Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai susunan atau
rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur yang
sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisiknya. Bumi
tersusun dari beberapa jenis batuan dan batuan terdiri dari mineral-mineral dan
sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik. Mineral sendiri terdiri dari unsur-
unsur yang bersenyawa.

Mineral optik adalah salah satu cabang keilmuan Geologi yang mempelajari
tentang mineral yang ada pada batuan. Masing-masing mineral memiliki sifat optik
yang berbeda, dari sisi itu kita mempelajari sifat optik di tiap mineral agar kita
mampu membedakan mineral satu dengan yang lainnya, walaupun terlihat sangat
mirip tapi masih bida dibedakan dari sifat optiknya.Ilmu pengetahuan mineralogi
menitik beratkan pada studi tentang pengamatan dan pendeskripsian mineral-mineral
penyusun batuan yang merupakan litologi dari permukaan bumi. Pengamatan Mineral
optik pada batuan ini diperlukan untuk penentuan jenis atau nama batuan, karena
terdapat batuan yang harus memalui pemeriksaan mineral untuk mengetahui jenis
batuan tersebut. Pengamatan mineral optik ini menggunakan mikroskop polarisasi.

1.2 Maksud
Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengaplikasikan apa yang
didapatkan proses belajar mengajar atau dalam perkuliahan.

1.3 tujuan
 Dapat menggunakan mikroskop polarisasi
 Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan PPL dan XPL
 Menentukan nama mineral dari sifat-sifat optik yang diamati serta genesa
terbentuknya

1
1.1 Alat dan Bahan
 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum Mineral Optik ini yaitu Mikroskop
Olympus CX31-P Microscope.

 Bahan

Bahan berupa sampel sayatan tipis mineral mafik dan felsik .

2
BAB II DASAR TEORI

2.1 Prosedur Pemakaian Mikroskop

Dalam praktikum mineral optik ini digunakan mikroskop polarisasi jenis


Olympus CX-31. Mikroskop Olympus CX-31 dipergunakan untuk pengamatan
sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop biasa. Keutamaan
dari mikroskop polarisasi ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar
polarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dan kristal akan nampak jelas
sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena
setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Berikut ini gambar mikroskop
Olympus CX-31 dengan bagian-bagiannya.

2.1 Gambar Mikroskop Olympus CX-31

Bagian-bagian mikroskop polarisator :

 Kaki Mikroskop
Kaki mikroskop ini berfungsi sebagai tumpuan mikroskop berdiri dengan bentuk
yang bermacam-macam. Pada mikroskop polarisasi tipe Bausch & Lomb, kaki
mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin., sedangkan pada tipe
3
olympus, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya
pengganti cermin.

 Polarisator atau ” lower nicol ”


Polarisator adalah bagian mikroskop yang terdiri dari suatu lembaran
polaroid. Bagian ini berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective
absorbtion) sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar
saja yang bisa diteruskan. Lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah
getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-
W.
 Diafragma Iris
Diafragma ini terdapat di atas polarisator dan berfungsi untuk mengatur
jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah
besarnya apertur diafragma. Pengontrolan cahaya yang diteruskan ini merupakan
hal yang penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata
pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap pengamat berbeda
sehingga perlu adanya pengaturan yang sesuai dengan kondisi mata
pengamat.Selain itu, Diafragma iris juga berfungsi untuk menetapkan luasnya
daerah pada peraga yang ingin diterangi, sera dalam penentuan relief, di mana
cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “becke line”.
 Meja Objek
Meja objek merupakan suatu penampang yang berlubang di bagian tengahnya
sebagai jalan masuknya cahaya dan terdapat oenjepit yang berfungsi untuk
menjepit preparat/objek. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang
vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0 sampai 360o dan
di bagian tepi terdapat tiga sekrup yang berfungsi untuk memusatkan perputaran
meja pada sumbunya (centering).
 Kondensor

4
Bagian inimerupakan suat lensa cembung yang berfungsi untuk pemusat
cahaya yang datang dari cermin di bawahnya. Kondensor ini terletak pada
bagian paling atas dari “substage unit”.

 Lensa Objektif
Lensa objektif merupakan bagian dari tubus mikroskop yang berfungsi
sebagai penangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek,
terletak pada bagian paling bawah tubus dan biasanya terdapat tiga buah lensa
objektif dengan perbesaran yang berbeda mulai dari 4x, 10x dan 40x, hingga
100x.
 Lubang Kompensator
Lubang kompensator pada tubus berfungsi sebagai tempat memasukkan
kompensator, berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan sehingga
pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi
pada mineral.
 Analisator
Analisator ini fungsinya hampir sama dengan polarisator dan terbuat dari
bahan yang sama juga, namun arah getarannya bisa dibuat searah getaran
polarisator untuk nikol sejajar atau tegak lurus arah getaran polarisator untuk
nikol bersilang.
 Lensa Amici Bertrand
Lensa ini berfungsi dalam pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar
gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane)
pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.

 Lensa Okuler
Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dandengan lensa
inilah bayangan akhir akan dihasilkan sehingga kita dapat mengamatinya
5
pandang. Pada lensa okuler biasanya terdapat benang silang, sebagai penanda
pusat objek pengamatan.
 Lengan mikroskop
Lengan mikroskop merupakan bagian yang berfungsi untuk peganagan saat
kita ingin memindahkan mikroskop dan juga sebagai penghubung antara bagian
tubus dengan kaki mikroskop.
 Cermin
Cermin pada mikroskop polarisator berfungsi untuk menangkap dan
meneruskan cahaya ke dalam sistem optik dalam mikroskop dan terdiri dari
cermin datar dan cermin datar. Cermin cekung sebagai pemusat cahaya dengan
hasil yang tidak simetris (assymetrical cone of illumination), dan cermin datar
sebagai pemantul cahaya sesuai cahaya yang diterima.

Ada beberapa tahapan dalam menggunakan mikroskop untuk pengamatan sayatan,


yaitu antara lain :

 Tahapan Awal (pengecekan fisik dan mekanik mikroskop)


 Cek Kelengkapan
- Pastikan kelengkapan Mikroskop:
1. Cek fisik bagian lampu
2. Tube bawah (polarisator,kondesor)
3. Meja Objek
4. Tube tengah (analisator, keping gips, amici betrans, Lensa Objektif)
5. Tube atas (Lensa Okuler, benang silang)
- Pastikan Knob bisa dipakai naik dan turun
 Tombol Nyala
- Pastikan posisi Mikroskop aman dan nyaman
- Pastikan kabel terpasang ke terminal Listrik 220V
1. Pastikan posisi power level lampu LED pada kondisi terendah.
2. Nyalakan Saklar dan pastikan Lampu LED menyala cerah.

6
 Cek Sayatan Tipis
- Pastikan sayatan dalam keadaan baik dan standar
1. Ketebalan 25-30 micron.
2. Telah dilakukan deskripsi megaskopik untuk memudahkan
identifikasi mikroskopis.
 Pemakaian Mikroskop
a. Cek Lampu atau Cahaya
Cek sinar maksimal atau dapat disesuaikan dan sinar dapat terlihat
sampai Okuler atau mata.
b. Cek Kondensor (sinar sudah terpusat atau belum)
1. Kurangi cahaya diafragma sampai terang minimum
2. Arahkan cahaya pas ditengah benang silang
3. Kemudian atur cahaya pada terang maksimal
c. Centering Objek (objek terpusat)
Pastikan objek apabila diputar 360o tetap berputar pada porosnya,
caranya dengan menggunakan skrup yang berada di samping kiri kana
meja objek
d. Cek fungsi Analisator-Polarisator ( tegak lurus, pemadaman
maksimum XPL)
1. Masukan analisator
2. Amati apakah sudah gelap maksimal
3. Apabila sudah gelap maksimal masukan keping gips
4. Apabila berwarna ungu maka analisator telah tegak lurus dengan
polarisator
 Lakukan identifikasi mineral
a. Plane polarized light
Observasi dasar meliputi : bentuk Kristal, belahan, warna relief, dan
pleokroisme
b. Crossed polars parallel light

7
Mengamati zoning, kembaran, eksolusi, inklusi, BF, pemadaman,
orientasi
c. Crossed polars Convergent light
Menentukan sumbu optik sehingga dapa mengklasifikasikan dalam dua
kategori yaitu mineral Uniaxial dan Biaxial

 Akir pemakaian (memastikan mikroskop aman dan lengkap)


a. Akhir Pemakaian
1. Pastikan level lampu LED sudah di minimumkan.
2. Pastikan Lensa Objektif sudah dalam posisi sempurna.
3. Jangan tinggalkan sayatan di meja objek.
b. Power Off
1. Matikan mikroskop
2. Lepaskan kabel power dari stop kontak.
3. Kembalikan mikroskop ke tempat aman, jika sudah tidak lagi
digunakan.

2.2 Sifat Optik Mineral

Sifat optik mineral dapat diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi,


menggunakan metode pengamatan mikroskopik sejajar dan tegak lurus nikol.

 Pengamatan Mikroskopik Sejajar Nikol (PPL)


1. Warna
Warna yang diamati pada mineral, biasanya tidak berwarna dalam kondisi
PPL.
2. Bentuk
Melihat atau mengamati bidang batas atau garis batas mineral tersebut.
3. Belahan
Kenampakan mineral membelah dalam bidang yang rata.
8
4. Pecahan
Kenampakan mineral pecah melalui bidang tidak rata.
5. Pleokorisme
Perubahan warna ketika stage diputar, yang hasilnya berupa kuat-rendah.
6. Indeks Bias
Menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut
pantul.
7. Relief
Kenampakan yang timbul akibat perbedaan indeks bias antara suatu media
dengan media yang mengitarinya. Umumnya mineral mafik memiliki
relief yang tinggi, sedangkan mineral felsik memiliki relief rendah.
 Pengamatan Mikroskopik Tegak Lurus Nikol (XPL)
1. Warna Intererensi
Dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan
mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut
dicocokkan dengan tabel interferensi Michel – Levy Chart.
2. Bire Firegence
Angka yang menunjukkan perbedaan indeks bias sinar ordiner dan
ekstraordiner.
3. Orientasi
Hubungan antara arah-arah sumbu optik dengan sumbu-sumbu
kristalografi. Ada dua orientasi, yaitu lenght slow dan lenght fast.
4. Pemadaman
Proses penggelapan akibat perulangan pembiasan yang terjadi dengan
merubah-ubah posisi mineral terhadap kedudukan analisator dan
polarisator. Ada 3 jenis pemadaman yaitu paralel (45-90°), miring (<45°),
dan simetris (45°).
5. Kembaran

9
Kenampakan pada mineral akibat adanya atau tumbuhnya dua kristal
secara bersamaan pada proses pengkristalan. Umumnya berupa Albit,
periklin, karsbald, karsbald-albit.

2.2.1 Olivin dan Piroksen

Mineral Olivin dan Piroksen merupakan mineral yang umum dijumpai pada
batuan beku basaltik dan andesit-basaltik atau beberapa batuan metamorfik kontak
seperti skarn, hornfels, dan eklogit. Olivin dibedakan dengan mineral pyroxene
berdasarkan keterdapatan belahan dan bentuk pada kedua mineral tersebut. Olivin
umumnya memiliki retakan dan tidak memiliki belahan, sedangkan piroksen
memiliki belahan 2 arah pada (001) atau 1 arah sempurna (100) (010). Bentuk olivine
prismatik relatif membulat sedangkan piroksen prismatik tampak menyudut.

2.2.1 Gambar sayatan tipis olivin dan piroksen

2.2.2 Hornblenda dan Biotit

Mineral Hornblenda dan Biotit merupakan mineral mafik yang telah


mengandung gugus OH atau hidroksil (air) yang secara optik dapat terlihat jelas
perbedaannya. Perbedaan antara Hornblenda dan Biotit pada bentuk, belahan, dan
pleokorisme. Bentuk dari Hornblenda prismatik, sedangkan Biotit tabular relatif
melengkung. Hornblenda memiliki belahan 2 arah pada (001) dan 1 arah sempurna,
sedangkan Biotit hanya memiliki 1 arah atau terlihat. Pleokorisme Biotit lebih kuat
dibandingkan Hornblenda. Mineral Hornblenda dan Biotit termasuk mineral yang
10
lebih detail berdasarkan variasi unsur Fe dan Mg dalam ikatan silikatnya. Sehingga
akan memberikan efek sifat optik berbeda di warna (PPL) dan warna interferensinya
(XPL).

2.2.2. Gambar sayatan tipis Hornblenda dan Biotit

2.2.3 Plagioklas

Mineral Plagioklas (Na,Ca) Al2Si3O8 merupakan kelompok dari Feldspar


yang umum yang terdapat pada batuan. Mineral ini mempunyai variasi dari Anorthit
(Ca plagioklas) dan Albit (Na plagioklas), yang mempunyai subsitusi antara Na dan
Ca dalam perubahannya. Sifat optik yang harus diperhatikan pada mineral Plagioklas
adalah belahan dan kembaran. Plagioklas memiliki belahan 2 arah, yang satu pada
(001) terlihat sempurna dan pada (010) terlihat tidak jelas. Kelompok Plagioklas
mempunyai 7 jenis kembaran, namun hanya tiga yang umum ditemukan yaitu Albit,
Periklin, dan Karsbald serta kombinasi antara albit-karsbald dan albit-periklin.

2.2.3 Gambar sayatan tipis dan kembaran Plagioklas

11
Albit twinning Periklin twinning Karsbald twinning

2.2.4 Alkali Feldspar, Muskovit, dan Kuarsa

Mineral felsik yaitu mineral yang tersusun oleh feldspar dan silikat contohnya seperti
Plagioklas, K-feldspar, Muscovite dan quarsa yang merupakan mineral pembentuk
batuan serta Feldspatoid yang merupakan mineral golongan silikat seperti neveline
dan sodaline. Kenampakan mineral felsik pada posisi PPL yaitu pada umumnya
memiliki warna bening , relief yang rendah, BF rata rata orde 1 kecuali muscovite (
memiliki warna yang ngejreng seperti pelangi), dan memilik kembaran pada mineral
tertentu. Beberapa hal yang dapat kita ingat untuk membedakan antara mineral
quarsa, muscovite dan feldspar yaitu :

1. Kuarsa umumnya membulat dan berwarna putih


2. Muscovit memiliki warna yang sangat bervariasi
3. Feldspar pada umumnya memiliki kembaran

2.2.4 Gambar sayatan tipis kuarsa, muskovit,feldspar

Kuarsa

12
Muskovit

Feldspar

PPL XPL

13
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengukuran Besar mineral

Perbesaran (magnifivcation) dihitung dengan mengalikan perbesaran yang


tercatat pada lensa okuler dan objektif.

Contoh tertulis pada lensa okuler 10 kali dan objektif 4 kali, maka
perbesarannya adalah 4 x 10 = 40 kali jadi dapat disimpulkan rumus besar mineral

M = lensa objektif x lensa okuler

Ket : M = Perbesaran total

Funsi mikroskop adalah melihat benda yang berbentuk kecil, halus, dan
medetilkan pengmatan, sehingga pengukuran besar objek menjadi sangat penting.
Pengukuran dilakukan dengan bantuan skala per 100 yang ada pada lensa okuler
dengan mengkalibarikan menggunakan penggaris mikro atau mistar yang ada.
Pengukuran dan kalibrasi dilakukan disetiap perbesaran.

14
Gambar 3.1

Jadi cara mengukur besar mineral yaitu dengan mecari panjang danlebar
mineral dengan cara mengurangi batas atas dan batas bawah pada skala yang terdapat
pada lensa okuler. Jadi dari gambar diatas didapatkan :

 Panjang mineral = 80-20


= 60
 Lebar mineral = 60-30
= 30

Jadi dapat disimpulkan besar mineral tersebut yaitu 60 x 30.

15
3.2 Olivin dan Piroksen

3.2.1 Deskripsi Mikroskopis

3.1 Tabel Mineral Olivin dan Piroksen

NO. PPL XPL


1. Warna : Colorless Warna Interferensi : Oranye kecoklatan
2. Bentuk : Prismatik Birefrigence : 0,033 – 0,052
3. Belahan : Tidak ada Orde : II
4. Pecahan : Konkoidal Kembaran : Tidak Ada
5. Pleokorisme : Tidak Ada Orientasi : Leght Slow
6. Relief : Tinggi Pemadaman : Paralel

NO. PPL XPL


1. Warna : Colorless Warna Interferensi :
2. Bentuk : Prismatik Birefrigence :0,008 – 0,022
3. Belahan : 1 arah Orde :I
4. Pecahan : Tidak Ada Kembaran : Tidak Ada
5. Pleokorisme : Rendah Orientasi : Lenght Slow
6. Relief : Tinggi Pemadaman : Paralel

16
PRAKTIKUM MINERALOPTIK
Laboratorium Hard Rock Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3.2.2 sketsa
NAMA: KELOMPOK :
NIM : TANGGAL:

KODE SAMPE : PERBESARAN OKULER :


JENIS BATUAN : PERBESARAN OBJEKTIF :

PPL XPL

Keterangan Gambar:

3.2.3 Kesimpulan
: :

17
PRAKTIKUM MINERALOPTIK
Laboratorium Hard Rock Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3.2.2 sketsa
NAMA: KELOMPOK :
NIM : TANGGAL:

KODE SAMPE : PERBESARAN OKULER :


JENIS BATUAN : PERBESARAN OBJEKTIF :

PPL XPL

Keterangan Gambar:

3.2.3 Kesimpulan
: :

18
3.3 Hornblenda dan Biotit

3.3.1 Deskripsi Mineral

3.2 Tabel Deskripsi Mineral Hornblenda dan Biotit

NO. PPL XPL


1. Warna : Hijau atau coklat Warna Interferensi : Oranye
2. Bentuk : Prismatik Birefrigence : 0,014 – 0,018
3. Belahan :2 arah Orde : II
4. Pecahan : Tidak Ada Kembaran : Karlsbald
5. Pleokorisme : Kuat Orientasi : Lenght Slow
6. Relief : Tinggi Pemadaman : Miring

NO. PPL XPL


1. Warna : Coklat kekuningan Warna Interferensi : Coklat keemasan
2. Bentuk : Tabular Birefrigence : 0,027 – 0,082
3. Belahan : 1 arah Orde : II
4. Pecahan : Tidak Ada Kembaran : Tidak Ada
5. Pleokorisme : Lemah Orientasi : Lenght slow
6. Relief : Sedang Pemadaman : Paralel

19
PRAKTIKUM MINERALOPTIK
Laboratorium Hard Rock Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3.3.2 sketsa
NAMA: KELOMPOK :
NIM : TANGGAL:

KODE SAMPE : PERBESARAN OKULER :


JENIS BATUAN : PERBESARAN OBJEKTIF :

PPL XPL

Keterangan Gambar:

3.3.3 Kesimpulan
: :

20
PRAKTIKUM MINERALOPTIK
Laboratorium Hard Rock Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3.3.2 sketsa
NAMA: KELOMPOK :
NIM : TANGGAL:

KODE SAMPE : PERBESARAN OKULER :


JENIS BATUAN : PERBESARAN OBJEKTIF :

PPL XPL

Keterangan Gambar:

3.3.3 Kesimpulan
: :

21
3.4 Plagioklas

3.4.1 Deskripsi Mineral

3.3 Tabel Deskripsi Mineral Plagioklas

NO. PPL XPL


1. Warna : Colorless Warna Interferensi : Abu-abu keputihan
2. Bentuk : Euhedral – Anhedral Birefrigence : 0,008 – 0,013
3. Belahan : 1 arah Orde :I
4. Pecahan : Tidak Ada Kembaran : Albit
5. Pleokorisme : Tidak Ada Orientasi : Leght slow
6. Relief : Rendah Pemadaman : Paralel

Gambar 3.2

Dari gambar diatas didapatkan data sebagai berikut :

Y0 = 55°

Y1 = 31°

Y2 = 77°

22
X1 = Y0 - Y1 X2 = Y0 – Y1

= 55 – 31 = 55 - 77

= 24° = 22°

Jadi harga An = X1 + X2

= 24 + 22 23° (Maka mineral tersebut adalah

2 Andesine)

23
PRAKTIKUM MINERALOPTIK
Laboratorium Hard Rock Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3.4.2 sketsa
NAMA: KELOMPOK :
NIM : TANGGAL:

KODE SAMPE : PERBESARAN OKULER :


JENIS BATUAN : PERBESARAN OBJEKTIF :

PPL XPL

Keterangan Gambar:

3.4.3 Kesimpulan
: :

24
3.5 Alkali Feldspar, Muskovit, Kuarsa

3.5.1 Deskripsi Mineral

3.4 Tabel Deskripsi Mineral Alkali Feldspar, Muskovit, Kuarsa.

NO. PPL XPL


1. Warna : Colorless Warna Interferensi : Abu-abu
2. Bentuk : Subhedral – anhedral Birefrigence : 0,005 – 0,007
3. Belahan : 1 arah Orde :I
4. Pecahan : Tidak Ada Kembaran : Kalsbald
5. Pleokorisme : Lemah Orientasi : Lenght fast
6. Relief : Rendah Pemadaman : Paralel

NO. PPL XPL


1. Warna : Colorless Warna Interferensi : Biru
2. Bentuk : Tabular Birefrigence : 0,036 – 0,054
3. Belahan : 1 arah Orde : II
4. Pecahan : Tidak Ada Kembaran : Tidak Ada
5. Pleokorisme : Lemah Orientasi : Lenght slow
6. Relief : Rendah Pemadaman : Paralel

NO. PPL XPL


1. Warna : Colorless Warna Interferensi : Putih kekuningan
2. Bentuk : Prismatik Birefrigence : 0,006 – 0,014
3. Belahan : Tidak Ada Orde :I
4. Pecahan : Konkoidal Kembaran : Tidak Ada

25
5. Pleokorisme : Tidak Ada Orientasi : Lenght slow
6. Relief : Rendah Pemadaman : Paralel - simetris

26
PRAKTIKUM MINERALOPTIK
Laboratorium Hard Rock Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3.5.2 sketsa
NAMA: KELOMPOK :
NIM : TANGGAL:

KODE SAMPE : PERBESARAN OKULER :


JENIS BATUAN : PERBESARAN OBJEKTIF :

PPL XPL

Keterangan Gambar:

3.5.4 Kesimpulan
: :

27
PRAKTIKUM MINERALOPTIK
Laboratorium Hard Rock Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3.5.2 sketsa
NAMA: KELOMPOK :
NIM : TANGGAL:

KODE SAMPE : PERBESARAN OKULER :


JENIS BATUAN : PERBESARAN OBJEKTIF :

PPL XPL

Keterangan Gambar:

3.5.4 Kesimpulan
: :

28
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mineral Optik adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat optik suatu
mineral. Mineral tersebut dapat diamati menggunakan mikroskop polarisasi, dalam
praktikum ini menggunakan mikroskop jenis Olympus CX-31. Dengan meggunakan
mikroskop tersebut sayatan tipis mineral dapat diketahui sifat-sifat optiknya
berdasarkan pengamatan sejajar nikol (PPL) maupun tegak lurus nikol (XPL). Kedua
pengamatan tersebut menghasilkan sifat-sifat optik yang berbeda. Dalam keadaan
PPL didapatkan data berupa warna, bentuk, belahan, pecahan, pleokorisme, relief,
dan indeks bias pada mineral yang diamati. Sedangkan dalam keadaan XPL
didapatkan data berupa warna interferensi, birefringence, orde, kembaran, orientasi,
dan pemadaman.

Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan pada mineral mafik dan felsik.
Kedua mineral tersebut memiliki beberapa perbedaan sifat optiknya. Perbedaan
tersebut terletak pada relief, orde, dan warna (PPL). Mineral mafik memiliki relief
yang relatif tinggi, orde tinggi (2-3), dan warna dalam keadaan PPL biasanya coklat.
Sedangkan mineral felsik memiliki relief yang relatif rendah, orde rendah (biasanya
orde 1), warna dalam keadaan PPL biasanya tidakberwarna.

4.2 Kendala

Kendala yang dialami saat Praktikum Mineral Optik adalah keterbatasan


mikroskop yang ada dilaboratorium, sehingga pada saat pengamatan di lakukan
waktu yang di berikan untuk mengamati suatu objek mineral cukup singkat karena
harus bergantian dengan praktikan yang lain.

29
4.3 Saran

Sebaiknya jumlah praktikan dalam satu kelas disesuaikan dengan jumlah


mikroskop yang ada dan dilakukan praktik langsung mengenai prosedur pemakaian
mikroskop di awal pertemuan praktikum.

30
DAFTAR PUSTAKA

Kerr, Paul F.,1959, Optical Mineralogy, third edition, McGraw-Hill Company Inc.,
New York. Ramdohr, Ore Minerals and Their Intergrowths.

Modul praktikum Mineral Optik laboratorium teknik geologi, Sekkolah Tinggi


Teknologi Nasional

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai