Anda di halaman 1dari 7

Kegiatan ke 3

Fungsi Empedu Sebagai Emulgator

A. Tujuan Kegiatan

Mahasiswa dapat membuktikan empedu bersifat sebagai emulgator.

B. Kajian Pustaka

Empedu diperlukan untuk pencernaan lemak yang diemulsikan (artinya dipecahkan kecil-kecil), dengan
demikian membantu makanan yang keluar dari lambung yang asam menjadi netral. Garam empedu
mengurangi tegangan isi usus dan membantu membentuk emulsi dari lemak yang dimakan (Pearce,
2014: 247).

Empedu memiliki fungsi sebagai ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan sebagai pembantu proses
pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh garam- garam empedu. Selain membantu proses
pencernaan dan penyerapan lemak, empedu juga berperan dalam membantu metabolisme dan
pembuangan limbah dari tubuh, seperti pembuangan hemogoblin yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolesterol. Garam empedu membantu proses penyerapan dengan cara
meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak (Amelia, 2013: 9).

Empedu secara primer terdiri dari air, lemak, organik, dan elektrolit, yang normalnya disekresi oleh
hepatosit. Zat terlarut organik adalah garam empedu, kolesterol, dan fosfolipid. Empedu memiliki fungsi
yaitu, membantu pencernaan dan penyerapan lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu
dari tubuh, terutama he mogo blin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol (Girsang, 2012: 3).

Menurut Luklukaningsih (2011, 50) empedu memiliki fungsi penting yaitu:

1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal
dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol

Empedu yang disekresikan dari hati akan disimpan sementara waktu dalam kandungan empedu. Saluran
empedu terkecil yang disebut kanslikulus terletak diantara lobulus hati. Kanakaliktus menerima hasil
sekresi dari hepatosit dan membawanya ke saluran empedu yang lebih besar yang akhirnya akan
membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan duktus sitikus dari kandungan empedu
bergabung untuk membentuk duktus koledokus (common bile duct) yang akan mengosongkan isinya ke
dalam oddi yang terletak pada tempat sambungan (junction) dimana duktus koldedikus memasuki
duodenum (Amelia, 2013: 8)

Empedu mengandung asam empedu dan konjungatnya. Zat empedu yang penting bagi manusia ialah
garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksilat. Selain penting untuk penyerapan lemak, empedu
juga penting untuk aborsbsi zat larut lemak misalnya vitamin A, D, E, dan K. Dalam jum lah besar, garam
empedu menetralkan asam lambung yang masuk ke doundenum. Pada keadaan normal hati mensekresi
+ 24 g garam empedu atau 700-1000 ml cairan empedu per hari. Kira-kira 85% empedu direabosorbsi
pada usus kecil bagian bawah (sirkulasi enterheopatik), sehingga hanya 80 mg garam empedu yang
harus disintetis perharinya (Ganiswara, 1995: 508)

Kantung empedu adalah sebuah kantung terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan dan
menyimpan empedu sampai dilepaskan ke dalam usus. Kebanyakan batu ductus koledokus berasal dari
batukandung empedu, tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu (Girsang, 2011:
1).

Kandungan empedu adalah sebuah kantong empedu berbentuk terong dan merupakan membrane
berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan hati, sampai di pinggiran depannya.
Panjangnya 8-12 cm dan dapat berisi kira-kira 60 cm. kandungan empedu terbagi dalam sebuah fundus,
badan, leher, dan terdiri atas tiga pembungkus yaitu, di sebelah luar pembungkus serosa peritoneal, di
sebelah jaringan berotot tak bergaris dan di sebelah dalam membran mukosa. Fungsi kandungan
empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu, juga melakukan fungsi penting yaitu getah
empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. Getah empedu adalah cairan alkali yang disekresikan
oleh sel hati. Jumlah yang setiap hari dikeluarkan seseorang adalah 500-1000 cm sekresinya berjalan
terus-menerus tetapi jumlah produksi dipercepat sewaktu pencernaan lemak. 80% getah empedu terdiri
atas air, garam empedu, pigmen empedu, kolesterol empedu, kolesterol musin, dan zat lainnya. Duktus
sistikus kira-kira tiga setengah sentimeter panjangnya. Berjalan dari leher kandung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus sambil membentuk saluran empedu ke duodenum. Fungsi
kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. Juga melakukan fungsi penting
yaitu getah empedu yang tersimpandi dalamnya dibuat pekat. Di dalam waktu setelah makanan masuk,
segera sesudah sfingter Oddi mengendur untuk mengizinkan getah empedu masuk duodenum, kandung
empedu berkontraksi. Aliran getah empedu tidak kontinu, tetapi susuai dengan slang pencernaan bila
makanan masuk duodenum.Susunan dan fungsi getah empedu adalah cairan alkali yang disekretkan
oleh sel hati. Jumlah yang setiap hari dikeluarkanseseorang 500-1.000 cm sekresinya berjalan berjalan
terus-menerus, tetapi jumlah produksi dipercepat sewaktu pencernaan, khususnya sewaktu pencernaan
lemak (Pearce, 2011: 249-250).

Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu dan disebut zat koleretik, garam empedu kurang
memperlihtakan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat suatu kolat semisintetik terutama aktif untuk
merangsang empedu garam dengan BM rendah karena itu, dinamakan zat hidrokoleretik. Zat ini hanya
merangsang pengeluaran empedu dan bukan produksi empedu. Berbeda dengan asam kolat, asam
kenode oksikolat menurunkan kadar kolestrol dalam empedu (Ganiswara, 1995: 508).

Hasil-hasil metabolik utama kolesterol dari segi jumlah yang yang dibentuk ialah asam-asam empedu.
Asam-asam empedu utama pada manusia ialah asam-asam kolat, kenodeoksikolat, deoksikolat, dan
litokolat. Garam empedu mengandung 24 atom karbon, tiga atom karbon akhiran rantai samping
kolesterol dihilangkan pada wktu sintesis mereka dari kolestrerol. Keempat asam empedu utama hanya
berbeda pada jumlah gugus hidroksil yang dicantelkan pada inti stteroid. Asam kolat mempunyai tiga
gugus hidroksil, dan mereka dicentelkan pada atom-atom karbon pada kedudukan 3, 7, da 12. Asam-
asam kenodeoksikolat dan deoksilat mempuyai dua gugus hidroksil dicantelkan masing-masing pada
kedudukan 3, 7, dan 3, 12 dan assam litokolat hanya mempunyai satu yang dicantelkan pada kedudukan
3. Konjugasi asam asam empedu dalam hati dikondensasi dengan glisin atau dengan taurin membentuk
asam-asam empedu terkonjugasi-glisin atau tauro-Glisin dan taurin dihubungkan lewat ikatan amid
dengan gugus karboksil (C24) dari rantai lima atom karbon yang dicantelkan pada C17 inti steroid.
Pengaturan biosintesis asam empedu, diatur oleh jumlah asam empedu yang dikembalikan dari usus ke
hati. Tempat utama absorpsi kembali asam empedu ialah ileum. Biosintesis menurun bila lebih
banyakasam empedu diabsorpsi kembali dan bila kembalinya asam empedu ke hati naik. Sintesis asam
empedu juga dikendalikan oleh jumlah kolestrol yang diangkat dari usus ke hati, ia naik bila absorpsi
kolestrol naik (Montgomery, 1993: 907-911).

Lipase pankreas lain yang diaktifkan oleh garam empedu telah dapat dikenali. Lipase yang diaktifkan
garam empedu dan berukuran 100.000-kDa ini merupakan 4% dari protein total dalam liur pankreas.
Pada orang dewasa, lipase pankreas 10-60 kali lebih aktif. Garam empedu ini mengatalisi reaksi hidrolisis
ester kolestrol, ester vitamin yang larut dalam lemak, dan fosfolipid, dan juga trigliserida. Enzim yang
sangat mirip juga dapat ditemukan dalam air susu manusia. Lemak diemulsifikasi dengan halus di dalam
usus halus oleh enzim garam empedu dalam usus halus oleh kerja garam empedu, lesitin, dan
monogliserida. Bila konsentrasi garam empedu dalam usus halus tinggi, seperti setelah kontraksi
kandung kemih, lipid dan garam empedu berinteraksi spontan membentuk misel (Ganong, 2003: 455).

Koelistasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di
dalam saluran empedu atau pada kedua-duanya. Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu
jika empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran. Batu empedu di dalam saluran
empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis). Jikasaluran empedu tersumbat,
maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalarri saluran (Girsang, 2012: 1).

Garam empedu adalah sebuah senyawa amphiputik salah satu giginya dapat larut dalam ait (polar atau
hydrophilic) dan Sisi yang Iainnya tidak larut dalam dir (nonpolar atau hydrophobic), Strukur amphipuiik
inilah yang menyebabkan

langsung

lernak

secara

garam empedu mampu mengemulsifikasi

mempengaruhi kehidupan mikroorganisme daiam saluran pencernaan khususnya ketika berada di usus
halus. Mikroorganisme termasuk bakteri harus mampu bertahan dari pengaruh garam empedu agar
dapat hidup di usus halus ayam. Hal ini berhubungan dengan fungsi dari garam empedu di dalam usus
halus yaitu sebagai emulgator pada proses pencernaan lemak (emulsifikasi lemak). Emulsifikasi lemak
merupakan proses awal dari metabolisme lemak yaitu proses pencampuran (emulsi) lemak yang
berukuran besar menjadi ukuran lebih kecil, sehingga lemak yang telah diemulsifikasikan tadi pada latut
dalam air dan memungkinkan enzim lipase pancreas bekerja. Keberadaan garam empedu bagi
mikroorganisme di dalam usus halus dapat juga disebut "Biological detergents" yaitu cairan Yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfolipid, kolesterol dan protein. Sebagian besar dari senyawa
tersebut dapat menyusun membran sel. sehingga menyebabkan sel mikroorganisme menjadi hancur
(lysis). Konsentrasi garam empedu yang tinggi akan menjadi racun dan zat antimikrobia yang sangat
keras. Cairan empedu di dalam usus halus bers lfat menghambat pertumbuhan mikrobia yang ada, Oleh
karena itu BAL khususnya Streptococcus yang akan dijadikan probiotik harus mampu bertahan terhadap
garam empedu agar dapat hidup dan melakukan ketika berada di dalam usus ayam (Umniyati, 2009: 2).

Garam empedu bersifat digestif dan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemah. Garam
empedu juga membantupengabsorpsian lemak yang telah dicernakan (gliserin dan asam lemak) dengan
cara menurunkan tegangan permukaan dan memperbesar daya tembus endotelium yang menutupi vili
usus (Pearce, 2011: 251).

Garam empedu mempunyai kemampuan cukup besar untuk menurunkan tantangan permukaan.
Kemampuan ini membuat getah empedu mampu memusilkan lemak di dalam usus dan melarutkan
asam lemak di dalam usus serta sabun yang tidak larut air. Keberadan getah empedu di dalam usus
merupakan faktor pelengkap (adjunct) penting dalam menyelesaikan proses pencernaan serta absorpsi
lemak, di samping absorpsi vitamin A, D, E, K yang bersifat larut lemak (Sari, 2011:10).

Garam empedu tidak membentuk micelle, meskipun garamempedu memiliki satu kepala polar, tetapi
ekor hidrokarbonnya bukanlah hidrokarbon murni karena ada dua atau tiga gugus hidroksil pada salah
satu sistem molekul. Seperti kolesterol (yang tidak membentuk micelle), sistem cincin yang akan
membentuk fasa nonpolar yang hampir padat, bukan fasa nonpolar. Akan tetapi garam empedu juga
dapat membentuk micelle campuran dengan fosfolopid. Struktur kumpulan garam empedu yang
sebenarnya belum diketahui, tetapi pasti melibatkan ikatan hidrogen di antara gugus-gugus hidroksil
dalam molekul yang berdekatan. Garam empedu juga diperlukan untuk penyerapan liipid makanan yang
sudah dicerna dalam sel mukosa usus (Ngili, 2013: 269).

Lemak makanan meninggalkan lambung dan masuk ke dalam usus halus, untuk menjalani emulsifikasi
(tersuspensi dalam partikel-partikel halus dalam lingkungan air oleh garam-garam empedu). Kontraksi
kandung empedu dan sekresi enzim pankreas dirangsang oleh hormon usus kolesistokinim. Garam
empedu berfungsi sebagai deterjen, yang mengikat globulus lemak makanan sewaktu dalam keadaan
normal diekskresikan oleh pankreas eksokrin melalui ductus pankreaktikus ke lumen usus halus (Marks,
2000: 482).

Asam-asam deoksikolat dan litokolst adalah asam-asam empedu sekunder. Mereka disintesis dalam
usus lewat kerjanya enzim-enzim bakteri pada asam- asam empedu primer. Hanya sebagian asam-asam
empedu primer yang terdapat dalam usus diubah menjadi asam empedu sekunder (Montgomery, 1993:
912).

Asam empedu diproduksi di dalam hati oleh metabolisme kolesterol. Asam empedu merupakan steroid
yang terhidroksilasi atau tertrihidroksilasi dengan 24 atom karbon. Termasuk asam empedu antara lain
asam kolat, asam deoksikolat, dan asam knedeoksikolat. Dalam asam empedu semua gugus hidroksil
memiliki orentiasi a sedangkan kedua gugus metilnya berorientasi p. Karena itu salah satu sisi molekul
akan lebih polar dari pada sisi lainnya. Akan tetapi molekul asam empedu tidak terbentuk planar
melainkan berbentuk bengkok karena cincin A dan B berkonfirmasi cis. Asam empedu yang diproduksi
oleh hati akan berakumulasi di dalam kantung empedu dalam bentuk garam, yakni asam empedu
dengan gugus asam karboksilat yang glisin atau taurine (Ngili, 2013: 269).

yaitu asam-asam

Kebanyakan asam-asam empedu yang ada dalam usus empedu primer yang tersisa dan asam-asam
empedu sekunder yang bari dibentuk di dekonjungasi dan diabsorpsi kembali kedalam porta, Pada usus
ada tiga tempat untuk terjadinya absorpsi kembali asam empedu. Dalam jejunum dan usus besar,
absorpsi terjadi oleh difusi pasif. Dalam Ileum tempat utama absorpsi proses disini merupakan salah
satu pengangkatan aktif. Asam-asam empedu diambil dari darah porta oleh hati, dikonjungsi kembali
dengan glisin atau taurine dan kemudian diekskresi kembali ke dalam empedu (Montgomery,1993: 913).

C. Alat dan Bahan

1. Alat

2 buah

a. Tabung reaksi

3 buah

b. Pipet tetes

2. Bahan

a. Empedu encer

b. Minyak goreng
C. Aquades

D.Cara Kerja

1. Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Pada masing-masing tabung diisi 3 mL

aquades.

2. Ditambahkan minyak goreng pada masing-mas ing tabung.

3. Pada tabung pertama ditambahkan 3 mL empedu encer.

4. Dikocok kedua tabung, kemudian dicatat dan diperhatikan apakah

terbentuk emulasi yang stabil.

Daftar Rujukan

Amelia, Sandra. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatn Kesehatan Masyarakat

Perkotaan Pada Pasien Kolelitasis. Depok: Universitas Indonesia.

Ganiswara, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ganong William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Girsang, J.H. 2012. Karakteristik Penderita Kolelitas Yang di Rawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Pada Tahun 2010-2011. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Luklukaningsih, Zulyina. 2011. Anatomi dan Fisiologi Manusia: Yogyakarta: Nuha Medika.

Mantgomery, Rex, dkk. 1993. Biokimia: Suatu Pendekatan Beriorentasi Kasusu. Yogyakarta: Gajah Mada
University
Marks, Dawn. dkk. 2000. Bikmia Kedokteran Dasar Sebuah Pende katan Klimis.Jakarta: EGC.

Ngili. Yohanis. 2013. Bikmia Dasar. Bandung: Rekayasa Sains.

Pearce, Evelyn C. 2014. Anatomi dan Fidiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sari, Anita. 2011. Laporan Praktikum Kimia Digesti dan Albsorpsi. http://
documentslide.com/documents/laporan-praktikum-biokimia-nita.doc.html.Diakses pada tanggal 3
Oktober 2018.

Umniyati, Siti, dkk. 2009. Pengaruh garam empedu terhadap pertumbuhan dan produksi asam laktat
(Streptococcus sp) dari Cyme Usus Halus Ayam http://eprints.uny. ac. id/12143/Bio_Siti%20

Umniyati%20%20UNY . pdf . Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018

broiler

lohman.

strain

Anda mungkin juga menyukai