BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, kita tentu mengetahui bahwa zaman sudah berkembang dan
peralatan-peralatan tentang keilmuanpun banyak dikembangkan untuk mendapatkan
berbagai informasi. Salah satunya adalah mikroskop. Mikroskop adalah sebuah alat
optik yang digunakan untuk melihat perbesaran dari suatu objek. Secara umum
mikroskop terbagi atas 2 yaitu mikroskop cahaya dan elektron. Mikroskop cahaya
terbagi atas 2 yaitu polarisasi dan pantul. Salah satu fungsi dari mikroskop ini adalah
dalam pengamatan mineral.
Untuk dapat mempelajari mineral dengan lebih akurat maka digunakan
mikroskop untuk mengamati sifat-sifat dari mineral yang tidak terlihat dengan kasat
mata. Mikroskop yang digunakan untuk pengamatan sifat-sifat optik berbeda dengan
mikroskop yang digunakan pada bidang fisik, biologi dan kedokteran. Mikroskop
yang digunakan adalah Mikroskop Polarisasi , memiliki prinsip yang sama dengan
mikroskop yang biasanya namun perbedaannya yaitu mikroskop dalam bidang fisika,
kedokteran, dan biologi hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop
polarisasi menggunakan cahaya yang terbias atau dibelokkan, bukan cahaya yang
terpantul. Objek yang dapat dilihat dalam mikroskop polarisasi adalah ketembusan
cahaya, ukuran mineral, bentuk mineral, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief,
warna dan pleokroisme, warna interferensi, bias ganda, kedudukan gelapan, gelapan
bintik dan gelapan bergelombang, tanda rentang optik atau orientasi optik, sudut
gelapan, kembaran, zoning komposisi kimia, struktur korona, korosi, embayment,
dan alterasi.
Dalam mempelajari sifat mineral secara optik, salah satu yang diidentifikasi
adalah ukuran mineral. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda
untuk setiap lensa obyektif. Untuk mempermudah pengukuran, maka harus
ditentukan diameter medan pandang (DMP). Sedangkan dalampengamatan analisator
polarisator, yang diperhatikan adalah daya absorbsi mineral, ukuran mineral, posisi
mineral, warna, dan belahan dari mineral.
1.2.1 Maksud
1.3.1 Alat
1.3.2 Bahan
1. Problem Set
2. Kertas grafik A4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
getaran sinar biasa dan luar biasa yang diteruskan oleh polarisator searah dengan
salah satu arah benang silang, apakah benang tegak (N-S) atau benang horisontal (E-
Pengaturan arah getar analisator harus dilakukan agar benar-benar tegak lurus arah
menggunakan peraga. Apabila arah getar kedua nikol sudah saling tegak lurus
(membentuk sudut 90 ) maka yang teramati pada okuler adalah keadaan gelap sama
sekali karena cahaya yang tadinya terpilih oleh polarisator sehingga hanya yang
bergetar pada satu arah saja kemudian terserap oleh analisator seluruhnya. Dengan
analisator belum tegak lurus polarisator dan harus memutar analisator hingga
Mikroskop merupakan salah satu alat optik yang berfungsi membantu kita
untuk melihat benda-benda yang berukuran relative kecil dan sulit dilihat dengan
mata biasa. Benda-benda atau organisme yang dapat dilihat menggunakan mikroskop
lazim disebut sebagai benda berukuran mikroskopis. Mikroskop sangat membantu
manusia dalam banyak bidang, termasuk dalam bidang geologi.
Dalam pengamatan mineral penting bagi kita untuk mengetahui ukuran
mineral tersebut, dan untuk dapat menentukan ukurannya maka kita harus bisa
menetukan Diameter Medan Pandang (DMP) terlebih dahulu.
Selain diameter medan pandang, kita juga harus melakukan pengamatan
anaisator dan polarisator untuk menentukan sifat-sifat optis dari suatu mineral.
Sebelum melakukan pengamatan diameter medan pandang, yang perlu diperhatikan
adalah menyentringkan mikroskop, pengaturan arah getaran polarisator sejajar
dengan salah satu benang silang, dan pengaturan arah getaran analisator agar tegak
lurus arah getar polarisator. Hal ini penting agar pada saat pengamatan dengan
menggunakan perputaran meja objek, mineral yang kita amati tetap berada pada
medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan).
2.3 Penentuan Diameter Medan Pandang
1 mm
Bilangan Skala (BS) =
Jumlah skala
DMP1 = BS x Z
Ket :
DMP : Diameter Medan Pandang
BS : Bilangan Skala
Z : Jumlah skala yang tampak dalam medan pandang
2. Menetukan panjang benang horizontal yang tidak berskala, dengan cara :
DEVI FITRIANI SARI NASRULLAH
093201400204 09320150072
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
LABORATORIUM MINERAL OPTIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DIAMETER MEDAN PANDANG, ANALISATOR DAN POLARISATOR
DMP2 = BS x Y
Ket :
DMP : Diameter Medan Pandang
BS : Bilangan Skala
Y : Jumlah skala yang tersisa pada tepi kiri dan kanan
Maka Diameter Medan Pandang seluruhnya adalah :
BAB III
PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini ,yaitu :Pertama tama menyediakan
mikroskop, setelah itu mikroskop diletakkan di atas meja. Kemudian mengambil kertas
grafik dan menaruhnya pada meja objek, memfokuskan cahaya yang masuk sehingga
preparat dapat nampak jelas pada benang silang, menandakan posisi awal preparat pada
lembar kerja praktikum dengan menggunakan pensil warna,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
No. Urut : 01
(y) = 80 mm
DMP1 = BS x Z
DMP2 = BS x Y
= 0,025 mm x 80 = 2 mm
= 2,5 mm + 2 mm = 4,5 mm
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
No. Urut : 02
Pembesaran Objektif : 10 x
(y) = 80 mm
DMP1 = BS x Z
= 0,01 mm x 100 = 1 mm
DMP2 = BS x Y
= 0,01 mm x 80 = 0,8 mm
= 1 mm + 0,8 mm = 1,8 mm
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
No. Urut : 03
Pembesaran Objektif : 40 x
(y) = 80 mm
DMP1 = BS x Z
= 0,0025 mm x 100 = 25 mm
DMP2 = BS x Y
= 0,0025 mm x 80 = 0,2 mm
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
No. Urut : 04
Pembesaran Objektif : 10 x
Pembesaran Okuler : 10 x
Belahan : 2 Arah
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
No. Urut : 05
Pembesaran Objektif : 10 x
Pembesaran Okuler : 10 x
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
No. Urut : 06
Pembesaran Objektif : 14 x
Pembesaran Okuler : 10 x
Warna : Putih
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
No. Urut : 07
Pembesaran Objektif : 14 x
Pembesaran Okuler : 10 x
Warna : Putih
Belahan :1 Arah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum acara diameter medan pandang, analisator dan
polarisator maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. Cara menghitung DMP yaitu bilangan skala dikalikan dengan ukuran medan
mandang dimana DMP1 dikalikan dengan nilai skala nampak dan DMP2 dikalikan
dengan nilai pinggir sehinga DMPtotal adalah DMP1 ditambah DMP2. Pada
pengamatan diperoleh nilai DMP1 adalah 2 mm dan nilai DMP2 adalah 1,8 mm.
Sehingga diperoleh nilai DMP totalnya adalah DMP1 ditambah DMP2 sehingga
diperoleh hasil 3,8 mm.
2. Pada saat posisi mineral biotit sejajar dengan analisator, warna absorpsinya terang
maksimum dengan warna orange sebaliknya ketika sejajar polarisator, warna
absorpsinya gelap maksimum dengan warna coklat
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium
5.2.2 Praktikan
Saran untuk praktikan yaitu agar tetap berhati-hati dalam menggunakan alat-
alat dalam laboratorium mengingat jumlah peralatannya sangat terbatas dan mahal,
selain itu sulit untuk memperoleh peralatan tersebut karena apabila peralatan tersebut
rusak atau tidak bisa digunakan maka bukan hanya merugikan praktikan sendiri
tetapi praktikan yang lain juga.
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/laporan-nahry.html
http://dokumen.tips/documents/acara-dua2-laporan-tryz.html
http://documentslide.com/documents/mineral-optik-2.html
https://www.scribd.com/doc/295018488/Acara-2-Diameter-Medan-Pandang-Dan-
Polarisator-Analisator