Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK ACARA VII : GRUP MIKA DAN HORNBLENDE

LAPORAN

OLEH: SUTRISNO D611 10 006

MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral yang terkandung pada suatu batuan. Mineral optik membahas tentang mineral-mineral pada batuan dalam bentuk monomineral. Salah satu tujuan mempelajari mineral optik ialah untuk untuk mengetahui cara menentukan sifatsifat optik mineral, serta mengenal mineral secara mikroskopik. Dalam mempelajari sifat mineral secara optik, salah satu yang diidentifikasi adalah ukuran mineral. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda untuk setiap lensa objektif. Untuk mempermudah pengukuran, maka harus ditentukan diameter medan pandang (DMP) setiap lensa objektif. Untuk itulah praktikum diameter medan pandang dan analisator polarisator dilakukan. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakan Praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penentuan Diameter Medan Pandang serta pengamatan mineral menggunakan analisator dan polarisator. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui tata cara menghitung diameter medan pandang (DMP). 2. Mengetahui perbedaan sifat optik mineral pada saat sejajar analisator

dengan sejajar polarisator.

1.3 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Mikroskop Polarisasi 2. Sayatan mineral 3. Kertas grafik kalkir 4. Alat tulis menulis 5. Lembar Kerja Praktikum 6. Lap kasar/lap halus 7. Pensil Warna 8. Mistar 1.4 Prosedur Kerja Pada saat melakukan praktikum ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah pertama yang adalah mengisi bon alat untuk pengambilan mikroskop polarisasi selanjutnya menempatkan mikroskop tersebut diatas meja yang telah dialasi lap kasar/halus dan mulai melakukan praktikum penentukan DMP dan analisis mineral secara optik untuk pengamatan mineral yang sejajar analisator dan polarisator. Berikut adalah langkah langkah penentuan diameter medan pandang dan analisaotor polarisator a) Penentuan DMP
1. Menentukan perbesaran lensa objektif, dalam praktikum ini perbesaran yang

digunakan adalah 5x hingga perbesaran total 50x. Dari perbesaran tersebut, bilangan skala dapat ditentukan melalui rumus 1mm untuk setiap perbesaran total hingga diperoleh 0,02

2. Menentukan ukuran medan pandang dengan nilai skala yang nampak dan nilai pinggir
3. Menetukan Diameter Medan Pandang dengan menghitung DMP1 dan DMP2

melalui hasil perkalian bilangan skala dengan nilai skala nampak dan nilai skala pinggir hingga ditemukan DMP total dari hasil penjumlahan DMP1 dan DMP2 b) Analisator dan Polarisator 1. Melakukan prosedur yang sama pada poin 1
2. Mencatat kedudukan mineral pada sumbu x dan y, mennetukan ukuran mineral,

menganalisis daya absorpsi, warna, belahan dan menentukan sistem kristal dan nama mineral.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ukuran mineral merupakan salah satu objek yang di identifikasi dalam mempelajari sifat mineral secara optik. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda untuk setiap lensa objektif. Untuk mempermudah pengukuran, maka harus ditentukan diameter medan pandang (DMP) setiap lensa objektif. Dengan mengetahui diameter medan pandang, maka nilai skala yang tertera pada benang silang dapat dihitung. Perhitungan DMP, dapat memudahkan dalam menentukan ukuran butir, mineral, fosil, dan lain-lain dalam suatu batuan. adapun cara penentuan dari diameter medan pandang (DMP) adalah sebagai berikut. 1. Memfokuskan medan pandang. Memfokuskan medan pandang dapat ditandai dengan letak perpotongan benang silang tepat pada pusat medan pandang, dimana cahaya yang masuk merata pada daerah medan pandang. 2. Mengatur bukaan diafragma (irish diaphragm) Bukaan diafragma ini harus disesuaikan dengan perbesaran lensa obyektif yang digunakan. Nilai dari bukaan diafragma tersebut terdapat pada tubuh lensa obyektif.
- Perbesaran obyektif 5x mempunyai NA = 0,1

- Perbesaran obyektif 10x mempunyai NA = 0,25 - Perbesaran obyektif 20x mempunyai NA = 0,4 - Perbesaran obyektif 100x mempunyai NA = 0,9.

3. Menentukan nilai skala dengan kertas kalkir Kertas grafik kalkir diletakkan di atas meja preparat, untuk menentukan nilai skala pada benang silang atau diameter medan pandang. Buat perbandingan skala pada lensa dengan skala pada kertas grafik kalkir. Lakukan pada semua perbesaran obyektif. 4. Menghitung nilai setiap skala Kertas kalkir digeser hingga pada posisi yang tepat. Untuk memudahkan perhitungan, maka salah satu garis tebal pada kertas grafik diimpitkan pada angka 0 (perpotongan benang silang). Karena panjang kertas grafik sudah diketahui, maka yang dihitung adalah jumlah skala lensa yang termuat dalam setiap mm kertas grafik. Nilai setiap bialangan skala, ditentukan dengan rumus : 1 mm Bilangan Skala (BS) = Jumlah skala

Selanjutnya akan diperoleh bilangan skala yang berbeda untuk setiap perbesaran lensa obyektif yang digunakan. 5. Menghitung diameter medan pandang Pada benang silang, ada bagian yang tidak mempunyai skala, sehingga dalam perhitungan diameter medan pandang harus dilakukan dalam 2 bagian, yaitu: 1. Menentukan panjang benang horizontal yang berskala, dengan cara : - Meletakkan salah satu garis tebal dari kertas grafik pada angka 0. - Hitung dengan rumus :

DMP1 = BS x Z Ket : DMP : Diameter Medan Pandang BS Z : Bilangan Skala : Jumlah skala yang tampak dalam medan pandang

2. Menetukan panjang benang horizontal yang tidak berskala, dengan cara :


- Meletakkan garis tebal kertas kalkir grafik di tepi medan pandang. - Membandingkan benang horizontal yang tidak mempunyai skala dengan

panjang kertas kalkir grafik.


- Menentukan skala yang ada pada tepi kiri dan kanan

- Hitung dengan rumus : DMP2 = BS x Y Ket : DMP : Diameter Medan Pandang BS : Bilangan Skala Y : Jumlah skala yang tersisa pada tepi kiri dan kanan

Maka Diameter Medan Pandang seluruhnya adalah : DMP = DMP1 + DMP2 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1 Diameter Medan Pandang Pada praktikum diameter medan pandang lensa yang digunakan adalah lensa objektif perbesaran 5x dan lensa okuler perbesaran 10x. Dengan menggunakan rumus Mtot = Mob x Mok = 10 x 5 = 50 kali. Maka perbesaran total yang digunakan adalah 50x dengan bilangan skala 1/50 = 0,02 sehingga bukaan diafragma yang digunakan adalah 0,1 mm. Dalam praktikum dijumpai ukuran medan pandang dengan nilai skala tampak 100 mm dan nilai pinggir 2 x 45 = 90 mm karena pergeseran yang digunakan 45 mm, maka diameter medan pandang yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut adalah DMP1 = nilai skala nampak x bilangan skala = 100 x 0,02 menghasilkan nilai 2 mm. Sedangkan nilai DMP2 adalah nilai pinggir x Bilangan skala = 90 x 0,02 menghasilkan nilai 1,8 mm. Maka nilai DMP total adalah nilai DMP1 + nilai DMP2 = 2 mm + 1,6 mm sehingga diperoleh DMP total 3,8 mm. 3. 2 Analisator Polarisator pada praktikum mengenai analisator polarisator lensa yang digunakan adalah lensa objektif perbesaran 5x dan lensa okuler perbesaran 10x. Dengan menggunakan rumus Mtot = Mob x Mok = 10 x 5 = 50 kali. Maka perbesaran total yang digunakan adalah 50x. Dengan bilangan skala 1/50 = 0,02, maka bukaan diafragma yang digunakan adala 0,1 mm pada pengamatan analisator polarisator kedudukan mineralnya sama baik pada saat sejajar analisator atau sejajar polarisator yaitu ( x, y ) ( 56,19 ).

Pada saat posisi mineral sejajar analisator, daya absorpsi yang terlihat adalah terang maksimum, warna coklat dan belahannya 1 arah. Adapun ukuran mineralnya = BS x Z = 0.02 x 90 = 1,8 mm. Sedangkan pada saat mineral sejajar polarisator, daya absorsi yang terlihat adalah gelap maksimum, warna coklat tua, belahan 1 arah. Adapun ukuran mineralnya = BS x Z = 0,02 x 70 = 1,4 mm. Mineral yang digunakan dalam pengamatan ini adalah biotit dengan sistem kristal monoklin.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum acara diameter medan pandang dan analisator polarisator maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut. 1. Cara menghitung DMP yaitu bilangan skala dikalikan dengan ukuran medan mandang dimana DMP1 dikalikan dengan nilai skala nampak dan DMP2 dikalikan dengan nilai pinggir sehinga DMPtotal adalah DMP1 ditambah DMP2. Pada pengamatan diperoleh nilai DMP1 adalah 2 mm dan nilai DMP2 adalah 1,8 mm. Sehingga diperoleh nilai DMP totalnya adalah DMP1 ditambah DMP2 sehingga diperoleh hasil 3,8 mm. 2. pada saat posisi mineral biotit sejajar dengan analisator, warna absorpsinya terang maksimum dengan warna orange sebaliknya ketika sejajar polarisator, warna absorpsinya gelap maksimum dengan warna coklat 4.2 Saran Disarankan kepada pengelola Laboratorium Mineral Optik untuk memperbanyak mikroskop khususnya mikroskop polarisasi sehingga dalam kegiatan praktikum tiap-tiap praktikan dapat memperoleh mikroskop masingmasing. Kepada seluruh praktikan mineral optik semoga tetap berhati-hati dalam menggunakan alat-alat dalam laboratorium mengingat jumlah peralatannya sangat terbatas dan mahal, selain itu sulit untuk memperoleh peralatan tersebut karena apabila peralatan tersebut rusak atau tidak bisa digunakan maka bukan hanya merugikan praktikan sendiri tetapi praktikan yang lain juga.

Anda mungkin juga menyukai