Anda di halaman 1dari 70

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

MINERAL OPTIK

DOSEN PEMBIMBING

MUH. KASIM S.T, M.T.


DISUSUN OLEH
Alifia widya w. Badaru (471 412 004)
Juwita D.M Pau (471 412 005)
Farhan Nasaru (471 412 006)
Ana Fatmirul Jannah (471 412 009)
Yulin Podungge (471 412 011)
Suhadah (471 412 019)

Referensi : Dr. Ulva Ria Irfan, S.T, M.T


Laboratorium Mineral Optik
Program Studi S1 Teknik Geologi
Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Negeri Gorontalo
2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB 1 PENGENALAN MIKROSKOP...................................................................1.1
BAB 2 DIAMETER MEDAN PANDANG...............................................................2.1
BAB 3 ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR.................................................................3.1
a) Warna..........................................................................................................1
b) Pleokroisme................................................................................................3
c) Orientasi Optik............................................................................................4
d) Belahan.......................................................................................................7
e) Pecahan......................................................................................................7
f) Indeks Bias.................................................................................................10
g) Relief Mineral..............................................................................................12
h) Penentuan Ukuran Mineral.........................................................................13
BAB 4 ORTOSKOP NIKOL SILANG..................................................................4.1
a) Warna Interferensi.....................................................................................1
b) Birefrigence (bias rangkap)........................................................................2
c) Orientasi Optik...........................................................................................5
d) Sudut pemadaman & jenis pemadaman....................................................7
e) Kembaran..................................................................................................9
f) Penentuan jenis plagioklas........................................................................10
BAB 5 IDENTIFIKASI MINERAL.........................................................................5.1

KATA PENGANTAR
Buku Panduan Mineral Optik dibuat sebagai upaya untuk memberikan kemudahan
bagi yang melakukan praktikum pada Laboratorium Mineral Optik di Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Negeri Gorontalo. Buku ini merevisi penuntun praktikum Mineral Optik edisi
pertama tahun 2006. Materi yang diuraikan sesederhana mungkin sehingga diharapkan
mahasiswa dapat dengan cepat menguasai.
Buku panduan praktikum ini hanya merupakan petunjuk dasar bagi mahasiswa untuk
mengetahui cara menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral secara
mikroskopik. Untuk lebih memahami isi buku ini, mahasiswa harus membaca dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan mineralogi. Selain itu, diperlukan pula ketelitian dan
ketekunan dalam mengamati mineral di bawah mikroskop.
Buku panduan ini dapat juga dipakai juga untuk melengkapi bahan bacaan mata
kuliah petrografi, mikroskopis mineral transparant, batuan karbonat, petrogenesis batuan
beku dan lain-lain.
Penulis menyadari masih banyak yang perlu disempurnakan dalam buku ini, untuk
itu segala saran dan diskusi akan diterima dengan senang hati. Terima Kasih

Gorontalo, 24 Okrober 2014

ii

Mikroskop Polarisasi mempunyai sifat dan penggunaan yang berbeda jika


dibandingkan dengan mikroskop jenis lainnya. Mikroskop polarisasi inipun terbagi
atas 2 (dua) bagian, yaitu jenis mikroskop polarisasi bias dan mikroskop polarisasi
pantul. Mikroskop polarisasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop
polarisasi bias yang menggunakan cahaya terbias. Jenis mikroskop ini digunakan
untuk

mengidentifikasi sifat-sifat optik mineral ataupun batuan yang tembus

cahaya, setelah disayat setebal 0,03 mm. Sedang jenis mikroskop polarisasi pantul
digunakan untuk mengamati mineral ataupun batuan yang tidak tembus cahaya
(opaq).
Laboratorium Optik Program Studi Teknik Geologi Universitas Negeri
Gorontalo memiliki 2 jenis mikroskop polarisasi yaitu jenis olympus dan jenis Nikon.
Secara umum prinsip kerjanya sama, namun pada jenis olympus masih
menggunakan cermin untuk mendapatkan pantulan sumber cahaya, sedangkan
pada jenis Nikon menggunakan lampu tungstein sebagai sumber cahaya. Pada saat
ini yang digunakan adalah mikroskop polarisasi jenis olympus. Keutamaan dari
mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi.
Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah
satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap
mineral mempunyai warna yang khusus.

1.1 Bagian dan Fungsi Mikroskop Polarisasi Jenis Olympus

Lensa Okuler merupakan lensa pengintai atau pengamat yang berfungsi


untuk memperbesar bayangan objek.

Tabung Mikroskop berfungsi untuk menghubungkan lensa okuler dengan


lensa obyektif.

Revolver pemutar yang berfungsi untuk memilih atau mengganti perbesaran


lensa objektif.

Lensa objektif pada mikroskop yaitu lensa yang berada di dekat objek / benda
berfungsi untuk memperbesar bayangan benda.

Meja mikroskop berfungsi sebagai tempat meletakkan specimen / preparat


yang diamati.

Klip berfungsi sebagai penjepit kaca preparat

Kaki mikroskop digunakan sebagai penopang mikroskop saat diletakkan atau


dipindahkan.

Cermin berfungsi untuk menangkap dan memantulkan cahaya.

Diafragma digunakan untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke lensa


obyektif.

Lengan mikroskop berfungsi sebagai pegangan ketika memindahkan atau


membawa mikroskop.

Mikrometer (Pemutar Halus) berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan


mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil dari pada makrometer
(Pemutar Kasar).
2.1 Bagian dan Fungsi Mikroskop Polarisasi Jenis Nikon
Pada mikroskop polarisasi jenis Nikon, dilengkapi dengan bagian-bagian

tertentu yang masing-masing fungsinya saling berhubungan. Berikut adalah bagian


utama yang diurut dari bawah, terdiri dari IIluminator, Substage assembly, Stage,
Objective lens, Upper polar, Bertrand lens dan Ocular lens (Gambar 1.1)
IIluminator
Berfungsi untuk memperjelas dan meneruskan cahaya dari lampu mikroskop
sebagai sumber cahaya. Pada mikroskop polarisasi jenis Nikon, illuminator terdiri
dari cermin

dan lensa yang terletak di kaki mikroskop. Lensa cekung dapat

menerima sinar yang lebih banyak dari suatu sumber cahaya difusi, kemudian
2

dipantulkan sebagai kerucut iluminasi yang simetris. Sedangkan cermin hanya dapat
memantulkan sinar monokromatik yang diterima tetapi tidak dapat menghasilkan
dispersi sinar datang.

Gambar 1.1 Mikroskop Polarisasi

Substage Assembly
Terletak di atas illuminator yang terdiri dari lower polar, aperture diaphragm dan
condensor lens.
Lower polar, terdiri dari lensa polaroid yang dapat diputar minimal 90 dan umumnya
180 atau 360. Berfungsi untuk menyerap cahaya secara selektif sehingga cahaya
yang masuk hanya bergetar pada satu bidang. Untuk mengatur arah getar
polarisator, dilakukan dengan memutar arah polarisasi sehingga sinarnya sejajar
pada salah satu benang silang.
Iris diaphragm, berfungsi untuk mengatur besarnya cahaya yang diteruskan, dan
merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya. Iris diafragma
dioperasikan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya aperture
diaphragm. Nilai dari aperture diaphragm disesuaikan dengan perbesaran obyektif
yang digunakan dan kemampuan optik mata pengamat.
Condensor Lens (lensa kondensor), terdiri dari lensa cembung yang berfungsi untuk
memusatkan sinar yang datang dari lensa di bawahnya.

Gambar 1.2
Konstruksi sistem kondensor

Auxiliary condensor, berfungsi untuk mengatur kedudukan kondensor

Microscope stage
Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sayatan tipis dengan bantuan 2 (dua)
penjepit sehingga preparat tetap stabil pada waktu digerakkan. Pada bagian yang
sejajar dengan penjepit preparat (Mechanical stage), terdapat skala absis dan
ordinat yang berfungsi untuk menentukan posisi mineral yang diamati. Pada bagian
tepi meja obyek, terdapat Goniometer dengan skala 0 - 360, yang dilengkapi
dengan nonius (vernier) untuk akurasi perhitungan sudut. Meja obyek dapat
digerakkan dengan menggunakan pengarah fokus kasar dan pengarah fokus halus
(Focusing knobs).
Objective lens
Dilengkapi dengan 4 (empat) buah lensa dengan masing-masing perbesaran 5x,
10x, 20x dan 100x. Untuk memilih perbesaran yang akan dipakai, pergunakan
pemutar lensa obyek (Rotating nosepiece). Pada pemutar lensa obyek, terdapat
sekrup pemusat obyek (Objective centering screw), yang terletak di atas masingmasing perbesaran. Sekrup pemusat obyek berfungsi untuk mengatur agar sumbu
putaran meja tepat pada perpotongan benang silang. Pada masing-masing lensa
obyek terdapat tanda besarnya lensa perbesaran, numerical aperture dan panjang
tube (Gambar 1.3).

Gambar 1.3.
Beberapa tanda yang perlu
diperhatikan pada setiap
lensa obyektif.

Upper polar
Upper polar sering disebut analisator, terletak di atas lensa obyektif, terbuat dari
lensa polaroid, mempunyai arah getar saling tegak lurus terhadap arah getar
polarisator. Jika analisator tidak terpakai maka disebut nikol sejajar, dan jika
analisator digunakan, disebut nikol silang. Pada upper polar terdapat accessory
plate (Gambar 1.4) sebagai tempat kompensator baji kuarsa, keping gipsum dan
5

keping mika.

Kompensator berguna untuk mengetahui posisi indikatrik suatu

mineral.

Gambar 1.4 Accessory plate sebagai tempat kompensator baji kuarsa,


keping gipsum dan keping mika.

Bertrand lens
Lensa Bertrand terletak di atas analisator yang penggunaannya dengan cara diputar.
Lensa ini digunakan untuk memperbesar gambar interferensi dalam pengamatan
konoskop dan difokuskan ke lensa okuler.
Ocular lens
Lensa Okuler merupakan tempat mata melihat obyek, terbuat dari 2 (dua) buah
lensa cembung yang dirangkai dalam 1 (satu) unit. Pada lensa okuler terdapat
benang silang yang saling tegak lurus.
MEMPERSIAPKAN MIKROSKOP POLARISASI
Agar mikroskop siap pakai, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Sinar yang masuk ke medan pandang harus merata.
Jika menggunakan mikroskop dengan sumber cahaya yang sudah tersedia
pada mikroskop, maka kita hanya menghidupkan lampu. Namun jika cahaya
yang digunakan berasal dari pantulan cermin, maka kita usahakan agar sinar
yang masuk merata dan maksimum. Bila preparat diletakkan di atas meja
obyek, bayangan sinar harus terlihat bulat dan intensitas cahaya merata.

2. Mikroskop harus dalam keadaan terpusat


Pada pengamatan mineral, seringkali pada waktu meja obyek diputar, mineral
keluar dari medan pandang (Gambar 1.5). Keadaan tersebut menunjukkan
bahwa mikroskop belum dalam keadaan terpusat. Hal ini disebabkan oleh
jari-jari yang besar terhadap titik fokus pengamatan.

Gambar 1.5 Keadaan Mikroskop Tidak Terpusat

Untuk memusatkan dilakukan dengan cara (Gambar 1.6) :

Letakkan sayatan tipis pada meja obyek, fokuskan dengan sekrup


pengatur kasar dan halus sehingga diperoleh gambaran obyek yang jelas.

Pilih satu titik kecil, misalnya mineral bijih atau mineral biotit, letakkan
tepat pada perpotongan benang silang.

Putar meja obyek hingga kedudukan yang terjauh (a)

Kembalikan setengah jarak ke arah pusat dengan kedua sekrup


penyentring (b).

Ulangi hingga titik tidak bergerak dari pusat

Langkah tersebut diulangi setiap pergantian lensa obyektif.

Gambar 1.6
Cara memusatkan Mineral pada
benang silang (Nesse, 1986)

3. Arah getar polarisator harus sejajar dengan salah satu benang silang.
Untuk menguji apakah posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap
salah satu benang silang, digunakan mineral biotit dan turmalin.
Dengan menggunakan mineral biotit.
Mineral biotit, jika sumbu indikatrik sinar Z (berimpit dengan sumbu panjang
kristalografi), sejajar arah getar polarisator, akan memperlihatkan warna
absorpsi maksimum (Gambar 1.7).
a. Lensa polarisator dipasang, lensa analisator dilepas.
b. Pastikan bahwa lensa okuler tepat pada kedudukannya yaitu kedua benang
silang terletak pada N-S (vertikal) dan E-W (horisontal).
c. Putar meja obyek hingga biotit memperlihatkan warna absorpsi maksimum.
Apabila pada saat warna absorpsi maksimum kedudukan biotit

sudah

horisontal atau vertikal, berarti arah getar polarisator sudah sejajar salah satu
benang silang.
d. Apabila pada saat memperlihatkan absorpsi maksimum kedudukan biotit
miring, berarti arah getar polarisator tidak sejajar salah satu benang silang.
e. Jika arah getar miring, maka letakkan biotit agar sejajar salah satu benang
silang (berarti biotit tidak memperlihatkan absorpsi maksimum).

f. Gerakkan tangkai pengatur polarisator, sampai biotit memperlihatkan warna


absorpsi maksimum. Pada keadaan ini berarti arah getar polarisator sudah
sejajar dengan salah satu benang silang.

Gambar 1.7 Pengujian Arah Getar Polarisator Sejajar Salah Satu Benang
Silang dengan Menggunakan Biotit.

Dengan menggunakan mineral turmalin


Mineral turmalin akan memperlihatkan warna absorpsi maksimum jika sinar
ordiner sejajar arah getar polarisator. Sedangkan sinar ekstraordiner akan
memperlihatkan warna absorpsi minimum jika sejajar arah getar polarisator
(indeks bias sinar ordiner > sinar ekstraordiner).
Pada mineral sumbu satu (uniaxial), sinar ekstraordiner yang sesungguhnya
selalu berimpit dengan sumbu-c kristalografi (pada turmalin merupakan
sumbu panjang kristalografi). Oleh karena itu, pada mineral turmalin akan
memperlihatkan kenampakan warna absorpsi maksimum jika sumbu panjang
kristalografi tegak lurus arah getar polarisator.
4. Arah getar polarisator harus tegak lurus arah getar analisator

Polarisator sejajar salah satu benang silang

Polarisator dan analisator dipasang dengan tanpa sayatan tipis.

Bila medan pandang tampak gelap berarti polarisator sudah tegak lurus
analisator. Bila masih nampak terang berarti bidang arah getaran kedua
polaroid tersebut belum tegak lurus. Maka, analisator harus diputar sambil
mengamati medan pandang hingga didapat kenampakan gelap maksimum.

Dalam mempelajari sifat mineral secara optik, salah satu yang diidentifikasi
adalah ukuran mineral. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda
untuk setiap lensa obyektif. Untuk mempermudah pengukuran, maka harus
ditentukan diameter medan pandang (DMP) setiap lensa obyektif.
Dengan mengetahui diameter medan pandang, maka nilai skala yang tertera pada
benang silang dapat dihitung. Perhitungan DMP, dapat memudahkan dalam
menentukan ukuran butir, mineral, fosil dan lain-lain dalam suatu batuan.
Cara Penentuan Diameter Medan Pandang
1. Memfokuskan medan pandang.
Memfokuskan medan pandang dapat ditandai dengan letak perpotongan
benang silang tepat pada pusat medan pandang, dimana cahaya yang masuk
merata pada daerah medan pandang.
2. Mengatur bukaan diafragma (irish diaphragm)
Bukaan diafragma ini harus disesuaikan dengan perbesaran lensa obyektif
yang digunakan. Nilai dari bukaan diafragma tersebut terdapat pada tubuh lensa
obyektif.
Perbesaran obyektif

5x mempunyai NA = 0,1

Perbesaran obyektif 10x mempunyai NA = 0,25


Perbesaran obyektif 20x mempunyai NA = 0,4
Perbesaran obyektif 100x mempunyai NA = 0,9
3. Menentukan nilai skala dengan kertas kalkir
Kertas grafik kalkir diletakkan di atas meja preparat, untuk menentukan nilai
skala pada benang silang atau diameter medan pandang. Buat perbandingan skala
pada lensa dengan skala pada kertas grafik kalkir. Lakukan pada semua perbesaran
obyektif.
4. Menghitung nilai setiap skala
Kertas kalkir digeser hingga pada posisi yang tepat. Untuk memudahkan
perhitungan, maka salah satu garis tebal pada kertas grafik diimpitkan pada angka 0
(perpotongan benang silang). Karena panjang kertas grafik sudah diketahui, maka

yang dihitung adalah jumlah skala lensa yang termuat dalam setiap mm kertas
grafik. Nilai setiap bilangan skala, ditentukan dengan rumus :

Bilangan skala (BS) =

1 mm
-----------------Jumlah skala

Selanjutnya akan diperoleh bilangan skala yang berbeda untuk setiap


perbesaran lensa obyektif yang digunakan.
5. Menghitung diameter medan pandang
Pada benang silang horisontal, ada bagian yang tidak mempunyai skala,
sehingga dalam perhitungan diameter medan pandang harus dilakukan dalam 2
bagian.
a) Tentukan panjang benang horisontal yang berskala, dengan cara :

Letakkan salah satu garis tebal dari kertas grafik pada angka 0.

Hitung dengan rumus :


DMP1 = BS x Z
DMP

: Diameter Medan Pandang

BS

: Bilangan Skala

: Jumlah skala yang tampak dalam medan pandang

b) Tentukan panjang benang horisontal yang tidak berskala, dengan cara :

Letakkan garis tebal kertas kalkir grafik di tepi medan pandang.

Bandingkan panjang benang horisontal yang tidak mempunyai skala dengan


panjang kertas kalkir grafik.

Tentukan skala yang ada pada tepi kiri dan kanan.

Hitung dengan rumus :


DMP2 = BS x Y
DMP : Diameter Medan Pandang
BS

: Bilangan Skala

: Jumlah skala yang tersisa pada tepi kiri dan kanan.


Maka Diameter Medan Pandang seluruhnya adalah :
DMP = DMP 1 + DMP 2

Nikol sejajar ini adalah salah satu cara untuk menganalisis sifat-sifat optik mineral
(Pada Gambar 3.1). Berikut ini adalah sifat-sifat optik mineral yang dapat teramati
tanpa menggunakan nikol sejajar yaitu :
1. Warna
Warna merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi
panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropic. Pengamatan
warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat berbeda dengan
pengamatan warna secara miroskopis. Hanya saja suatu pendekatan teoritis bahwa
pada umumnya mineral yang berwarna pucat sampai putih dalam contoh setangan
cenderung akan nampak tidak berwarna atau transparan di dalam sayatan tipis,
sebaliknya mineral-mineral yang berwarna gelap atau hitam secara megaskopis
akan nampak berbagai variasi warna dalam sayatan tipis. Sedangkan mineral yang
kedap cahaya atau mineral yang tidak tembus cahaya, akan berwarna gelap atau
hitam.

Gambar 3.1 Diagram Tahap Identifikasi Sifat Optik Mineral

Idiochromatic adalah warna asli mineral


Allochromatic adalah warna akibat adanya pigmen lain seperti inklusi kristal-kristal
halus atau adanya elektron-elektron dari logam-logam transisi (Cr, Fe, Mn, dll).
Pada umumnya mineral mudah diidentifikasi jika kita telah mengetahui warna yang
khas pada mineral tersebut (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Warna Mineral dalam Sayatan Tipis (Nesse, 1986)

Lanjutan Tabel 3.1

2. Pleokroisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar bila
meja objek diputar hingga 90, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis
mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :
a) Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh
pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.
b) Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi
pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Bila satu mineral mempunyai pleokroisme trikroik dalam satu sayatan tipis, maka
mineral tersebut tidak akan memperlihatkan 3 (tiga) kali perubahan warna.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
Pleokroisme lemah : jika perbedaan warna absorpsi tidak begitu menyolok
Pleokroisme kuat : jika perbedaan warna yang terjadi sangat kontras.
3

Umumnya mineral-mineral yang tidak berwarna atau felsik, tidak mempunyai


pleokrisme seperti kuarsa dan feldspar, sedang mineral-mineral mafik seperti biotit,
hornblende, olivine dan lain-lain cenderung mempunyai pleokrisme dikroik dan
trikroik.
3. Bentuk Mineral
Pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan melihat bentuk
mineral dalam kondisi dua dimensi. Sementara itu dengan adanya bidang belahan
dari mineral, maka dapat pula kita menafsirkan struktur kristal dari mineral tersebut.
Bentuk mineral diamati dengan melihat atau mengamati bidang-bidang batas
ataupun garis batas dari mineral tersebut.
Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu :
a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.
b. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri.
c. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri.
Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk eihedral. subhedral ataupun
anhedral. tetapi ada mineral mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral,
misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral , misalnya alunit dan jadeit (Tabel 3.2).
Peristilahan bentuk-bentuk mineral seperti tersebut di atas merupakan
penamaan bentuk luar mineral, sedangkan untuk penamaan bentuk dalam kristal
adalah prismatic, kubik, tabular, pipih, jarum dan polygonal.
Tabel 3.2 Mineral-Mineral dalam Bentuk Euhedral (Kerr, 1977)

Suatu mineral berbentuk euhedral seperti pada kristal mineral olivin, maka
kemungkinan jenis mineral tersebut akan memperlihatkan bentuk yang sesuai
dengan struktur atomnya. Beberapa mineral akan mempunyai bentuk yang khas
(bentuk alami), misalnya biotit yang berbentuk tabular, silimanit berbentuk fibrous
dan leusit berbentuk trapezohedron. Tetapi kenampakan mikroskopis adalah dua
dimensi, sehingga kita perlu berimajinasi bentuk tiga dimensinya (Tabel 3.3 dan 3.4).
Hal yang perlu diperhatikan pula adalah arah sayatan, misalnya pada

mineral

fibrous, jika disayat tegak lurus arah memanjangnya maka tidak akan terlihat bentuk
yang fibrous.
Tabel 3.3 Bentuk-Bentuk Mineral (Kerr, 1977)

Tabel 3.4 Bentuk-Bentuk Agregat Kristal (Kerr,1977)

4. Belahan (Cleavage) dan Pecahan (Fracture)


Setiap mineral mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk terpisah
menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila bidang-bidang tersebut berbentuk lurus
dengan arah tertentu sesuai dengan bentuk kristalnya, bidang tersebut adalah
belahan (cleavage). Salah satu dari sifat mineral adalah adanya bidang belahan
yang tetap, hal tersebut berhubungan pula dengan sifat-sifat khusus struktur atom
mineral tersebut.
Apabila bidang-bidang tersebut tidak dikontrol oleh bentuk kristalnya (struktur
atom), tetapi dikontrol oleh faktor lain seperti kembaran, maka bidang tersebut
dinamakan parting.
Jika bidang-bidang kecil dari mineral tidak lurus dengan

arah yang tidak

teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya, maka bidang tersebut adalah
pecahan (fracture).
Dalam suatu analisa mikroskopis mineral, belahan merupakan sifat yang
penting dimana tidak semua jenis mineral permukaan bumi ini mempunyai belahan.
Belahan suatu mineral sangat berhubungan dengan sistem kristal mineral itu sendiri.
Mineral yang mempunyai sistem kristal isometric umumnya mempunyai tiga arah
belahan, yaitu yang sejajar sumbu-a (100), sumbu-b atau (010) dan sumbu-c atau
(001), hal ini disebabkan karena sumbu-c mempunyai dimensi panjang yang
berbeda. Untuk sistem kristal lainnya seperti ortorombik, triklinik maupun monoklinik
juga memperlihatkan sistem kristal yang berbeda dalam hubungannya dengan
belahan-belahan mineral.
Terkadang dijumpai mineral yang mempunyai bidang belahan dalam dua
arah, misalnya pada mineral kelompok piroksin dan kelompok amphibol. Biasanya
yang membedakan antara keduanya adalah besar sudut yang dibentuk oleh kedua
bidang belahan yang ada dan merupakan ciri khas dari mineral tersebut. Sebelum
menentukan belahan suatu mineral dalam medan pandang, maka terlebih dahulu
mengamati keseluruhan sayatan tipis dimana mineral tersebut teramati dengan jelas
sehingga dapatlah ditentukan belahan mineral yang mewakili.
Belahan mineral dalam sayatan tipis terdiri atas beberapa macam, diantaranya,
sebagai berikut :

Belahan satu arah, umumnya dijumpai pada mineral mica dicirikan oleh
belahan berupa garis-garis lurus yang sejajar satu terhadap lainnya. Hal ini
7

dapat terjadi bila kristal mineral tersebut disayat miring atau tegak lurus
terhadap arah belahan. Pada semua jenis mineral dengan belahan satu arah
terkadang menimbulkan dua kemungkinan, yaitu mineral akan nampak
mempunyai belahan satu arah atau sama sekali tidak mempunyai belahan.
Sayatan yang tegak lurus sumbu c tidak akan memperlihatkan adanya bidang
belahan.

Mineral yang dicirikan oleh belahan dua arah termasuk semua jenis piroksin
dan kelompok mineral amphibol (Gambar 3.2). Apabila kelompok mineral
piroksin dan kelompok mineral amphibol memperlihatkan adanya belahan
dalam satu arah secara mikroskopis berarti kristal mineral tersebut disayat
tegak lurus terhadap sumbu-c. Besar sudut antara kedua belahan

dapat

bervariasi, hal ini bergantung pada besar sudut antara sayatan dengan
sumbu c sebagai sumbu terpanjang kristal. Makin besar sudut antara sayatan
dengan sumbu-c, maka semakin besar pula sudut yang dibentuk antara dua
belahan. Untuk semua jenis mineral piroksin, besar sudut antara kedua
bidang belahan adalah kurang lebih 900, sedang pada jenis mineral amphibol
besar sudut antara kedua bidang belahan adalah 600 (Kerr, 1977). Mineral
piroksin akan memperlihatkan kenampakan mirip dengan jenis mineral
amphibol dengan besar sudut antara belahan kurang lebih 600, di dalam
kedudukan seperti ini kemungkinan kristal mineral piroksin tersebut disayat
miring terhadap sumbu-c kristal sebagai sumbu terpanjang kristal.

Foto 3.1 Mineral Biotit yang Mempunyai Belahan 1 Arah

Gambar 3. 2 Belahan Mineral 2 Arah pada Mineral Aegirin-Augit

Belahan tiga arah sangat jarang dijumpai, dari hasil penelitian diketahui
bahwa beberapa mineral mempunyai tiga arah bidang belahan seperi jenis
mineral kalsit dan kianit (Gambar 3.3). Mineral-mineral jenis ini umumnya
akan memperlihatkan belahan dua arah terhadap setiap jenis sayatan.
Apabila nampak dalam bentuk normal, maka salah satu belahan akan
nampak tidak jelas.

Gambar 3. 3 Mineral yang Mempunyai 3 Arah Belahan : Kalsit (Rombohedral), Anhidrit


(Rektangular) dan Kyanit (Kerr, 1977)

Belahan mineral pada empat arah yang berbeda dijumpai pada mineral fluorit,
dimana

bidang

belahannya

sejajar

dengan

permukaan

segi

delapan

(oktahedral). Belahan empat arah seperti pada mineral fluorit secara umum
mempunyai system kristal rombik dan sangat jarang didapatkan atau teramati
dalam sayatan tipis.

Dalam suatu penelitian sayatan tipis terkadang, dijumpai adanya bidangbidang belahan yang rapi, sejajar satu terhadap lainnya. Belahan seperti ini disebut
belahan sempurna (perfect cleavage). Jika terlihat belahan yang terputus-putus
disebut sebagai belahan baik (good cleavage) dan apabila belahan tidak beraturan
dan kurang jelas disebut sebagai belahan jelek (poor cleavage).
5. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya
merupakan salah satu ciri yang khas dalam suatu mineral. Pengukuran indeks bias
dapat dilakukan secara relatif, misalnya dengan menggunakan metode garis Becke
dan metode illuminasi miring. Dapat pula ditentukan secara absolut, dengan
menggunakan minyak imersi.
Dalam praktikum ini, pengukuran indeks bias dilakukan secara relatif. Indeks
bias yang diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang standar seperti
canada balsam. Indeks bias mineral yang dihasilkan relatif lebih kecil atau lebih
besar dari indeks bias canada balsam.
Metode Garis Becke
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
medium yang saling bersentuhan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
indeks bias dari kedua media tersebut.

10

Gambar 3.4 Garis Becke (atas) Mikroskop dalam


keadaan fokus.
(tengah) Garis Becke bergerak ke dalam mineral,
meja obyek diturunkan, berarti n min > n cb.
(bawah) Garis Becke bergerak ke arah minyak
imersi, berarti n min < n cb.

Metode illuminasi miring


Metode illuminasi miring dilakukan dengan memakai bahan yang tidak tembus
cahaya, misalnya karton (Gambar 3.5). Prosedur kerjanya sebagai berikut :

Dilakukan penutupan sebagian jalannya sinar yang masuk ke dalam mineral


dengan menggunakan benda yang tidak tembus sinar.

Pada bagian ini akan terlihat dua jenis yang berbeda, yaitu apabila bayangan
gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi penutupnya,
maka n min < n cb.

Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan
arah penutupan jalannya sinar, maka n min > n cb.

11

Gambar 3.5 Iluminasi Miring


(atas) Bayangan pada mineral berlawanan dengan
daerah yang gelap, maka n min < n cb.
(bawah) Bayangan pada mineral searah dengan daerah
yang gelap, maka n min > n cb

Dari berbagai penelitian dihasilkan bahwa jenis mineral-mineral mafik seperti biotit,
piroksin, olivine, dan sebagainya, umumnya mempunyai harga indeks bias yang
lebih besar, dan sebagian kecil mempunyai indeks bias mineral yang lebih rendah.
6. Relief Mineral
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada di sekitarnya.
Pada sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara kristal-kristal.
Dalam hal ini dipengaruhi pula oleh harga indeks bias diantara dua media atau
kristal tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias media atau kristal tersebut,
maka akan semakin tinggi relief dari mineral tersebut. Semakin kecil perbedaan
indeks bias mineral akan semakin rendah pula relief mineral tersebut. Makin besar
perbedaan indeks bias, maka akan semakin jelas bidang batas antara dua media
atau mineral. Sebaliknya makin kecil harga perbedaan indeks bias dari kedua media
atau mineral tersebut, maka akan nampak semakin kabur bidang batas dari kedua
mineral tersebut. Apabila dua jenis mineral mempunyai harga indeks bias yang
sama, maka bidang batas tidak akan nampak sama sekali.

12

Dalam identifikasi relief mineral, dipakai skala relief tinggi, sedang dan rendah (Foto
3.2). Mineral yang mempunyai relief tinggi, misalnya zircon, olivine, piroksin dan
hornblende. Mineral yang mempunyai relief sedang sampai tinggi seperti pada
sebagian jenis mineral piroksin dan amphibol, sedang yang berelief rendah adalah
kelompok mineral feldspar dan silica serta feldspatoid, (plagioklas, kuarsa, leusit,
dan lain-lain).
Kenampakan relief suatu mineral sangat tergantung pada sinar mana yang sedang
bergetar sejajar dengan arah getar polarisasi. Jadi jika sinar-sinar pada mineral
anisotrop mempunyai perbedaan antara indeks bias minimum dan indeks bias
maksimum yang besar, maka akan menampakkan relief bervariasi, seperti kalsit dan
muskovit.

(a)

(b)

(c)

Foto 3.2 Relief Mineral (a) Relief Tinggi (Zirkon ); (b) Relief Sedang (Biotit); (c)
Relief Rendah (Nefelin)

7. Penentuan Ukuran Mineral


Ukuran

mineral

dalam

suatu

sayatan

tipis

dapat

diukur dengan

diketahuinya bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral


ini dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum
ini yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala
dapat diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masingmasing pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang
bervariasi. Dalam penerapannya, ukuran dari berbagai jenis mineral yang terdapat
dalam suatu batuan dapat dijadikan dasar menentukan fenokris ataupun masadasar,
matriks dan semua jenis batuan, sehingga dapat diketahui pula pembentukan dari
mineral-mineral tersebut.
13

8. Tahapan yang harus di lakukan pada saat praktikum


Cara Melihat Warna yaitu :

Praktikan harus tahu membedakan warna (tidak buta warna),

Praktikan harus menggunakan pembesaran lensa objektif, lensa okuler


pada mikroskop yang disarankan oleh asisten,

Praktikan menentukan wilayah yang akan diamati.

Cara Melihat Pleokroisme yaitu :

Praktikan harus menentukan pleokroisme dengan cara mengamati


perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol/nikol sejajar, bila
meja objek di putar 90

Setelah mengamati, praktikan harus menentukan pleokroismenya


lemah atau kuat. Jika lemah maka perbedaan warna yang terjadi
sangat kontras.

Cara Melihat bentuk mineral yaitu :

Praktikan harus melihat kedalam ortoskop dan mengamati bentuk


mineral dengan kondisi 2 dimensi.

Praktikan harus menentukan bentuk mineral itu adalah Euhedral,


Subhedral atau Anhedral

Cara Melihat belahan (Cleavege) dan Pecahan (Fracture) yaitu :


Belahan (Cleavage)

Praktikan harus menentukan belahan mineral dengan cara melihat


pada mineral terdapat garis-garis lurus yang sejajar satu dengan
yang lainnya.

Praktikan harus menentukan belahan apa itu. Contoh: belahan Satu


arah, belahan dua arah, Belahan tiga arah atau belahan empat
arah.

Pecahan (Fracture)

Praktikan harus menentukan pecahan pada mineral dengan cara


mengamati langsung pada wilayah yang diamati

Praktikan harus menentukan wilayah itu mempunyai pecahan atau


tidak. Contoh: pecahan itu ada atau tidak.

14

Cara Melihat Indeks bias yaitu :

Praktikan harus memperkecil bukaan diafragma sehingga cahaya yang


masuk akan berkurang (Pada gambar 3,4). Hal ini dilakukan agar garis
becke akan tampak lebih jelas.

Praktikan harus menurunkan meja objek (tubus dinaikkan), maka garis


becke akan bergerak ke media yang mempunyai indeks bias yang
besar

Sebaliknya, praktikan menaikkan meja obyek, maka garis becke akan


bergerak ke arah media yang mempunyai indeks bias yang lebih kecil.

Cara Melihat Realif mineral yaitu :

Praktikan bisa menentukan relief mineral dengan cara: semakin besar


indeks bias, maka semakin tinggi relief mineral tersebut.

Cara Menentukan ukuran mineral yaitu :

Praktikan menyiapkan alat bantu hitung (Kalkulator)

Praktikan melihat skala yang ada pada lensa okuler, hitung lebarnya
dan lihatlah perhitungannya pada DIAMETER MEDANG PANDANG

15

Identifikasi mineral secara optik dengan ortoskop nikol silang, menggunakan


lensa polarisator dan analisator. Dengan ketentuan bahwa arah getar polarisator
harus tegak lurus terhadap arah getar analisator.
Sifat-sifat optik yang diamati adalah :

Warna interferensi,

Birefringence (bias rangkap),

Orientasi optik,

Sudut pemadaman dan jenis pemadaman

Kembaran

Warna Interferensi
Warna interferensi adalah warna yang dihasilkan dari cahaya yang diteruskan
melalui analisator kepada mata pengamat. Warna interferensi terjadi pada mineral
anisotrop karena adanya selisih harga indeks bias sinar ordiner dan sinar
ekstraordiner. Rangkaian warna interferensi terbagi menjadi beberapa orde, mulai
dari orde pertama hingga orde keempat. Makin tinggi ordenya maka akan makin
cerah (terang) warnanya, misalnya kuning orde II lebih terang dibandingkan kuning
orde I (Tabel 4.1 ). Mineral yang disayat tegak lurus pada salah satu sumbu optic
tidak akan menunjukkan adanya warna interferensi dan sayatan ini akan tetap padam
bila meja objeknya diputar.
Cara penentuan Warna Interferensi
1. Sayatan dianggap mempunyai ketebalan yang seragam
2. Letakkan sayatan di atas meja objek lalu dilakukan pengamatan ortoskop
nikol silang dengan memakai analisator
3. Meja obyek diputar sampai diperoleh warna interfrensi maksimum
4. Warna yang nampak dibandingkan dengan warna standar kmparator dari
tabel Michel- Levy
5. Menentukan warna yang sesuai dan pada orde berapa yang sama

Bias Rangkap (Birefringence)


Cahaya yang masuk dalam media anisotrop akan dibiaskan menjadi 2 (dua)
sinar, yang bergetar dalam 2 (dua) bidang yang saling tegak lurus. Harga bias
rangkap merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar dalam
suatu mineral.
Dalam praktikum ini, sebagian contoh sayatan yang digunakan adalah
mineral pada sayatan tipis batuan, maka tidak semua mineral terpotong sejajar
sumbu-c maupun terpotong sejajar sumbu optic. Oleh sebab itu, dalam pengamatan
ini tidak semua mineral dapat ditentukan bias rangkapnya, tetapi bisa ditentukan
selisih indeks bias sinar yang sedang bergetar. Hasilnya dapat berupa selisih
maksimum ataupun tidak maksimum.
BF dapat diamati di bawah mikroskop dengan memasang lensa Bertrand
(keeping gipsum). Lensa Bertrand keberadaannya sering terpisah dari mikroskop.
Lensa ini dapat dilepaskan. Sifat BF dapat diamati pada posisi nikol silang, yaitu
dengan memasang lensa Bertrand pada posisinya (yaitu di atas analyzer).
Perubahan warna yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya dan
ketebalan sayatannya Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat BF
tinggi. Kanada balsam memiliki sifat BF tertinggi hitam.
Cara menentukan harga selisih indeks bias (Gambar 4.1) :

Letakkan sayatan tipis mineral atau batuan pada meja obyek.

Putar meja obyek sampai nampak warna yang terang maksimum.

Bandingkan warna tersebut dengan warna pada tabel Michel Levy.

Tarik garis melalui ketebalan sayatan (0,03 mm) kemudian baca angka
berapa yang tertera pada bagian tepi tabel tersebut.
Penentuan orde dapat dibagi dalam beberapa bagian :
Orde I bawah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Lemah
Orde I atas orde II atas . . . . . . . .

Sedang

Orde III bawah orde II atas . . . . . . . . . Kuat


Orde IV bawah orde III atas . . . . . . . . Ekstrim

Tabel 4.1 Tabel Warna Interferensi Michel-Levy (Zoltai & Stout, 1984)

Gambar 4.1
Cara Menggunakan Tabel Warna (Nesse,
1986).
a.Menentukan ketebalan sayatan
b.Menentukan Birefringence,
menghubungkan garis tebal sayatan
dengan garis retardasi.

Orientasi optik
Orientasi optik merupakan

hubungan antara sumbu panjang kristalografi

mineral dengan sumbu indikatriknya (arah getaran sinar). Pada umumnya sumbu
terpanjang kristalografi adalah sumbu-c kristalografi. Tetapi pada kelompok filosilikat,
umumnya sumbu-c kristalografi merupakan sumbu terpendek, sedangkan yang
terpanjang adalah sumbu-a kristalografi. Untuk mempermudah pemahaman dalam
pembahasan selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa sumbu terpanjang kristalografi
adalah sumbu-c, kecuali untuk mineral-mineral filosilikat.
Orientasi opticlength-slow (Gambar 4.2),terjadi apabila sumbu panjang (sumbu-c)
mineral sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar lambat (Z).
Orientasi opticlength-fast, terjadi apabila sumbu panjang (sumbu-c) mneral sejajar
atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar cepat (X).
Pada beberapa mineral, kedudukan sumbu panjang kristalografinya berimpit
dengan sumbu indikatrik sinar Y (sinar intermedit), contohnya adalah olivin. Oleh
sebab itu orientasi mineral olivine sangat tergantung pada arah sayatannya. Pada
sayatan yang tegak lurus sumbu
indikatrik sinar X, sinar yang bergetar pada mineral adalah sinar Y dan sinar Z,
sehingga sinar Y berperan sebagai sinar cepat. Orientasi mineral olivin yang disayat
5

demikian mempunyai orientasi optic length-fast karena sumbu-c berimpit dengan


sumbu indikatrik sinar cepat. Sebaliknya jika disayat tegak lurus sinar Z, sinar yang
bergetar adalah sinar X dan sinar Y. Sinar Y berperan sebagai sinar lambat, sehingga
orientasi optik mineral olivin pada sayatan tersebut adalah length-slow.

Gambar 4.2 Orientasi Optik a) sumbu-c sejajar dengan polarisator, b) putar meja
optic 45, c) Jika sumbu-c sejajar dengan sumbu indikatrik sinar Z
maka orientasi optiknya length-slow (Nesse, 1986).

Sumbu indikatrik mineral merupakan sumbu

imajiner. Untuk menentukan

kedudukannya dipakai komparator/kompensator keping gypsum atau keping mika


yang sudah ditentukan

kedudukan sumbu indikatriknya, yaitu sinar cepat (X)

berkedudukan NW SE dan sinar lambat (Z) berkedudukan NE - SW.


Dalam pengamatan suatu mineral, apabila meja obyek diputar lebih dari 90,
maka akan bisa diamati gejala adisi maupun substraksi. Gejala yang bisa terlihat
tergantung

kedudukan

sumbu

indikatrik

mineral

terhadap

sumbu

indikatrik

komparator.
Cara menentukan orientasi optik (Gambar 4.3), sebagai berikut :
1. Menentukan kedudukan sumbu panjang mineral
2. Menentukan kedudukan sumbu indikatrik mineral agar posisinya diagonal
terhadap arah getar polarisator atau analisator. Kedudukan sumbu indikatrik
pada posisi diagonal adalah pada waktu mineral memperlihatkan warna
interferensi maksimum.

3. Perhatikan apakah pada waktu terang maksimum kedudukan sumbu panjang


kristalografi ada di sebelah kiri atau kanan dari kedudukan diagonal. Jika
kedudukan sumbu panjang kristalografi di sebelah kiri kedudukan diagonal,
maka kedudukan sumbu indikatrik yang terdekat dengan sumbu panjang
kristalografi terletak disebelah kanannya adalah positif (+).
4. Masukkan komparator keping gips
5. Jika terjadi gejala adisi, gambar kedudukan sumbu indikatrik mineral, misalnya
sinar Z sejajar sumbu indikatrik sinar Z komparator.
6. Lihat posisi sumbu indikatrik mineral terhadap sumbu panjang kristalografi
mineral.
7. Jika sumbu Z sejajar atau kurang dari 45 terhadap sumbu panjang
kristalografi (sumbu-c), maka orientasi optiknya adalah length-slow.
8. Jika sumbu X sejajar atau kurang dari 45 terhadap sumbu panjang
kristalografi maka orientasinta adalah length-fast.

Gambar 4.3 Penentuan Orientasi Optik (Stoiber & Morse, 1971)


a) Terjadi penambahan warna interferensi (addisi)
b) Terjadi pengurangan warna interferensi (substraksi)

Sudut Gelapan dan jenis Gelapan (Extinction)


Gelapan atau pemadaman adalah keadaan mineral pada kedudukan warna
interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral
sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator. Pada pengamatan mineral
anisotrop, apabila meja obyek diputar 360 maka akan terjadi gelap sebanyak 4
(empat) kali.
Sudut pemadaman adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang
kristalografi (sb-c) dengan sumbu indikatrik mineral, baik sinar cepat maupun sinar
lambat (c ^ X atau c ^ Z).

Terdapat beberapa jenis gelapan yang merupakan ciri optik yang khusus dari
berbagai jenis mineral :
a. Gelapan sejajar (paralel), terjadi bila pemadaman berada pada posisi dimana
sumbu panjang ataupun belahan mineralnya sejajar sumbu-c dan sejajar pula
dengan benang silang (c ^ X,Z = 0 atau c ^ X,Z = 90. Gelapan ini umumnya
terjadi pada sistem kristal tetragonal, heksagonal, trigonal,dan ortorombik.
b. Gelapan simetris, terjadi bila pemadaman pada posisi simetris

(c ^ X, Z = 45).

Umumnya pada sayatan mineral system orthorombik, monoklin, misalnya pada


jenis mineral piroksin dan amphibol.
c. Gelapan miring,
posisi dimana

gelapan jenis ini merupakan pemadaman yang terjadi pada


sumbu panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c)

membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator (c ^ X,Z = 1 44).
d. Gelapan bergelombang,

gelapan jenis ini terjadi karena keseluruhan mineral

telah mengalami tekanan namun belum sampai rekristalisasi secara sempurna,


umumnya pada pada kuarsa.
e. Gelapan bintik,

kenampakan jenis gelapan ini adalah pada posisi gelap

maksimum tidak seluruh kristal menjadi gelap, dimana sebagian terdapat bintik
bintik terang. Hal ini terjadi karena mineral silica yang berlapislapis sehingga
mengakibatkan terjadinya distorsi atau perubahan orientasi kristal.
Cara penentuan sudut gelapan adalah sebagai berikut :
1. menentukan kedudukan sumbu panjang mineral
2. menentukan kedudukan mineral pada saat warna interferensi maksimum
(posisi sumbu indikatrik diagonal)
3. karena kedudukan sumbu indikatrik diagonal (N 45 E) maka kita harus
mengetahui

apakah

sumbu

panjang

kristalografi

mineral pada

saat

interferensi maksimum kedudukannya kurang dari 45 atau lebih dari 45,


agar bisa ditentukan harga sudut pemadaman positif (+) atau negative (-)
4. masukkan keping komparator, perhatikan apakah terjadi gejala adisi atau
substraksi. Prosedur 1 - 4 sama dengan cara menentukan orientasi optic.
5. Xo adalah sudut pemadaman c ^ Z
6. Cara mengukur Xo adalah meletakkan kedua garis yang membatasinya pada
salah satu benang silang yang merupakan arah getar polarisator/analisator.
8

7. Putar meja obyek ke kiri hingga sumbu-c berimpit dengan benang silang
tegak (horizontal), catat skala noniusnya, misalnya X.
8. Putar lagi meja obyek ke kiri hingga sumbu indikatrik sinar Z berimpit benang
silang vertikal yang dicirikan oleh pemadaman maksimum, catat skala
noniusnya, misalnya X1.
9. Harga sudut gelapan :
c ^ Z = Xo = (X X1)
c ^ X = - (90 - Xo)

Gambar 4.4 Jenis-Jenis Pemadaman, a) Pemadaman Paralel, b) Pemadaman


Miring, c) Pemadaman Simetri dan d) Tidak Mempunyai Pemadaman
(Nesse, 1986)

SifatKembaran (Twinning)
Pada kenampakan mikroskopis, kembaran nampak sebagai lembar-lembar
yang

memperlihatkan

warna

interferensi

dan

pemadaman

yang

berbeda.

Kenampakan tersebut dapat disebabkan karena terjadi gangguan pada waktu


proses kristalisasi yang menyebabkan kembaran tumbuh. Dapat juga terjadi karena
adanya proses deformasi pada waktu kristal tersebut sudah terbentuk (kembaran
deformasi).
Secara diskriptif keduanya dapat dibedakan dengan melihat bentuk dari
masing-masing lembar kembarannya. Pada kembaran tumbuh, lembar-lembar
kembarannya tertentu dan bidang

batasnya lurus. Sedang pada kembaran

deformasi, lebar lembar kembarannya berubah dan batasnya sering melengkung.


9

Kembaran tumbuh dapat terbentuk karena bagian-bagian suatu kristal


mengalami rotasi secara mekanis antara satu dengan yang lainnya. Dapat pula
terbentuk karena pertumbuhan dua kristal atau lebih yang saling mengikat.
Ada beberapa macam kembaran dengan dasar klasifikasi yang bermacammacam pula. Dalam praktikum ini, di klasifikasikan secara diskriptif dengan melihat
bentuk dan pola kembarannya saja. Bentuk-bentuk kembaran tersebut antara lain
albit, Carlsbad, polisintetik (Foto 4.1), periklin dan Carlsbad-albit.

Foto 4.1 Kembaran Polisintetik pada Plagioklas

PENENTUAN JENIS PLAGIOKLAS


Mineral-mineral plagioklas merupakan
penting, karena

kelompok mineral yang sangat

plagioklas sangat sering dijumpai di segala macam batuan.

Kelompok ini terdiri dari 6 (enam) jenis yang diurutkan berdasarkan kandungan Ca
hingga kandungan Na, sebagai berikut :

10

Dalam praktikum ini, penentuan jenis plagioklas berdasarkan sudut pemadaman dari
kembaran dengan metode Michel-Levy dan kembaran Calsbad-Albit.
Cara Mengidentifikasi Mineral Plagioclase yaitu :

Sebelum menentukan mineral plagioclase, praktikan terlebih dahulu harus


dapat menentukan warna interferensi pada setiap mineral yang akan diamati.

Kemudian, praktikan harus tahu menentukan Bias rangkap ( Birefringence )


apakah lemah ataukah kuat.

Praktikan harus tahu menentukan orientasi optik apakah termasuk Length-Fast


atau Length Slow .

Setelah itu, praktikan harus tahu membedakan antara kembaran Kalsbad, albit,
dan Kalsbad-albit pada mineral Plagioclase.

Praktikan harus mengetahui Cara Menentukan Sudut Pemadaman Plagioklas,


Kembaran Carlsbad-Albit.

Praktikan harus tahu menentukan Sudut Gelapan Plagioklas, Kembaran Albit.

Praktikan harus tahu cara Penentuan untuk Kembaran Carlsbad-Albit dengan


menggunakan kurva.

Metode Michel Levy


Kembaran pada plagioklas yang mengikuti hukum Albit, mempunyai bidang
kembaran sejajar dengan bidang (010). Untuk mengukur sudut pemadaman,
tentukan kristal plagioklas yang terpotong tegak lurus bidang (010) atau sejajar
sumbu-b yang dicirikan oleh :
1. Garis-garis perpotongan antara bidang komposisi dengan bidang sayatan
nampak jelas dan tajam.
2. Bila garis kembaran diletakkan sejajar dengan benang silang tegak, maka
semua lembar kembaran memberikan warna interferensi yang sama atau
merata.
3. Tentukan besar sudut pemadaman untuk lembar kembaran yang menjadi
gelap pada pemutaran meja obyek searah jarum jam, dengan rumus : [ X0
X1 ] = P
4. Tentukan besar sudut pemadaman untuk lembar kembaran yang menjadi
gelap pada pemutaran meja obyek yang berlawanan arah jarum jam, dengan
rumus [ X0 X2 ] = Q.
11

5. Selisih kedua sudut pemadaman tersebut tidak boleh lebih dari 6 atau [ P
- Q ] 6.
Jika syarat-syarat tersebut dipenuhi, maka harga sudut pemadamannya adalah :
[ P + Q ] / 2 = Z

Gambar 4.5 Penentuan Sudut Gelapan Plagioklas, Kembaran Albit (Metode MichelLevy)

Cara menentukannya jenis plagioklas :


o Harga sudut pemadaman dimasukkan ke dalam kurva Michel-Levy sebagai
ordinat.
o Tarik garis horizontal hingga memotong kurva yang ada.
o Dari perpotongan tersebut, tarik garis ke bawah hingga komposisi dan jenis
plagioklas dapat diketahui.
o Bila harga sudut pemadaman kurang dari 20, maka harus dilakukan
pengukuran harga indeks bias. Plagioklas yang berkomposisi An

0 20

memiliki indeks bias lebih kecil dari indeks bias Canada Balsam, sedangkan
yang berkomposisi An

21 100

mempunyai indeks bias yang lebih besar dari

indeks bias Canada Balsam.


Untuk penelitian petrogafi batuan beku, langkah tersebut harus dilakukan sebanyak
mungkin, kemudian diambil harga sudut pemadaman.

12

Gambar 4.6 Kurva untuk Penentuan Jenis Plagioklas dengan Metode Michel-Levy (Kerr,
1977)

Dengan Kembaran Carlsbad-Albit.


Tentukan kristal plagioklas yang memperlihatkan kembaran Carlsbad-Albit
yang terpotong tegak lurus bidang (010), dicirikan oleh :
1. Garis-garis perpotongan antara bidang komposisi dengan bidang sayatan
atau garis-garis kembaran kelihatan jelas dan tajam.
2. Bila garis kembaran diletakkan sejajar dengan benang silang maka semua
lembar kembaran memberikan warna interferensi yang sama dan merata.
Cara menentukan sudut gelapan :

Hitung sudut gelapan pada kembaran Carlsbad dengan cara yang sama
dengan metode sebelumnya, yaitu :
[ X0 X1 ] + [ X0 X2]
= M
2

dengan syarat [ X0 X1 ] - [ X0 X2]

Hitung sudut pemadaman pada kembaran Albit, dengan metode yang


sama, yaitu :

[ Y0 Y1 ] + [ Y0 Y2]
= N
2
13

dengan syarat [ Y0 Y1 ] - [ Y0 Y2]

Cara penentuan jenis plagioklas :

Nilai sudut pemadaman diplot dalam grafik, dimana harga sudut pemadaman
yang lebih kecil sebagai ordinat dan sudut pemadaman yang lebih besar diplot
pada kurva.

Hubungkan secara horisontal titik pada ordinat dengan titik pada kurva

Dari perpotongan tersebut lalu tarik garis ke bawah hingga jenis plagioklasnya
dapat ditentukan.

Jika harga sudut pemadaman kurang dari 20 maka harus diketahui dulu indeks
biasnya.

Gambar 4.7 Cara Menentukan Sudut Pemadaman Plagioklas, Kembaran Carlsbad-Albit

Gambar 4.8 Kurva Penentuan Jenis Plagioklas untuk Kembaran Carlsbad-Albit (Kerr, 1977)

14

Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan tentang cara menentukan


sifat-sifat optik suatu mineral. Dalam pembahasan pada acara identifikasi mineral,
diharapkan mahasiswa dapat

menentukan

mineral berdasarkan sifat-sifat optik

dengan cara yang sistematis. Semakin banyak latihan mengidentifikasi sayatan tipis
mineral atau batuan, maka akan semakin mudah untuk membedakan mineral yang
satu dengan yang lainnya.
Setiap mineral mempunyai sifat-sifat optik khusus yang dapat dibedakan
dengan mineral lainnya, tanpa harus mengidentifikasi seluruh sifat optiknya.Berikut
adalah beberapa contoh mineral yang memiliki sifat optik yang khusus, diutamakan
pada mineral yang sering ditemukan di alam.

A. Olivin(Mg,Fe)2SiO4 , Orthorhombic , 2V = 70 - 90
Olivin adalah mineral silikat feromagnesian yang terbentuk pada temperatur
tinggi, berwarna hitam sampai hijau kehitaman, mempunyai kilat gelas dan pecahan
konkoidal.Mineral olvin pada umumnya menunjukan kenampakan butiran bentuk
relatif kecil dan bundar.Olivin disusun oleh tetra hidra tunggal yang diikat bersama
oleh campuran ion besi dan magnesium yang merangkai atom oksigen bersamasama.Mineral ini tidak mempunyai bidang belahan strktur atomnya membentuk
jaringan tiga dimensi sehingga tidak membentuk bidang yang lemah.
1

Macam batuan yang mengandung olivin:

Peridotit hijau-transparant

Chrysolite kuning-kuning kehijauan olivin disebut batu olivin.

Dunite masif, massa butiran Olivin, diklasifikasikan sebagai batuan.

Olivinoid terbentuk dari meteorit

Dalam kelompok mineral silikat dan nesosilikat

Larut dalam asam HCl

Nikol Sejajar

Nikol Silang

Sifat Optik Yang Khas :


Warna : colorless,Abu-abu agak kehijauan-transparan
Pleokroisme : tidak ada
Pecahan : tidak beraturan
Bentuk : anhedral (batuan intrusif), euhedra (batuan vulkanik), poligonal / prismatic
Belahan :parallel tidak sempurna (010)
Indeksbias : n mineral> n balsam.
Relief : tinggi
WarnaInterferensi : hingga orde ketiga
Sudut pemadaman :Paralel
Kembaran : terkadang ada
Orientasi optis :Length Slow
Sumbu optis :Dua (biaxial)
Tanda optis :Positive dan negative
Keterangan : Mineral yang sering membuat kekeliruan dengan olivine adalah
diopside, tetapi diopside mempunyai belahan yang baik, sudut pemadaman yang
miring, dan kadang-kadang Bias rangkap lemah. Sedangkan olivine yang kaya
2

oksida besi dinamakan hyalosiderite, terdiri dari 50% Fe2SiO4.Biasanya olivine


terubah menjadikan antigorite dan magnetite sekunder pada bagian pecahan.
Olivine mineral yang umum dalam batuan beku mafik ultramafik, seperti : basanite,
dunite dan peridotite.

B. Piroksen
Piroksin, berwarna hitam, opak, dengan bidang belahan dua arah membentuk
sudut 90 .Strktur kristalnya disusun oleh rantai tunggal tetrahedral yang diikat
bersama-sama dengan ion-ion besi dan magnesium.Karena ikatan silikon oksigen
lebih kuat daripada ikatan antara struktur silikat, maka firoksin mudah terbelah
sejajar dengan rantai silikat. Piroksin merupakan salah satu mineral yang dominan
dalam batuan beku

basalt

yang merupakan batuan yang umumpada kerak

samudera.
Sifat Umum Piroksen :

Merupakan mineral inosilikat (single chain) Si2O6

Memiliki dua kelompok besar, yaitu Orthopiroksen (Orthorhombik; Piroksen


miskin Ca) dan Klinopiroksen (Monoklinik; Piroksen kaya Ca)

Keduanya memiliki sifat fisik, optis, kimia dan lingkungan pembentukan yang
berbeda

Klasifikasi Piroksen didasarkan pada kandungan Ca, Mg dan Fe-nya


Secara tektonik:

Piroksen kaya Ca melimpah pada batuan-batuan Ca-alkalin

Piroksen kaya Ca dan Mg melimpah pada batuan-batuan alkalin

Piroksen kaya Fe melimpah pada batuan-batuan toleeitik

Gambar Diagram klasifikasi mineral piroksen berdasarkan kandungan Ca, Fe dan


Mg
a. Orthopiroksen OPX

Birefringencebervariasi 0,007 sampai 0,020

Bentuk KristalEuhedral, biasanya prismatik gemuk

Jika disayat memotong sumbu c memiliki 4 atau 8 sisi dengan belahan dua
arah membentuk sudut 90

Jika disayat memanjang sejajar sumbu c memiliki belahan searah

Sayatan memotong sumbu c memperlihatkan: dua belahan 90 dan


pemadaman simetri

Gambar Bentuk kristal dan belahan mineral Ortopiroksen


Warna dan Pleochroisme
4

Kadang lemah warna pink salmon sampai hijau

Miskin En tak berwarna, tetapi dengan penambahan Fe, warnanya menjadi


bervariasi

OPX kaya Fe pleochroisme

X = pink, coklat dan kuning pucat

Y = krem-coklat muda, kuning, kuning pinky

Z = hijau muda dan hijau keabu-abuan

Gambar Birefringen mineral Ortopiroksen kaya Fe (pinky)

Belahan dan Pecahan

Sayatan yang dipotong parallel terhadap sumbu C akan menunjukkan


belahan searah:

Jika belahan parallel terhadap polar bawah maka warnanya hijau

Jika belahan memotong polar bawah warnanya pink

Sayatan yang dipotong memotong sumbu C belahan dua arah membentuk


sudut 90

Gambar Belahan dan pecahan mineral Ortopiroksen


Sifat Optis Orthopiroksen

Warna interference lemah

Pemadaman parallel

Pleochroisme lemah hijau pucat

BF tinggi 2V sudut >75

Menunjukkan sifat optis negative

b. Clino-piroksen
Melimpah pada batuan beku ultra basa dan batuan metamorf tingkat
menengah-tinggi.

Gambar Warna interference, pleokroisme dan birefringence Pigeonit


(klinopiroksen miskin)

Sifat-sifat mineral kelompok Piroksen :


MONTICELLITE (CaMgSiO4)
Orthorhombic
2V = 75 - 80
Nikol Silang

Nikol Sejajar

Warna absorbsi : Tidak berwarna


Bentuk : Granular, berupa kristal anhedral subhedral dan prismatik euhedral
Relief : Agak Tinggi
Pleokroisme : Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : Paralel tidak sempurna (010)
Bias rangkap : Sedang, merah orde-I
Kembaran : Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length Slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Monticellite adalah mineral yang agak sulit dikenal karena tidak
mempunyai sifat yang jelas, menyerupai forsterite dan olivine tetapi mempunyai Bias
rangkap lemah daripada lainnya. Merupakan.mineral ciri metamorf kontak dari
batugamping dan dolomite. Tetapi kadang-kadang juga didapatkan dalam batuan
beku seperti :alnoite, plizenite dan nepheline basalt.
HYPERSTHENE (Mg,Fe)SiO3
Orthorhombic
2V = 63 - 90
7

Nikol Sejajar

Nikol Silang

Warna absorbsi : Netral - hijau muda / merah muda


Bentuk : Kristal subhedral prismatik
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai kemerah-mudaan
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : Paralel (110), (010), dan (100)
Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai merah orde-I
Kembaran : Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length Slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan

:Hypersthene

menyerupai

beberapa

macam

andalusite,

tetapi

andalusite lenght-fast. Hypersthene didapatkan dalam batuan beku, ciri utama dari
norite, hypersthene gabbro, andesite dan granite yang dikenal sebagai charnockite.
AUGITE (Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al,Fe)2O3x)
2V = 58 - 62
Nikol Sejajar

Nikol Silang

Warna absorbsi : Hampir tidak berwarna, netral, coklat kehijauan muda


ataukeunguan muda
Bentuk : Kristal prismatik pendek
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Tidak ada sampai lemah
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 87 dan 93. Satu arah dalam sayatan
lonitudinal, paralel
Bias rangkap : Sedang kira-kira di tengah orde-II
Kembaran : Umum, polisintetik, kombinasi polisintetik yang dikenal sebagai struktur
herringbone
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 36 sampai 45 (C^X)
Orientasi optis : Length Fast kadang-kadang Length Slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan :Augite sulit dibedakan dari diopside, tetapi diopside mempunyai sudut
pemadaman yang kecil dan warna yang terang. Augite teralterasimenjadi
hornblende yang terbentuk pada tahap magmatik akhir dan uratile atau
tremoliteactinolitesekunder yang terbentuk oleh alterasi hidrothermal.Augite yang
umum dalambatuan beku sub-silisik seperti auganite, basalt, gabbro, limburgite dan
peridotite.
AEGIRINE (NaFe(SiO3)2)
Monoclinic
2V = 60- 66
Nikol Sejajar

Nikol Silang

Warna absorbsi : Hijau, kuning kecoklatan


9

Bentuk : Kristal prismatik


Relief : Tinggi
Pleokroisme : Kuat, hijau tua, hijau muda, kuning
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 87dan 93
Bias rangkap : Kuat sampai sangat kuat, orde ketiga, atau orde-IV
Kembaran : Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal sangat kecil (2 - 10)
Orientasi optis : Length Fast
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Aegirine menyerupai beberapa amphibole, tetapi dibedakan dengan
sudut pemadaman yang kecil dan Length Fast. Acmite adalah piroksen yang erat
hubungannya

dengan

aegirine,

perbedaannya

dari

warnanya

yang

coklat.Merupakan ciri dari batuan beku yang kaya soda seperti nepheline syenite,
phonolite,trachite, soda granite. Seringkali terdapat sebagai overgrowth dengan
kristalaegirine-augite.
JADEITE (NaAl(SiO3)2)
Monoclinic
2V = 70 75
Nikol sejajar

Nikol silang

Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai hijau


Bentuk : Granular sampai columnar atau fibrous
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Bervariasi
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
10

Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 87 dan 93


Bias rangkap : Sedang, orde-II
Kembaran : Kadang kadang didapatkan
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 30 sampai 40
Orientasi optis : Length Slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Jadeite dibedakan dari nephrite dengan sudut pemadaman yang
besar dan indeks bias yang lebih besar. Dari diopside dengan sudut pemadaman
yang kecil dan columnar.Jadeite teralterasi menjadi tremolite-actinolite dan hanya
terdapat pada batuan jadeite ( jadeitite).

C. HORNBLENDE (Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2(Si,Al)4O112)
Mineral hornblende merupakan mineral pembentuk batuan beku yang berwarna
kehijauan/kecoklatan. Kenampakan warna tersebut dapat dilihat melalui mikroskop
polarisasi. Berdasarkan Proses pembentukan mineral pada Bowen Reaction Series
mineral ini terletak pada deret discontinuous pada deret ini mewakili formasi mineral
ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada
rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma.
Mineral Hornblende (termasuk mineral Amphibole) terbentuk setelah mineral
Piroksen, sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO)
terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C. Pada proses pembentukan mineral
Hornblende tekanan yang ada tidak terlalu besar, sedangkan mineral Hornblende
bentuknya lebih prismatic atau memanjang. Sehingga mineral ini sering ditemukan
berukuran lebih besar dibandingkan mineral lain yang ada disekitarnya.Hal
menunjukan bahwa mineral ini lebih dulu terbentuk oleh karena itu mineral ini
mempunyai cukup ruang untuk terbentuk sebelum mineral-mineral lain terbentuk
(belum terdapat ubahan). Dari bentuk mineral yang euhedral dapat diketahui
(sejalan dengan ukuran) mineral ini terbentuk terlebih dahulu karena bidang batas
mineral tidak dipegaruhi oleh mineral lain sehingga bidang batasnya terlihat tebal,
kemudian terdapatnya pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa pada deret
discontinuous mineral ini terletak pada awal pembentukan karena pada awal
pembentukan ini mineral belum mempunyai resistensi yang tinggi sehingga mudah
11

terbentuk pecahan dan mineral ini terdapat pada batuan beku basa hal ini
dikarenakan mineral ini terbentuk lebih dulu (semakin keatas sifatnya semakin basa
dan semakin kebawah semakin asam).
Monoclinic
2V = 52- 85

Nikol Sejajar

Nikol Silang

Warna absorbsi : Hijau atau coklat


Bentuk : Kristal prismatik
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Kuat
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56 dan 124
Bias rangkap : Sedang, di tengah orde kedua
Kembaran : Agak umum
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 12 sampai 30
Orientasi optis : Length Slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Hornblende berbeda dari augite dalam belahan, pleokroisme dan sudut
pemadaman. Hornblende coklat menyerupai biotite mempunyai belahan yang baik
(satu arah) dan paralel sudut pemadamannya.Hornblende sangat umum didapatkan
dan merupakan.mineral yang tersebar luas dalam berbagai tipe batuan beku, juga
dalam schist, gneiss dan amphibolite.
12

D. Biotit(K2 (Mg,Fe)2(OH)2(AlSi3O10)
Biotit merupakan anggota dari mika yang berwarna gelap karena kaya akan
besi. Seperti mineral mika lainnya, biotit disusun oleh struktur lebaran yang
memberikan belahan satu arah.Biotit mempunyai warna hitam mengkilap yang
membedakan dari mineral ferromagnesian lainnya. Seperti hornblende, biotit banyak
dijumpai pada batuan penyusun kerak benua, termasuk batuan beku granit.

Gamabar 7.Sifat optis biotit (warna interference) tegak lurus sumbu C (atas) dan
sejajar sumbu C (bawah) pada sayatan tipis.
Monoclinic
2V = 0 - 25
Nikol Sejajar

Nikol Silang

Warna absorbsi : Coklat kekuningan-coklat kemerahan, hijau zaitun / hijau


Bentuk : Kristal euhedral, tabular lamenar dan agak melengkung
Relief : Sedang
Pleokroisme : Kuat
13

Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam


Belahan : Sempurna dalam satu arah (001)
Bias rangkap : Kuat, merah orde-II
Kembaran : Kadang-kadang ada
Sudut pemadaman : Parallel dengan belahan, 3
Orientasi optis : Length Slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Biotite dibedakan dari phlogopite dengan warna gelap dan sudut
aborsi kuat. Dari hornblende coklat umum dibedakan dengan sudut pemadaman
yang kecil dan perbedaan belahan.Biotite sering teralterasi menjadi chlorite, juga
menjadi vermiculite.Biotite mineral yang tersebar luas dan umum, terdapat dalam
batuan beku hampir seluruh tipe, juga dalam schistsdan gneiss dan zona metamorf
kontak. Biotite umum dalam sedimen detrital.

E. Muskovit(KAl2(OH)2(AlSi3O10)
Moskovit adalah jenis mineral mika yang sangat umum.Berwarna terang
dengan kilap seperti mutiara (pearly) dan seperti mineral mika lainnya belahannya
satu arah.Didalam batuan muskovit sangat mudah dikenali karena sangat
bercahaya.
Monoclinic
2V = 30 - 40
Nikol Sejajar

Nikol Silang

Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai hijau muda


Bentuk : Kristal tabular atau scaly
14

Relief : Bervariasi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : Dalam satu arah (001) sangat sempurna
Bias rangkap : Kuat, teratas orde-II
Kembaran : Kadang-kadang
Sudut pemadaman : Paralel dengan belahan, tetapi mungkin membentuk sudut 2
atau 3
Orientasi optis : Length Slow (sb. panjang kristalografi adalah sumbu a)
Sumbu optis : Dua(biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Talc hampir sama dengan muscovite dan prophyllite dalam sifat optis.
Hydromuscovite sangat sama dengan sericite variety muscovite. Muscovite sangat
umum dalam batuan metamorf seperti phyllite, schists, dan gneiss,juga dalam
grainite dan berkembang maksimum dalam grainite pegmatite, umum sebagai
mineral detrital terutama dalam arkose. Sericite terdapat dalam sedikit keratin
dan.mineral sekunder yang dibentuk oleh alterasi hidrotermal silikat, terutama
feldspar.

F. Quartz(SiO2)
Kuarsa merupakan mineral silikat yang hanya disusun oleh silikon dan
oksigen.Mineral kuarsa juga sering disebut silika karena komposisinya SiO2.karena
struktur kuarsa mengandung dua atom oksigen untuk tiap atom silikon, maka tidak
dibutuhkan lagi ion positif untuk menjadikan mineral kuarsa ini netral. Struktur kristak
kuarsa membentuk jaringan tiga dimensi yang lengkap antara ion oksigen disekitar
ion silikon, sehingga membentuk suatu ikatan yang kuat antara keduanya. Akibatnya
kuarsa tidak mempunyai bidang belahan, sangat keras dan resistan terhadap proses
pelapukan. Kuarsa mempunyai belahan konkoidal. Pada bentuknya yang sempurna
kuarsa sangat jernih, membentuk kristal eksagonal dengan bentuknya piramidal.
Warna mineral kuarsa sangat bervariasi tergantung pada proses pengotoran pada
waktu pembentukannya. Variasi warna menyebabkan adanya bermacam mineral
kuarsa. Mineral kuarsa yang umum adalah kuarsa susu (putih), kuarsa asap (abuabu) kuarsa rose (ping), ametis (purple) dan kristal batuan (clear).

15

Hexagonal
Nikol Sejajar

Nikol Silang

Warna absorbsi : Tidak berwarna, seringkali terdiri dari inklusi


Bentuk : Kristal prismatik anhedral, butiran dan sebagai penggantian euhedral,
intergroup dengan plagioclase dalam bentuk vermicular (mymerkite), seringkali
terdapat sebagai intersertal mineral, pseudomorf
Relief : Sangat lemah
Pleokroisme : Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : Tidak ada, rhombohedral yang tidak sempurna
Bias rangkap : Agak lemah, orde-I
Kembaran : Umum jarang terlihat
Sudut pemadaman : Paralel dan simetris
Orientasi optis : Length Slow
Sumbu optis : Satu (Uniaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan :Cordierite sering membuat kekeliruan dengan quartz, tetapi cordierite
biaxial. Quartz adalah mineral ubiquitous, terdapat dalam berbagai tipe batuan
sebagai mineral utama, asesories atau sekunder dan.mineral detrital.
Cara mengidentifikasi mineral :

Sebelum menentukan mineral, praktikan terlebih dahulu harus dapat


menentukan warna interferensi pada setiap mineral yang akan diamati.

Praktikan harus bisa menentukan bentuk,belahan dan pecahan pada mineral


yang di amati.
16

Praktikan harus bisa menentukan pleokroisme.

Praktikan harus bisa menentukan indeks bias.

Praktikan harus bisa menentukan bias rangkap.

Praktikan harus bisa menentukan orientasi optic.

Praktikan harus bisa menentukan kembaran pada mineral yang di amati jika
terdapat kembaran pada mineral itu.

Untuk menentukan warna,bentuk,belahan ,pecahan ,dsb telah dijelaskan pada bab


sebelumnya.
Pengenalan Mineral ( Deret Bown , Continue )
1.1 Identifikasi Mineral K-Feldspar
Feldspar terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok alkali feldspar dan
kelompok plagioklas (Tabel 6.1). Alkali feldspar pada batuan vulkanik yang sering
mencul adalah sanidin, sedangkan pada batuan plutonik adalah ortoklas. Mikroklin
adalah mineral yang umum dalam pegmatite. Adularia bisa hadir pada suatu urat
mineral. Secara optic ortoklas sering berkabut, sedangkan sanidin tampak cerah.
Mikroklin dibedakan dari ortoklas dengan kembaran polisintetik. Mikroklin sering
hadir pada granit, syenit dan gneiss. Ortoklas kadang sering menyerupai kuarsa
tetapi ortoklas biaxial negative sedangkan kuarsa uniaxial positif. Kelompok
plagioklas dapat dibedakan secara khusus dengan mencari komposisi An dengan
menggunakan metode penentuan jenis plagioklas.

Tabel 6.1 Kelompok Mineral Feldspar

17

a) ORTOKLAS (K, Na)AlSi3O8 - Monoklin


Orthoclase adalah suatu polymorph dari yang lain mineral yang berbagi yang
sama Nama kimia, tetapi mempunyai struktur hablur yang berbeda. Jika identifikasi
yang positif antara mineral ini tidak bisa dibuat oleh metoda bidang, kemudian
spesimen bisa dipastikan jadilah dikenal sebagai suatu kalium feldspar atau K-spar.
Plagioclase feldspars kekurangan kalium, adalah berwarna lembut dan pada
umumnya striated.. Yang lain tiang kapal-k mineral adalah sanidine, microcline dan
anorthoclase. Orthoclase adalah semakin umum dari tiang kapal-k.
Perbedaan antar mineral ini adalah mengambil tambahan pelajaran contoh
tangan. Microcline menuju ke untuk diwarnai-lebih dalam dan satu-satunya bahwa
dapat, tetapi tidaklah selalu, suatu warna yang hijau-biru (amazonite). Orthoclase
tidak menunjukkan kelahiran kembar yang seperti daun yang adalah umum di
microcline

dan

occassionally

menyajikan

seperti

striations

di

permukaan

perpecahan.
Sanidine dan anorthoclase pada umumnya mempunyai suatu meratakan
kebiasaan kristal. Selain dari yang, enviroment dari formasi adalah satu-satunya
tanda/ kunci rahasia contoh tangan yang lain untuk menciri orthoclase dari sanidine
atau anorthoclase. Orthoclase adalah yang utama tiang kapal-k dari granit dan
syenites didinginkan itu sedang dengan cepat. Sanidine dan anorthoclase adalah
unsur yang umum di batuan beku gunung berapi extrusive seperti rhyolites, di mana
batu karang yang didinginkan dengan cepat. teknik sinar x dan Sifat optis adalah
satu-satunya jalan yang pasti untuk menciri orthoclase dari microcline.
18

warna

: tidak berwarna tetapi berkabut

bentuk

: fenokris, kristal euhedral, anhedral dan spherulitic

relief

: Rendah

indeks bias

belahan

: parallel yang sempurna pada (001), parallel kurang

<

sempurna pada (010), parallel tidak sempurna


pada (110).

Birefringence

: lemah, abu-abu dan putih orde I

kembaran

: Carlsbad, dua individual

pemadaman

: parallel pada (001), 5 - 12 pada (010)

orientasi optik

: faster ray

sumbu optic

: II (biaxial)

Tanda Optik

: Tanda rentang optik sumbu 2 (-)

Keterangan

: Ortoklas adalah mineral yang tersebar luas dalam

batuan beku persilisic seperti granit dan syenit. Dalam spherulitic obsidian
dan riolit seringkali intergrown dengan kristobalit atau kuarsa. Terdapat pula
dalam endapan detrital, batupasir dan arkose. Berat jenis mineral ini adalah
2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai kilap
kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan
baku dalam industri keramik.

19

Gambar 1.1 Mineral orthoclase dengan belahan parallel sempurna tidak sempurna

b) SANIDIN (K, Na)AlSi3O8 - Monoklin

warna

: tidak berwarna tetapi berkabut

bentuk

: fenokris, kristal euhedral

relief

: Rendah

Pleokroisme

: Tidak Ada

indeks bias

belahan

: parallel yang sempurna pada (001), parallel kurang

<

sempurna pada (010).

Birefringence

: lemah, abu-abu dan putih keabuan orde I


20

kembaran

: Carlsbad, dua individual dan jarang polisintetik

pemadaman

: parallel pada (001), 5pada (010)

orientasi optik

:-

sumbu optic

: II (biaxial)

Tanda Optik

: (-)

Keterangan

: Sanidin dibedakan dari ortoklas oleh sudut sumbu yang

kecil dan pada beberapa keadaan oleh perbedaan orientasi. Ortoklas


seringkali berkabut sedangkan sanidin lebih bersih. Merupakan ciri batuan
vulkanik seperti riolit dan trakit serta berasosiasi dengan tufa.

gambar 1.2 Mineral sanidin pada posisi nikol sejajar dan nikol silang.

c) ANDALARIA KAlSi3O8,
Mineral ini menunjukkan warna putih-pink, sistem kristal monoklin, belahan 2
arah, kilap kaca, cerat putih dan menunjukkan bentuk prismatik. Terbentuk pada
suhu 7000 C, akibat proses hidrotermal dengan temperatur yang rendah berupa
urat.
Adularia dan orthoclase mirip, tapi adularia adalah pseudo-ortorombik. Sedikit
perbedaan indeks bias, berat jenis , suhu konversi mereka untuk sanidine (bentuk
tinggi suhu feldspar kalium ), dan sudut aksial, bagaimanapun, menunjukkan adanya
dua spesies yang berbeda. Adularia memiliki sistem kristal monoklin. Monoklin ada
alh suatu sistem kristal yang hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b, b tegak lurus
terhadap c, tetapi c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
d) MIKROKLIN ( KAlSi3O8 )- Triclinic

21

warna

: tidak berwarna tetapi berkabut (alterasi)

bentuk

: kristal subhedral-anhedral

relief

: Rendah

Pleokroisme

: Tidak Ada

indeks bias

belahan

: parallel yang sempurna pada (001), parallel kurang

<

sempurna pada (010).

Birefringence

: lemah, abu-abu dan putih keabuan orde I

kembaran

: polisintetik, dalam dua arah (albit dan periklin)

pemadaman

: 15 pada (001), 5 pada (010).

orientasi optik

: faster ray

sumbu optic

:-

Tanda Optik : (-)

Keterangan

: Mikroklin umumnya intergrown dengan albit yang

dikenal dengan istilah perthite. Mikroklin dibedakan dari ortoklas oleh


kembaran polisintetik dan dari ortoklas dan albit oleh sudut pemadaman 15
pada (001). Mikroklin terdapat dalam batuan granit, syenit dan gneiss.

gambar 1.5 Mineral mikroklin dengan kembaran polisintetik


22

e) ANORTOKLAS (Na, K)AlSi3O8 - Triclinic

warna

: tidak berwarna

bentuk

: fenokris, kristal anhedral

relief

: rendah

Pleokroisme

:-

indeks bias

belahan

: parallel yang sempurna pada (001), parallel kurang

<

sempurna pada (010).

Birefringence

: lemah, abu-abu dan putih keabuan orde I

kembaran

: polisintetik

gambar 1.5 contoh kembaran mineral polisintetik yang berwarna kuning dan sisi kiri
kembaran sederhana Carlsbad.

23

pemadaman

: 1 - 4pada (001), 4 - 10 pada (010).

orientasi optik

:-

sumbu optic

: II (biaxial)

Tanda Optik

: (-)

Keterangan

: Anortoklas dapat dibedakan dari feldspar lainnya oleh

sudut sumbu 50 (sanidin di bawahnya dan yang lainnya di atasnya). Kekhasan


anortoklas adalah terdapat dalam batuan beku yang kaya soda, kadang-kadang
terdapat dalam pegmatite.

24

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


Acara

: Ortoskop Nikol Sejajar

Hari/Tanggal :

Nama :
Nim

1. Ukuran Lensa Okuler

2. Ukuran Lensa Objektif

3. No sampel

4. Warna

5. Pleokroisme

6. Orientasi Optik

7. Belahan

8. Pecahan

9. Indeks Bias

10. Relief Mineral

11. Penentuan Ukuran Mineral

12. Nama Mineral

13. Petrogenesa

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


Acara IV

: Ortoskop Nikol Silang

Nama :

Hari/Tanggal :

Nim

1. Ukuran Lensa Okuler

2. ukuran Lensa Objektif

3. No sampel

4. Warna Interferensi

5. Birefrigence (bias rangkap)

6. Orientasi Optik

7. Sudut pemadaman & jenis pemadaman :


8. Kembaran

9. Nama Mineral

10. Petrogenesa

11. Penentuan jenis plagioklas

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


Acara

: Identifikasi Mineral

Hari/Tanggal :

Nama :
Nim

1) Ukuran Lensa Okuler

2) Ukuran Lensa Objektif

3) No. Sample

4) Jenis Sample

5) Nama Mineral

6) Pengamatan Nikol Sejajar


a. Warna

b. Pleokroisme

c. Orientasi Optik

d. Belahan

e. Pecahan

f. Indeks Bias

g. Relief Mineral

7) Pengamatan Nikol Silang


a. Warna Interferensi

b. Birefrigence

c. Orientasi Optik

d. Sudut pemadaman

& jenis pemadaman


e. Kembaran

Nikol Silang

Nikol Sejajar

Anda mungkin juga menyukai