Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIKUM PROTISTA

KEGIATAN KE 5
ALGA

NAMA : NOR KRISMAWATI


NIM : 1805015008
PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI
KELOMPOK : I (SATU)

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
Kegiatan ke 5
Alga

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat mengenal obyek Alga
2. Mahasiswa dapat menempatkan obyek Alga pada kedudukan taksonominya
3. Mahasiswa dapat mengenal habitat Alga

B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Alga
Ganggang adalah golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh
yang secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar, batang, dan
daun. Ganggang dianggap sebagai bentuk tumbuhan ”rendah” karena tidak
memiliki struktur komplek, bukannya ketidakmampuan menyesuaikan iri
terhadap lingkungan. Algae mempunyai hubungan yang erat dengan
organisme yang paling primitive dan mulai muncul pertama di bumi. Algae
adalah organisme berkloroni, tubuhnya merupakan talus (uniseluler maupun
multiselular), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun
ada algae yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel. llmu yang
mempelajari tentang algae adalah Fikologi (Mulyadi, 2014: 15).
Alga terdiri dari mikroalga dan makroalga. Mikroalga adalah spesies
uniselular atau multiselular sederhana yang tumbuh secara cepat, dapat
bertahan hidup pada kondisi dan lingkungan dengan tekanan ekstrem seperti
panas, dingin, anaerob, salinitas, foto oksidasi, tekanan osmotik, dan
paparan radiasi ultraviolet (UV). Makroalga (rumput laut) umumnya hidup
pada habitat laut, merupakan spesies multiselular, namun tidak memiliki
akar, batang atau daun yang nyata. Makroalga memiliki thaloid atau stipe
yang fungsinya menyerupai akar dan batang (Oktarina, 2017: 1-2).
Makroalga adalah golongan alga/ganggang yang berukuran besar, dan
mikroalga adalah alga yang berukuran kecil. Alga adalah golongan
tumbuhan yang hidup baik di air laut maupun di air tawar, namun sebagian
besar makroalga hidup di air laut. Alga laut hidup menempel pada substrat
baik pasir, karang, ataupun kombinasi keduanya. Alga biasa disebut dengan
2

berbagai nama, misalnya agar-agar, ganggang dan rumput laut (Kuncoro,


2004: 123).
2. Morfologi Alga
Secara keseluruhan alga ini mempunyai morfologi yang mirip walaupun
sebenarnya berbeda, sehingga dikelompokkan ke dalam kelompok
Thallophyta (tumbuhan berthallus) yaitu suatu tumbuhan yang mempunyai
struktur kerangka tubuh tidak berdaun, berbatang dan berakar, semuanya
terdiri dari batang thallus. Bentuk thallus ini bermacam-macam ada yang
seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantung, seperti rambut dan
sebagainya. Percabangan thallus juga bermacam-macam ada yang
dichotomous (dua terus menerus), pinicilate (dua-dua berlawanan sepanjang
thallus utama), intricate (berpusat melingkari batang utama), dan di samping
itu juga ada yang tidak bercabang (Kepel, dkk, 2018: 160-161).
Struktur tubuh alga laut terdiri dari 3 bagian utama, pertama dikenal
dengan sebutan blade, yaitu struktur yang menyerupai daun pipih yang
biasanya lebar, kedua stipe, yaitu struktur yang menyerupai batang yang
lentur dan berfungsi sebagai penahan goncangan ombak, dan ketiga
holdfast, yaitu bagian yang menyerupai akar dan berfungsi untuk
melekatkan tubuhnya pada substrat (Kepel, dkk, 2018: 160-161).
Bentuk tanaman-tanaman tersebut masing-masing berbeda pada susunan
ekrangka akr, batang dan daun. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan
batang yang dikenal dengan nama thallus. Beberapa alga berbentuk
meyerupai akar, batang dan daun, namun sebenarnya merupakan dulus
belaka. Bentuk thallus ada yang menyerupai tabung, pipih, gepeng, bulat
seperti tong, tipis seperti rambut dan sebagainya. Adapun percabangan
thallus meliputi bentuk dikbotomus, pinnate, pectinnate, ataupun ferticilliate
(Kuncoro, 2004: 123).
3. Ciri-ciri Alga
Menurut Mulyadi (2014, 15) ciri-ciri umum alga yaitu:
a. Bentuk tubuh beragam: benang. lembaran. dan rerumputan.
b. Organisasi talus algae multiseluler dibedakan 5 tipe yaitu:
3

1) Koloni senobium (tersusun dari beberapa sel dengan jumlah tertentu


dan ukurannya tetap untuk setiap jenis)
2) Koloni agregat (tersusun dari beberapa sel dengan jumlah dan
ukurannya tidak tempat untuk setiap jenis). Ada 3 tipe agregat yaitu
bentuk palmeloid, koloni dendroid, dan koloni rhizopodial
3) Filamen
4) Sifoneus (talus banyak inti tetapi tidak terbagi-bagi menjadi sel-sel)
5) Parenkimateus
c. Susunan sel pada algae prokaryotik, invaginasi membran belum
sempurna, karenanya tidak dilengkapi organela. Sel eukaryotik di
lindungi dinding sel yang tersusun oleh polisakarida.
d. Dinding sel algae terdiri dari dua komponen yaitu fibriler dan non-fibriler
e. Plastida dengan tipe kloroplas.
f. Pigmentasi. Pigmen paling banyak adalah klorofil. Selain itu juga
terdapat karotenoid (karoten dan xantofil). Fukosantin adalah kelompok
xantofil pada algae coklat kekuningan.
g. Pirenold (organella yang tersusun oleh senyawa protein terlelak di dalam
atau pada permukaan kloroplas.
h. Ada yang mernpunyai flagella. Jumlah, letak, dan struktur flagella
mempunyai nilai taksonoml. Tipe flagella yaitu monokon, isokon,
anisokon, dan stefanokan.
Menurut Mulyadi (2014, 16) ciri reproduksi seksual pada algae yang
dapat digunakan untuk membedakannya dengan tumbuhan hijau lainnya,
yaitu:
a. Pada algae uniseluler, sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin
(gamet).
b. Pada algae multiseluler, gametangium (organ penghasil gamet) ada yang
bersel tunggal dan ada yang bersel banyak. Pada gametangia yang
tersusun dari banyak sel, setiap sel penyusunnya bersifat fertile sehingga
berfungsi sebagai gamet.
4

c. Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal, dan jika
tersusun dari banyak sel, semua penyusun sporangium bersifat fertil.
4. Klasifikasi Alga
a. Alga hijau-biru (Cyanophyta)
Cyanophyta adalah salah satu alga yang unik karena dapat tumbuh di
tempat yang sulit ditumbuhi oleh tumbuhan atau organisme lainnya. Alga
ini mudah ditemukan pada tempat yang lembap dan berair seperti di
sawah, di koIam, parit, selokan, danau, sungai gua gua berair, pantai
batuan, lumpur, di tembok-tembok yang lembap dan bahkan pada sumber
air panas dengan suhu sampai 85°C. Alga ini mempunyai warna hijau
kebiruan yang diakibatkan oleh klorofil dan pigmen biru (fikosianin).
Pada alga biru, fikosianin tersebar dalam sitoplasma dan selnya tidak
memiliki dinding inti (sel prokariotik) (Kasim, 2016: 10).
Beberapa ciri alga hijau-biru antara lain adalah prokarotik. Alga ini
tidak memiliki membran inti. Bahan ini terdapat di dalam sitoplasmanya
sehingga masuk dalam orgnisme prokariotik. Ciri lainnya adalah klorofil
alga ini tidak dalam kloroplas dan memiliki fikosianin. Klorofil ada pada
membran tilakoid. Alga ini dapat berfotosintesis serta menghasilkan gula
dan oksigen. Beberapa dari alga ini ada juga yang berwarna cokelat,
hitam, kuning, merah, dan hijau. Warna merah disebabkan oleh pigmen
fikoeritin, sedangkan warna kuning disebabkan oleh pigmen karoten
(Kasim, 2016: 10).
Alga ini dapat menambatkan nitrogen yang diserap sehingga dapat
menyuburkan lingkungan di sekitarnya atau organisme lain yang
bersimbiosis dengannya. Walaupun demikian, beberapa jenis alga ini
dapat menghasilkan racun (toksin). Racun yang dikeluarkan di perairan
dapat mematikan organisme lain. Struktur sel dari alga biru yaitu
uniselular, ada yang membentuk koloni dan ada yang membentuk benang
(Kasim, 2016: 10-11).
5

b. Alga Hijau (Clorophyta)


Chlorophyceae (alga hijau) adalah salah satu kelas dari alga dengan
pigmen dominan berwarna hijau (pigmen hijau). AIga hijau diperkirakan
mempunyai jumlah spesies sekitar 7.000 spesies, baik yang hidup di air
tawar, di darat, air payau, dan di lautan. Alga bersifat autotrof karena
mampu mensintcsis bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari
menjadi bahan organik. Hampir seluruh alga hijau bersifat eukariotik.
Alga bersel tunggal dan bersel banyak dengan bentuk yang menyerupai
benang, lembaran, atau membentuk koloni. Alga hijau dengan sel tunggal
dapat hidup menetap atau berpindah. Selnya bersifat eukariotin. Alga ini
mempunyai pigmen klorofil a dan klorofil b, pigmen lain yang dimiliki
adalah karoten dan xantofil (Kasim, 2016: 16).
Klorofil pada pigmen terdapat dalam kloroplas berbentuk menyerupai
mangkuk, gelang, lembaran datar pita spiral, jala, dan bintang. Dalam
kloroplas terdapat pirenoid yang berfungsi untuk pembentukan tepung.
Alga hijau adalah salah satu jenis yang sangat dominan dari kelompok
alga lainnya dan hidup menyebar sangat luas, baik di Iaut maupun
perairan tawar. Namun demikian, sebagian dapat ditemukan di darat, di
tempat lembap, bahkan pada batang kayu lembap. Pada perairan tawar,
alga hijau disebut sebagai tumbuhan kosmopolit Alga ini juga dapat
ditemukan sebagai pitoplankton sehingga dapat dikatakan sebagai
komponen penting dalan struktur hidup perairan pelagik. Sementara itu,
untuk perairan laut juga sering dapat ditemukan beberapa jenis alga hijau,
walaupun tidak terlalu dominan. Dalam sel alga hijau terkandung bahan
organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa
bioaktif (Kasim, 2016: 16).
c. Alga Cokelat (Phaeophyta)
Phaeophyta dikenal dengan alga cokelat. Alga cokelat dapat dengan
mudah dijumpai di beberapa dasar perairan dangkal sampai pada
kedalaman tertentu di daerah epipelagik yang masih terjangkau oleh
seluruh spektrum cahaya. Alga ini berbentuk multiselular dan
6

monoselular. Alga ini mengandung klotofil serta pigmen-pigmen


berwarna cokelat untuk melangsungkan proses fotosintesis. Beberapa
spesies dan alga cokelat mempunyai morfologi yang mirip dengan
tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai bentuk sempurna yang
menyerupai batang, pangkal batang, daun, semacam akar, semacam
bunga dan bahkan semacam buah diantara daun-daunnya. Tumbuhan ini
melekat pada substrat dengan alat rekat semacam akar yang disebut
dengan holdfast. Alga ini berwarna kecokelatan karena memiki pigmen
fikosantin selain klorofil, karoten dan xantofil. Pigmen yang paling
dominan adalah pigmen xantofil yang menyebabkan alga berwarna
cokelat (Kasim, 2016: 24).
Menurut Kasim (2016, 25-26) Phaeophyta mempunyai tiga bentuk
siklus hidup yaitu:
a. Tipe Isomorfik
Tipe isomorfik mempunyai fase sporofit gamefit dengan bentuk
dan ukuran relatif sama. Contohnya adalah Dictyotales daan
Ectocarpoles. Ectocarpoles berarti pergaantian keturunan yang
isomorf yang membentuk filamen bercabang dan membentuk jaringan
pseudoparenkimatik. Sporofit mengeluarkan zoospora dan spora
netral, sedang gametofit membentuk gamet yang isogami dan
anisogami.
b. Tipe Heteromorfik
Tipe heteromorfik adalah tipe dengaan sporofit yang berkembang
cukup baik dengaan ukuran makroskopik. Bentuk menyerupai filamen
seperti Laminanales. Jenis ini mempunyai pergantian keturunan yang
heteromorfik dengan sporofit yang selalu lebih besar daripada
gametofitnya. Sporofit berdiferensiasi menjadi alat rekat pada
substrat, semacam batang dan helaian daun. Bagian yang melekat
pada substrat adalah cabang-cabang dikotom yang disebut haptera.
Bagian yang menyerupai batang biasanya tidak bercabang, berbentuk
silindris bundar atau agak pipih yang ujungnya terdapat selebaran utuh
7

terbagi atas beberapa segmen. Bagian semacam batang ini disebut


medula (bagian tengah) dan bagian tepi dikelilingi selaput sel
epidermis yang disebut korteks. Sporangia umumnya berbentuk bulat
mengecil pada salah satu sisi seperti bentuk gada. Inti spora membelah
meiosis dan diikuti dengan pembelahan mitosis. Protoplasma berisi sel
tunggal mengadakan metamorfosis menjadi zoospora. Dalam
perkembangannya membentuk dinding dan selanjutnya berkecambah
menjadi gametosit yang membentuk filamen.
c. Tipe Diplontik
Untuk tipe diplontik, tidak akan terjadi proses pergantian
keturunan. Tipe ini mempunyai talus siklus hidup yang bersifat
diplontik dengan fase haploid hanya pada gametnya, contohnya
Fucales. Tipe ini cukup unik karena hampir tidak terdapat spora dan
prosesnya terjadi secaara diploid. Meiosis biasanya terjadi sebelum
gametosis sehingga hanya gametnya yang bersifat haploid. Untuk
bakal turunan yang diploid, spora berfungsi sebaagai gamet. Gamet
jantan mempunyai flaagela dua buah yang letaknya di bagian lateral.
Gamet dibentuk daalam anteridium, gamet betina berupa sel telur
yang dibentuk dalam oogonium.
Menurut Kasim (2016, 27) berdasarkan tipe pergantian keturunan
Phaeophyta dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
a. Kelompok Isogenustae. Kelompok dengan pola reproduksi bersifat
isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran sama
secara morfologi, tetapi sitologinya berbeda. Contoh: Ectocarpus sp.
b. Kelompok Heterogenuste. Kelompok dengan pola reproduksi bersifat
heteromorf. Sporofit dan gametofit berbeda secara morfologi maupun
sitologinya. Contoh: Laminaria sp.
c. Kelompok Cyelosporae. Kelompok yang tidak memiliki salah satu
pola reproduksi baik isomorf atau heteromorf. Contoh: Fucus sp.
8

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Hp/leptop
b. Alat tulis
c. Kertas HVS
2. Bahan
Gambar atau video alga

D. Cara Kerja
1. Amati gambar/video alga yang telah disediakan
2. Gambar struktur alga yang telah diamati
3. Tuliskan klasifikasinya
4. Gambar skema daur hidupnya.
Daftar Rujukan

Kasim, Ma’aruf. 2016. Makro Alga. Jakarta: Penebar Swadaya

Kepel, dkk. 2018. Biodiversitas Makroalga Di Perairan Pesisir Tongkaina, Kota


Manado. Jurnal Ilmiah Platax. 6 (1): 160-161.
https://ejournal.unstrat.ac.id/index.php/platax/article/download/9558/39601/.
Diakses pada 07 Oktober 2020.

Kuncoro, Eko Budi. 2004. Akuarium Laut. Yogyakarta: Kanisius

Mulyadi dan Hasanuddin. 2014. Botani Tumbuhan Rendah. Aceh: Syiah Kuala
University Press

Oktarina, Eka. 2017. Alga : Potensinya pada Kosmetik dan Biomekanismenya.


Jurnal Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi). 9 (2): 2.
https://ejournal.kemenperin.go.id/tegi/article/3589/11803/1. Diakses pada 07
Oktober 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, 08 Oktober 2020


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Diah Rahmawati Nor Krismawati


NIM. 1705015008 NIM. 1805015007

Anda mungkin juga menyukai