Anda di halaman 1dari 14

Terminologi Optik

Oleh

Kelompok 10

1. Ni Komang Intan Rosika Septia Dewi (P07134015005)


2. Putu Radheya (P07134015026)
3. Ni Made Nungki Diantari (P07134015038)
4. Ni Komang Asri Novita Sari (P07134015044)

Kementerian Kesehehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Denpasar

Jurusan Analis Kesehata

Tahun 2017

Terminologi Optik
Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat
untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari
benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti
sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang
pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri
dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang
ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi
menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi
lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan
kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya
dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop
monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. (A.Rahman,2015)

Mikroskop adalah alat utama dalam mempelajari struktur benda-benda kecil. Mikrokskop
optik dapat dibagi atas 2, yaitu mikroskop Biologi (monokuler) dan mikroskop stereo
(Binokuler) (A.Rahman,2015)

Mikroskop biologi adalah mikroskop yang digunakan pengamatan benda tipis transparan.
Penyinaran dilakukan dari bawah dengan sinar alam atau lampu (M. Amin. 1994 dalam
A.Rahman,2015).

Mikroskop binokuler adalah mikroskop yang digunakan untuk pengamatan benda-benda


yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari atas maupun dari
bawah dengan sinar alam atau lampu (A.Rahman,2015).

Mikroskop merupakan alat utama dalam melakukan pengamatan dalam bidang biologi,
karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur dari bendabenda kecil. Ada 2 prinsip dasar
yang berbeda untuk mikroskop, yaitu mikroskop optik dan mikroskop elektron. Mikroskop optik
dapat dibedakan menjadi mikroskop biologi dan mikroskop stereo.( (A.Rahman,2015)
Mikroskop biologi umumnya memiliki lensa okuler dan lensa objektif dengan kekuatan
pembesaran sebagai berikut.
1. Objektif 4x dengan okuler 10x, pembesaran 40x

2. Objektif 10 dengan okuler 10x, pembesaran 100x

3. Objektif 40x dengan okuler 10x, Pembesaran 400x

4. Objektif 100x dengan okuler 10x, pembesaran 1000x

Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000x disebut objektif emersi, karena
penggunaannya harus dengan minyak emersi dan cara memakainya khusus pula
(A.Rahman,2015).

Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara
garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu,
terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang menentukan sifat bayangan
akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat
yang sama seperti bayangan, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar (A Rahman, 2015)

Terminologi Optik :

1. Perbesaran Total ( Total Magnification)


Pembesaran total mikroskop merupakan hasil perkalian dari pembesaran okuler
dan objektif. Sebagai contoh, bila menggunakan lensa okuler 10x, dan lensa objektif 40x,
berarti pembesaran totalnya 400x.

Observasi Binokuler

MBino=MOb x MOc
MBino : perbesaran total observasi binokuler
MOb : perbesaran lensa objektif
MOc : perbesaran lensa okuler

Observasi Photomikrografi
a. Kamera Film 35 mm
M35mm : perbesaran total pada bidang film 35 mm
MOb :perbesaran lensa objektif
MPa: perbesaran photo ayaplace
M35mm=MOb x MPa
b. Kamera format besar :

MFB = MOb x MPa x 3


MFB : perbesaran total pada bidang film format besar
MOb :perbesaran lensa objektif
MPa: perbesaran photo ayaplace

Observasi Monitor Video

MVM Mtotal
: perbesaran VM = monitor
MOb x Mvideo
VA x MMA

MOb :perbesaran lensa objektif


MVA : perbesaran Adapter Video
MMA : index perbesaran layar monitor

2. Field Number (F.N)


Lensa yang dekat dengan mata disebut okuler atau eyepiece. Mikroskop
monokuler terdiri atas 1 eyepiece, dan mikroskop binokuler terdiri dari 2 eyepiece.
Kebanyakan okuler membesarkan specimen dengan kekuatan 10x, artinya okuler
menguatkan diameter specimen menjadi 10x ukuran sebenarnya.
Pada lensa okuler ini, tercantum FN tertentu, sesuai karakteristik dari pabrik,
misalnya 18,20,atau 22. FN ini dapat berbeda-beda antara mikroskop satu dengan yang
lain. Berdasarkan FN tersebut, dapat diketauhi field of view diameter dar suatu
mikroskop. Kebanyakan mikroskop mempunyai FN 18, sedangkan mikroskop generasi
terbaru sudah mulai memakai FN 20 atau lebih.
F.N berhubungan dengan diameter diafragma lensa okuler (dalam mm) yang
mendefinisikan luas bidang dari bayangan objek (Field of view/FOV)

FOV FOV=F.N
: field of view (Luas / MOb dalam mm
bidang pandang),
F.N : field number
MOb : perbesaran lensa objektif

Field of view adalah area dimana specimen dapat dilihat. Semakinbesar


pembesaran objektif yang dipakai, akan menunjukkan area yang lebih kecil dengan
gambar yang detail. Diameter sebenarnya dari field of view dalam millimeter dapat
dihitung dengan FN dibagi pembesaran objektif yang dipakai. Apabila dipakai
pembesaran objektif 100x dengan FN 18, maka field of view diameter nya adalah
18/100=0,18 mm. perhitungan ini penting jika suatu laboratorium memakai 2 mikroskop
dengan FN yang berbeda (Enny, 2003).

LPB dan LPK


a. LPB (Lapang Pandang Besar)

Lensa objektif : 10x

Lensa okuler : 10x / FN 18mm

FOV (LP) : 1.8 mm

Pembesaran total = 100x

Profil bayangan : Objek terlihat kecil, tetapi wilayah cakupan yang terlihat lebih
banyak/luas.

LPB LPK

b. LPK (Lapang Pandang Kecil)

Lensa objektif : 100x

Lensa okuler : 10x / FN 18mm


FOV (LP) : 0.18mm

Pembesaran total = 1000x

Profil bayangan : Objek terlihat besar tetapi wilayah cakupan yang terlihat lebih
sedikit/sempit.

3. Workong Distance dan Parfocal Distance


Working Distance : yaitu jarak antara ujung depan lensa objektif dan permukaan
specimen ketika specimen telah focus
Parfocal Distance : yaitu jarak antara dudukan lensa objektif dan specimen

4. Numerical Aperture (N.A.)

Yaitu suatu factor kunel performa lensa objektif (resolving power, focal depth dan
brightness)
N.A = n x sin n

N = indeks bias medium antara specimen dengan lensa objektif (Udara 1 n = 1:


minyak : n =1,516)
= sudut yang terbentuk oleh sumbu optik dengan sinar bias yang terjauh dari
sumbu optik lensa.
5. Resolving Power

Adalah representasi resolusi dari lensa objektif, yaitu kemampuan lensa objektif
tersebut dalam membedakan dua garis atau titik dari suatu objek. Semakin besar
resolving power maka semakin kecil jarak anrata dua garis atau titik yang dapat
dibedakan (resolusi semakin baik), dan semakin besar nilai N.A.

d = (0,61.)/ N.A

d : jarak antara 2 titik pusat objek atau jarak antara 2 garis objek (nm)

: panjang gelombang cahaya (nm)

N.A : Numerical Apenture

6. Focal Depth
Focal depth yaitu kedalaman maksimum lapisan specimen dimana semua lapisan
masih dapat difokuskan dalam waktu yan sama. Semakin besar Focal Depth maka
semakin tebal specimen yang dapat difokuskan

DOF = [350 / (N.A. M)] + [ / (2 N.A.2) ]

Keterangan :

DOF : Depth of Focus, dalam micron

N.A : Numerical Aparture lensa objektif

M : total perbesaran lensa (perbesaran lensa objektif pembesaran lensa okuler)

: panjang gelombang cahaya ( = 0,55 )

7. Perbesaran Semu (Empty Magnification)


Yaitu bayangan yang dihasilkan tidak sempurna dari sisi kerapatan bayangannya
(resolusi), yang disebabkan pembesaran yang dihasilkan kurang atau lebih besar dari nilai
pembesaran efektif minimum dan maksimum yang seharusnya.

MU = ( 500 ~ 1000 ) x N.A

M obj M oku NA obj M total M efektif Kualitas / Hasil


bayangan

10 X 10 X 0,35 100 175 350 Rendah

40 X 10 X 0,70 400 350 700 Baik

100 X 10 X 1,40 1000 700 1400 Baik

100 X 15 X 1,40 1500 700 - 1400 Kosong/ Semu

8. Penyimpangan Optik
Image yang terbentuk oleh lensa tunggal cenderung terdistorsi dan terlihat tidak
jelas. Penyimpangan tersebut dapat diatasi dengan mengabungkan sejumlah lensa dengan
indeks bias, kelengkungan, dan ketebalan yang berbeda-beda.
Jenis penyimpangan pada lensa :
a. Shape Aberration (Penyimpangan Bentuk)

Penyimpangan bentuk pada lensa dibagi menjadi 5 antara lain (Smith, 2015):

Spherical aberration
Penyimpangan bola (Spherical aberration) berasal dari permukaan bola
dari lensa. Semakin jauh sinar dari pusat lensa, semakin besar kesalahan. Gambar
ditingkatkan jika gambar bidang bergerak lebih dekat ke lensa untuk menemukan
ukuran spot optimal.

Field curvature
Penyimpangan optik di mana objek datar normal terhadap sumbu optik
tidak dapat dibawa ke fokus pada bidang gambar datar. Ketika cahaya difokuskan
melalui lensa melengkung, taraf gambar yang dihasilkan oleh lensa yang akan
melengkung
Gambar
lensa tipis dari
permukaan bola ke
permukaan bola. Oleh karena itu, gambar terdistorsi pada bidang gambar. Sangat penting
dalam desain lensa untuk objek dekat.

Coma

Sebuah kelainan lensa terjadi di bagian dari bidang gambar yang agak jauh
dari sumbu utama (off-axis) dari sistem
Timbul dari off-axis objek poin. Pembesaran melintang adalah fungsi dari
ketinggian ray. Pola yang dihasilkan adalah seperti komet.

Astigmatism
Astigmatisma adalah salah satu di mana sinar yang merambat dalam dua
bidang tegak lurus memiliki titik fokus yang berbeda. Akibatnya, gambar muncul
membentang dalam satu arah pada satu bidang fokus dan membentang di arah
yang berlawanan di bidang fokus lain, sehingga gambar kurang ketajamannya

Silindris sering
muncul ketika fokus
dengan cermin dengan
sudut.

Distortion
Semua titik pada bidang objek yang dicitrakan ke poin di bidang gambar.
Distorsi muncul ketika perbesaran off-axis. Gambar tersebut merupakan fungsi
dari jarak ke pusat lensa.

With distortion
b. Chromatic Aberration (Penyimpangan Warna) Corrected
Peyimpangan warna terjadi karena indeks bias lensa bervariasi menurut panjang
gelombang cahaya yang melewatinya. Penyimpangan warna (chromatic aberration)
pada lensa dapat diklasifikasikan menjadi (Smith, 2015) :

1. Axial Chromatic Aberration

Axial chromatic aberration terjadi karena cahaya yang tersusun dari banyak
panjang gelombang, tidak difokuskan pada satu titik tetapi pada banyak titik
disumbu optic. Penyimpangan ini menyebabkan perbedaan warna menjadi kabur.
Penyimpangan ini dapat diatasi dengan menambahkan lensa cekung pada lensa
cembung.

2. Lateral Chromatic Aberration


Lateral chromatic aberration terjadi karena panjang gelombang yang berbeda
diperbesar pada rasio perbesaran yang bervariasi. Penyimpangan ini sering terjadi di
keliling lapang pandang.

Daftar Pustaka

A Rahman. 2015. Bab II Tinjauan Pustaka. http://eprints.polsri.ac.id/1798/3/BAB%20II.pdf.


Diakses pada tanggal 25 Maret 2017
Enny, 2003. Penentuan Faktor Estimasi Jumlah Trombosit pada Sediaan Apus Darah Tepi Pasien
Trombositopenia. http://eprints.undip.ac.id/14747/1/2003FK598.pdf. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2017.
Labeeed, Muhammed. 2014. Aberrations And Their Corrections In Optical And Electron
Microscopes. https://www.slideshare.net/labeebmlp/aberrations-and-their-corrections-in-
optical-and-electron-microscopes Diakses pada tanggal 25 Maret 2017.
Smith, 2015. Aberrations. Tersedia di
http://www.optics.rochester.edu/workgroups/opt256/Ch03_Smith_MOE.pdf . Diakses
pada tanggal 24 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai