Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

MODUL FUNGSI NORMAL DIGESTI DAN METABOLIK ENDOKRIN

Oleh :
Kelompok 7
Anggota : - Beatrice Nauli Sidauruk (203020801056)
- Annisa Zaskia Alexandra T (203020801057)
- Ivah Salsabila (203020801058)
- Angga Bayu Perdana (203020801059)
- Stella Monica Dara M. U (203020801060)
- Michellyn B. M. Y. Tambunan (203020801061)
- M. Alfadlly Mappasira (203020801062)
- Adinda Rahmadhayanti (203020801063)
- Tasya Br Ginting (203020801064)
- Salma Nur Maghfirah (203020801065)
Tutor : Silvani Permatasari, S.Pd., M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati dan sistem empedu merupakan dua kesatuan, oleh sebab itu
tampilan fisik dan kimia empedu bisa mencerminkan status organ hati. Hati
terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas ginjal kanan, kolon, lambung,
pancreas, dan usus tepat di bawah diaphragma. Hati dibagi menjadi lobus kiri
dan kanan, yang berawal di sebelah anterior di daerah kandung empedu dan
meluas ke belakang vena kava. Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh
hati serta saluran empedu dan kandung empedu. Empedu merupakan cairan
bersifat alkalis yang berwarna hijau kekuningan, disekresikan oleh hepatosit
pada sebagian besar hewan vertebrata (Christie, 2013). Glukuronida pada
pigmen empedu, bilirubin dan biliverdin, merupakan penyebab empedu
berwarna kuning emas. Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi
utama hati. Kandung empedu adalah sebuah kantung terletak di bawah hati yang
mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam
usus. Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu,
tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu. Empedu terdiri
dari berbagai asam empedu, pigmen empedu, dan bahan lain yang larut dalam
suatu larutan elektrolit alkali yang mirip getah pankreas. Jumlah yang
disekresikan per hari adalah sekitar 500 mL. Sebagian dari komponen empedu
diserap kembali di usus dan kemudian diekskresikan kembali oleh hati
(sirkulasi enterohepatik).
Dalam memandang empedu sebagai suatu sekresi pencernaan, asam-
asam empedu merupakan komponen terpenting. Asam-asam ini dibentuk dari
kolesterol dan disekresikan ke dalam empedu terkonjugasi ke glisin atau taurin,
suatu turunan sistein. Empat asam empedu utama yang terdapat pada manusia
adalah vitamin D, kolesterol, berbagai hormon steroid, dan glikosida digitalis.
Dua asam empedu utama yang terbentuk di hati adalah asam kolat (cbolic acid)
dan asam kenodeoksikolat. Di kolon, bakteri mengubah asam kolat menjadi
asam deoksikolat dan asam kenodeoksikolat menjadi asam litokolat. Selain itu,
sejumlah kecil asam ursodeoksikolat terbentuk dari asam kenodeoksikolat.
Asam-asam empedu memiliki sejumlah efek penting: mereka mengurangi
tegangan permukaan dan, bersama dengan fosfolipid dan monogliserida,
bertanggung jawab untuk emulsifikasi lemak agar mudah dicerna dan diserap
di usus halus. Asam-asam empedu bersifat amfipatik, yaitu mereka memiliki
baik ranah hidro-filik maupun hidrofobik; salah satu permukaan molekul
bersifat hidrofilik karena ikatan peptida polar dan gugus karboksil dan hidroksil
berada di permukaan tersebut, sementara permukaan yang lain bersifat
hidrofobik. Karena itu, asam empedu cenderung membentuk lempeng-lempeng
silindris yang dinamai misel. Bagian hidrofilik mereka menghadap keluar dan
bagian hidrofobik menghadap ke dalam. Sebagian besar asam empedu beredar
antara usus halus dan hati. Sebagian kecil asam empedu berada dalam dalam
sirkulasi sistemik (karena penyerapan tak-lengkap hepatosit dari darah porta)
atau tumpah ke kolon dan keluar bersama tinja.
Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental
dan mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak
500 ml sampai 700 ml dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan
pengenduran kandung empedu diatur oleh hormone kolesistokin yang dibentuk
dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-
zat organik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi,
2009). Empedu disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel hati, namun
sebagian besar normalnya disimpan dalam kandung empedu sampai diperlukan
di dalam duodenum. Volume maksimal yang dapat ditampung kandung empedu
hanya 30 sampai 60 ml. Meskipun demikian, sekresi empedu selama 12 jam
(biasanya sekitar 450 ml) dapat disimpan dalam kandung empedu karena air,
natrium, klorida, dan kebanyakan elektrolit kecil lainnya secara terus-menerus
diabsorbsi melalui mukosa kandung empedu, memekatkan sisa zat-zat empedu
yang mengandung garam empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui keadaan fisik empedu berupa warna dan
derajat keasamannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pigmen-pigmen yang terdapat pada empedu
melalui pengamatan dari reaksi yang terjadi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis zat anorganik yang ada pada empedu
sapi melalui pengamatan adanya perubahan warna atau pembentukan
endapan.

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara untuk mengetahui warna pada pigmen
empedu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat dan susunan dari cairan empedu,
khususnya pigmen yang terkandung di dalam cairan empedu.
3. Mahasiswa dapat mengaitkan keadaan fisik empedu dengan fungsinya
dalam pengemulsi lemak, sehingga meningkatkan pemahaman terkait peran
empedu dalam sistem digesti manusia.
4. Mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan baru tentang cara pengujian zat
anorganik pada empedu sapi.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Uji Sifat Empedu
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati. Empedu disimpan di
kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu proses
pencernaan. Empedu dihasilkan oleh hati. Empedu memiliki fungsi-fungsi
dalam tubuh yang dapat di uraikan sebagai berikut
1. Menetralkan atau menaikkan pH bahan cernaan dari lambung
2. Mengekskresi kolestrol dari tubuh jika sudah melebihi kebutuhan
tubuh
3. Mengekskresi hasil pemecahan eritrosit berupa bilirubin
4. Mengemulsi lemak dalam makanan
5. Untuk mengahaluskan partikel lemak sehingga mudah di hidrolisis
oleh enzim lipase dan kolestrol estrerase dari pankreas.
Tiga komponen penting dari empedu, yaitu: asam empedu (asam kolat,
garam empedu) Na glukokolat dan Na taurokolat pigmen empedu, bilirubin (
rantai terbuka dari portin ) ( Panil, Z. 2004 : 119-120 ). Garam empedu yang
dihasilkannya mencegah agregat lemak hingga memperbesar luas
permukaannya. Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen
empedu, kolestrol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah
tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah dan kelebihan
kolesterol) serta membantu penyerapan lemak (Riyana, S. 2010).
Cairan empedu di buat dalam hati dan di simpan dalam kantung empedu
apabila tidak digunakan. Kantung empedu ini terdapat melekat dalam hati. Pada
waktu ada proses pencernaan makanan, kantung empedu berkontraksi, dan
mengeluarkan cairan empedu ke dalam deudoneum, melalui saluran yang
menyatu dengan saluran pangkreas pada bagian akhir. Cairan empedu
merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan mempunyai rasa
pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3, Cl–, Na+ dan
K+ serta zat-zat organik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol.
Asam-asam empedu yang penting ialah asam kolat dan asam deoksikolat.
Beberapa fungsi asam empedu antara lain sebagai :
1. Emulgator dalam proses pencernaan lemak dalam usus
2. Dapat mengaktifkan lipase dalam cairan pancreas
3. Membantu mengadsorbsi asam-asam lemak, kolesterol, vitamin D
dan K serta karoten
4. Sebagai perangsang aliran cairan empedu dari hati
5. Menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu sebab bila
perbandingan asam empedu dengan kolesterol rendah, akan
menyebabkan terjadinya beberapa endapan kolesterol (Poedjiadi, A.
1994; 244).
Asam empedu yang terpenting adalah asam kolat dan kenodesoksialat.
Keduanya di sintesis dari kolestrol dalam hati manusia. Asam kolat merupakan
asam empedu yang terbanyak. Ada anggapan bahwa, asam empedu ini,
merupakan katabolit kolestrol, maka empedu dianggap sebagai satu-satunya
cara ekskresi kolestrol dari dalam tubuh. Asam empedu yang terdapat di dalam
empedu, biasanya berbentuk senyawa konjugat dengan glisin atau taurin,
masing-msing sebgai glikolat atau taurokolat. Pada manusia rasio glikolat :
taurokolat = 3 : 1. Karena empedu mengandung kation alkali terutama Na+ dan
K+, dan pHnya alkali, hal ini memungkinkan sebagian dari asam – asam
empedu membentuk peranan garam – garam empedu. Baik asam empedu
maupun garam empedu mempunyai peranan penting pada pencernaan lemk.
Asam empedu dan garam empedu membentuk sirkulasi enterohepatik, berarti
mula-mula diekskresi bersama empedu kemudian di serap kembali ke hati (
Hardjasasmita, P. 1992: 29).
Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan
yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pankreas yang penting dalam
pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu
karena adanya garam-garam empedu dan lesitin. Zat-zat yang dibentuk dalam
empedu antara lain adalah: Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen
empedu, merupakan hasil dari metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian
nonprotein dari hemoglobin, akan mengalami perubahan lagi menjadi
biliverdin, lalu bilirubin. Keseluruhan proses perubahan ini berlangsung di hati
( Nasruddin, T. 2012 ).
Garam empedu berperan dalam absorpsi lemak dan lemak-lemak A, D, E,
dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan
permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan
memudahkan kerja lipase, lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam
lemak menghsilkan senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan mudah
terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis ( Tim Dosen Biokimia, 2012: 10 ).

2.2 Uji Pigmen (Warna)


2.2.1 Uji Gmelin
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan sementara dalam kandung
empedu sebelum dikeluarkan ke duodenum. Diperkirakan hati menghasilkan
500 – 1000 mL empedu perhari.
Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan
pada udara terbuka maka warnanya akan berubah menjadi hijau, biru dan coklat
karena pigmen empedu teroksidasi. Empedu bereaksi alkalis (pH 7,8 hingga
8,6). Kandungan empedu yang antara lain adalah garam – garam empedu,
pigmen – pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam – garam anorganik.
Empedu tidak mengandung protein kecuali musin, yang disekresi oleh dinding
kandung empedu, dan sejumlah kecil enzim seperti fosfatase alkali.
Empedu merupakan campuran hasil sekresi dan ekskresi. Bahan – bahan
yang disekresi misalnya garam – garam empedu, sedangkan yang diekskresi
misalnya pigmen empedu dan kolesterol.
Pigmen – pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel – sel darah merah oleh sistem
retikuloendotelial dari hati, limpa, dan sumsum tulang. Pigmen empedu yang
utama adalah biliverdin, yang berwaran hijau dan bilirubin yang berwarna
jingga/kuning coklat. Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai pereaksi akan
menghasilkan suatu turunan yang berwarna, misalnya mesobiliverdin (hijjau
hingga biru), mesobilirubin (kuning) dan mesobilisianin (hijau hingga ungu).
Uji gmelin dilakukan dengan melarutkan asam nitrat (HNO3) dengan
cairan empedu dan melihat reaksi oksidasi yang terjadi setelahnya. HNO3
dalam reaksi ini berperan sebagai oksidator kuat. Dengan melakukan uji gmelin
pigmen warna yang ada dalam cairan empedu dapat dilihat karena adanya reaksi
oksidasi antara HNO3 dan cairan empedu.

2.2.2 Uji Smith


Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar
vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus menerus oleh hati, akan tetapi
ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara
waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan
merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun
ke dalam duodenu (panil,2004).
Kandungan empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang
terletak diperut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung
empedunya menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Selama
makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga mengeluarkan
sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus.
Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin seperti
vitamin A, E, dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein,
garam-garam- garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol.
Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan
dikeluarkan melalui feses (Anonim, 2012).
Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental
dan mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak
500 mL sampai 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi
dan pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang
dibentuk dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu
mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+,K+, serta zat-zat
organik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009).
Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu
(misalnya bilirubin), kolesterol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk
membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah
merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan
lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak
dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu menyerapnya dari
usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah
menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam
empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi
empedu juga disekresi dalam empedu (Anonim, 2012).
Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya
garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam
anorganik. Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan
vitamin-vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu
merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak.
Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu
bereaksi dengan asam lemak menghasilkan senyawa kompleks yng lebih mudah
larut dan mudah terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Tim Dosen, 2013)
Meskipun hati bukan suatu organ yang tepat dari pencernaan, sekresinya
dan empedu memegang peranan penting dalam pencernaan lemak. Empedu
dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, tapi ditampung dalam sebuah alat
penampung ialah kantung empedu diantara -aktu makan. Bila makanan masuk
ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang konsentrasi kantung
empedu dan keluarnya empedu yang dihimpun ke dalam duodenum. Empedu
kecuali garam empedu mengandung bahan lainnya, antara lain ialah pigmen
empedu, pigmen empedu ini adalah hasil pemecahan pigmen sel darah merah,
hemoglobin, yang dipindahkan oleh hati dari sel-sel darah merah yang tua.
Warna kecoklatan pigmen empedu ini memberi warna coklat yang khas dari
feses atau tinja (Kimball, 1983)
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah
sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok
garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin
atau taurin suatu derifat/turunan darisistin. Garam empedu menyebabkan
meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam
empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang
peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu
(Hardjasasmita, 1992).
Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang dimakan, suatu
proses yang memudahkan pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet.
Asam-asam deoksikolat dan litokolat adalah asam-asam empedu sekunder yang
disintesis dalam usus lewat kerjanya enzim-enzim bakteri pada asam-asam
empedu primer. Hanya sebagian asam asam empedu primer yang terdapat
dalam usus diubah menjadi asam empedu sekunder (Hardjasasmita, 1992).

2.3 Uji Zat Organik


Empedu disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel hati, namun
sebagian besar normalnya disimpan dalam kandung empedu sampai diperlukan
di dalam duodenum. Volume maksimal yang dapat ditampung kandung empedu
hanya 30 sampai 60 ml. Meskipun demikian, sekresi empedu selaina 12 jam
(biasanya sekitar 450 ml) dapat disimpan dalam kandung empedu karena air,
natrium, klorida, dan kebanyakan elektrolit kecil lainnya secara terus-menerus
diabsorbsi melalui mukosa kandung empedu, memekatkan sisa zat-zat empedu
yang mengandung garam empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin.
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa zat yang paling banyak
disekresikan dalam empedu adalah garam empedu, yang banyaknya kira-kira
setengah dari total zat-zat yang juga terlarut dalam empedu. Bilirubin,
kolesterol, lesitin, dan elektrolit yang biasa terdapat dalam plasma, juga
disekresikan atau diekskresikan dalam konsentrasi besar.

Empedu Hati Kandung Empedu


Air 97,5 g/dl 92 g/dl
Garam empedu 1,1 g/dl 6 g/dl
Bilirubin 0,04 g/dl 0,3 g/dl
Kolesterol 0,1 g/dl 0,3 to 0,9 g/dl
Asam lemak 0,12 g/dl 0,3 to 1,2 g/dl
Lesitin 0,04 g/dl 0,3 g/dl
Na+ 145mEq/L 130 mEq/L
K+ 5 mEq/L 12 mEq/L
Ca2+ 5 mEq/L 23 mEq/L
Cl- 100 mEq/L 25 mEq/L
HCO3- 28 mEq/L 10 mEq/L

Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental


dan mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak
500 mL sampi 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksii
dan pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesitokinin yang
dibentuk dalam sel usus, teruatam protein dan lemak. Cairan empedu
mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO, Cl-, Na+ dan K +
serta zat-zat
organik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009;
244).
BAB III
METODE
3.1 Uji Sifat Empedu
3.1.1 Uji PH
A. Alat dan Bahan
• Empedu sapi
• Gelas Beker
• Kertas lakmus merah dan biru
• Indikator universal
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Siapkan cairan empedu sapi dalam beker glas
3. Masukkan kertas lakmus merah dan biru dalam cairan empedu
4. Diamkan kertas lakmus merah dan biru beberapa saat, lalu amati
hasilnya apakah ada perubahan warna pada kertas lakmus.
5. Masukkan indikator universal dalam cairan empedu sapi dan tunggu
beberapa saat
6. Cocokkan indikator universal menggunakan skala agar tahu PH dari
cairan empedu sapi tersebut.
3.1.2 Uji Berat Jenis
A. Alat dan Bahan
• Empedu Sapi
• Urinometer
• Tabung ukur
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masukkan cairan empedu sapi pada tabung ukur
3. Masukkan Urinometer pada tabung ukur yang telah ada cairan
empedunya
4. Amati berapa berat jenis dari empedu
3.1.3 Uji Konsistensi
A. Alat dan Bahan
• Cairan empedu
• Gelas beker
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Amati cairan empedu sapi
3. Catat hasil dari pengamatan
3.1.4 Uji Warna
A. Alat dan Bahan
• Cairan empedu
• Gelas beker
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Amati cairan empedu sapi
3. Catat hasil pengamatan warna dari cairan empedu

3.2 Uji Gmelin


A. Alat dan Bahan
• Empedu encer 3 ml
• HNO3 pekat 3 ml
• Pipet
• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masukkan 3 ml asam nitrat pekat/HNO3 pada tabung reaksi
3. Masukkan 3 ml cairan empedu sapi yang encer pada tabung reaksi yang
telah diberi HNO3
4. Diamkan beberapa saat
5. Mengamati dan mencatat hasil

3.3 Uji Smith


A. Alat dan Bahan
• Empedu encer 3 ml
• Iodium 0,5% 3ml
• Pipet
• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masukkan 3 ml cairan empedu encer dalam tabung reaksi kosong
3. Masukkan 3 ml iodium 0,5%
4. Goyangkan tabung reaksi agar cairan empedu dan iodium tercampur
5. Mengamati dan mencatat hasil pengamatan

3.4 Uji Zat Anorganik


3.4.1 Uji Klorida
A. Alat dan Bahan
• Filtrat empedu uji musin 1 ml
• HNO3 1 ml
• AgNO3 1 ml
• Pipet
• Tabung reaksi
• Tabung Erlenmeyer
• Rak tabung reaksi
B. Langkah Kerja
1. Masukkan 1 ml filtrat empedu dari uji musin ke dalam tabung reaksi
kosong
2. Masukkan 1 ml HNO3 kedalam tabung reaksi yang telah diisi oleh
filtrat empedu
3. Masukkan 1 ml AgNO3 kedalam tabung reaksi yang telah diisi oleh
filtrat empedu dan HNO3
4. Amati dan catat hasil pengamatan
3.4.2 Uji Sulfat
A. Alat dan Bahan
• Filtrat empedu uji musin 1 ml
• HCl 1 ml
• BaCl2 2% 1 ml
• Pipet
• Tabung reaksi
• Tabung Erlenmeyer
• Rak tabung reaksi
B. Langkah Kerja
1. Masukkan 1 ml filtrat dari uji musin ke dalam tabung reaksi kosong
2. Masukkan HCl 1 ml kedalam tabung reaksi yang telah diisi filtrat
empedu dari uji musin
3. Tambahkan BaCl2 2% sebanyak 1 ml
4. Kocok perlahan hingga membentuk cairan homogen
5. Amati dan catat hasil pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Uji Sifat Empedu
Vidio Warna Bau Konsistensi PH
1 Seperti Sedikit Lakmus Merah :
Bau Kental Berubah menjadi
Rumput biru
Hijau Pekat Lakmus Biru: tidak
berubah
Indokator
Universal : PH 8

2 Bersifat Encer Indikator


amis Universal:
PH 8-9 (Basa)

Hijau
Kecoklatan

3 Hijau Tua Amis Kental Hasil PH meter


pekat 7,76
4.1.2 Uji Berat Jenis
Video Gambar Hasil
1 1,026

2 1,020

4.1.3 Uji Gmelin


Video Jenis Larutan Keterangan Warna
1 Asam Nitrat pekat (HNO3) Bening
HNO3 3 ml + Empedu encer 3 ml Muncul cincin atau
batas warna coklat pada
batas kedua lapisan
tersebut.

2 HNO3 + Empedu pekat 2 ml menemukan adanya


batasan atau cincin yang
berwarna merah pada
batas kedua lapisan
tersebut.

HNO3 + Empedu Encer 2 ml tidak ada terbentuk


cairan violet biru
sampai merah pada
batas kedua lapisan
tersebut.

3 HNO3 pekat 1,5 ml + empedu encer Terdapat Batasan


1,5 ml berwarna coklat anatara
cairan empedu dengan
cairan HNO3

4.1.4 Uji Smith


Video Larutan dan Gambar Hasil
1 3 ml Cairan empedu Encer + 3 ml mendapatkan warna dari
iodium 0,5% cairan tersebut hijau
pekat yang menandakan
hasil uji positif yaitu
mengandung pigmen
biliverdin.

2 Empedu Encer + Iodium 0,5% dalam terbentuknya cincin


alcohol berwarna sedikit
kehijauan di bagian
tengah.

4.1.5 Uji Zat Anorganik


A. Klorida

Video Larutan dan Gambar Hasil


1 1 ml filtrasi dari uji musin + HNO3 1 adanya endapan dari
ml + AgNO3 1 ml AgCl berwarna putih
yang menandakan uji
zat anorganik (klorida)
yaitu positif.

B. Sulfat

Video Larutan dan Gambar Hasil


1 Filtrasi empedu dari uji musin 1 ml + 1 Adanya endapan
ml HCL + BaCl2 2% 1 ml BaSO4
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Sifat Empedu

Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil keadaan fisik dari empedu


dalam 2 kondisi, yaitu warna dari empedu pekat didapatkan warna hijau
kehitaman, sedangkan untuk empedu encer didapatkan warna hijau kecoklatan.
Berdasarkan dasar teori sebagai penunjang pengetahuan, warna hijau pada
empedu dihasilkan oleh hati, oleh karena adanya pigmen biliverdin. Pigmen
Biliverdin sendiri merupakan zat warna empedu yang merupakan hasil dari
pemecahan hemoglobin pada butir darah merah.
Dari 2 kondisi yaitu empedu pekat dan empedu cair, didapatkan data
dari hasil pengamatan dengan derajat keasaman yang sama yaitu dengan pH 8,
ini dikuatkan dengan uji menggunakan kertas lakmus merah dan biru yang telah
dimasukkan di kedua gelas beker mengalami perubahan menjadi warna biru
untuk kertas lakmus merah, dan tidak terjadi perubahan warna untuk kertas
lakmus biru dan juga yang dites menggunakan indikator universal. Yang
dimana pH 8 termasuk dalam pH basa. Dari hasil pengamatan konsentrasi
empedu dengan warna hijau pekat sedikit kental, sedangkan empedu dengan
warna hijau kecoklatan memiliki konsentrasi encer.
Selanjutnya dari percobaan yang dilakukan didapatkan bau rumput pada
empedu hijau pekat dan pada empedu hijau kecoklatan bau amis yang sesuai
dengan teori Poedjiadi (2009) Yang menyatakan bahwa cairan empedu
mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Empedu di encerkan terlebih dahulu
sebelum pengukuran pH karena untuk mempermudah pengamatan pada
indicator universal. Adapun berat jenis empedu yang di peroleh yaitu1,026
gram/ml untuk kondisi empedu hijau pekat dan 1,020 gram/ml untuk empedu
hijau kecoklatan, secara teori yaitu 0,89 gram/ml.
4.2.2 Uji Pigmen (Warna)
A. Uji Gmelin
Perlu diingatkan kembali bahwasanya tes zat warna pertama
yang digunakan dalam praktikum ini adalah tes Gmelin. Tes ini
didasarkan atas reaksi asam nitrat dengan zat warna yang menghasilkan
serangkaian warna hasil oksidasi. Pada percobaan ini, larutan HNO3
pekat (65%) dicampurkan dengan empedu agar terjadi oksidasi pada zat
warna empedu. Dimana zat warna atau pigmen empedu berasal dari
katabolisme hemoglobin eritrosit oleh sistem retikuloendotelial. Zat
warna itu berupa bilverdin (hijau) dan bilirubin (orange, kuning, dan
coklat). Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai pereaksi akan
menghasilkan warna turunan, misalnya mesobiliverdin (hijau hingga
biru), mesobilirubin (kuning), dan mesobilisianin (hijau hingga ungu).
Dari hasil praktikum uji gmelin didapatkan bahwasanya penambahan
larutan HNO3 dengan empedu encer 3 ml bewarna bening dan muncul
cincin atau batas warna coklat pada batas kedua lapisan tersebut.
Adanya cincin yang terbentuk menandakan dalam empedu terdapat
bilirubin.
Selanjutnya penambahan larutan HNO3 dengan empedu pekat
2 ml didapatkan adanya batasan atau cincin yang berwarna merah pada
batas kedua lapisan tersebut. Warna larutan menjadi warna jingga
kecoklatan. Pada tabung yang dicampur empedu pekat, warna lebih
pekat dan banyak. Hal itu dikarenakan jumlah larutan empedu yang
teroksidasi lebih banyak daripada larutan empedu encer.
Pada larutan empedu encer 2 ml didapatkan tidak ada terbentuk
cairan violet biru sampai merah pada batas kedua lapisan tersebut.
Empedu sudah dicampur dengan aquades sehingga meskipun diambil 2
ml untuk direaksikan dengan HNO3, sejatinya jumlah dari empedu tidak
2 ml, maka empedu yang teroksidasi oleh HNO3 sedikit dan warnanya
juga tidak terlalu mencolok serta tidak terlalu banyak atau nampak
warna turunan yang dihasilkan.
Bila ditelaah lebih lanjut warna dari empedu manusia
sebenarnya adalah kuning keemasan, namun saat dikeluarkan dan
terpapar udara bebas akan berubah warna menjadi hijau, biru, atau
coklat karena pigmen warnanya teroksidasi.
Dengan adanya pigmen warna ini, kedepannya akan berperan
untuk memberi warna pada feses dan urine. Apabila ditemukan kelainan
dalam sistem, akan ditemukan pigmen yang tersebar ke anggota tubuh
identik dengan berwarna kuning.
Warna normal feses dan urine adalah kuning, jika kuningnya
pudar atau muda maka tubuh terlalu banyak cairan (seperti HNO3 yang
bereaksi dengan empedu encer, menghasilkan warna yang lebih muda).
Untuk warna turunan atau selain kuning kecoklatan, berarti saat itu
tubuh dalam keadaan tidak seimbang kandungan zatnya sehingga
mempengaruhi oksidasi pigmen empedu menjadi beberapa warna
turunan, tergantung zat apa yang terkandung di dalamnya.

B. Uji Smith
Selanjutnya kita akan membahas terkait hasil praktikum yang
melakukan tes zat warna yang kedua dengan tes Simth. Tes ini
menggunakan larutan I2 dalam alkohol. Percobaan dalam tes ini
dilakukan dalam kondisi yang sama dengan sumber referensi video yang
berbeda. Kondisi pertama larutan empedu encel 3 ml dicampurkan
dengan 3 ml iodium 0,5% yang didapatkan hasil warna dari cairan
tersebut hijau pekat yang menandakan hasil uji positif yaitu
mengandung pigmen biliverdin. Pemberian ioudium dilakukan
sebanyak 5 tetes pada waktu yang telah dihitung. Tetasan pertama pada
detik ke-13, tetesan kedua pada detik ke-28, tetesan ketiga pada detik
ke-48, tetesan keempat pada detik ke-49, dan tetesan kelima pada 1
menit ke 8 detik. Setiap tetesannya diamati perubahan yang terjadi.
Setelah diberikan tetesan I2 yang kelima, terjadi perubahan. Terbentuk
2 lapisan yang ditengahnya terdapat cincin yang berwarna hijau tua.
Lapisan-lapisan tersebut berwarna coklat (pada bagian atas) dan kuning
(pada bagian bawah).
Kondisi kedua penambahan jumlah empedu encer yang
secukupnya dengan iodium 0,5 % yang didapatkan terbentuknya cincin
berwarna sedikit kehijauan di bagian tengah. Cincin yang berwarna
hijau menandakan pengujian positif mengandung zat warna biliverdin.
Saat penambahan I2 dilakukan secara perlahan-lahan agar lapisan I2
tetap berada di lapisan atas dan tidak bercampur dengan lapisan empedu
dengan tujuan untuk memudahkan saat mengamati. Pada percobaan ini
diketahui empedu mengandung zat warna bilirubindan biliverdin, kedua
zat warna ini merupakan pigmen empeduyang terbentuk dari eritrosit
yang sudah tua menjadi rapuh sehingga pecah dan hemoglobin lepas.
Hemoglobin selanjutnya dipecah menjadi heme dan globin. Cincin
heme dibuka untuk membentuk besi bebas yang kemudian dibawah
transfelin dari rantai lurus dari empat piol yang kemudian dibentuk
menjadi pigmen empedu. Adapun fungsi dari iodin sama seperti fungsi
asam nitrat pada percobaan Uji Gmelin, yaitu sebagai pengoksidasi.
Adanya warna hijau pada larutan campuran tersebut menunjukkan uji
positif. Yang menunjukkan zat warna dari bilirubin terhadap
penambahan iodin.

4.2.3 Uji Zat Anorganik


A. Uji Klorida
Untuk menguji adanya ion-ion klorida tersebut dilakukan
dengan menyaring 1 ml filtrasi dari uji musin lalu dilakukan
penambahan HNO3 1 ml dan AgNO3 1 ml. Hasilnya terbentuk endapan
putih, hal ini menandakan bahwa pengujian ini positif. Endapan putih
ini merupakan AgCl. berdasarkan reaksi:
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-

(putih)
B. Uji Sulfat
Selanjutnya dalam percobaan yang ketiga untuk menguji adanya
zat anorganik dengan melakukan Filtrasi empedu dari uji musin 1 ml
ditambahkan 1 ml HCL dan juga penambahan BaCl2 2% 1 ml. Dalam
percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap terjadinya endapan
BaSO4. Didapatkaan larutan berwarna hijau muda dan endapan putih
yang menandakan pengujian percobaan yang dilakukan positif
mengandung mineral,berdasarkan reaksi:
SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl-

(putih)
Apabila menilik pada teori yang ada seharusnya empedu tidak
mengandung ion sulfat. Tetapi hasil percobaan yang positif sulfat dapat
menjadi tinjauan kembali adanya kemungkinan pereaksi yang
digunakan terkontaminasi atau rusak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini dilakukan beberapa tes pada empedu, Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah empedu bersifat basa, warnanya ada yang
hijau pekat, hijau kecoklatan dan hijau tua pekat dengan bau yang seperti
rumput dan amis serta konsistensi yang encer hingga pekat. pH empedu yang
normal berada pada kisaran 7,76 - 9 dengan berat jenisnya 1,020 dan 1,026.
Pigmen –pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel – sel darah merah oleh sistem
retikuloendotelial dari hati, limpa dan sumsum tulang. Empedu positif
mengandung musin dan zat anorganik klorida dan sulfat. Serta positif
mengandung bilirubin dan mengandung biliverdin

5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan pada praktikum selanjutnya agar lebih
teliti lagi dalam melakukan setiap pengujian, agar hasil yang diperoleh sama
dengan hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, K. E. (2016). Faktor Resiko Batu Empedu di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah, Denpasar.

Ganong, William Francis. (2012). Fisiologi Kedokteran Ganong Edisi 24

Hall, John E. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology Edisi 12

Hardjasasmita Pantjita. 1992. Ikhtisar Biokimia Dasar A. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia: Jakarta

Tim Dosen. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. UIN: Makassar

Nasruddin, T. 2012. Proses Pembentukan Empedu

Arjuna. 2008. Tentang Batu Empedu

Poedjiadi A. 2009. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta.

Kimball John. W. 1983. Biologi Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta.

Pani,Zulbadar. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta:


Buku kedokteran EGC.2004

Riyana, S. 2010. http://slaraskas.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20 maret


2020

Video 1 ( https://youtu.be/4SEQlfy6uaU )

Video 2 ( https://www.youtube.com/watch?v=mxLnKUH-y0Y )

Video 3 ( https://youtu.be/-Ed8X9VY1OAid )

Anda mungkin juga menyukai