larutan dalam tabung reaksi
menunjukkan adanya perubahan entropi sistem. Perubahan entropi sistem ditunjukkan pula
dengan adanya perubahan fasa dari KNO3 padatan menjadi larutan KNO3 yang merupakan
perubahan dari sistem teratur ke sistem yang kurang teratur. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini adalah reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang menghasilkan kenaikan suhu dalam
sistem terisolasi atau dalam sistem tidak terisolasi, memberikan kalor ke sekeliling. Sehingga
kalor dilepaskan dari sistem ke lingkungan (Petrucci, 1987). Perubahan entropi dapat terjadi
karena adanya pengaruh dari entalpi (∆H) reaksi antara air dengan padatan KNO3. Pada
percobaan ini, didapatkan nilai dari perubahan entropi (∆S) dari larutan KNO3 sebesar
+0,00016 J/K atau +1,6 x 10-3 J/K dengan menggunakan persamaan yaitu:
𝑇2
∆S = n KNO3 × Cp H2O In 𝑇1

(Atkins, 1986).
Dan dari nilai perubahan entropi (∆S) yang didapat positif, ∆S > 0 dapat diketahui
bahwa reaksi tersebut berjalan spontan. Dari hasil perhitungan didapatkan pula nilai
perubahan entalpi (∆H) dengan menggunakan persamaan yaitu :
∆H = -∆S × T2
(Atkins, 1986).
Diperoleh perubahan entalpi sebesar ∆H = -0,0494 J, bernilai negatif sehingga
menunjukan bahwa pada larutan terjadi reaksi eksoterm. Dengan persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
KNO3 (s) + H2O (l) → KNO3 (aq) ∆S = +1,6 × 10-3 J/K
Percobaan pada tabung reaksi 3 yaitu reaksi antara larutan HCl dengan logam Mg
dengan langkah percobaan, tabung reaksi diisi dengan 5 mL larutan HCl 0,1 M, larutan tidak
berwarna kemudian diukur suhunya, sehingga diperoleh suhu larutan HCl 0,1 M T1 sebesar
330C. Selanjutnya pada tabung reaksi 3, dimasukkan setengah sendok spatula logam Mg
serbuk berwarna hitam yang sebelumnya telah ditimbang sebesar 0,0140 gram. Kemudian
dikocok hingga larut dan diukur suhunya, sehingga didapatkan suhu larutan T2 sebesar 340C.
Pada hasil percobaan dapat diketahui, adanya kenaikan suhu setelah logam Mg dilarutkan
dalam larutan HCl. Kenaikan suhu larutan dalam tabung reaksi 3, menunjukkan adanya
perubahan entropi sistem. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi eksoterm,

Halaman 12
yaitu reaksi yang menghasilkan kenaikan suhu dalam sistem terisolasi atau dalam sistem
tidak terisolasi, memberikan kalor ke sekeliling. Sehingga kalor dilepaskan dari sistem ke
lingkungan (Petrucci, 1987). Perubahan entropi dapat terjadi karena adanya pengaruh dari
entalpi (∆H) reaksi antara larutan HCl dengan logam Mg. Pada percobaan ini, didapatkan
nilai dari perubahan entropi (∆S) dari larutan sebesar +6,1412 J/K dengan menggunakan
persamaan yaitu:
𝑇2
∆S = n MgCl2 × Cp H2O In 𝑇1

(Atkins, 1986).
Dari nilai perubahan entropi (∆S) yang didapat positif, ∆S > 0 dapat diketahui
bahwa reaksi tersebut berjalan spontan. Dari hasil perhitungan didapatkan pula nilai
perubahan entalpi (∆H) dengan menggunakan persamaan yaitu :
∆H = -∆S × T2
(Atkins, 1986).
Diperoleh perubahan entalpi sebesar ∆H = -0,01885 J, bernilai negatif sehingga
menunjukan bahwa pada larutan terjadi reaksi eksoterm. Dengan persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
Mg (s) + HCl (aq) → MgCl (aq) + H2 (g) ∆S = +6,1412 J/K
Pada percobaan kedua, merupakan reaksi antara padatan dengan padatan yaitu
padatan Ba(OH)2 dengan padatan NH4Cl. Dengan langkah pertama, menimbang setengah
sendok spatula padatan Ba(OH)2, serbuk berwarna putih, didapatkan massa Ba(OH)2 sebesar
0,0692 gram dan juga menimbang setengah sendok spatula NH4Cl, kristal berwarna putih,
didapatkan massa NH4Cl sebesar 0,0401 gram. Setelah itu dimasukkan ke dalam kotak
plastik tempat rol film, kemudian diukur suhunya didapatkan suhu awal T1 sebesar 330C.
Selanjutnya ktak ditutup dan dikocok agar bercampur sempurna. Setelah dikocok campuran
dari serbuk tersebut menjadi serbuk putih mencair dan dibuka tutupnya timbul bau gas
menyengat yang merupakan bau gas amoniak. Kemudian diukur kembali suhu dan
didapatkan T2 sebesar 310C. Pada percobaan ini, diketahui penurunan suhu dari suhu awal
yang lebih besar daripada suhu akhir, menunjukkan adanya perubahan entropi sistem. Reaksi
yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi endoterm, yaitu reaksi yang menghasilkan
penurunan suhu dalam sistem terisolasi atau memperoleh kalor dari sekeliling pada sistem
tidak terisolasi. Sehingga kalor menyerap dari lingkungan ke sistem (Petrucci, 1987).
Perubahan entropi dapat terjadi karena adanya pengaruh dari entalpi (∆H) reaksi antara
padatan Ba(OH)2 dengan padatan NH4Cl. Pada percobaan ini, didapatkan nilai dari

Halaman 13
perubahan entropi (∆S) dari larutan sebesar - 0,0002 J/K dengan menggunakan persamaan
yaitu:
𝑇2
∆S = n BaCl2 × Cp H2O In 𝑇1

(Atkins, 1986).
Dan dari nilai perubahan entropi (∆S) yang didapat negatif, ∆S < 0 dapat diketahui
bahwa reaksi tersebut berjalan tidak spontan. Dari hasil perhitungan didapatkan pula nilai
perubahan entalpi (∆H) dengan menggunakan persamaan yaitu :
∆H = -∆S × T2
(Atkins, 1986).
Diperoleh perubahan entalpi sebesar ∆H = +0,06 J, bernilai positif sehingga
menunjukan bahwa pada larutan terjadi reaksi endoterm. Dengan persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl (s) → BaCl2 (s) + 2NH3 (g) + 2H2O (aq) ∆S = - 0,0002 J/K

J. Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan bertujuan untuk mempelajari perubahan entropi
sistem pada beberapa reaksi didapatkan hasil perubahan entropi (ΔS) dan entalpi (ΔH) yang
berbeda pada setiap reaksi, yaitu :
 Pada percobaan pertama tabung I antara air dengan padatan NaOH reaksi berjalan
spontan dengan perubahan entropi (ΔS) sebesar +5,428 × 10-2 J/K (ΔS > 0) , dan reaksi
berlangsung secara eksoterm, ΔH = -1,694 J
 Pada percobaan pertama tabung II antara air dengan padatan KNO3 reaksi berjalan
spontan dengan perubahan entropi (ΔS) sebesar +1,6 x 10-3 J/K (ΔS>0), dan reaksi
berlangsung eksoterm, ΔH = -0,0494 J.
 Pada percobaan pertama tabung III antara larutan HCl dengan padatan Mg reaksi
berjalan spontan dengan perubahan entropi (ΔS) sebesar +6,1412 J/K (ΔS>0), dan
reaksi berlangsung eksoterm, ΔH = -0,01885 J.
 Pada percobaan kedua antara padatan Ba(OH)2 dengan padatan NH4Cl reaksi berjalan
tidak spontan dengan perubahan entropi (ΔS) sebesar - 0,0002 J/K (ΔS<0), dan reaksi
berlangsung endoterm, ΔH = +0,06 J.
Dari hasil diatas terdapat hubungan antara perubahan entropi (ΔS) dengan perubahan entalpi
(ΔH) yaitu saat nilai dari entropi positif maka nilai entalpinya negatif mengalami reaksi
eksoterm dan reaksi akan berlangsung spontan. Dan Sebaliknya, apabila nilai entropi negatif
maka nilai entalpinya positif mengalami reaksi endoterm dan reaksi akan berlangsung secara

Halaman 14
tidak spontan.

K. Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1986. Prinsip Kimia Fisika II. Jakarta : Erlangga.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik I. Tokyo : Iwanami Shoten.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : Bineka Cipta.
Suyono. 1998. Kimia Fisika I. Bandung. PT.Cipta Aditya Bakti.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.
Tjahjani, dkk. 2018. Panduan Praktikum Kimia Fisika II. Surabaya : Unesa.

L. Lampiran
Halaman 15
1. Jawaban Pertanyaan
1. Berdasarkan data percobaan, tentukan perubahan entropi secara kualitatif maupun
kuantitatif.
No. Entropi
Reaksi
Perc. Kualitatif Kuantitatif
NaOH(s) + H2O(l) → + 0,05428 J/K
Bernilai +, ΔS > 0
1. NaOH(aq) atau
(reaksi secara spontan)
+ 5,428 × 10-2 J/K
KNO3(s)+H2O(l)→ +0,00016 J/K
Bernilai +, ΔS > 0
2. KNO3(aq) atau
(reaksi secara spontan)
+1,6 × 10-4 J/K
2HCl(aq)+Mg(s)→ Bernilai +, ΔS > 0
3. +6,1412 J/K
MgCl2(aq) + H2(g) (reaksi secara spontan)
Ba(OH)2(s) + NH4Cl(s) → Bernilai –, ΔS < 0 -0,0002 J/K
4. BaCl2(s) + NH3(aq) +H2O(l) (reaksi secara tidak atau
spontan) -2 × 10-4 J/K
2. Deskripsikan hasil analisis saudara.
 Pada percobaan pertama , ∆𝑆 = + 5,428 × 10-2 J/K. Hasil menunjukkan bahwa
perubahan entropinya positif yang berarti ada kenaikan entropi dan reaksi berjalan
spontan. Untuk perubahan entalpinya adalah negatif yang berarti reaksi diatas
adalah reaksi eksoterm (melepaskan kalor).
 Pada percobaan kedua, ∆𝑆= +1,6 × 10-4 J/K. Hasil menunjukkan bahwa perubahan
entropinya positif yang berarti ada kenaikan entropi dan reaksi berjalan spontan.
Untuk perubahan entalpinya adalah negatif yang berarti reaksi diatas adalah reaksi
eksoterm (melepaskan kalor).
 Pada percobaan ketiga, ∆𝑆= +6,1412 J/K. Hasil menunjukkan bahwa perubahan
entropinya positif yang berarti ada kenaikan entropi dan reaksi berjalan secara
spontan. Untuk perubahan entalpinya adalah negatif yang berarti reaksi diatas
adalah reaksi ksoterm (melepas kalor).
 Pada percobaan keempat, ∆𝑆= -2 × 10-4 J/K. Hasil menunjukkan bahwa perubahan
entropinya negatif yang berarti ada penurunan entropi dan reaksi berjalan tidak
spontan. Untuk perubahan entalpinya adalah positif yang berarti reaksi diatas
adalah reaksi endoterm (menyerap kalor).
2. Perhitungan

Halaman 16
1.
 Tabung 1
Diketahui :
V H2O : 10 ml
Cp H2O : 75,291 J/K mol
Massa NaOH : 0,1271 gram
T1 : 32˚C = 305 K
T2 : 39˚C = 312 K
Mr NaOH : 40 gram/mol
Ditanya : ΔS = ?
ΔH = ?
𝑇2
Jawab : ΔS = n NaOH x Cp H2O ln
𝑇1
0,1271 gram 312 K
= x 75,291 J/K mol x ln
40 gram/mol 305 K
= 0,05428 J/K
= 5,428 x 10-2 J/K

ΔH = -ΔS x T2
= -5,428 x 10-2 J/K x 312 K
= -1,6937 J

 Tabung 2
V H2O : 10 ml
Cp H2O : 75,291 J/K mol
Massa KNO3 : 0,0662 gram
T1 : 31˚C = 304 K
T2 : 32˚C = 305 K
Mr KNO3 : 101 gram/mol
Ditanya : ΔS = ?
ΔH = ?
𝑇
Jawab : ΔS = n KNO3 x Cp H2O ln 𝑇2
1
0,0662 gram 305 K
= x 75,291 J/K mol x ln
101 gram/mol 304 K
= 0,000655 J/K
= 6,55 x 10-4 J/K

Halaman 17
ΔH = - ΔS x T2
= - 6,55 x 10-4 J/K x 305 K
= - 0,0494 J
= - 4,94 x 10-2 J/K

 Tabung 3
V HCl : 5 ml : 0,005 L
Cp H2O : 75,291 J/K mol
Massa Mg : 0,0140 gram
T1 : 33˚C = 306 K
T2 : 34˚C = 307 K
Mr Mg : 24 gram/mol
Ditanya : ΔS = ?
ΔH = ?
Jawab :
0,0140 gram
mol Mg = = 0,000583 mol = 5,83 x 10-4 mol
24 gram/mol

mol HCl = 0,1 M x 0,005 mL = 0,0005 mol

Mg(s) + 2HCl(aq)  MgCl2(aq) + H2(g)


m: 5,83 x 10-4 mol 0,0005 mol
r: 0,00025 mol 0,0005 mol 0,00025 mol 0,00025 mol
s: 3,33 x 10-4 - 0,00025 mol 0,00025 mol

𝑇2
Jawab : ΔS = n MgCl2 x Cp H2O ln
𝑇1
307 K
= 0,00025 mol x 75,291 J/K mol x ln
306 K
= 6,1412 J/K
ΔH = -ΔS x T2
= -6,1412 J/K x 307 K
= -0,0188534729 J
= - 1,885 x 10-2 J

Halaman 18
2.
Diketahui :
Massa Ba(OH)2 : 0,0692 gram
Mr Ba(OH)2 : 171 gram/mol
Mr NH4Cl : 53,5 gram/mol
Massa NH4Cl : 0,0461 gram
Cp H2O : 75,291 J/mol K
T1 : 33˚C = 306 K
T2 : 31˚C = 304 K
Ditanya : ΔS = ?
ΔH = ?
Jawab :
0,0692 gram
mol Ba(OH)2 = = 0,00040 mol
171 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
0,0461 gram
mol NH4Cl = 53,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,00086 mol

Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(s)  BaCl2(s)+ 2NH3(g) + 2H2O(aq)


m: 0,00040 mol 0,00086 mol
r: 0,00040 mol 0,00080 mol 0,00040 mol 0,00040 mol 4x10-4 mol
s: - 5,23x10-5 mol 4x10-4 mol 4x10-4 mol 4x10-4 mol

𝑇2
ΔS = mol BaCl2 x Cp H2O ln
𝑇1
304 𝐾
= 4x10-4 mol x 75,291 x ln
306 𝐾
= -0,000199 J/K
= - 1,99 x 10-4 J/K

ΔH = - ΔS x T2
= -(- 1,99 x 10-4 J/K) x 304 K
= 0,06 J

Halaman 19
3. Dokumentasi

Persiapan alat praktikum yang


digunakan untuk percobaan entropi
sistem

Menimbang padatan NaOH sebanyak


½ sptula dengan berat 0,1271 gram

Menimbang padatan KNO3 sebanyak ½


sptula dengan berat 0,0662 gram

Menimbang Serbuk Mg sebanyak ½


sptula dengan berat 0,0140 gram

Tabung I berisi aquades dengan suhu


32ºC dan ditambahkan NaOH padat
menghasilkan padatan larut dan tidak
berwarna dengan suhu akhir 39ºC

Halaman 20
Tabung II berisi aquades dengan suhu
31ºC dan ditambahkan KNO3 padat
menghasilkan padatan larut dan tidak
berwarna dengan suhu akhir 32ºC

Tabung III berisi 5 mL HCl dengan


suhu 33ºC dan ditambahkan serbuk Mg
menghasilkan larutan keruh berwarna
putih dan terdapat gelembung serta
endapan berwarna hitam dengan suhu
akhir 34ºC

Hasil ketiga tabung pada percobaan


pertama

Menimbang padatan Ba(OH)2 sebanyak


1 sptula dengan berat 0,0692 gram

Halaman 21
Menimbang padatan NH4Cl sebanyak
½ sptula dengan berat 0,0461 gram

Padatan Ba(OH)2 ketika ditambahkan


NH4Cl menghasilkan suhu awal 33ºC

Ba(OH)2 dan NH4Cl sesudah dikocok


menghasilkan serbuk putih mencair dan
memadat serta berbau seperti amoniak
dengan suhu akhir 31ºC

Halaman 22

Anda mungkin juga menyukai