MINERAL OPTIK
DOSEN PEMBIMBING
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB 1 PENGENALAN MIKROSKOP...................................................................1.1
BAB 2 DIAMETER MEDAN PANDANG...............................................................2.1
BAB 3 ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR.................................................................3.1
a) Warna..........................................................................................................1
b) Pleokroisme................................................................................................3
c) Orientasi Optik............................................................................................4
d) Belahan.......................................................................................................7
e) Pecahan......................................................................................................7
f) Indeks Bias.................................................................................................10
g) Relief Mineral..............................................................................................12
h) Penentuan Ukuran Mineral.........................................................................13
BAB 4 ORTOSKOP NIKOL SILANG..................................................................4.1
a) Warna Interferensi.....................................................................................1
b) Birefrigence (bias rangkap)........................................................................2
c) Orientasi Optik...........................................................................................5
d) Sudut pemadaman & jenis pemadaman....................................................7
e) Kembaran..................................................................................................9
f) Penentuan jenis plagioklas........................................................................10
BAB 5 IDENTIFIKASI MINERAL.........................................................................5.1
KATA PENGANTAR
Buku Panduan Mineral Optik dibuat sebagai upaya untuk memberikan kemudahan
bagi yang melakukan praktikum pada Laboratorium Mineral Optik di Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Negeri Gorontalo. Buku ini merevisi penuntun praktikum Mineral Optik edisi
pertama tahun 2006. Materi yang diuraikan sesederhana mungkin sehingga diharapkan
mahasiswa dapat dengan cepat menguasai.
Buku panduan praktikum ini hanya merupakan petunjuk dasar bagi mahasiswa untuk
mengetahui cara menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral secara
mikroskopik. Untuk lebih memahami isi buku ini, mahasiswa harus membaca dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan mineralogi. Selain itu, diperlukan pula ketelitian dan
ketekunan dalam mengamati mineral di bawah mikroskop.
Buku panduan ini dapat juga dipakai juga untuk melengkapi bahan bacaan mata
kuliah petrografi, mikroskopis mineral transparant, batuan karbonat, petrogenesis batuan
beku dan lain-lain.
Penulis menyadari masih banyak yang perlu disempurnakan dalam buku ini, untuk
itu segala saran dan diskusi akan diterima dengan senang hati. Terima Kasih
ii
cahaya, setelah disayat setebal 0,03 mm. Sedang jenis mikroskop polarisasi pantul
digunakan untuk mengamati mineral ataupun batuan yang tidak tembus cahaya
(opaq).
Laboratorium Optik Program Studi Teknik Geologi Universitas Negeri
Gorontalo memiliki 2 jenis mikroskop polarisasi yaitu jenis olympus dan jenis Nikon.
Secara umum prinsip kerjanya sama, namun pada jenis olympus masih
menggunakan cermin untuk mendapatkan pantulan sumber cahaya, sedangkan
pada jenis Nikon menggunakan lampu tungstein sebagai sumber cahaya. Pada saat
ini yang digunakan adalah mikroskop polarisasi jenis olympus. Keutamaan dari
mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi.
Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah
satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap
mineral mempunyai warna yang khusus.
Lensa objektif pada mikroskop yaitu lensa yang berada di dekat objek / benda
berfungsi untuk memperbesar bayangan benda.
menerima sinar yang lebih banyak dari suatu sumber cahaya difusi, kemudian
2
dipantulkan sebagai kerucut iluminasi yang simetris. Sedangkan cermin hanya dapat
memantulkan sinar monokromatik yang diterima tetapi tidak dapat menghasilkan
dispersi sinar datang.
Substage Assembly
Terletak di atas illuminator yang terdiri dari lower polar, aperture diaphragm dan
condensor lens.
Lower polar, terdiri dari lensa polaroid yang dapat diputar minimal 90 dan umumnya
180 atau 360. Berfungsi untuk menyerap cahaya secara selektif sehingga cahaya
yang masuk hanya bergetar pada satu bidang. Untuk mengatur arah getar
polarisator, dilakukan dengan memutar arah polarisasi sehingga sinarnya sejajar
pada salah satu benang silang.
Iris diaphragm, berfungsi untuk mengatur besarnya cahaya yang diteruskan, dan
merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya. Iris diafragma
dioperasikan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya aperture
diaphragm. Nilai dari aperture diaphragm disesuaikan dengan perbesaran obyektif
yang digunakan dan kemampuan optik mata pengamat.
Condensor Lens (lensa kondensor), terdiri dari lensa cembung yang berfungsi untuk
memusatkan sinar yang datang dari lensa di bawahnya.
Gambar 1.2
Konstruksi sistem kondensor
Microscope stage
Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sayatan tipis dengan bantuan 2 (dua)
penjepit sehingga preparat tetap stabil pada waktu digerakkan. Pada bagian yang
sejajar dengan penjepit preparat (Mechanical stage), terdapat skala absis dan
ordinat yang berfungsi untuk menentukan posisi mineral yang diamati. Pada bagian
tepi meja obyek, terdapat Goniometer dengan skala 0 - 360, yang dilengkapi
dengan nonius (vernier) untuk akurasi perhitungan sudut. Meja obyek dapat
digerakkan dengan menggunakan pengarah fokus kasar dan pengarah fokus halus
(Focusing knobs).
Objective lens
Dilengkapi dengan 4 (empat) buah lensa dengan masing-masing perbesaran 5x,
10x, 20x dan 100x. Untuk memilih perbesaran yang akan dipakai, pergunakan
pemutar lensa obyek (Rotating nosepiece). Pada pemutar lensa obyek, terdapat
sekrup pemusat obyek (Objective centering screw), yang terletak di atas masingmasing perbesaran. Sekrup pemusat obyek berfungsi untuk mengatur agar sumbu
putaran meja tepat pada perpotongan benang silang. Pada masing-masing lensa
obyek terdapat tanda besarnya lensa perbesaran, numerical aperture dan panjang
tube (Gambar 1.3).
Gambar 1.3.
Beberapa tanda yang perlu
diperhatikan pada setiap
lensa obyektif.
Upper polar
Upper polar sering disebut analisator, terletak di atas lensa obyektif, terbuat dari
lensa polaroid, mempunyai arah getar saling tegak lurus terhadap arah getar
polarisator. Jika analisator tidak terpakai maka disebut nikol sejajar, dan jika
analisator digunakan, disebut nikol silang. Pada upper polar terdapat accessory
plate (Gambar 1.4) sebagai tempat kompensator baji kuarsa, keping gipsum dan
5
keping mika.
mineral.
Bertrand lens
Lensa Bertrand terletak di atas analisator yang penggunaannya dengan cara diputar.
Lensa ini digunakan untuk memperbesar gambar interferensi dalam pengamatan
konoskop dan difokuskan ke lensa okuler.
Ocular lens
Lensa Okuler merupakan tempat mata melihat obyek, terbuat dari 2 (dua) buah
lensa cembung yang dirangkai dalam 1 (satu) unit. Pada lensa okuler terdapat
benang silang yang saling tegak lurus.
MEMPERSIAPKAN MIKROSKOP POLARISASI
Agar mikroskop siap pakai, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Sinar yang masuk ke medan pandang harus merata.
Jika menggunakan mikroskop dengan sumber cahaya yang sudah tersedia
pada mikroskop, maka kita hanya menghidupkan lampu. Namun jika cahaya
yang digunakan berasal dari pantulan cermin, maka kita usahakan agar sinar
yang masuk merata dan maksimum. Bila preparat diletakkan di atas meja
obyek, bayangan sinar harus terlihat bulat dan intensitas cahaya merata.
Pilih satu titik kecil, misalnya mineral bijih atau mineral biotit, letakkan
tepat pada perpotongan benang silang.
Gambar 1.6
Cara memusatkan Mineral pada
benang silang (Nesse, 1986)
3. Arah getar polarisator harus sejajar dengan salah satu benang silang.
Untuk menguji apakah posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap
salah satu benang silang, digunakan mineral biotit dan turmalin.
Dengan menggunakan mineral biotit.
Mineral biotit, jika sumbu indikatrik sinar Z (berimpit dengan sumbu panjang
kristalografi), sejajar arah getar polarisator, akan memperlihatkan warna
absorpsi maksimum (Gambar 1.7).
a. Lensa polarisator dipasang, lensa analisator dilepas.
b. Pastikan bahwa lensa okuler tepat pada kedudukannya yaitu kedua benang
silang terletak pada N-S (vertikal) dan E-W (horisontal).
c. Putar meja obyek hingga biotit memperlihatkan warna absorpsi maksimum.
Apabila pada saat warna absorpsi maksimum kedudukan biotit
sudah
horisontal atau vertikal, berarti arah getar polarisator sudah sejajar salah satu
benang silang.
d. Apabila pada saat memperlihatkan absorpsi maksimum kedudukan biotit
miring, berarti arah getar polarisator tidak sejajar salah satu benang silang.
e. Jika arah getar miring, maka letakkan biotit agar sejajar salah satu benang
silang (berarti biotit tidak memperlihatkan absorpsi maksimum).
Gambar 1.7 Pengujian Arah Getar Polarisator Sejajar Salah Satu Benang
Silang dengan Menggunakan Biotit.
Bila medan pandang tampak gelap berarti polarisator sudah tegak lurus
analisator. Bila masih nampak terang berarti bidang arah getaran kedua
polaroid tersebut belum tegak lurus. Maka, analisator harus diputar sambil
mengamati medan pandang hingga didapat kenampakan gelap maksimum.
Dalam mempelajari sifat mineral secara optik, salah satu yang diidentifikasi
adalah ukuran mineral. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda
untuk setiap lensa obyektif. Untuk mempermudah pengukuran, maka harus
ditentukan diameter medan pandang (DMP) setiap lensa obyektif.
Dengan mengetahui diameter medan pandang, maka nilai skala yang tertera pada
benang silang dapat dihitung. Perhitungan DMP, dapat memudahkan dalam
menentukan ukuran butir, mineral, fosil dan lain-lain dalam suatu batuan.
Cara Penentuan Diameter Medan Pandang
1. Memfokuskan medan pandang.
Memfokuskan medan pandang dapat ditandai dengan letak perpotongan
benang silang tepat pada pusat medan pandang, dimana cahaya yang masuk
merata pada daerah medan pandang.
2. Mengatur bukaan diafragma (irish diaphragm)
Bukaan diafragma ini harus disesuaikan dengan perbesaran lensa obyektif
yang digunakan. Nilai dari bukaan diafragma tersebut terdapat pada tubuh lensa
obyektif.
Perbesaran obyektif
5x mempunyai NA = 0,1
yang dihitung adalah jumlah skala lensa yang termuat dalam setiap mm kertas
grafik. Nilai setiap bilangan skala, ditentukan dengan rumus :
1 mm
-----------------Jumlah skala
Letakkan salah satu garis tebal dari kertas grafik pada angka 0.
BS
: Bilangan Skala
: Bilangan Skala
Nikol sejajar ini adalah salah satu cara untuk menganalisis sifat-sifat optik mineral
(Pada Gambar 3.1). Berikut ini adalah sifat-sifat optik mineral yang dapat teramati
tanpa menggunakan nikol sejajar yaitu :
1. Warna
Warna merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi
panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropic. Pengamatan
warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat berbeda dengan
pengamatan warna secara miroskopis. Hanya saja suatu pendekatan teoritis bahwa
pada umumnya mineral yang berwarna pucat sampai putih dalam contoh setangan
cenderung akan nampak tidak berwarna atau transparan di dalam sayatan tipis,
sebaliknya mineral-mineral yang berwarna gelap atau hitam secara megaskopis
akan nampak berbagai variasi warna dalam sayatan tipis. Sedangkan mineral yang
kedap cahaya atau mineral yang tidak tembus cahaya, akan berwarna gelap atau
hitam.
2. Pleokroisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar bila
meja objek diputar hingga 90, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis
mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :
a) Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh
pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.
b) Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi
pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Bila satu mineral mempunyai pleokroisme trikroik dalam satu sayatan tipis, maka
mineral tersebut tidak akan memperlihatkan 3 (tiga) kali perubahan warna.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
Pleokroisme lemah : jika perbedaan warna absorpsi tidak begitu menyolok
Pleokroisme kuat : jika perbedaan warna yang terjadi sangat kontras.
3
Suatu mineral berbentuk euhedral seperti pada kristal mineral olivin, maka
kemungkinan jenis mineral tersebut akan memperlihatkan bentuk yang sesuai
dengan struktur atomnya. Beberapa mineral akan mempunyai bentuk yang khas
(bentuk alami), misalnya biotit yang berbentuk tabular, silimanit berbentuk fibrous
dan leusit berbentuk trapezohedron. Tetapi kenampakan mikroskopis adalah dua
dimensi, sehingga kita perlu berimajinasi bentuk tiga dimensinya (Tabel 3.3 dan 3.4).
Hal yang perlu diperhatikan pula adalah arah sayatan, misalnya pada
mineral
fibrous, jika disayat tegak lurus arah memanjangnya maka tidak akan terlihat bentuk
yang fibrous.
Tabel 3.3 Bentuk-Bentuk Mineral (Kerr, 1977)
teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya, maka bidang tersebut adalah
pecahan (fracture).
Dalam suatu analisa mikroskopis mineral, belahan merupakan sifat yang
penting dimana tidak semua jenis mineral permukaan bumi ini mempunyai belahan.
Belahan suatu mineral sangat berhubungan dengan sistem kristal mineral itu sendiri.
Mineral yang mempunyai sistem kristal isometric umumnya mempunyai tiga arah
belahan, yaitu yang sejajar sumbu-a (100), sumbu-b atau (010) dan sumbu-c atau
(001), hal ini disebabkan karena sumbu-c mempunyai dimensi panjang yang
berbeda. Untuk sistem kristal lainnya seperti ortorombik, triklinik maupun monoklinik
juga memperlihatkan sistem kristal yang berbeda dalam hubungannya dengan
belahan-belahan mineral.
Terkadang dijumpai mineral yang mempunyai bidang belahan dalam dua
arah, misalnya pada mineral kelompok piroksin dan kelompok amphibol. Biasanya
yang membedakan antara keduanya adalah besar sudut yang dibentuk oleh kedua
bidang belahan yang ada dan merupakan ciri khas dari mineral tersebut. Sebelum
menentukan belahan suatu mineral dalam medan pandang, maka terlebih dahulu
mengamati keseluruhan sayatan tipis dimana mineral tersebut teramati dengan jelas
sehingga dapatlah ditentukan belahan mineral yang mewakili.
Belahan mineral dalam sayatan tipis terdiri atas beberapa macam, diantaranya,
sebagai berikut :
Belahan satu arah, umumnya dijumpai pada mineral mica dicirikan oleh
belahan berupa garis-garis lurus yang sejajar satu terhadap lainnya. Hal ini
7
dapat terjadi bila kristal mineral tersebut disayat miring atau tegak lurus
terhadap arah belahan. Pada semua jenis mineral dengan belahan satu arah
terkadang menimbulkan dua kemungkinan, yaitu mineral akan nampak
mempunyai belahan satu arah atau sama sekali tidak mempunyai belahan.
Sayatan yang tegak lurus sumbu c tidak akan memperlihatkan adanya bidang
belahan.
Mineral yang dicirikan oleh belahan dua arah termasuk semua jenis piroksin
dan kelompok mineral amphibol (Gambar 3.2). Apabila kelompok mineral
piroksin dan kelompok mineral amphibol memperlihatkan adanya belahan
dalam satu arah secara mikroskopis berarti kristal mineral tersebut disayat
tegak lurus terhadap sumbu-c. Besar sudut antara kedua belahan
dapat
bervariasi, hal ini bergantung pada besar sudut antara sayatan dengan
sumbu c sebagai sumbu terpanjang kristal. Makin besar sudut antara sayatan
dengan sumbu-c, maka semakin besar pula sudut yang dibentuk antara dua
belahan. Untuk semua jenis mineral piroksin, besar sudut antara kedua
bidang belahan adalah kurang lebih 900, sedang pada jenis mineral amphibol
besar sudut antara kedua bidang belahan adalah 600 (Kerr, 1977). Mineral
piroksin akan memperlihatkan kenampakan mirip dengan jenis mineral
amphibol dengan besar sudut antara belahan kurang lebih 600, di dalam
kedudukan seperti ini kemungkinan kristal mineral piroksin tersebut disayat
miring terhadap sumbu-c kristal sebagai sumbu terpanjang kristal.
Belahan tiga arah sangat jarang dijumpai, dari hasil penelitian diketahui
bahwa beberapa mineral mempunyai tiga arah bidang belahan seperi jenis
mineral kalsit dan kianit (Gambar 3.3). Mineral-mineral jenis ini umumnya
akan memperlihatkan belahan dua arah terhadap setiap jenis sayatan.
Apabila nampak dalam bentuk normal, maka salah satu belahan akan
nampak tidak jelas.
Belahan mineral pada empat arah yang berbeda dijumpai pada mineral fluorit,
dimana
bidang
belahannya
sejajar
dengan
permukaan
segi
delapan
(oktahedral). Belahan empat arah seperti pada mineral fluorit secara umum
mempunyai system kristal rombik dan sangat jarang didapatkan atau teramati
dalam sayatan tipis.
Dalam suatu penelitian sayatan tipis terkadang, dijumpai adanya bidangbidang belahan yang rapi, sejajar satu terhadap lainnya. Belahan seperti ini disebut
belahan sempurna (perfect cleavage). Jika terlihat belahan yang terputus-putus
disebut sebagai belahan baik (good cleavage) dan apabila belahan tidak beraturan
dan kurang jelas disebut sebagai belahan jelek (poor cleavage).
5. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya
merupakan salah satu ciri yang khas dalam suatu mineral. Pengukuran indeks bias
dapat dilakukan secara relatif, misalnya dengan menggunakan metode garis Becke
dan metode illuminasi miring. Dapat pula ditentukan secara absolut, dengan
menggunakan minyak imersi.
Dalam praktikum ini, pengukuran indeks bias dilakukan secara relatif. Indeks
bias yang diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang standar seperti
canada balsam. Indeks bias mineral yang dihasilkan relatif lebih kecil atau lebih
besar dari indeks bias canada balsam.
Metode Garis Becke
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
medium yang saling bersentuhan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
indeks bias dari kedua media tersebut.
10
Pada bagian ini akan terlihat dua jenis yang berbeda, yaitu apabila bayangan
gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi penutupnya,
maka n min < n cb.
Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan
arah penutupan jalannya sinar, maka n min > n cb.
11
Dari berbagai penelitian dihasilkan bahwa jenis mineral-mineral mafik seperti biotit,
piroksin, olivine, dan sebagainya, umumnya mempunyai harga indeks bias yang
lebih besar, dan sebagian kecil mempunyai indeks bias mineral yang lebih rendah.
6. Relief Mineral
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada di sekitarnya.
Pada sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara kristal-kristal.
Dalam hal ini dipengaruhi pula oleh harga indeks bias diantara dua media atau
kristal tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias media atau kristal tersebut,
maka akan semakin tinggi relief dari mineral tersebut. Semakin kecil perbedaan
indeks bias mineral akan semakin rendah pula relief mineral tersebut. Makin besar
perbedaan indeks bias, maka akan semakin jelas bidang batas antara dua media
atau mineral. Sebaliknya makin kecil harga perbedaan indeks bias dari kedua media
atau mineral tersebut, maka akan nampak semakin kabur bidang batas dari kedua
mineral tersebut. Apabila dua jenis mineral mempunyai harga indeks bias yang
sama, maka bidang batas tidak akan nampak sama sekali.
12
Dalam identifikasi relief mineral, dipakai skala relief tinggi, sedang dan rendah (Foto
3.2). Mineral yang mempunyai relief tinggi, misalnya zircon, olivine, piroksin dan
hornblende. Mineral yang mempunyai relief sedang sampai tinggi seperti pada
sebagian jenis mineral piroksin dan amphibol, sedang yang berelief rendah adalah
kelompok mineral feldspar dan silica serta feldspatoid, (plagioklas, kuarsa, leusit,
dan lain-lain).
Kenampakan relief suatu mineral sangat tergantung pada sinar mana yang sedang
bergetar sejajar dengan arah getar polarisasi. Jadi jika sinar-sinar pada mineral
anisotrop mempunyai perbedaan antara indeks bias minimum dan indeks bias
maksimum yang besar, maka akan menampakkan relief bervariasi, seperti kalsit dan
muskovit.
(a)
(b)
(c)
Foto 3.2 Relief Mineral (a) Relief Tinggi (Zirkon ); (b) Relief Sedang (Biotit); (c)
Relief Rendah (Nefelin)
mineral
dalam
suatu
sayatan
tipis
dapat
diukur dengan
Pecahan (Fracture)
14
Praktikan melihat skala yang ada pada lensa okuler, hitung lebarnya
dan lihatlah perhitungannya pada DIAMETER MEDANG PANDANG
15
Warna interferensi,
Orientasi optik,
Kembaran
Warna Interferensi
Warna interferensi adalah warna yang dihasilkan dari cahaya yang diteruskan
melalui analisator kepada mata pengamat. Warna interferensi terjadi pada mineral
anisotrop karena adanya selisih harga indeks bias sinar ordiner dan sinar
ekstraordiner. Rangkaian warna interferensi terbagi menjadi beberapa orde, mulai
dari orde pertama hingga orde keempat. Makin tinggi ordenya maka akan makin
cerah (terang) warnanya, misalnya kuning orde II lebih terang dibandingkan kuning
orde I (Tabel 4.1 ). Mineral yang disayat tegak lurus pada salah satu sumbu optic
tidak akan menunjukkan adanya warna interferensi dan sayatan ini akan tetap padam
bila meja objeknya diputar.
Cara penentuan Warna Interferensi
1. Sayatan dianggap mempunyai ketebalan yang seragam
2. Letakkan sayatan di atas meja objek lalu dilakukan pengamatan ortoskop
nikol silang dengan memakai analisator
3. Meja obyek diputar sampai diperoleh warna interfrensi maksimum
4. Warna yang nampak dibandingkan dengan warna standar kmparator dari
tabel Michel- Levy
5. Menentukan warna yang sesuai dan pada orde berapa yang sama
Tarik garis melalui ketebalan sayatan (0,03 mm) kemudian baca angka
berapa yang tertera pada bagian tepi tabel tersebut.
Penentuan orde dapat dibagi dalam beberapa bagian :
Orde I bawah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Lemah
Orde I atas orde II atas . . . . . . . .
Sedang
Tabel 4.1 Tabel Warna Interferensi Michel-Levy (Zoltai & Stout, 1984)
Gambar 4.1
Cara Menggunakan Tabel Warna (Nesse,
1986).
a.Menentukan ketebalan sayatan
b.Menentukan Birefringence,
menghubungkan garis tebal sayatan
dengan garis retardasi.
Orientasi optik
Orientasi optik merupakan
mineral dengan sumbu indikatriknya (arah getaran sinar). Pada umumnya sumbu
terpanjang kristalografi adalah sumbu-c kristalografi. Tetapi pada kelompok filosilikat,
umumnya sumbu-c kristalografi merupakan sumbu terpendek, sedangkan yang
terpanjang adalah sumbu-a kristalografi. Untuk mempermudah pemahaman dalam
pembahasan selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa sumbu terpanjang kristalografi
adalah sumbu-c, kecuali untuk mineral-mineral filosilikat.
Orientasi opticlength-slow (Gambar 4.2),terjadi apabila sumbu panjang (sumbu-c)
mineral sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar lambat (Z).
Orientasi opticlength-fast, terjadi apabila sumbu panjang (sumbu-c) mneral sejajar
atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar cepat (X).
Pada beberapa mineral, kedudukan sumbu panjang kristalografinya berimpit
dengan sumbu indikatrik sinar Y (sinar intermedit), contohnya adalah olivin. Oleh
sebab itu orientasi mineral olivine sangat tergantung pada arah sayatannya. Pada
sayatan yang tegak lurus sumbu
indikatrik sinar X, sinar yang bergetar pada mineral adalah sinar Y dan sinar Z,
sehingga sinar Y berperan sebagai sinar cepat. Orientasi mineral olivin yang disayat
5
Gambar 4.2 Orientasi Optik a) sumbu-c sejajar dengan polarisator, b) putar meja
optic 45, c) Jika sumbu-c sejajar dengan sumbu indikatrik sinar Z
maka orientasi optiknya length-slow (Nesse, 1986).
kedudukan
sumbu
indikatrik
mineral
terhadap
sumbu
indikatrik
komparator.
Cara menentukan orientasi optik (Gambar 4.3), sebagai berikut :
1. Menentukan kedudukan sumbu panjang mineral
2. Menentukan kedudukan sumbu indikatrik mineral agar posisinya diagonal
terhadap arah getar polarisator atau analisator. Kedudukan sumbu indikatrik
pada posisi diagonal adalah pada waktu mineral memperlihatkan warna
interferensi maksimum.
Terdapat beberapa jenis gelapan yang merupakan ciri optik yang khusus dari
berbagai jenis mineral :
a. Gelapan sejajar (paralel), terjadi bila pemadaman berada pada posisi dimana
sumbu panjang ataupun belahan mineralnya sejajar sumbu-c dan sejajar pula
dengan benang silang (c ^ X,Z = 0 atau c ^ X,Z = 90. Gelapan ini umumnya
terjadi pada sistem kristal tetragonal, heksagonal, trigonal,dan ortorombik.
b. Gelapan simetris, terjadi bila pemadaman pada posisi simetris
(c ^ X, Z = 45).
membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator (c ^ X,Z = 1 44).
d. Gelapan bergelombang,
maksimum tidak seluruh kristal menjadi gelap, dimana sebagian terdapat bintik
bintik terang. Hal ini terjadi karena mineral silica yang berlapislapis sehingga
mengakibatkan terjadinya distorsi atau perubahan orientasi kristal.
Cara penentuan sudut gelapan adalah sebagai berikut :
1. menentukan kedudukan sumbu panjang mineral
2. menentukan kedudukan mineral pada saat warna interferensi maksimum
(posisi sumbu indikatrik diagonal)
3. karena kedudukan sumbu indikatrik diagonal (N 45 E) maka kita harus
mengetahui
apakah
sumbu
panjang
kristalografi
mineral pada
saat
7. Putar meja obyek ke kiri hingga sumbu-c berimpit dengan benang silang
tegak (horizontal), catat skala noniusnya, misalnya X.
8. Putar lagi meja obyek ke kiri hingga sumbu indikatrik sinar Z berimpit benang
silang vertikal yang dicirikan oleh pemadaman maksimum, catat skala
noniusnya, misalnya X1.
9. Harga sudut gelapan :
c ^ Z = Xo = (X X1)
c ^ X = - (90 - Xo)
SifatKembaran (Twinning)
Pada kenampakan mikroskopis, kembaran nampak sebagai lembar-lembar
yang
memperlihatkan
warna
interferensi
dan
pemadaman
yang
berbeda.
Kelompok ini terdiri dari 6 (enam) jenis yang diurutkan berdasarkan kandungan Ca
hingga kandungan Na, sebagai berikut :
10
Dalam praktikum ini, penentuan jenis plagioklas berdasarkan sudut pemadaman dari
kembaran dengan metode Michel-Levy dan kembaran Calsbad-Albit.
Cara Mengidentifikasi Mineral Plagioclase yaitu :
Setelah itu, praktikan harus tahu membedakan antara kembaran Kalsbad, albit,
dan Kalsbad-albit pada mineral Plagioclase.
5. Selisih kedua sudut pemadaman tersebut tidak boleh lebih dari 6 atau [ P
- Q ] 6.
Jika syarat-syarat tersebut dipenuhi, maka harga sudut pemadamannya adalah :
[ P + Q ] / 2 = Z
Gambar 4.5 Penentuan Sudut Gelapan Plagioklas, Kembaran Albit (Metode MichelLevy)
0 20
memiliki indeks bias lebih kecil dari indeks bias Canada Balsam, sedangkan
yang berkomposisi An
21 100
12
Gambar 4.6 Kurva untuk Penentuan Jenis Plagioklas dengan Metode Michel-Levy (Kerr,
1977)
Hitung sudut gelapan pada kembaran Carlsbad dengan cara yang sama
dengan metode sebelumnya, yaitu :
[ X0 X1 ] + [ X0 X2]
= M
2
[ Y0 Y1 ] + [ Y0 Y2]
= N
2
13
Nilai sudut pemadaman diplot dalam grafik, dimana harga sudut pemadaman
yang lebih kecil sebagai ordinat dan sudut pemadaman yang lebih besar diplot
pada kurva.
Hubungkan secara horisontal titik pada ordinat dengan titik pada kurva
Dari perpotongan tersebut lalu tarik garis ke bawah hingga jenis plagioklasnya
dapat ditentukan.
Jika harga sudut pemadaman kurang dari 20 maka harus diketahui dulu indeks
biasnya.
Gambar 4.8 Kurva Penentuan Jenis Plagioklas untuk Kembaran Carlsbad-Albit (Kerr, 1977)
14
menentukan
dengan cara yang sistematis. Semakin banyak latihan mengidentifikasi sayatan tipis
mineral atau batuan, maka akan semakin mudah untuk membedakan mineral yang
satu dengan yang lainnya.
Setiap mineral mempunyai sifat-sifat optik khusus yang dapat dibedakan
dengan mineral lainnya, tanpa harus mengidentifikasi seluruh sifat optiknya.Berikut
adalah beberapa contoh mineral yang memiliki sifat optik yang khusus, diutamakan
pada mineral yang sering ditemukan di alam.
A. Olivin(Mg,Fe)2SiO4 , Orthorhombic , 2V = 70 - 90
Olivin adalah mineral silikat feromagnesian yang terbentuk pada temperatur
tinggi, berwarna hitam sampai hijau kehitaman, mempunyai kilat gelas dan pecahan
konkoidal.Mineral olvin pada umumnya menunjukan kenampakan butiran bentuk
relatif kecil dan bundar.Olivin disusun oleh tetra hidra tunggal yang diikat bersama
oleh campuran ion besi dan magnesium yang merangkai atom oksigen bersamasama.Mineral ini tidak mempunyai bidang belahan strktur atomnya membentuk
jaringan tiga dimensi sehingga tidak membentuk bidang yang lemah.
1
Peridotit hijau-transparant
Nikol Sejajar
Nikol Silang
B. Piroksen
Piroksin, berwarna hitam, opak, dengan bidang belahan dua arah membentuk
sudut 90 .Strktur kristalnya disusun oleh rantai tunggal tetrahedral yang diikat
bersama-sama dengan ion-ion besi dan magnesium.Karena ikatan silikon oksigen
lebih kuat daripada ikatan antara struktur silikat, maka firoksin mudah terbelah
sejajar dengan rantai silikat. Piroksin merupakan salah satu mineral yang dominan
dalam batuan beku
basalt
samudera.
Sifat Umum Piroksen :
Keduanya memiliki sifat fisik, optis, kimia dan lingkungan pembentukan yang
berbeda
Jika disayat memotong sumbu c memiliki 4 atau 8 sisi dengan belahan dua
arah membentuk sudut 90
Pemadaman parallel
b. Clino-piroksen
Melimpah pada batuan beku ultra basa dan batuan metamorf tingkat
menengah-tinggi.
Nikol Sejajar
Nikol Sejajar
Nikol Silang
:Hypersthene
menyerupai
beberapa
macam
andalusite,
tetapi
andalusite lenght-fast. Hypersthene didapatkan dalam batuan beku, ciri utama dari
norite, hypersthene gabbro, andesite dan granite yang dikenal sebagai charnockite.
AUGITE (Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al,Fe)2O3x)
2V = 58 - 62
Nikol Sejajar
Nikol Silang
Nikol Silang
dengan
aegirine,
perbedaannya
dari
warnanya
yang
coklat.Merupakan ciri dari batuan beku yang kaya soda seperti nepheline syenite,
phonolite,trachite, soda granite. Seringkali terdapat sebagai overgrowth dengan
kristalaegirine-augite.
JADEITE (NaAl(SiO3)2)
Monoclinic
2V = 70 75
Nikol sejajar
Nikol silang
C. HORNBLENDE (Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2(Si,Al)4O112)
Mineral hornblende merupakan mineral pembentuk batuan beku yang berwarna
kehijauan/kecoklatan. Kenampakan warna tersebut dapat dilihat melalui mikroskop
polarisasi. Berdasarkan Proses pembentukan mineral pada Bowen Reaction Series
mineral ini terletak pada deret discontinuous pada deret ini mewakili formasi mineral
ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada
rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma.
Mineral Hornblende (termasuk mineral Amphibole) terbentuk setelah mineral
Piroksen, sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO)
terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C. Pada proses pembentukan mineral
Hornblende tekanan yang ada tidak terlalu besar, sedangkan mineral Hornblende
bentuknya lebih prismatic atau memanjang. Sehingga mineral ini sering ditemukan
berukuran lebih besar dibandingkan mineral lain yang ada disekitarnya.Hal
menunjukan bahwa mineral ini lebih dulu terbentuk oleh karena itu mineral ini
mempunyai cukup ruang untuk terbentuk sebelum mineral-mineral lain terbentuk
(belum terdapat ubahan). Dari bentuk mineral yang euhedral dapat diketahui
(sejalan dengan ukuran) mineral ini terbentuk terlebih dahulu karena bidang batas
mineral tidak dipegaruhi oleh mineral lain sehingga bidang batasnya terlihat tebal,
kemudian terdapatnya pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa pada deret
discontinuous mineral ini terletak pada awal pembentukan karena pada awal
pembentukan ini mineral belum mempunyai resistensi yang tinggi sehingga mudah
11
terbentuk pecahan dan mineral ini terdapat pada batuan beku basa hal ini
dikarenakan mineral ini terbentuk lebih dulu (semakin keatas sifatnya semakin basa
dan semakin kebawah semakin asam).
Monoclinic
2V = 52- 85
Nikol Sejajar
Nikol Silang
D. Biotit(K2 (Mg,Fe)2(OH)2(AlSi3O10)
Biotit merupakan anggota dari mika yang berwarna gelap karena kaya akan
besi. Seperti mineral mika lainnya, biotit disusun oleh struktur lebaran yang
memberikan belahan satu arah.Biotit mempunyai warna hitam mengkilap yang
membedakan dari mineral ferromagnesian lainnya. Seperti hornblende, biotit banyak
dijumpai pada batuan penyusun kerak benua, termasuk batuan beku granit.
Gamabar 7.Sifat optis biotit (warna interference) tegak lurus sumbu C (atas) dan
sejajar sumbu C (bawah) pada sayatan tipis.
Monoclinic
2V = 0 - 25
Nikol Sejajar
Nikol Silang
E. Muskovit(KAl2(OH)2(AlSi3O10)
Moskovit adalah jenis mineral mika yang sangat umum.Berwarna terang
dengan kilap seperti mutiara (pearly) dan seperti mineral mika lainnya belahannya
satu arah.Didalam batuan muskovit sangat mudah dikenali karena sangat
bercahaya.
Monoclinic
2V = 30 - 40
Nikol Sejajar
Nikol Silang
Relief : Bervariasi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : Dalam satu arah (001) sangat sempurna
Bias rangkap : Kuat, teratas orde-II
Kembaran : Kadang-kadang
Sudut pemadaman : Paralel dengan belahan, tetapi mungkin membentuk sudut 2
atau 3
Orientasi optis : Length Slow (sb. panjang kristalografi adalah sumbu a)
Sumbu optis : Dua(biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Talc hampir sama dengan muscovite dan prophyllite dalam sifat optis.
Hydromuscovite sangat sama dengan sericite variety muscovite. Muscovite sangat
umum dalam batuan metamorf seperti phyllite, schists, dan gneiss,juga dalam
grainite dan berkembang maksimum dalam grainite pegmatite, umum sebagai
mineral detrital terutama dalam arkose. Sericite terdapat dalam sedikit keratin
dan.mineral sekunder yang dibentuk oleh alterasi hidrotermal silikat, terutama
feldspar.
F. Quartz(SiO2)
Kuarsa merupakan mineral silikat yang hanya disusun oleh silikon dan
oksigen.Mineral kuarsa juga sering disebut silika karena komposisinya SiO2.karena
struktur kuarsa mengandung dua atom oksigen untuk tiap atom silikon, maka tidak
dibutuhkan lagi ion positif untuk menjadikan mineral kuarsa ini netral. Struktur kristak
kuarsa membentuk jaringan tiga dimensi yang lengkap antara ion oksigen disekitar
ion silikon, sehingga membentuk suatu ikatan yang kuat antara keduanya. Akibatnya
kuarsa tidak mempunyai bidang belahan, sangat keras dan resistan terhadap proses
pelapukan. Kuarsa mempunyai belahan konkoidal. Pada bentuknya yang sempurna
kuarsa sangat jernih, membentuk kristal eksagonal dengan bentuknya piramidal.
Warna mineral kuarsa sangat bervariasi tergantung pada proses pengotoran pada
waktu pembentukannya. Variasi warna menyebabkan adanya bermacam mineral
kuarsa. Mineral kuarsa yang umum adalah kuarsa susu (putih), kuarsa asap (abuabu) kuarsa rose (ping), ametis (purple) dan kristal batuan (clear).
15
Hexagonal
Nikol Sejajar
Nikol Silang
Praktikan harus bisa menentukan kembaran pada mineral yang di amati jika
terdapat kembaran pada mineral itu.
17
dan
occassionally
menyajikan
seperti
striations
di
permukaan
perpecahan.
Sanidine dan anorthoclase pada umumnya mempunyai suatu meratakan
kebiasaan kristal. Selain dari yang, enviroment dari formasi adalah satu-satunya
tanda/ kunci rahasia contoh tangan yang lain untuk menciri orthoclase dari sanidine
atau anorthoclase. Orthoclase adalah yang utama tiang kapal-k dari granit dan
syenites didinginkan itu sedang dengan cepat. Sanidine dan anorthoclase adalah
unsur yang umum di batuan beku gunung berapi extrusive seperti rhyolites, di mana
batu karang yang didinginkan dengan cepat. teknik sinar x dan Sifat optis adalah
satu-satunya jalan yang pasti untuk menciri orthoclase dari microcline.
18
warna
bentuk
relief
: Rendah
indeks bias
belahan
<
Birefringence
kembaran
pemadaman
orientasi optik
: faster ray
sumbu optic
: II (biaxial)
Tanda Optik
Keterangan
batuan beku persilisic seperti granit dan syenit. Dalam spherulitic obsidian
dan riolit seringkali intergrown dengan kristobalit atau kuarsa. Terdapat pula
dalam endapan detrital, batupasir dan arkose. Berat jenis mineral ini adalah
2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai kilap
kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan
baku dalam industri keramik.
19
Gambar 1.1 Mineral orthoclase dengan belahan parallel sempurna tidak sempurna
warna
bentuk
relief
: Rendah
Pleokroisme
: Tidak Ada
indeks bias
belahan
<
Birefringence
kembaran
pemadaman
orientasi optik
:-
sumbu optic
: II (biaxial)
Tanda Optik
: (-)
Keterangan
gambar 1.2 Mineral sanidin pada posisi nikol sejajar dan nikol silang.
c) ANDALARIA KAlSi3O8,
Mineral ini menunjukkan warna putih-pink, sistem kristal monoklin, belahan 2
arah, kilap kaca, cerat putih dan menunjukkan bentuk prismatik. Terbentuk pada
suhu 7000 C, akibat proses hidrotermal dengan temperatur yang rendah berupa
urat.
Adularia dan orthoclase mirip, tapi adularia adalah pseudo-ortorombik. Sedikit
perbedaan indeks bias, berat jenis , suhu konversi mereka untuk sanidine (bentuk
tinggi suhu feldspar kalium ), dan sudut aksial, bagaimanapun, menunjukkan adanya
dua spesies yang berbeda. Adularia memiliki sistem kristal monoklin. Monoklin ada
alh suatu sistem kristal yang hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b, b tegak lurus
terhadap c, tetapi c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
d) MIKROKLIN ( KAlSi3O8 )- Triclinic
21
warna
bentuk
: kristal subhedral-anhedral
relief
: Rendah
Pleokroisme
: Tidak Ada
indeks bias
belahan
<
Birefringence
kembaran
pemadaman
orientasi optik
: faster ray
sumbu optic
:-
Keterangan
warna
: tidak berwarna
bentuk
relief
: rendah
Pleokroisme
:-
indeks bias
belahan
<
Birefringence
kembaran
: polisintetik
gambar 1.5 contoh kembaran mineral polisintetik yang berwarna kuning dan sisi kiri
kembaran sederhana Carlsbad.
23
pemadaman
orientasi optik
:-
sumbu optic
: II (biaxial)
Tanda Optik
: (-)
Keterangan
24
Hari/Tanggal :
Nama :
Nim
3. No sampel
4. Warna
5. Pleokroisme
6. Orientasi Optik
7. Belahan
8. Pecahan
9. Indeks Bias
13. Petrogenesa
Nama :
Hari/Tanggal :
Nim
3. No sampel
4. Warna Interferensi
6. Orientasi Optik
9. Nama Mineral
10. Petrogenesa
: Identifikasi Mineral
Hari/Tanggal :
Nama :
Nim
3) No. Sample
4) Jenis Sample
5) Nama Mineral
b. Pleokroisme
c. Orientasi Optik
d. Belahan
e. Pecahan
f. Indeks Bias
g. Relief Mineral
b. Birefrigence
c. Orientasi Optik
d. Sudut pemadaman
Nikol Silang
Nikol Sejajar